CI LAHAN CI INSTITUSI
[ ] [ ]
ekstahepatik et causa suspek atresi billier. ibu mengatakan awalnya seminggu setelah lahir
kulit by. N mulai kuning, tetapi ibu menganggap itu hal yang wajar terhadap bayi bru lahir
sehingga ibu by.N selalu menjemur by.N di bawah sinar matahari. Setelah sebulan, kulit by.N
masih menguning dan tidak membaik sehingga ibu membawa bayi ke dokter praktik di Bau-
bau. Hasil lab menunjukkan kadar bilirubin pada by.N yaitu 17,4 mg/dl (hyperbilirubinemia).
Ketika pemeriksaan USG juga ditemukan adanya indikasi atresi billier. Setelah itu by.N
Saat dilakukan pengkajiaan, by.N tampak kuning (penilaian Kramer: derjata 4), sklera
kuning, warna feses putih dan batuk berdahak. Ketika lahir, bayi segera menagis dengan
apgar score 10/10. Pengukuran tanda-tanda vital: suhu 36,5 oc, Nadi 153x/I, Pernafasan
46x/i. Berat badan saat ini 3.400 gram dengan panjang badan 50 cm.
Ketika di auskultasi pada bagian dada didapatkan suara ronchi basah dan ada batuk
direk: 10.74 mg/dL, SGOT : 321 U/L, SGPT : 194 U/L, CRP kuantitatif: 1.1 mg/l,
Masalah keperawatan utama pada kasus ini Ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan
risiko infeksi. Intervensi yang diberikan yaitu menganjurkan ibu untuk fisioterapi dada
dengan menepuk punggung bayi jika batuk dan melakukan penghisapan lendir. Sedangkan
untuk intervensi yang diberikan untuk risiko infeksi adalah control infeksi (bersihkan
lingkungan, mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, serta anjurkan intake asi yang
adekuat.
RESUME KASUS LONTARA 4 ATAS DEPAN
An. W berusia 9 tahun 21 hari masuk RS dengan diagnosis medis Nefritis lupus.
Awalnya klien masuk ke RS Bhayangkara dengan keluhan pucat, ada bengkak pada seluruh
tubuh selama 2 minggu. klien demam sejak 1 minggu meskipun tidak terus-menerus. klien
keluarga mengeluh karena klien kurang nafsu makan. Ketika dikaji, perut klien tampak besar
dengan ukuran 58 cm dan shifting dullness (+). Berat badan saat ini 18 kg & tinggi badan
123 cm. Pengukuran TTV: Suhu 36,6oc, Nadi 101 x/i, Pernafasan 37x/I dan tekanan darah
100/70 mmHg. Ketika di auskultasi terdengar suara nafas bronchovesikuler, ronkhi terdengar,
laboratorium menunjukan SGOT: 41 U/L, SGPT: 50 U/L, Albumin: 2.8 gr/dl, HCT: 27.6,
HGB: 9.0, RBC: 3.01, PLT: 3. Hasil pemeriksaan foto thoraks menunjukan
bronchopneumonia bilateral
Masalah keperawatan utama pada kasus adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
kelebihan volume cairan dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Intervensi
yang diberikan ialah memposisikan klien dengan posisi semifowler, membuang sekret
dengan batuk efektif, dan kolaborasikan pemberiaan farmakologi. manajemen cairan dengan
monitor intake dan ouput klien, monitor edema, monitor data laboratorium yang memiliki
potensi meningkatkan onkotik plasma dan menandakan hemokonsentrasi, berikan obat yang
An I berusia 6 tahun 6 bulan datang ke poli dengan diagnosa epilepsi. Awalnya anak
mengalamai kejang sejak 3 hari yang lalu dengan durasi 1-2 menit disertai dengan batuk
berdahak, air liur berlebih, mengamuk dan sering melamun. Ibu klien membawanya ke RSU
Thalia Irham dan dirujuk untuk berobat di poli Anak RSUP Wahidin untuk dilakukan
pemeriksaan Elektroensealografi.
Saat dilakukan pengkajian ibu klien mengatakn bahwa klien kejang sejak umur 1
bulan namun tidak sering sehingga ibu tidak memeriksakan ke rumah sakit. Memasuki umur
5 tahun klien lebih sering kejang dengan durasi 1-2 menit, sering berteriak, lama merespon.
Setelah kejang, klien biasanya lemas. Ibu klien mengatakan ketika kejang kambuh, klien
selalu mencarinya seperti mengetahui gejala jika kejangnya ingin kambuh. Tidak ada riwayat
Hasil pengkajian, berat badan saat ini 15 kg dan tinggi badan 89 cm. Ketika dikaji ibu
klien mengatakan klien flu dan sulit tidur ketika malam hari, suara nafas terdengar gurgling,
produksi saliva meningkat. Ibu klien juga mengatakan tidak mengetahui penyebab penyakit
anaknya. Selama pengkajian ibu menanyakan mengenai EEG dan mengatakan takut akan
Masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas dan defisiensi pengetahuan. Intervensi yang diberikan untuk ketidakefektifan bersihan
jalan nafas ialah mengajalarkan keluarga untuk fisioterapi dada agar sekret keluar dan
menganjurkan untuk meminum air hangat. Sedangkan, intervensi yang diberikan untuk
defisiensi pengetahuan ialah mengajarkan proses penyakit mulai dari perjalanan penyakit
yang berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, tanda dan gejala yang biasa muncul, pilihan