Anda di halaman 1dari 20

B.

Gangguan Hipofisis
1.Konsep Dasar
a.Pengertian
Kelenjar Hipofise adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dibawah
Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-
organ endokrin (Price & Wilson, 2006)

Kelenjar hipofisis adalah medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia,
kelenjar ini mengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan testis, kontrol
laktasi,kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang linear, dan mengatur
osmolalitas dan volume dari cairan intravascular dengan memelihara resorpsi cairan di ginjal
(Noer,1999).

Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus, lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus
anterior kelenjar ini terdapat 5 tipe sel yang memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada
lobus posterior dilepaskan 2 macam hormon peptida.Pituitary tumor, pertumbuhan abnormal
yang berkembang di kelenjar hipofisis di otak,hampir selalu noncancerous (jinak). Sebagian
besar tumor hipofisis (adenomas) tidak menyebar di luar tengkorak (nonmetastatic) dan
biasanya masih terbatas pada kelenjar pituitari atau di dekatnya jaringan otak.
Pituitary tumor cukup umum dan sering didiagnosis melalui scan MRI yang dilakukan
untuk alasan lain (Smeltzer,et al,2002).
b.Etiologi
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hipofisis
hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak
terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan
tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor
hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari
kanker situs lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria
merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya
yang menyebar ke kelenjar pituitari termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma, dan
kanker pencernaan (Smeltzer,et.al,2002)
c.Patofisiologi
Penyebab hipofungsi hipofisis dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila
gangguannya terdapat pada kelenjar hipofisis itu sendiri dan sekunder bila gangguan terdapat
pada hipotalamus, penyebab tersebut diantaranya:
1. Defek perkembangan kongenital, seperti pada dwarfisme pituitari.

2. Tumor yang merusak hipofise atau merusak hipotalamus.

3. Iskemia, seperti pada nekrosis post parfum.

Hipopituitary pada orang dewasa dikenal sebagai penyakit simmods yang ditandai dengan
kelemahan umum: intolesansi terhadap dingin, nafsu makan buruk, penurunan BB dan
hipotensi. Wanita yang mengalami penyakit ini tidak akan mengalami menstruasi dan pada
pria akan menderita impotensi dan kehilangan libido. Pada masa kanak-kanak akan
menyebabkan dwafirasme (kerdil).

d. Klasifikasi
Menurut Price & Wilson (2006) klasifikasi dibedakan berdasarkan hormon yang
diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)
Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis. Biasanya muncul
pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering ditemukan pada laki-laki
daripada wanita. Nama lain dari tumor ini yaitu Null cell tumor,undifferentiated
tumor dan non hormon producing adenoma. Karena tumor ini tidak memproduksi hormon,
maka pada tahap dini seringkali tidak memberikan gejala apa-apa. Sehingga ketika diagnose
ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran yang sangat besar, atau gejala yang timbul
karena efek masanya.
2.Adenoma Fungsional
a) Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Hyperprolactinemia pada wanita didahului amenorhoe, galactorhoe,
kemandulan dan osteoporosis. Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi
atau daya sexual yang menurun. Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini
pada laki-laki biasanya ditemukan jika sudah menibulkan efek kompresi pada struktur
yang berdekatan.
b) Adenoma yang bersekresi growth hormon
Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH secara
kronik.Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih karena efek
kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan somatiknya. Gejala dini berupa:
 Ukuran sepatu dan baju membesar
 Lalu timbul visceromegali
 Hiperhidrosis,
 Macroglossia,
 Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan subcutis yang
lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada jari-jari, bibir,telinga dan lidah.
Adanya skin tags ini penting karena hubungannya dengankeganasan pada kolon.

c) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)


Kecuali untuk tumor yang bersekresi TSH, yang menunjukkan hypertiroidism
glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang spesifik sehubungan dengan
hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya baru ditemukan sesudah memberikan efek
kompresi pada struktur didekatnya seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis.
Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves disease, graves
disease merupakan penyakit yang diturunkan, dimana terdapat resistensi yang efektif
terhadap hormon tiroid yang menyebabkan pengaruh umpan balik negatif dari hormon tiroid
atau TSH lemah, sehingga timbul hipersekresi TSH. Kelainan ini sering bersamaan dengan
bisu tuli, stipled epiphyse dan goiter, ini yang membedakan dengan hipertiroid akibat adanya
adenoma.

Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai wanita, gejala
lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan kadar serum immunoglobulim
stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.

d) Adenoma yang bersekresi ACTH


Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun khasnya ditandai dengan
truncal obesity, hipertensi, hirsutisme (wanita),hyperpigmentasi, diabetes atau
glukosa intoleran, amenorrhea, acne, striae.
e.Pemeriksaan fisik
1.Inspeksi :
klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh
(jika timbul saat usia dini).Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang
abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia
dewasa).Kulit klien tampak pucat,terdapat penumpukan lemak di punggung, wajah.Klien
tampak mengalami diplopia (pandangan ganda),tampak atropi pada pupil .Klien tampak
susah membedakan warna.Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena
kelemahan otot

2.Palpasi:
Terdapat nyeri kepala,kelemahan otot tonus otot Ekstremitas atas 444 dan
ekstremitas bawah 444.

f. Pemeriksaan diasnostik
Menurut Smeltzer,et.al (2002) Adapun pemeriksaan pada adenoma Hipofisis non
fungsional ialah sebagai berikut:
a. Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella
menipis dan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik maka pada
lateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter AP dari kelenjar
hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang pada yang lainnya
normal < 9 masing-masing.
b. MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma tampak lebih jelas,
tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan lebih baik.
c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi dari
kelenjar hipofisis.
Sedangkan pemeriksaan pada Adenoma Fungsional menurut Smeltzer,et.al (2002)
ialah sebagai berikiut:
a. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml
biasanyaberkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150
ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamin
berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis
karena operasi).
b. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini yang berupa
cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh <1 ng/ml, pada penderita
acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun pada penderita biasanya tetap
normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya, karena kadarnya yang
konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali
mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah
pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan ini menunjukkan adanya hpersekresi
dari GH. Pemberian GRF atau TRH perdarahan infus akan meningkatkan kadar GH, pada
keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan
MRI, jika dengan MRI tidak terdapat sesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik
dari GH.
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta subarakhnoid
unit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga hormon,sedangkan beta
subarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik immunohistokimia yang spesfik bias diukur
kadar dari alpha subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta subarachnoid unit. Pada tumor
ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun pada adenoma non
fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga
telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau adrenal adalah sangat penting. Steroid
penggantian harus cukup untuk situasi stres, termasuk periode perioperatif. Tujuan
perawatan berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional tumor.
Untuk tumor endokrin aktif, pendekatan yang agresif terhadap normalisasi
hipersekresi sangat penting sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal
ini biasanya dapat dicapai dengan bedah eksisi, tetapi beberapa Prolaktinoma lebih baik
dikontrol secara medis. Untuk nonsecreting tumor, pengobatan diarahkan bedah
pengurangan efek massabertanggung jawab atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi
hipofisis. Meskipun bedah reseksi lengkap diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini
mengundang subtotal debulking diikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi
risiko kekambuhan atau keganasan.
Adenomas asimtomatik insidentil tidak memerlukan intervensi tetapi harus diikuti
dengan pemeriksaan secara berkala bidang visual dan MRI. Timbulnya gejala atau
MRI dokumentasi pertumbuhan indikasi untuk perawatan.
Pembedahan: Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat
prosedur pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan tumor lunak dan gembur,
dan transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan untuk penghapusan
lengkap bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar.
Tingkat kematian kurang dari 1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan
penglihatan, meningitis, CSF bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%. Diabetes
insipidus permanen muncul setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari pasien dan
diperlakukan oleh penggantinya.
Terapi radiasi: Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan
atau kekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang
(bidang menentang sejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk menghindari dosis
yang tidak perlu di lobus temporal. Dosis 4.500-5.000 cGy disampaikan dalam pecahan 180-
cGy disarankan. Secara umum, pasien dengan tumor subtotally resected diberikan terapi
radiasi. Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaankambuhnya
setelah bruto total reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI scan dan pemeriksaan bidang
visual dan menahan radiasi kecuali ada tumor didokumentasikan regrowth.

Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary adenoma hipofisis, prolactinoma dan


penyakit Cushings, keputusan yang berkaitan dengan pengobatan untuk tumor kelenjar
hipofisis bergantung pada pemahaman lengkap tentang risiko bersaing vs manfaat
untuk pengobatan yang berbeda. Pilihan untuk perawatan tumor kelenjar pituitari
dapat mencakup operasi, Radiosurgery dan gamma pisau.

2. Konsep Keperawatan
Menurut Noer, S (1999) pengkajian pada pasien dengan gangguan hipofisis ialah
sebagai berikut :
a.Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:
a) Riwayat penyakit masa lalu

Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat
radiasi pada kepala.
b) Sejak kapan keluhan dirasakan
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin
nyata pada masa praremaja.
c) Apakah keluhan terjadi sejak lahir.

Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada klien kretinisme.
d) Kaji TTV dasar untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.

e) Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien.Bandingkan
pertumbuhan anak dengan standar.
f) Keluhan utama klien:

1. Pertumbuhan lambat.

2. Ukuran otot dan tulang kecil.

3. Tanda – tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut
axila,payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain – lain.
4. Interfilitas.

5. Impotensi.

6. Libido menurun.

7. Nyeri senggama pada wanita.

g) Pemeriksaan fisik

Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah
dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan
rambut wajah (jenggot dan kumis).
h) Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.

i) Tergantung pada penyebab hipopituitary, perlu juga dikaji data lain sebagai data
penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri
kepala.
j) Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya. k) Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :
Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.
l) Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin,testosteron,
kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi
tiroid releasing hormone.

b.Diagnosa Keperawatan

Menurut PPNI (2017) diagnoa keperawatan pada pasien dengan gangguan hipofisis
ialah sebagai berikut:

1) Nyeri akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendada atau lambat dan berintesitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, trauma, Latihan fisik
berlebihan )

Hasil yang diharapkan : Menurut standar luaran keperawatan Indonesia (PPNI, 2019)
Luaran Utama : tingkat nyeri
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktuak dan fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan
Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kemampuan
1 2 3 4 5
menuntaskan aktivitas
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri 1 2 3 4 5
sendiri
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Perasaan depresi 1 2 3 4 5
Perasaan takut
mengalami cedera 1 2 3 4 5
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum terasa
1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba
1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Cukup
Sedang Membaik
k Memburuk Membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Focus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

Luaran Tambahan : Mobilitas fisik , status kenyamanan (PPNI, 2019)


1. Mobilitas fisik
Definisi : kemampuan dalam Gerakan fisik dari satu atau lebih ektremitas secara
mandiri
Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Pergerakan ekstremitas 1 2 3 4 5
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
Rentang gerak (ROM) 1 2 3 4 5
Cukup
Cukup
Memburuk Memburu Sedang Membaik
Membaik
k
Nyeri 1 2 3 4 5
Kecemasan 1 2 3 4 5
Kaku sendi 1 2 3 4 5
Gerakan tidak terkoordinasi 1 2 3 4 5
Gerakan terbatas 1 2 3 4 5
Kelemahan fisik 1 2 3 4 5

2. Status kenyamanan
Definisi : keseluruhan rasa nyaman dan aman secara fisik, psikologis, spiritual,
sosial, budaya, dan lingkungan

Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menurun Meningkat
Kesejahteraan fisik 1 2 3 4 5
Kesejahteraan
1 2 3 4 5
psikologis
Dukungan sosial dari
1 2 3 4 5
keluarga
Dukungan sosial dari
1 2 3 4 5
teman
Perawatan sesuai
1 2 3 4 5
kayakinan budaya
Perawatan sesuai
1 2 3 4 5
kebutuhan
Kebebasan melakukan
1 2 3 4 5
ibadah
Rileks 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan tidak nyaman 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kebisingan 1 2 3 4 5
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan kedinginan 1 2 3 4 5
Keluhan kepanasan 1 2 3 4 5
Gatal 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Lelah 1 2 3 4 5
Merintih 1 2 3 4 5
Menangis 1 2 3 4 5
Iritabilitas 1 2 3 4 5
Menyalahkan diri
1 2 3 4 5
sendiri
Konfusi 1 2 3 4 5
Konsumsi alcohol 1 2 3 4 5
Penggunaan zat 1 2 3 4 5
Percobaan bunuh diri 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Cukup
Sedang Membaik
k Memburuk Membaik
Memori masa lalu 1 2 3 4 5
Suhu ruangan 1 2 3 4 5
Pola eliminasi 1 2 3 4 5
Postur tubuh 1 2 3 4 5
Kewaspadaan 1 2 3 4 5
Pola hidup 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

2) Hipertermi
Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab :
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkunan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator
Hasil yang diharapkan : Menurut standar luaran keperawatan Indonesia (PPNI, 2019)
Luaran Utama : Termoregulasi
Definisi : pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
Kriteria Hasil Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Menggigil 1 2 3 4 5
Kulit merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrosianosis 1 2 3 4 5
Konsumsi
1 2 3 4 5
oksigen
Piloareksi 1 2 3 4 5
Vasokonstriksi
1 2 3 4 5
perifer
Kutis 1 2 3 4 5
memorata
Pucat 1 2 3 4
Takikardi 1 2 3 4
Takipnea 1 2 3 4
Bradikardi 1 2 3 4
Dasar kuku
1 2 3 4
sianotik
Hipoksia 1 2 3 4
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Kadar glukosa
1 2 3 4 5
darah
Pengisian
1 2 3 4 5
kapiler
Ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5

