Anda di halaman 1dari 5

Apabila Bunda memiliki anak yang menderita epilepsi, maka jangan berkecil hati dulu.

Sebab, setidaknya ada 2,5 juta orang Amerika mengalami hal yang sama. Siapapun dan dalam
rentang usia apapun dapat terkena epilepsi, namun memang paling banyak penyakit ini didiagnosa
terjadi pada anak-anak. Sekitar dua sepertiga dari total anak yang menderita epilepsi dapat
mengatasi serangan kejang-kejang yang mengikuti mereka hingga usia remaja.
Apa itu epilepsi?
Epilepsi adalah suatu penyakit yang terjadi pada sistem syaraf pusat dimana sinyal-sinyal
listrik pada otak menjadi terganggu. Gangguan tersebut menyebabkan masalah komunikasi
temporer antara sel-sel saraf sehingga menyebabkan kejang. Nah, kejang ini dapat dianggap
sebagai "badai listrik" yang menyebabkan otak untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak
dimaksudkan oleh orang yang bersangkutan. Walaupun begitu, kalau anak hanya pernah
mengalami kejang-kejang sekali atau dua kali saja, maka belum tentu ia mengidap epilepsi. Anak-
anak dengan epilepsi cenderung memiliki pengalaman kejang-kejang selama periode yang lama,
yakni dari beberapa bulan hingga bertahun-tahun.
Fakta Epilepsi
 Epilepsi bukan penyakit mental.
 Tidak menular.
 Tidak selalu mempengaruhi kecerdasan.
 Epilepsi biasanya tidak semakin memburuk dari waktu ke waktu.
 Bukan satu-satunya penyebab anak-anak mengalami kejang.

