Oleh
Kelompok IV
Ni Made Candra Yundarini (166070300111036)
Made Bayu Oka Widiarta (166070300111038)
Yabani Azmi (166070300111040)
Anindya Arum Cempaka (166070300111042)
Maria Paulina Dafrosa Pili (166070300111046)
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kelompok kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai analisis
kasus berdasarkan model konsep terapi suportif dari Wermon dan Rockland.
Tugas ini disusun untuk memenuhi penugasan pada mata kuliah Ilmu
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ns. Retno Lestari, M.Nurs., selaku dosen pengampuh mata kuliah Ilmu
Keperawatan Kesehatan Jiwa, yang telah membimbing dan mengarahkan serta
memberikan usul dan saran dalam penyusunan makalah ini.
2. Teman-teman seperjuangan kelompok 4 Program Studi Magister Keperawatan
2016, yang dengan caranya masing-masing telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang turut
membantu kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami sendiri pada khususnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Model terapi suportif adalah suatu cara psikoterapi yang banyak
digunakan di rumah sakit maupun di masyarakat, fokus terapi ini adalah
memberikan dukungan kepada klien yang mengalami penyakit, sedang
menghadapi suatu permasalahan maupun untuk mendorong klien pada
perubahan yang lebih baik.
4.1.2 Pemberiannya terapi suportif dapat dilakukan satu atau dua kali dalam
seminggu dengan durasi 50 menit setiap sessinya atau dapat diberikan
dengan mempertimbangkan waktu serta kondisi anggota yang akan
menerimanya. Pemberian terapi ini juga dapat diberikan pada individu
maupun kelompok
4.1.3 Dalam model terapi sportif ini perawat dan klien adalah mitra dimana
perawat akan memberikan perawatan secara terapeutik kepada klien
dengan juga memberikan hak otonomi klien untuk ikut menentukan
pengobatan yang akan didapatkannya. Jadi harus ada kerjasama yang baik
antara perawat dan klien.
4.1.4 Beberapa kelebihan dari terapi sportif dalam aplikasinya di pelayanan
keperawatan khususnya keperawatan jiwa yaitu :
a. Dapat diaplikasikan dalam 3 jenis diagnosa keperawatan
b. Dapat di aplikasikan untuk klien di masyarakat, rumah sakit umum,
maupun rumah sakit jiwa
c. Dapat diberikan secara individu maupun kelompok
d. Hubungan antara perawat dan klien dalam terapi ini adalah mitra
4.1.5 Beberapa kekurangan dari terapi sportif dalam aplikasinya dipelayanan
keperawatan khususnya keperawatan jiwa yaitu :
a. Terapi suportif ini perlu diberikan secara berkesinambungan atau
terus-menerus
b. Diperlukan pendampingan profesional untuk melakukan terapi
suportif sehingga tidak dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri.
4.2 Saran
1. Perawat dalam proses asuhan keperawatannya perlu mengajarkan kepada
klien terapi sportif secara mandiri baik yang individu maupun kelompok
sehingga klien dapat mengaplikasikannya secara terus-menerus sesuai
dengan kebutuhan klien.
2. Perlu adanya pendekatan ilmiah untuk mentukan teori baku tentang terapi
sportif sehingga aplikasinya akan lebih jelas dan detail.
DAFTAR PUSTAKA