Luaran Tambahan : Perfusi Perifer, Status Kenyamanan (PPNI, 2019)


1) Perfusi Perifer
Definisi : keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk menunjukkan fungsi
jaringan
Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Denyut nadi
1 2 3 4 5
perifer
Penyembuhan
1 2 3 4 5
luka
Sensasi 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Warna kulit
1 2 3 4 5
pucat
Edema
1 2 3 4 5
perifer
Nyeri
1 2 3 4 5
ekstremitas
Parastesia 1 2 3 4 5
Kelemahan
1 2 3 4 5
otot
Kram otot 1 2 3 4 5
Bruit
1 2 3 4 5
femoralis
Nekrosis 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Pengisian
1 2 3 4 5
kapiler
Akral 1 2 3 4 5
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Tekanan
1 2 3 4 5
darah sistolik
Tekanan
darah 1 2 3 4 5
diastolic
Tekanan
arteri rata – 1 2 3 4 5
rata
Indeks ankle-
1 2 3 4 5
brachial
2) Status Kenyamanan
Definisi : keseluruhan rasa nyaman dan aman secara fisik, psikologis, spiritual,
sosial, budaya, dan lingkungan
Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kesejahteraan fisik 1 2 3 4 5
Kesejahteraan
1 2 3 4 5
psikologis
Dukungan sosial dari
1 2 3 4 5
keluarga
Dukungan sosial dari
1 2 3 4 5
teman
Perawatan sesuai
1 2 3 4 5
kayakinan budaya
Perawatan sesuai
1 2 3 4 5
kebutuhan
Kebebasan melakukan
1 2 3 4 5
ibadah
Rileks 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan tidak nyaman 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kebisingan 1 2 3 4 5
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan kedinginan 1 2 3 4 5
Keluhan kepanasan 1 2 3 4 5
Gatal 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Lelah 1 2 3 4 5
Merintih 1 2 3 4 5
Menangis 1 2 3 4 5

c.Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI, 2019), intervensi utama
untuk masalah nyeri akut adalah manajemen nyeri dan pemberian analgesic.
1. Manajemen nyeri
Definisi : mengidentifikasikan dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jarngan atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping pengunaan analgetic
Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbngkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
e. Ajarkan teknik farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetic

2. Pemberian analgesic
Definisi :
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi karakteristik nyeri
b. Identifikasi Riwayat alergi obat
c. Identifikasi kesesuaian jenis analgesic
d. Monitor tanda – tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
e. Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
a. Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal,
jika perlu
b. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus untuk mempertahankan
kadar dalam serum
c. Tetapkan target efektifitas analgesic dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
a. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi

Sedangkan intervensi pendukung diantaranya adalah terapi relaksasi (PPNI, 2019)


1. Terapi relaksasi
Definisi : menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda dan gejala
ketidaknyamanan seperti nyeri, keteganga otot, atau kecemasan.
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
b. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah elektif digunakan
c. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
d. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah Latihan
e. Monitor respos terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
a. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
b. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
c. Gunakan pakaian longgar
d. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
e. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetic atau Tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
a. Opjelaska tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
b. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
c. Anjurkan mengambil posisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
e. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
f. Demontrasikan dan latih teknik relaksasi

2) Hipertermi
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI, 2019), intervensi utama
untuk masalah hipertermi adalah Manajemen Hipertermi.
1. Manajemen hipertermi
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermi
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor haluaran urin
5) Monitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan dan lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Hindari pemberian antipiretik dan aspirin
6) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Sedangkan intervensi pendukung diantaranya adalah Pemantauan Cairan (PPNI,


2019)
Definisi : mengumpulkan dan menganalisis data terkait pengaturan keseimbangan
cairan.
Tindakan
Observasi
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi napas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu pengisian kapiler
6. Monitor elastisitas atau turgor kulit
7. Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urine
8. Monitor kadar albumin dan protein total
9. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis, osmolaritas serum, hematokrit, natrium,
kalium, BUN)
10. Monitor intake dan output cairan
11. Identifikasi tanda – tanda hypovolemia
12. Identifikasi tanda – tanda hypervolemia
13. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

KESIMPULAN DAN SARAN


Kelenjar Hipofise adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dibawah
Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-
organ endokrin.
Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH,
ACTH atau prolakter.
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana
yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami pembesaran, disebut adenoma
makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm, yang terdiri atas satu jenis sel atau
beberapa jenis sel.
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila
gangguannya terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan
terdapat pada hipotalamus
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC,Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :
Jakarta.
Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan
Proses-proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta : EGC
Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.
http://www.mayoclinic.org/pituitary-tumors/

Anda mungkin juga menyukai