Penyebab Epilepsi
Kurang dari setengah kasus terkait penyakit ini, ada suatu masalah spesifik yang umum terjadi
pada otak sehingga si kecil mengalami epilepsi. Misalnya saja:
 Anak mengalami trauma pada otak. Bisa saja terjadi karena ia pernah mengalami kecelakaan
sebelum, selama, atau setelah kehamilan yang membuat otaknya kekurangan oksigen.
 Tumor otak.
 Penyimpangan kromosom.
 Adanya permasalahan terkait metabolisme yang dikarenakan ketidakseimbangan kimia pada
otak anak.
 Anak pernah terserang penyakit menular seperti meningitis atau encephalitis.
 Terjadinya kelainan otak selama masa kehamilan.
 Kelainan pada pembuluh darah si kecil.
Lebih dari setengah kasus epilepsi yang menimpa anak-anak adalah idiopatik, yakni tidak
terdapat alasan lain yang bisa diidentifikasi sebagai biang keladi masalah pada otaknya. Sebagian
besar masyarakat percaya bahwa seorang anak dapat mengidap epilepsi apabila orang tua mereka
atau kerabat dekat lainnya juga pernah mengalami hal yang sama. Namun, sampai saat ini para
peneliti masih mencari jawaban pasti apakah faktor genetik memang berperan dalam terjadinya
epilepsi.
Mengenal lebih jauh soal kejang
Kejang-kejang itu banyak macamnya dan dapat dibedakan dari frekuensi, tingkat
keparahannya, durasi (ada yang cuma beberapa detik hingga bermenit-menit), serta tampilan
kejangnya. Ada banyak sekali tipe-tipe kejang dan hal tersebut tergantung dari sinyal listrik di otak
bagian manakah yang sedang terganggu.
Dua kategori utama terkait kejang adalah kejang umum, yakni kejang yang mempengaruhi
seluruh otak sekaligus, serta kejang parsial, di mana hanya beberapa bagian otak saja yang
terpengaruh. Meski begitu, ada juga orang yang mengalami kedua jenis kejang tersebut. Gangguan
listrik yang terjadi pada kejang parsial juga dapat menyebar dan menyebabkan kejang umum.
Ya, melihat tubuh anak bergerak-gerak tanpa si kecil inginkan memang amat sangat menakutkan
ya, Bun. Rasanya tak sampai hati menyaksikan sang buah hati hilang kesadaran atau bahkan
tampak sangat kesusahan untuk bernafas! Kejang ringan mungkin akan membuat anak Anda untuk
sejenak bingung atau tidak sadar dengan kondisi di sekitarnya. Ada pula kejang yang terjadi begitu
singkat sampai-sampai hanya orang dengan pengamatan tajam saja yang bisa mendeteksi kejang
tersebut. Waspadalah saat anak Bunda terlihat mengedipkan matanya terus-terusan atau bengong
menatap sesuatu untuk beberapa lama sampai ia kembali ke aktifitas normalnya.
Setelah anak mengalami kejang yang berlangsung lebih dari 30 detik, maka kebanyakan dari
mereka akan kelelahan, mengantuk, terlihat bingung, disorientasi, atau bahkan mendadak bersikap
agresif dan gelisah terus selama beberapa menit hingga jam. Peristiwa tersebut disebut sebagai
fase postictal.
Selama anak mengalami kejang, Bunda berperan penting untuk menjaga keamanan anak dengan
bersikap setenang mungkin. Tak usah panik, menjerit-jerit, atau berteriak kesana-kemari meminta
pertolongan. Tariklah nafas dan lakukan langkah-langkah di bawah ini:
 Baringkan si kecil di tempat yang jauh dari perabotan rumah, radiator, tangga, serta benda-
benda tajam.
 Letakkan sesuatu yang lembut (bantal atau selimut) di bawah kepalanya.
 Baringkan anak dalam posisi menyamping ke kanan agar cairan dalam mulutnya dapat keluar.
 Jangan sekali-kali menyumpal mulut anak atau mencegah ia untuk memuntahkan cairan.
Dengan pikiran yang tenang, maka Bunda dapat lebih memperhatikan keadaan sang buah hati
dengan seksama. Catat seberapa sering anak mengalami kejang, apa yang terjadi setelah ia kejang,
serta berapa lama waktu yang ia perlukan sampai anak berhenti kejang. Catatan Bunda tersebut
akan sangat membantu untuk diagnosa dokter. Setelah kejang usai, perhatikan apakah ada anak
mengalami tanda-tanda kebingungan atau fase postiktal. Si kecil mungkin akan sangat mengantuk,
oleh karena itu biarkan ia tidur selama ia mau. Jangan pula memberikan anak obat-obatan kecuali
sudah sesuai dengan resep rekomendasi dokter.
Anak yang mengalami kejang parsial biasanya akan ketakutan atau terlihat kebingungan
selama maupun sesudah kejang terjadi. Tenangkan anak Bunda dan yakinkan ia bahwa segalanya
pasti akan baik-baik saja. Umumnya kejang-kejang tidak sampai merenggut nyawa seseorang.
Namun, apabila kejang terjadi lebih dari 5 menit serta anak terlihat kesusahan bernafas, maka
segeralah bawa dia ke Rumah Sakit terdekat!
Mengobati epilepsi
Setelah melalui beberapa tahapan uji seperti elecroencephalogram (EEG), magnetic
resonance imaging (MRI), atau computerized tomography (CAT) untuk melihat tampilan otak
anak, maka dokter dapat memutuskan pengobatan terbaik bagi si kecil. Obat untuk mencegah
kejang biasanya adalah penanganan pertama yang diberikan pada pengidap epilepsi. Umumnya
anak-anak dapat sembuh hanya dengan satu jenis pengobatan, namun jika anak tetap mengalami
kejang, maka doter akan memberikan pengobatan lain atau mengombinasikan beberapa obat
sekaligus sampai si kecil sembuh.
Sebenarnya, tak ada pengobatan epilepsi yang benar-benar sempurna bagi semua anak.
Selain itu, ada efek samping pengobatan yang tak dapat dihindari. Misalnya saja kelelahan,
menurunnya tingkat kewaspadaan, serta ada masalah terkait mood dan perilaku anak. Disinilah
peran orang tua dibutuhkan untuk selalu memperhatikan gerak-gerik anak dan segera melaporkan
pada dokter apabila ada yang tidak beres.
Kalau berbagai macam obat tidak juga menyebuhkan kejang, maka anak membutuhkan
penanganan yang lebih rumit seperti berikut ini:
 Mengkombinasikan obat.
 Diet khusus ketogenic, dimana anak harus makan asupan tinggi lemak, berkarbohidrat
rendah, serta protein rendah yang umumnya sukar untuk ditaati.
 Mengimplan stimulator syaraf vagal, yakni suatu alat yang diletakkan di bagian dada serta
leher.
 Operasi untuk membuang bagian pada otak yang mengalami gangguan. Operasi epilepsi
memang sangat efetif dalam menyembuhkan kejang-kejang pada anak, namun sejauh ini
hanya kurang dari 10% pasien yang pernah dioperasi, itupun setelah melalui berbagai
macam proses evaluasi.

PENANGANAN PADA EPILEPSI


1. Siapkan Kebutuhan Obat-obatannya
Obat-obatan untuk epilepsi bertujuan bukan untuk menyembuhkan tapi mengontrol gejala
yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Karena itu, siapkan selalu obat-obatan yang dibutuhkan
oleh anak Anda. Ada banyak jenis obat-obatan yang tersedia untuk menangani epilepsi pada
anak. Obat-obatan tersebut antara lain

 Phenytoin
 Carbamazepine
 Valproate
 Valproic acid
 Ethosuximide
 Topiramate
 Gabapentin
 Oxcarbazepine
 Zonisamide
 Lamotrigine
 Felbamate

