Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENYALURAN ENERGI

SENAM POCO-POCO PADA PASIEN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN DI YAYASAN PEMENANG JIWA MEDAN

OLEH :
KELOMPOK 5

WAHYULI ROHAYATI (200202063


HILYATI HUSNA (200202025)
LENA SELVIANA (200202034)
MEGA OKTAFIA SIANTURI (200202035)
RIDHO MARWARA (200202047)
RUTINA PASARI (200202049)

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan terapi aktivitas kelompok
pada pasien dengan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara untuk memenuhi salah satu syarat praktek dan mata kuliah
keperawatan jiwa dalam menyelesaikan Profesi Ners. Adapun proposal yang telah
disepakati dan telah disusun oleh penulis dengan judul “Proposal Terapi
Aktivitas Kelompok Penyaluran Energi Senam Poco-Poco Pada Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) di Yayasan pemenang jiwa Medan tahun
2021”. Dalam penyusunan laporan ini banyak pihak yang membantu penulis,
untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Rinco Siregar, S.Kep, MNS selaku Ketua Prodi Keperawatan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
2. Bapak Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep Jiwa selaku Koordinator
Program Studi Ners.
3. Bapak Jenny Marlinawani Purba, MNS., ThD Jiwa selaku dosen pembimbing
Praktek Belajar Lapangan di yayasan pemenang jiwa medan.
4. Staf Pegawai yayasan pemenang jiwa medan.
5. Staf Pengajar dan Pegawai Universitas Sari Mutiara Indonesia
6. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan, materi dan doa untuk
menyelesaikan tugas makalah ini .
7. Serta terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara
Indonesia yang telah bersama-sama menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka
dari itu kami dari penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Maret 2021

Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat jiwa adalah suatu kestabilan emosional yang diperoleh dari kemampuan
seseorang dalam mengendalikan diri dengan selalu berpikir positif dalam
menghadapi stresor lingkungan tanpa adanya tekanan fisik, psikologis baik
secara internal maupun eksternal (Nasir, Abdul., 2011)

Menurut UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, Kesehatan


Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Pada
pasal 70 menjelaskan bahwa pasien dengan gangguan jiwa mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau, mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan jiwa, mendapatkan jaminan atas ketersediaan obat
psikofarmaka sesuai dengan kebutuhannya. (Kementerian Kesehatan RI,
2016).

World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 450 juta


orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10%
orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama
hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan
dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030 (Wakhid,
2016).

Skizofrenia merupakan penyakit yang berbahaya dan tidak terkontrol dan


cenderung melukai orang lain maupun diri sendiri (Videbeck, 2011).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang bersifat kronis, gangguan
realitas, gangguan fungsi kognitif serta kesulitan dalam melakukan aktivitas
(Keliat, 2015). Berdasarkan WHO (2013) penderita skizofrenia di
masyarakat berkisar 1-3 orang permil penduduk di dunia. Sedangkan di
Indonesia penderita skizofrenia 1,7 orang permil penduduk indonesia
(Riskesdas,2013). Data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit
Jiwa Prof.Dr.M.Ildrem Provsu Medan tahun 2017, pasien yang menderita
skizofrenia sebanyak 13,846 (85.3%). Masalah yang sering muncul pada
pasien skizofrenia adalah perilaku kekerasan (Choe, Teplin, & Abram, 2008
dalam Wuryaningsih dkk, 2013).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang


dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik
kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan
merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressivebehavior) yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Diperkirakan sekitar 60% penderita perilaku kekerasan (Wirnata, 2012).
Perilaku kekerasan dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung
perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan (Muhith, 2015).

Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah


diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun
orang lain dan dapat merusak lingkangan sekitar. Tanda dan gejala resiko
perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan social. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat
denyut nadi dan pernapasan meningkat mudah tersinggung, marah, amuk
serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain (Keliat, dan Muhith,
2016).

Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara


kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran
energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif
dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
a.       Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b.      Mengekspresikan perasaan
c.       Meningkatkan hubungan interpersona
Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. TAK stimulasi
adalah TAK dengan fokus memberikan stimulasi kepada pasien agar mampu
memberikan respon yang adekuat. TAK stimulasi sensori diindikasikan untuk
pasien isolasi sosial, harga diri rendah, dan kurang komunikasi verbal (Keliat
& Akemat, 2005).

Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi


semua panca indra (sensori) agar memberi respons yang asdekuat. TAK
stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus
tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku (Keliat & Akemat,
2005).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan ODGJ dapat mengerti dan
memahami tentang penyaluran energy dengan cara senam.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan ini ODGJ diharapkan mampu
memahami :
1. Memahami bagaimana cara penyaluran energy agar tidak melakukan
hal hal yang membahayakan diri sendiri dan orang lain
2. Memahami bagaimana cara mengontrol emosi
3. Memahami tanda-tanda emosi
BAB II
PROPOSAL KEGIATAN
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK RESIKO PERILAKU KEKERASAN
(RPK)
“MELAKUKAN TERAPI PENYALURAN ENERGI SENAM
POCO-POCO”

A. Defenisi
Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan
dapat merusak lingkungan sekitar. Tanda dan gejalarisiko perilaku kekerasan
dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, mudah tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri
sendiri maupun orang lain (Pardede, dan Hulu, 2020).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendari perilaku seseorang


yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Perilaku
kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada
orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh
orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada di lingkungan.Pasien
yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar melakukan kekerasan
dirumah.Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali
penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama dirumah (Yusuf dkk,
2015).

B. Karakteristik Pasien Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)


Karakteristik dengan perilaku yang ditampilkan
Data Objektif :
a. Mata melotot/ pandangan tajam
b. Tangan mengepal dan Rahang mengatup
c. Wajah memerah
d. Postur tubuh kaku
e. Bicara kasar, ketus
f. Amuk/agresif
g. Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/ oranglain.
Data Subjektif :
a) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah
b) Keinginan untuk melukai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
c) Klien suka membentak dan menyerang orang lain

C. Hubungan Skizoprenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan

Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi


berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, menerima,
Menginterpretasi kan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi (Pardede,
dkk 2016).

Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang


mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif,
mempengaruhi emosional dan tingkah laku (Depkes RI, 2015).

Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran sehingga pikiran itu menjadi sangat


aneh, juga distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku yang dapat mengarah ke
risiko perilaku kekerasan yang dapat berbahaya dengan diri sendiri maupun
orang lain sekitar (Pardede, 2020).

D. Metode Terapi aktifitas kelompok (TAK)


Metode yang digunakan pada terapi aktifitas kelompok (TAK) ini adalah
metode:
1. Perkenalan diri pada seluruh perawat
2. Menanyakan perasaan klien pada saat terapi berjalan
E. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Maret 2021
Jam : 10:00 WIB
Tempat : Yayasan Pemenang Jiwa

F. Klien dan Ruangan Klien


Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 6 orang dari yaayasan pemenang
jiwa terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

G. Setting tempat
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b) Ruangan yang nyaman dan tenang

Leader Co.Leader

P P

Fasilitator Fasilitator

P P

P P

Observer
Keterangan Gambar:
L : Leader
CL : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
H. Media dan Alat
1. Handphone
2. Speaker
3. Music Senam Poco-poco
I. Susunan Pelakanaan
 Leader : Lena Selviani
 Co-Leader : Hilyati Husna
 Fasilitator : Rutina Pasaribu
Mega Oktafia Sianturi
 Observer : Ridho Marwara
 Dokumentasi : Wahyuli Rohayati
J. Uraian Tugas Pelaksana
1. Leader :
a) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas
kelompok menyiapkan proposal kegiatan TAK
b) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
c) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok

2. Co.Leader :
a) Mendampingi Leader
b) Menjelaskan aturan permaian
c) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
klien
d) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah di buat
e) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi

3. Fasilitator :
a) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung Ikut serta
dalam kegiatan kelompok
b) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada
anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi

4. Observer :
a) Mengobservasi jalannya proses kegitan
b) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien
selama kegiatanberlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses , hingga penutupan
d) Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam
permainan.

K. Kriteria Klien
1. Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) yang sudah kooperatif
2. Klien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
3. Klien bisa tulis dan baca
4. Klien yang bersedia mengikuti TAK

L. Tata Tertib
Tata tertib untuk kegiatan TAK, antara lain:

1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.


