Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL KEPERAWATAN KOMUNITAS

TERAPI MODALITAS

Dosen Pembimbing : Arief Andriyanto, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Tubagus Dewangga Mabrur (202073008)


Lutfy Ika Ayu M. M. (202073015)
Cindy Veronica P. P. (202073020)
Nur Rohmatur Rijal (202073049)
A.Muwafikur Rohman (
Dwi Ayu Lestari (202073031)
Suhartatik (202073043)
Diana Arvikasari (202073042)
Mirawati (202073044)
Vanditya Renaningtyas (

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji  dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyeesaikan tugas ini yang
disusun untuk memenuhi “TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS TERAPI
MODALITAS” sesuai  dengan waktu  yang telah ditentukan.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi


Ilmu Keperawatan Komunitas yang telah memberikan kesempatan bagi kami
untuk mengerjakan tugas makalah ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan
memahami tentang materi “Terapi Modalitas”. Tak lupa kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian tugas
ini baik yang mendukung secara moril dan materil.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan dan


kehilafan dalam rangkuman ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan
demi perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata kami berharap tugas ini dapat
bermanfaat bagi kami semua.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi
kausal, suatu  penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi.
Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area
organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. Dalam konsep
stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan
mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor
pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang
dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang
individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu
tersebut adaptif atau maladaptive.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda
terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku
terjadi. Perbedaan  pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model
konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan
pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model medical,
berbeda pula dengan model stress-adaptasi. Masing-masing model memiliki
pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa, antara lain dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan terapi modalitas dan terapi
komplementer.
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-
spirit  dan modalitas (cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam
kehidupan sehari-hari dan  praktek keperawatannya. Terapi komplementer
menjadi salah satu cara bagi perawat untuk menciptakan lingkungan yang
terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media
penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi
komplementer digunakan bersama-sama dengan terapi medis conventional.
Sebenarnya terapi komplementer telah banyak ada di Indonesia, hanya
saja peran  perawat belum begitu terlihat. Oleh karenanya makalah ini dibuat
(disusun)

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui tentang terapi modalitas dan terapi komplementer 
2. Tujuan khusus
a. Pengertian terapi modalitas
b. Jenis-jenis terapi modalitas,
c. Definisi terapi komplementer
d. Jenis-jenis terapi komplementer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang
menggunakan kemampuan fisik atau elektrik. Terapi modalitas bertujuan
untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami
oleh klien. (Lundry & Jenes, 2009 dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik
di institusi maupun di masyarakat yg bermanfaat dan berdampak terapeutik.
Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada
dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa energi
sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi modalitas
yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri, perawatan gangren, perawatan
luka baru, perawatan luka kronis, latihan peregangan, range of motion, dan
terapi hiperbarik.
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi
ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki
pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi
terapi ini bisa dipakai untuk terapi Keperawatan Komunitas.

