Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Adenoma hipofisis adalah tumor jinak yang tumbuh dari sel – sel adenohipofisis
yang mengisi ruang sella dan suprasella. Tumor disebut fungsional bila menyebabkan
peningkatan produksi hormon hipofisis anterior, dan disebut nonfungsional bila tidak
terjadi peningkatan hormon hipofisis anterior atau bahkan terjadi penurunan produksi.

2.2 Etiologi

Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hipofisis
hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang
tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel tipe I dikaitkan
dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-
kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran
(metastasis) dari kanker situs lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-
paru pada pria merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar
pituitari. Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal,
kanker prostat, melanoma, dan kanker pencernaan.

2.3 Klasifikasi

Berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan dibedakan menjadi
2 jenis yaitu :

a. Adenoma Hipofisis Non Fungsional (Tidak Memproduksi Hormon)


Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis. Biasanya
muncul pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering
ditemukan padalaki-laki daripada wanita. Nama lain dari tumor ini yaitu Null cell
tumor, undifferentiated tumor dan non hormon producing adenoma. Karena tumor
ini tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak
memberikan gejala apa-apa. Sehingga ketika diagnose ditegakkan umumnya
tumor sudah dalam ukuran yang sangat besar, atau gejala yang timbul karena efek
masanya. Tumor biasanya solid walaupun bisa ditemukan tumor dengan
campuran solid dan kistik.

b. Adenoma Hipofisis Fungsional Yang Terdiri Dari :


1. adenoma yang bersekresi prolaktin
2. adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)
3. adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
4. adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)

Tumor yang berasal dari bagian ini akan memproduksi secara berlebihan
beberapa atau salah satu dari hormon mpoptida, jika ini terjadi maka dinamakan
fungsional atau secreting adenoma. Adanya adenoma kelenjar hipofisis anterior
bisa dideteksi dengan melihat aktifitas endokrin dan dengan immunohisto
chemical staining. Ada juga klasifikasi dari buku medikel bedah yaitu : Eusinofil
Basofil Kromopom.

Klasifikasi berdasarkan gambaran radiology

a. Grade 0 : tumor tidak terlihat secara radiologi


b. Grade I dan II: adenoma yang terbatas dalam sella turcica
c. Grade III dan IV: adenoma yang menginvasi ke jaringan sekitarnya.

Berdasarkan penyebarannya tumor ke extrasellar maka dibagi lagi dalam


subklasifikasi berikut :

a. A,B,C yaitu penyebaran langsung ke suprasellar


b. D yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus kavernosus
c. E yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus intracranial

2.4 Patofisiologi

Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari monoklonal,


yang timbul dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Neoplasia hipofisis
merupakan proses multi-step yang meliputi disregulasi pertumbuhan sel atau
proliferasi, diferensiasi dan produksi hormon. Ini terjadi sebagai hasil aktifasi fungsi
onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor. Proses aktivasi fungsi onkogen
merupakan hal yang dominan, karenanya gangguan allel tunggal dapat menyebabkan
perubahan fungsi sel.

Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus terlibat
untuk mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik ditemukan pada
adenoma hipofisis sesuai dengan proses neoplastik multi step. Abnormalitas protein
G, penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras gen, delesi gen p53, 14 q, dan
mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan adenoma
kelenjar hipofisis.

Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi terjadinya


hiperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG (Pituitary tumor
transforming gene) menyebabkan transformasi aktifitas dan menginduksi sekresi
dasar bFGF, sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis dan formasi tumor. PTTG
ini diinduksi oleh estrogen.

2.5 Manifestasi Klinis

1. Adenoma Hipofisis non fungsional:


a. Nyeri kepala
b. Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma
optikum, timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut nasal
inferior yang terletak pada aspek inferior dari chiasma optikum melayani
lapang pandang bagian temporal superior (Wilbrand’s knee), maka yang
pertama kali terkena adalah lapang pandang quadrant bitemporal superior.
Selanjutnya kedua papil akan menjai atrophi.
c. Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis
yang progressif dalam beberapa bulan atau beberapa tahun berupa:
1) Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar
2) Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah
3) Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan.

