LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR HYPOFISE
Oleh
ELNA NURJANNAH
R014182013
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
hipofisis di otak, hampir selalu non cancerous (jinak). Sebagian besar tumor hipofisis
terbatas pada kelenjar pituitary atau didekatnya jaringan otak (Baradero, 2009).
hormonal, mass effect, atau tidak sengaja pada pemeriksaaan CT Scan atau MRI karena
trauma kepala atau nyeri kepala (Hall & Nierman, 2003). Tumor hipofisis biasanya
dapat berupa adenoma mikro (diameter < 10 mm) ataupun adenoma makro (diameter
>10 mm). Sekitar 92% lesi di sella tusika merupakan adenoma hipofisis. Adenoma
hipofisis adalah neoplasma jinak yang muncul dari satu atau lima tipe sel hipofisis
pada populasi dengan prevalensi 80/100.000 (Alwi, Salim, Hidayat, Kurniawan, &
Tahapary, 2016). Paling sering ditemukan pada wanita usia produktif, dengan perkiraan
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hiposis
hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak
terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multiple tipe 1 dikaitkan dengan
tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor
hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari
kanker situs lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria
merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitary. Kanker
lainnya yang menyebar ke kelenjar pituitary termasuk kanker ginjal, kanker prostat,
melanoma, dan kanker pencernaan (Alwi, Salim, Hidayat, Kurniawan, & Tahapary,
2016).
C. Klasifikasi
Pada penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor hipofisis, 630 pasien
merupakan tipe functioning pituitary tumors yang terdiri dari :52% merupakan
tumor yang mengsekresikan prolactin27% tumor yang mengsekresikan GH 20
% tumor yang mengsekresikan ACTH 0,3% tumor yang mengsekresikan TSH
kelenjar hipofisis bagian anterior berperan dalam sekresi dan pengaturan dari
berbagai hormon peptida dan stimulating factor.
Tumor yang berasal dari bagian ini akan memproduksi secara berlebihan
beberapa atau salah satu dari hormon mpoptida, jika ini terjadi maka dinamakan
fungsional atau secreting adenoma.
D. Manifestasi Klinik
1) Nyeri kepala
2) Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma
inferior yang terletak pada aspek inferior dari chiasma optik melayani lapang
pandang bagian temporal superior (Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali
3) Jika tumor meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan nervus III,
IV, VI, berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinus akan menyebabkan
proptosis, chemosis dan penyempitan dari arteri karotis (oklusi komplit jarang).
4) Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis yang
b. Adenoma fungsional
Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini pada laki-laki biasanya
berdekatan.
kronik. Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih
karena efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan
- Visceromegali
- Hyperhidrosis
- Macroglossia
- Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan
jari-jari, bibir, telinga dan lidah. Adanya skin tags ini penting karena
wanita, gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan
E. Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, ketika melakukan diagnosis pemeriksa akan bertanya tentang riwayat
keluarga apakah sebelumnya ada yang pernah mengalami tumor kelenjar pituitary,
hiperparatiroidisme (kelenjar paratiroid yang terlalu aktif), hipoglikemia (gula darah
rendah) atau tumor kelenjar pancreas. Pada pemeriksaan fisik mengidentifikasi tanda-
tanda tumor hipofisis dan masalah kesehatan lainnya. Uji neurologis meliputi cek
penglihatan, pendengaran, keseimbangan, koordinasi dan reflek.
Dengan adanya tanda-tanda yang disebutkan di atas pada pasien, maka dapat
dicurigai bahwa pasien tersebut mengalami adanya tumor dan ditambah lagi pada
pemeriksaan berikut (Guyton & Hall, 2008):
a. Pengujian biokimia
Kadar hormon dapat diukur dalam darah atau sampel urin melalui tes laboratorium
yang mendeteksi kelebihan produksi atau kekurangan. Seringkali, kelebihan
hormone stimulasi.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Standar tes pencitraan untuk tumor hipofisis menggunakan medan magnet dan
gelombang radio untuk menghasilkan gambar. MRI scan sangat berguna dalam
mendiagnosis tumor hipofisis. Kadang-kadang caiarn khusus disuntikkan ke dalam
aliran darah untuk membedakan tumor dari jaringan sehat.
MRI dapat dengan mudah mengidentifikasi tumor besar (macroadenoma) dari
kelenjar hipofisis maupun untuk mengidentifikasi tumor yang paling kecil
(microadenoma). Tapi MRI mungkin tidak mendeteksi banyak microadenoma < 3
mm (± 8 inchi). Antara 5-25 % dari orang sehat memiliki beberapa minor abnormal
pada kelenjar hipofisis yang muncul di MRI scan.
c. Biopsy
Sebuah biopsy (mengambil contoh tumor dan memeriksanya di bawah mikroskop)
mungkin kadang-kadang dianjurkan untuk verifikasi definitive. Pituitary tumor
dapat diperiksa di bawah mikroskop sebelum atau setelah pembedahan untuk
menentukan jenis tumor.
Pemeriksaan penunjang berdasarkan klasifikasi adenoma hipofisis:
a. Adenoma hipofisis non fungsional
1) Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella
menipis dan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik
maka pada lateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal
diameter AP dari kelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-
masing, sedang pada yang lainnya normal < 9 masing-masing.
2) MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran arteri carotis dan chiasma
tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT
scan lebih baik.
3) Tes stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan fungsi dari kelenjar
hipofisis.
b. Adenoma fungsional
1) Adenoma yang bersekresi prolactin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya
berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml
terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi
dopamine berkurang, juga pada stalk effect (trauma hyphothalamus, trauma
tungkai hipofisis karena operasi).
2) Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormone ini yang
berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh < 1
ng/ml, pada penderita acromegaly bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun
pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih
bisa dipercaya, karena kadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali.
Normal kadarnya 0,67 u/ml, pada acromegaly meningkat sampai 6,8 u/ml.
Dengan GTT kadar GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian
glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan ini menunjukkan adanya
hipersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH perdarahan infus akan
meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah
ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak
terdapat sesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH.
3) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta
subarachnoid unit, alpha subarachnoid unitnya sama untuk ketiga hormone,
sedangkan beta subarakhnoidnya berbeda. Dengan teknik immunohitokimia
yang spesifik bisa diukur kadar dari alpha subarachnoid unit atau kadar alpha
dan beta subarachnoid unit. Pada tumor ini terdapat peninggian kadar alpha
subarachnoid unit, walaupun pada adenoma non fungsional 22% kadar alpha
subarachnoid unitnya juga meningkat. MRI dengan gadolinium, pada
pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara adenoma yang satu dengan yang
lainnya.
4) Adenoma yang bersekresi ACTH
- CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH dari
adenohipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi cortisol dari
adrenal cortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan
menurunkan ACTH. Pada kondisi stress fisik dan metabolic kadar cortisol
meningkat, secara klinis sulit mengukur ACTH, maka cortisol dalam
sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan untuk status diagnose dari
keadaan kelebihan adrenal.
- Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya secara basal
maupun dalam respon terhadap dexamethasone, maupun penentuan plasma
ACTH, bisa dipakai untuk menentukan apakah penyakitnya primer adrenal,
hipofisis atau sumber keganasan ektopik.
- Jika data tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan tes
perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada
aliran vena sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushing’s
disease. Jika sudah ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi
menentukan bagan hipofisis yang mana yang memproduksi hipersekresi
ACTH.
F. .Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit disfungsi dan
penggantian hormone hipofisis, jika perlu segera setelah specimen darah diagnostik
telah dikirim. Penggantian hormone tiroid atau adrenal adalah sangat penting.
Steroid penggantian harus cukup untuk situasi stress, termasuk periode perioperatif.
Tujuan perawatan berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional tumor. Untuk tumor
endokrin aktif, pendekatan yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat
penting sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal ini biasanya dapat
dicapai dengan bedah eksisi, tetapi beberapa prolaktinoma lebih baik dikontrol
secara medis.
b. Pembedahan
Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat prosedur
pilihan untuk menghilangkan adenoma. Kebanyakan tumor lunak dan gembur, dan
transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan untuk penghapusan
lengkap bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar.
Tingkat kematian < 1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan
penglihatan, meningitis, CSF bocor, atau cranial palsy, < 3,5%. Diabetes insipidus
muncul setelah operasi pada 2-5% pasien yang menjalani pembedahan.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan atau
kekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang
menentang sejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk menghindari
dosis yang tidak perlu di lobus temporal. Dosis 4.500-5.000 cGy disampaikan dalam
pecahan 18—cGy disarankan. Secara umum, pasien dengan tumor subtotally
resected diberikan terapi radiasi. Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan
atau penundaan kambuhnya setelah bruto total reseksi, kita ikuti serial pasien dengan
MRI scan dan pemeriksaan bidang visual dan menahan radiasi kecuali ada tumor
didokumentasikan regrowth.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajiaan
a. Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan mempunyai
insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah dahi kabur
atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang disebabkan
oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa pada wajah,
demensia, perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau berkurang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan
kabur.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, Kaji
apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
1) Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh
(jika timbul saat usia dini)
2) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada
ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia
dewasa)
3) Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
4) Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
5) Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot
b. Palpasi :
1) Terdapat nyeri kepala
2) Terdapat kelemahan otot tonus otot
a. Aktifitas /istirahat :
1) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
2) Sakit kepala yang hebat saat aktivitas.
3) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
4) Kelemahan otot.
b. Sirkulasi
1) Edema pada ekstermitas kaki dan tangan.
2) Takikardi.
c. Eliminasi.
1) Perubahan pola berkemih.
2) Perubahan warna urin contoh kuning pekat.
d. Makanan/cairan
1) Nafsu makan menurun
2) Malnutrisi
3) Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot.
4) Perubahan pada kelembababan/turgor kulit, edema.
e. Neurosensori.
1) Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu berkonsentrasi.
2) Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
menurun
C. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN
WOC
Metastasis/menyebar
Perubahan pada DNA dari suatu sel
Munculnya tumor
TUMOR HIPOFISIS
Adenoma fungsional
Adenoma nonfungsional
-Adenoma prolactin
-Adenoma GH
Aliran darah ke
-Adenoma ACTH
Hipoksia otak Mempengaruhi
Serebral fungsi hipotalamus
Airlangga, M. P., & Aminuddin, M. (2018). Pasien AIDS dengan efusi perikard masif. 14, 25-31.
Alwi, I., Salim, S., Hidayat, R., Kurniawan, J., & Tahapary, D. L. (2016). Penatalaksanaan di Bidang
Ilmu Penyakit Dalam: Panduan Praktik Kinis. Jakarta: Interna Publishing.
Baradero, M. (2009). Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Bare, B. G., & Smeltzer, S. C. (2009). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Mediika.
Ferri, F. F. (2009). Ferri's Clinical Advisor. Mosby Elsevier.
Guyton, & Hall. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hall, J. E., & Nierman, L. K. (2003). Contemporary Endocrinology: Handbook of Diagnostic
Endocrinology. Totowa: Humana Press
Silbernagl, S., & Lang, F. (2006). PATOFISIOLOGI. Jakarta: EGC.
Subhkhan, M. (2017). Thymik karsinoma dengan efusi pericard. Qanun Medika, 1, 2-7.