B. Jenis-jenis terapi modalitas


Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
1. Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan
pendekatan hubungan individual antara seorang terapi dengan seorang
klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan
klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah
hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan
sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan
tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien
mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga
diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta
mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
2.  Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan
agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive
menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah
sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien
untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai
terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan,
dukungan, pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang
bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang
harus ditaati, harapan lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana
berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan
pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan
perilaku yang baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di
mana klien akan kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini
adalah memampukan klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan
melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan
rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.
3. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada
model medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini
berbeda dengan model konsep yang lain yang memandang bahwa
gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak
mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model
medical adalah pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam
sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya perubahan
biokimiawi tertentu.
Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi:
pemberian obat (medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro
convulsive therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi
yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa
meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.
4. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap
yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan
adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan
dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat
tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien
mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah
satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan
keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah membantu klien untuk reevaluasi
ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan
dengan menyusun perubahan kognitif.
Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:
a. Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir
tak rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi
pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual.
b. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam
menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
c. Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi
dengan terlebih dahulu mengubah pola berfikir.
Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk
mensubstitusi pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan
memodifikasi percakapan diri negatif.
5. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh
anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi
keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu
sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi;
tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan
diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga
terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terleih
dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang
terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya
masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan
keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti
yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1
(perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan
klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga
diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase
kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai
terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga,
meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga,
eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang
selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga
akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan
terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan
dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
6. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk
dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media
kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan
sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan
kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan
mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap permulaan,
fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut
sebagai fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang
diperlukan dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk
apa aktivitas tersebut dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah
sebagai model peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok,
meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal pembentukan kelompok,
dan memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok. Fase permulaan
dilanjutkan dengan fase kerja.
Di fase kerja terapi membantu klien untuk mengeksplorasi isu
dengan berfokus pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar
masing-masing anggota kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di
fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari
terapi kelompok di mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan
untuk mencapai target perubahan perilaku dengan saling mendukung di
antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai
tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan
dilibatkan dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat
adalah mendorong anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik,
dukungan, serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir
dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani
dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa
mendatang.
7. Terapi Prilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa
perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya
dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik
dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
a. Role model
Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan
memberi contoh perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat
contoh klien mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku
tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan teknik
kondisioning operan dan desensitisasi.
b. Kondisioning operan
Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana
terapis memberi penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang
positif yang telah ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan dan
umpan balik positif yang didapat maka perilaku tersebut akan
dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya seorang klien
begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat
memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan
mengulang perilaku segera mandi setelah bangun tidur karena
mendapat umpan balik berupa pujian dari perawat. Pujian dalam hal
ini adalah reward atau penghargaan bagi perilaku positif klien berupa
segera mandi setelah bangun.
c. Desensitisasi sistematis
Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik
desensitisasi sistematis yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap
sesuatu stimulus atau kondisi dengan secara bertahap
memperkenalkan/ memaparkan pada stimulus atau situasi yang
menimbulkan kecemasan tersebut secara bertahap dalam keadaan klien
sedang relaks. Makin lama intensitas pemaparan stimulus makin
meningkat seiring dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut.
Hasil akhirnya adalah klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau
kecemasannya akan stimulus tersebut.
d. Pengendalian diri
Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien
dapat dilatih dengan teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya
adalah berlatih mengubah kata-kata negatif menjadi kata-kata positif.
Apabila ini berhasil maka klien sudah memiliki kemampuan untuk
mengendalikan perilaku yang lain sehingga menghasilkan terjadinya
penurunan tingkat distress klien tersebut.
e. Terapi aversi atau releks kondisi
Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi
penguatan negatif. Caranya adalah dengan memberi pengalaman
ketidaknyamanan untuk merusak perilaku yang maladaptive. Bentuk
ketidaknyamanan ini dapat berupa menghilangkan stimulus positif
sebagai “punishment” terhadap perilaku maladaptive tersebut. Dengan
ini klien akan belajar untuk tidak mengulangi perilaku demi
menghindari konsekuensi negatif yang akan diterima akibat perilaku
negatif tersebut.
8. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-
anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada
dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat
perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta
melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat
dengan anak, merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui
permainan, mempercayai bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya,
dan kemudian menginterpretasikan perilaku anak tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi,
anak yang mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse).
Bahkan juga terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang
mengalami stress pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien
yang mengalami penganiayaan.
C. Terapi Modalitas Senam
1. Pengertian
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah, serta
terencana yang dilakukan secara sendiri atau berkelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga (Adenia, 2010).
Menurut Hidayat (2002) senam didefinisikan sebagai suatu latihan
tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar
dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan
kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-
nilai mental spiritual. Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah
dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas
olahraga ini dapat membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena
melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan
membantu menghilangkan radikal bebas yang  berkeliaran di dalam tubuh.
2. Jenis Senam Lansia
a. Senam kebugaran lansia
b. Senam otak
c. Senam osteoporosis
d. Senam hiepertensi
e. Senam diabetes militus
f. Olahraga rekreatif/ jalan santai

D. Terapi Modalitas Senam Hipertensi


1. Tujuan Senam Lansia Dengan Hipertensi
a. Melebarkan pembuluh darah
b. Tahanan pembuluh darah menurun
c. Berkurangnya hormin yang memacu peningkatan tekanan darah
d. Menurunkan lemak/kolesterol yang tinggi
2. Indikasi
Lansia dengan penyakit Hipertensi

3. Kontraindikasi
Klien dengan bedrest dan fraktur ekstremitas bawah
4. Langkah-langkah Senam Lansia Dengan Hipertensi
a. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut
tangan turunkan
b. Lakukan sebanyak 2x.   
c. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
d. Ayunkan kaki kiri kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
e. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 2x kemudian kaki kiri
sebanyak 2x.
f. Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
g. Letakkan tangan kiri diperut dan tangan kanan ayunkan kesamping
kanan dan kaki kanan ayunkan ke kanan. Lakukan secara bersamaan 8
kali. Lakukan 2x.
h. Letakkan tangan kanan diperut dan tangan kiri ayunkan ke samping
kiri dan kaki kiri ayunkan ke kiri. Lakukan secara bersamaan 8 kali.
Lakukan 2x.
i. Letakkan tangan diperut kemudian ayunkan kedua tangan kesamping
dan kedua kaki kesamping sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
j. Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.  
k. Letakkan tangan diperut kemudian ayunkan ke dua tangan ke atas
bersamaan dengan kaki ayunkan kesamping sebanyak 8 kali. Lakukan
2x.
l. Jalan di tempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x. l.
m. Pada hitungan satu, ujung jari kaki menyentuh tanah pada hitungan ke
dua tumit menyentuh tanah, lakukan pada kaki kiri dan kanan
sebanyak 8 kali. Lakukan 2x. m.
n. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut
tangan turunkan. Lakukan sebanyak 3x.
5. Evaluasi
a. Klien mampu memahami penyakit hipertensi
b. Klien mampu mendemonstrasikan latihan senam hipertensi secara
mandiri