2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi.
4. Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatam TAK
berlangsung.
5. Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6. Peserta yang mengacau jalannya acara akan dikeluarkan.
7. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis namun TAK belum
selesai makan pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk
memperpanjang waktu TAK pada anggota.

M. Antisipasi masalah
1. Penangan klien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau klien yang lain
2. Penganan pada klien yang diam saat TAK berlangsung
a. Fasilitator membujuk klien untuk berbicara
b. Jika klien tetap tidak mau berbicara, terapis atau leader meningkatkan
motivasi klien
3. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan
klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah TAK
4. Bila ada klien yang ingi ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa permainan lain yang mungkin dapat
diikuti klien tersebut
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut
5. Bila ada klien yang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan (mengamuk,
ribut, dan mengganggu klien lain), terapis atau leader mengingatkan tentang
tata tertib TAK
N. Langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan

Persiapan a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan


indikasi: menarik diri, harga diri rendah, dan tidak mau
bicara
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

Orientasi a. Salam terapeutik


Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
mendengarkan musik.
a) Klien mampu mengeikuti senam poco-poco
b) Klien mampu memberi respon terhadap
gerakan senam poco-poco
c) Klien mampu menceritakan perasaannya
setelah mengikuti senam poco-poco
d) Terapis membacakan tata tertib TAK
2. Doa

Tahap Kerja a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan


diri (nama dan nama panggilan) dimulai dari terapis
secara berurutan searah jarum jam.
b. Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri,
terapis mengajak semua klien untuk bertepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar sebuah video
senam poco-poco, klien harus mengikuti gerekan senam
poco-poco.
d. Terapis memutar senam poco-poco , klien melihat (kira-
kira 15 menit). Music senam yang telah diputar boleh
diulang beberapa kali. Terapis mengobservasi respons
klien terhadap senam poco-poco.
e. Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai
menceritakan perasaannya, dan mengajak klien lain
bertepuk tangan.

Terminasi a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok.
b. Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk melakukan senam
poco-poco dan senam lain yang disukai dan bermakna
dalam kehidupannya..

O. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemapuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulus sensori mendengar musik, meberi pendapat
tentang musik yang didengar, dan perasaan saat mendengar musik. Hal-hal
yang perlu dievaluasi, antara lain:
a. Evaluasi struktur
1) Tim berjumlah 5 orang, terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 2 orang
fasilitator dan 1 observer
2) Lingkungan tenang
3) Peralatan
b. Evaluasi proses
1) Minimal 75% dapat mengikuti permainan dan dapat mengkuti
kegiatan dari awal sampai selesai.
2) Minimal 75% klien aktif mengikuti kegiatan.
c. Evaluasi akhir
1) Minimal 75% mampu memahami gerakan senam poco-poco
2) Minimal 75% mampu memberi respon terhadap gerakan senam poco-
poco.
3) Minimal 75% mampu memberi pendapat tentanggerakan senam poco-
poco yang dilihat .
4) Minimal 75% mampu menceritakan perasaannya setelah melakukan
senam poco-poco.
5) Minimal 75% mampu mengikuti peraturan kegiatan.
6) Minimal 75% mampu menyebutkan manfaat dari TAK

2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1,
TAKcara mengontrol perilaku kekerasan . Klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir dan menggerakkan bagian tubuh sesuai dengan irama
musik senam poco-poco, namun belum mampu memberi pendapat dan
perasaan tentang gerakan dan musik senam poco-poco . Latih klien
mendengarkan musik di ruang rawat.
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina.2010.Asuhan Keperawatan Jiwa.Jogjakarta.


Nuha Medika.

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour


Therapy Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal
Mutiara Ners, 3(1), 8-14.
http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/view/1005

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020). Beban dengan Koping
Keluarga Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami Perilaku
Kekerasan. Jurnal Kesehatan, 11(2), 189-196.
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1980

Made Desak Ari Dwi Jayanti,Nana Yoman Antarita.2019.

Jurnal Keperawatan Jiwa :Terapi Aktivitas Kelompok Penyaluran


Energy:Senam Poco-Poco Menurunkan Kegaja Prilaku Kekerasan Pada Pasien
Skizoprenia. Stikes Wira Medika.Bali

Anda mungkin juga menyukai