Obat-obatan tersebut memiliki efek samping berupa pusing, mual, pening, penglihatan
ganda, ruam, dan gangguan koordinasi tubuh. Sementara efek samping yang jarang terjadi,
antara lain hiperaktif, depresi, dan mudah tersinggung. Masing-masing jenis dan tipe epilepsi
akan memerlukan obat-obatan yang berbeda. Karena itu, penting bagi orang tua untuk
mengenali gejala epilepsi dan segera bawa anak untuk berkonsultasi ke dokter, guna
mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat. Jika anak Anda telah memasuki bangku
sekolah, pastikan dia mengetahui tata cara pemakaian obat tersebut, seperti dosis dan waktu
meminumnya saat di sekolah. Jelaskan pula kondisi anak Anda pada guru dan pembimbing di
sekolahnya.
2. Dekati dari Sisi Kejiwaannya
Anak yang menderita epilepsi mungkin mengalami gangguan emosional, seperti rendah
diri atau depresi. Namun, jangan biarkan hal itu terjadi pada buah hati Anda. Untuk
menguatkan kondisi kejiwaannya, jelaskan seluk-beluk penyakit yang dideritanya, seperti apa
itu epilepsi, apa gejalanya, dan bagaimana cara mengatasinya. Tumbuhkan kepercayaan
dirinya dengan mengatakan bahwa dia masih bisa melakukan aktivitas yang ia sukai, namun
harus dilakukan secara hati-hati atau perlu pengawasan. Bantu anak untuk memahami bahwa
‘menjadi berbeda’ adalah hal yang normal, anjurkan untuk terus berfokus pada apa yang bisa
dia lakukan. Dia juga masih bisa berprestasi, karena epilepsi tidak memengaruhi
kecerdasannya selama diberikan pengobatan dari dokter. Beritahu pula kondisi yang dialami
anak Anda pada seluruh anggota keluarga dan teman-temannya, agar tidak terlontar kata-kata
yang bisa menyakiti hatinya. Jelaskan kepada mereka bahwa epilepsi bukanlah penyakit
menular. Jadi, tidak ada lagi alasan untuk menjauhinya.

3. Jaga Keselamatannya
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ada baiknya dampingi anak Anda ketika
dia sedang menjalani aktivitas yang bisa membahayakan nyawanya apabila terjadi kejang,
misalnya berenang. Ditakutkan, epilepsinya kambuh ketika dia sedang bermain di air. Atau
pakaikan pelindung kepala saat ia bersepeda dan jangan biarkan dia bersepeda sendirian. Saat
berada di kamar mandi, beri tahu dia agar tidak mengunci pintu kamar mandi. Jika sewaktu-
waktu dia mengalami kejang, Anda bisa dengan mudah menolongnya. Jangan biarkan anak
terlalu kelelahan dan mengalami demam karena hal ini bisa memicu terjadinya kejang.
4. Ketika Anak Kejang
Saat anak kejang-kejang, Anda tidak boleh panik. Tenangkan diri Anda agar Anda bisa
menolongnya.

 Pastikan dia dalam keadaan yang aman.


 Jauhkan dia dari benda-benda yang tajam, benda yang keras, tangga, dan perabot rumah.
 Setelah itu, baringkan tubuhnya ke arah kanan atau kiri agar cairan dalam mulutnya bisa
keluar dan tidak masuk ke jalan napasnya. Jangan memasukkan benda apapun ke dalam
mulut anak selama kejang berlangsung, kondisi ini dapat menghambat jalan napas.
 Saat dan setelah kejang, pantau kondisi anak apakah ia bernapas. Jika setelah kejang, anak
tidak bernapas, maka segeralah bawa anak ke IGD rumah sakit terdekat.
 Selama dan setelah kejang berakhir, anak Anda mungkin ketakutan dan bingung dengan
kondisi yang dialami. Tenangkanlah dia dengan berkata bahwa semua baik-baik saja dan
bahwa Anda selalu ada di sisinya.
 Biarkanlah dia beristirahat. Hindari memberikan obat tambahan, kecuali bila diresepkan
oleh dokter.
 Kejang-kejang adalah kondisi yang perlu mendapat pemeriksaan dan penanganan dokter.
Terlebih jika hal itu berlangsung lebih dari lima menit dan disertai sesak napas.

Epilepsi pada anak memang terdengar seperti sesuatu yang mengerikan. Tapi dengan
penanganan yang tepat, seperti memberikan obat-obatan dan berkonsultasi ke dokter secara
rutin, serta mengawasi aktivitasnya, dapat mengurangi risiko anak terkena bahaya. Jika
kondisinya semakin memburuk setelah mengonsumsi obat-obatan, Anda bisa kembali
berkonsultasi ke dokter agar mendapat pengobatan baru atau menjalani terapi untuk
mengontrol gejala epilepsi pada anak.

Anda mungkin juga menyukai