E. Terapi Modalitas Senam Kaki Diabete Millitus


1. Manfaat
Menurut Setyoadi & Kushariyadi, 2011. Senam kaki bermanfaat untuk:
a. Memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, dan
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki,
b. Meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha,
c. Mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.
2. Indikasi
a. Diberikan pada semua penderita diabetes melitus (DM tipe I maupun
tipe II)
b. Sebaiknya diberikan sejak seseorang didiagnosa menderita  diabetes
melitus sebagai tindakan pencegahaan dini.
2. Kontraindikasi
a. Penderita yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dispnea
dan nyeri dada.
b. Penderita yang mengalami depresi, khawatir dan cemas.
3. Teknik Senam Kaki
Persiapan
Persiapan Alat dan Lingkungan:
a. Kertas koran dua lembar,
b. Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk),
c. Sarung tangan,
d. Lingkungan yang nyaman dan jaga privasi penderita.
Persiapan klien:  lakukan kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan
dilaksanakan senam kaki diabetes melitus.
Prosedur
a. Perawat mencuci tangan,
b. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan klien duduk tegak
di atas bangku dengan kaki menyentuk lantai,
c. Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua kaki diluruskan ke
atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak
10 kali.
d. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki
ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan
tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersaman pada kaki
kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali,
e. Tumit diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki di angkat ke atas dan
buat gerakan memutas dengan pergerakan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kaki,
f. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali,
g. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari ke depan
turunkan kembali secara bergantian ke kiri dan ke kanan. Di ulangi
sebanyak 10 kali,
h. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemuadian angkat kaki tersebut
dan gerakkan ujung kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali kelantai,
i. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke-8, namun gunakan
kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali,
j. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki ke depan dan ke belakang,
k. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara
bergantian,
l. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuklah koran tersebut menjadi
seperti bola dengan kedua kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kegua kaki. Cara ini dilakukan
hanya sekalai saja.
1) Lalu sobek koran menjadi dua bagian, pisahkan kedua bagian
koran,
2) Sebagian koran disobek menjadi kecil dengan kedua kaki,
3) Pindahkan kumpulan sobekan tersebut dengan kedua kaku lalu
letakkan sobekan koran pada bagian kertas yang utuh,
4) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.
Kriteria Evaluasi
a. Penderita dapat menyebutkan kembali pengertin senam kaki,
b. Penderita dapat memeragakan sendiri teknik senam kaki secara
mandiri
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang
menggunakan kemampuan fisik atau elektrik. Terapi modalitas bertujuan
untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami
oleh klien. (Lundry & Jenes, 2009 dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Jenis terapi modalitas (Terapi Individual, Terapi Lingkungan, Terapi
Biologis, Terapi Kognitif, Terapi Kelurga, Terapi Kelompok, Terapi Prilaku
dan Terapi bermain)

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyarankan bahwa terapi
modalitas itu penting karena bisa membantu proses penyembuhan dan
mengurangi keluhan yang dialami oleh klien, selain itu juga menjadi suatu
Pencegahan saat penderita telah didiagnosa awal tentang penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA

Flora R, Hikayati, Purwanto. 2014. Jurnal dengan Judul: Pelatihan senam kaki


pada penderita diabetes Mellitus dalam upaya pencegahan   Komplikasi diabetes
pada kaki (diabetes foot). Universitas Sriwijaya, Fakultas Kedokteran. (dikutip
pada tanggal 25 Desember 2014)

http://nursing-community.blogspot.com/2013/06/kelompok-9-terapi-medik-dan-
terapi.html

http://www.academia.edu/7835924/Senam_Kaki (dikutip pada tanggal 26


Desember 2014)

Pramesti, DE. 2013. Jurnal dengan Judul: Perbedaan Pengetahuan Tentang


Perawatan Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Pendidikan Kesehatan Di Desa Kedunggading  Kecamatan
Ringinarum Kabupaten Kendal. Program Studi Ilmu

https://www.academia.edu/7687617/PROPOSAL_TERAPI_MODALITAS_SEN
AM_LANSIA_TAHAP_2
http://sembilannam.wordpress.com/2011/04/13senam-untuk-hipertesi 

Anda mungkin juga menyukai