2. Manifestasi Klinis Adenoma Fungsional


a. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
1) Hyperprolactinemia pada wanita didahului amenorhoe, galactorhoe,
kemandulan dan osteoporosis.
2) Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya
sexual yang menurun. Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini
pada laki-laki biasanya ditemukan jika sudah menimbulkan efek kompresi
pada struktur yang berdekatan.
b. Adenoma yang bersekresi growth hormone
1) Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH
secara kronik. Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang
timbul lebih karena efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena
gangguan somatiknya.
2) Lalu timbul visceromegali
3) Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan
subcutisyang lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada
jari-jari, bibir,telinga dan lidah. Adanya skin tags ini penting karena
hubungannya dengan keganasan pada kolon.
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH) Kecuali untuk tumor
yang bersekresi TSH, yang menunjukkan gejala :
1) Hypertiroidism glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala
yang spesifik sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini
biasanya baru ditemukan sesudah memberikan efek kompresi pada
struktur didekatnya seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis.
2) Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves
disease, graves disease merupakan penyakit yang diturunkan, dimana
terdapat resistensi yang efektif terhadap hormon tioid yang menyebabkan
pengaruh umpan balik negatif dari hormon tiroid atau TSH lemah,
sehingga timbul hipersekresi TSH. Kelainan ini sering bersamaan dengan
bisu tuli, stipled epiphyse dan goiter, iniyang membedakan dengan
hipertiroid akibat adanya adenoma.
3) Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai
wanita, gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema
dan kadar serum immunoglobulim stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.
d. Adenoma yang bersekresi ACTH
1) Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun
2) Khas ditandai dengan truncal obesity, hipertensi, hirsutisme
(wanita),hyperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran, amenorrhea,
acne, striaeabdominal, buffallo hump dan moon facies. Kelainan
endokrinologik yang berat ini sudah muncul pada tahap sangat dini dari
tumornya yang menyulitkan dalam mendeteksi dan identifikasi
sumbernya.

2.6 Penatalaksanaan

1. Pengobatan.
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit disfungsidan
penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah spesimen darah
diagnostic telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau adrenal adalah
sangat penting. Steroid penggantian harus cukup untuk situasi stres, termasuk
periode perioperatif. Tujuan perawatan berbeda sesuai dengan aktivitas
fungsional tumor. Untuk tumor endokrinaktif, pendekatan yang agresif
terhadap normalisasi hipersekresi sangat penting sekaligus mempertahankan
fungsi hipofisis normal. Hal ini biasanya dapat dicapai dengan bedaheksisi,
tetapi beberapa Prolaktinoma lebih baik dikontrol secara medis.Untuk
nonsecreting tumor, pengobatan diarahkan bedah pengurangan efek massa
bertanggung jawab atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi hipofisis.
Meskipun bedahreseksi lengkap diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini
mengundang subtotal debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk
mengurangi risiko kekambuhan atau keganasan.Adenomas asimtomatik
insidentil tidak memerlukan intervensi tetapi harus diikuti dengan
pemeriksaan secara berkala bidang visual dan MRI. Timbulnya gejala atau
MRI dokumentasi pertumbuhan indikasi untuk perawatan.

2. Pembedahan
Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat prosedur
pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan tumor lunak dan
gembur,dan transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan untuk
penghapusan lengkap bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi atau
sella tidak diperbesar.

3. Terapi radiasi
melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan atau kekambuhan.
Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang
menentangsejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk
menghindari dosis yang tidak perludi lobus temporal. Dosis 4.500-5.000 cGy
disampaikan dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum, pasien
dengan tumor subtotally resected diberikan terapi radiasi.Walaupun radiasi
mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan kambuhnya setelah brutototal
reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI scan dan pemeriksaan bidang
visual dan menahan radiasi kecuali ada tumor didokumentasikan regrowth.

2.7 Komplikasi

1. Adenoma akan bermetastase pada organ lain yang akan menimbulkan kanker dan
organ yang terdekat dapat diserang adalah otak yang mengakibatkan menjadi
tumor ataupun kanker otak
2. Hypotiroidism : kerusakan kelenjar tiroid dimana kelenjar berhenti memproduksi
jumlah normal hormon
3. Hypoadrenalism : proses patologis hormon korteks adrenal yang tidak memadai
untuk mempertahankan kehidupan normal
4. Hypogonadism : kondisi tubuh (testikel) tidak memproduksi cukup hormon
testoteron

Daftar Pustaka

Boughman, Diane C, JoAnn c Hackley. 2000. Keperawatan Medical Bedah : Buku


Saku Untuk Perawat Brunner & Sudarth. Jakarta : EGC.

Rumahoro, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Endokrin. Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,


Diagnosa, dan Evaluasi. Jakarta : EGC.

Wise, Peter H. 1993. Atlas Bantu Endokrinologi. Jakarta : Hipokrates.

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3.


EGC : Jakarta.

Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep
Klinis dan Proses- proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.

Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai