Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN RESUME KEPERAWATAN ANAK

LONTARA 4 ATAS BELAKANG, LONTARA 4 ATAS DEPAN,


MOTHER AND CHILD
RS WAHIDIN SUDIROHUSODO

Nama Mahasiswa : Elna Nurjannah


Nim : R014182013

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ ] [ ]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
RESUME KASUS LONTARA 4 ATAS BELAKANG

By N berusia 2 bulan 4 hari masuk RS dengan diagnosa medis Kolestasis

ekstahepatik et causa suspek atresi billier. ibu mengatakan awalnya seminggu setelah lahir

kulit by. N mulai kuning, tetapi ibu menganggap itu hal yang wajar terhadap bayi bru lahir

sehingga ibu by.N selalu menjemur by.N di bawah sinar matahari. Setelah sebulan, kulit by.N

masih menguning dan tidak membaik sehingga ibu membawa bayi ke dokter praktik di Bau-

bau. Hasil lab menunjukkan kadar bilirubin pada by.N yaitu 17,4 mg/dl (hyperbilirubinemia).

Ketika pemeriksaan USG juga ditemukan adanya indikasi atresi billier. Setelah itu by.N

dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusodo.

Saat dilakukan pengkajiaan, by.N tampak kuning (penilaian Kramer: derjata 4), sklera

kuning, warna feses putih dan batuk berdahak. Ketika lahir, bayi segera menagis dengan

apgar score 10/10. Pengukuran tanda-tanda vital: suhu 36,5 oc, Nadi 153x/I, Pernafasan

46x/i. Berat badan saat ini 3.400 gram dengan panjang badan 50 cm.

Ketika di auskultasi pada bagian dada didapatkan suara ronchi basah dan ada batuk

Hasil pemeriksaan laborotorium menunjukan Biliruin total: 12.02 mg/dL, Bilirubin

direk: 10.74 mg/dL, SGOT : 321 U/L, SGPT : 194 U/L, CRP kuantitatif: 1.1 mg/l,

Prokalsitonin: 0,44 mg/ml, HGB: 8,8 g/dL.

Masalah keperawatan utama pada kasus ini Ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan

risiko infeksi. Intervensi yang diberikan yaitu menganjurkan ibu untuk fisioterapi dada

dengan menepuk punggung bayi jika batuk dan melakukan penghisapan lendir. Sedangkan

untuk intervensi yang diberikan untuk risiko infeksi adalah control infeksi (bersihkan

lingkungan, mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, serta anjurkan intake asi yang

adekuat.
RESUME KASUS LONTARA 4 ATAS DEPAN

An. W berusia 9 tahun 21 hari masuk RS dengan diagnosis medis Nefritis lupus.

Awalnya klien masuk ke RS Bhayangkara dengan keluhan pucat, ada bengkak pada seluruh

tubuh selama 2 minggu. klien demam sejak 1 minggu meskipun tidak terus-menerus. klien

malas makan dan minum, lalu an.W dirujuk ke RSUP Wahidin.

Saat pengkajian dilakukan, Keluarga klien mengatakan klien batuk berdahak,

keluarga mengeluh karena klien kurang nafsu makan. Ketika dikaji, perut klien tampak besar

dengan ukuran 58 cm dan shifting dullness (+). Berat badan saat ini 18 kg & tinggi badan

123 cm. Pengukuran TTV: Suhu 36,6oc, Nadi 101 x/i, Pernafasan 37x/I dan tekanan darah

100/70 mmHg. Ketika di auskultasi terdengar suara nafas bronchovesikuler, ronkhi terdengar,

wheezing tidak ada. Sklera normal namun bibir pucat.

Hasil pemeriksaan urinalis menunjukan PRO: 3+ (proteinuria). Hasil pemeriksaan

laboratorium menunjukan SGOT: 41 U/L, SGPT: 50 U/L, Albumin: 2.8 gr/dl, HCT: 27.6,

HGB: 9.0, RBC: 3.01, PLT: 3. Hasil pemeriksaan foto thoraks menunjukan

bronchopneumonia bilateral

Masalah keperawatan utama pada kasus adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas,

kelebihan volume cairan dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Intervensi

yang diberikan ialah memposisikan klien dengan posisi semifowler, membuang sekret

dengan batuk efektif, dan kolaborasikan pemberiaan farmakologi. manajemen cairan dengan

monitor intake dan ouput klien, monitor edema, monitor data laboratorium yang memiliki

potensi meningkatkan onkotik plasma dan menandakan hemokonsentrasi, berikan obat yang

diresepkan untuk mengurangi preload, mengedukasi manfaat nutrisi, menganjurkan untuk


makan sedikit tapi sering, kolaborasikann memberikan nutrsi tambahan dan terapi obat

penambah nafsu makan

RESUME POLIKLINIK MOTHER AND CHILD

An I berusia 6 tahun 6 bulan datang ke poli dengan diagnosa epilepsi. Awalnya anak

mengalamai kejang sejak 3 hari yang lalu dengan durasi 1-2 menit disertai dengan batuk

berdahak, air liur berlebih, mengamuk dan sering melamun. Ibu klien membawanya ke RSU

Thalia Irham dan dirujuk untuk berobat di poli Anak RSUP Wahidin untuk dilakukan

pemeriksaan Elektroensealografi.

Saat dilakukan pengkajian ibu klien mengatakn bahwa klien kejang sejak umur 1

bulan namun tidak sering sehingga ibu tidak memeriksakan ke rumah sakit. Memasuki umur

5 tahun klien lebih sering kejang dengan durasi 1-2 menit, sering berteriak, lama merespon.

Setelah kejang, klien biasanya lemas. Ibu klien mengatakan ketika kejang kambuh, klien

selalu mencarinya seperti mengetahui gejala jika kejangnya ingin kambuh. Tidak ada riwayat

penyakit serupa di keluarga.

Hasil pengkajian, berat badan saat ini 15 kg dan tinggi badan 89 cm. Ketika dikaji ibu

klien mengatakan klien flu dan sulit tidur ketika malam hari, suara nafas terdengar gurgling,

produksi saliva meningkat. Ibu klien juga mengatakan tidak mengetahui penyebab penyakit

anaknya. Selama pengkajian ibu menanyakan mengenai EEG dan mengatakan takut akan

pengaruh EEG pada anaknya.

Masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah ketidakefektifan bersihan jalan

nafas dan defisiensi pengetahuan. Intervensi yang diberikan untuk ketidakefektifan bersihan

jalan nafas ialah mengajalarkan keluarga untuk fisioterapi dada agar sekret keluar dan

menganjurkan untuk meminum air hangat. Sedangkan, intervensi yang diberikan untuk

defisiensi pengetahuan ialah mengajarkan proses penyakit mulai dari perjalanan penyakit
yang berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, tanda dan gejala yang biasa muncul, pilihan

terapi dan penangannya dengan Bahasa yang mudah dipahami.

Anda mungkin juga menyukai