Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penderita gangguan jiwa (Skizofrenia) dari tahun ke tahun di seluruh dunia


mengalami peningkatan. Menurut World Health Organization (WHO) tahun
2013 terjadi peningkatan yang signifikan di tahun 2013. Terdapat 450 juta
penduduk dunia yang mengalami gangguan jiwa dan peningkatan yang terjadi
akan meningkat 15% di tahun 2013. Jumlah penderita gangguan jiwa atau
skizofrenia menurut World Health Organization (2014) sekitar 21 juta orang
di seluruh dunia, tetapi tidak seperti jumlah penderita gangguan mental
lainnya (WHO, 2014). Menurut Kaplan dan Sadock (2006) di United State of
America (USA) persentase rawat ulang penderita gangguan jiwa sebesar 40%,
lima tahun kemudian meningkat menjadi 68%.

Menurut WHO (2006), menyebutkan bahwa diperkirakan 26 juta


penduduk Indonesia mengalami gangguan kejiwaan, dari tingkat ringan
hingga berat. Gangguan kesehatan mental merupakan kesehatan yang
merupakan masalah paling serius, WHO memprediksi bahwa tahun 2020
masalah kesehatan mental seperti depresi akan menjadi penyakit yang paling
banyak di alami dan yang paling banyak ditemukan adalah jenis skizofrenia
tipe paranoid dari seluruh jumlah penderita atau menduduki urutan pertama.

Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam area keperawatan yang


menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan masyarakat dimana klien berada. (Sutini
& Yosep, 2009). Praktik keperawatan profesional dengan ciri praktik yang di
dasari dengan keterampilan intelektual, teknikal, intepersonal dapat
dilaksanakan dengan menerapkan suatu metode asuhan yang dapat di
pertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan untuk praktik profesional

1
tersebut adalah proses keperawatan, suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari
pengkajian, menyusun diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan,
implementasi dan evaluasi. Metode pemberian asuhan keperawatan yang
terorganisasi dan sistematik berfokus pada respon yang unik dari individu atau
kelompok individu terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial.
(Muhith, 2015)

Diagnosis keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi


keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan pencegahan dan
penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien. Diagnosa
keperawatan jiwa atau Skizofrenia terdiri dari: Halusinasi, Harga Diri Rendah,
Prilaku Kekerasan, Isolasi Sosial dan Defisit Perawatan Diri dan lain-lainnya.
(Muhith, 2015). Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) Isolasi Sosial ialah ketidakmampuan untuk
membina hubungan erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang
lain. Isolasi Sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya,
pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain. (Dermawan & Rudi,
2013).

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya


memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah
hubungan sosial. (Keliat & Prawirowiyono, 2014). Terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (TAKS) dilaksanakan dengan membantu pasien melakukan
sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar pasien. Sosialisasi dapat pula
dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok dan
massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok. Menurut
jenis Terapi Aktivitas Kelompok secara umum terdiri dari 4 yaitu: Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif atau Persepsi, Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori, Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas,
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. (Keliath & Prawirowiyono, 2014).

2
Terapi Aktivitas Kelompok Sosial (TAKS), dapat meningkatkan kemampuan
berinteraksi sosial pada pasien dengan masalah isolasi sosial, sehingga pasien
dapat dengan mudah melakukan interaksi dengan yang lain.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tetarik untuk melakukan


penerapan tindakan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan diagnosa
keperawatan isolasi sosial, oleh karena itu penulis tertarik mengangkat judul
“Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial
Pada Pasien Isolasi Sosial” dengan proses keperawatan mulai dari pengkajian,
intervensi, implementasi, dan evaluasi secara komprehensif.

1.2 Tujuan

Studi literatur ini bertujuan untuk mereview penelitian-penelitian yang


berhubungan dengan Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap
Kemampuan Interaksi Sosial Pada Pasien Isolasi Sosial.

1.3 Manfaat Studi Kasus

1.3.1.Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tindakan pada pasien


yang mengalami isolasi sosial.

1.3.2.Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas


pendidikan keperawatan, khususnya pada pasien dengan isolasi sosial
dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.

1.3.3.Bagi Penulis

Dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada


pasien isolasi sosial dan untuk menambah pengetahuan, pengalaman
dan keterampilan.

Anda mungkin juga menyukai