NOC, NIC
ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS
Tn W dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak sembuh-sembuh meskipun
sudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn W adalah supir truk dan dia baru saja menikah dua tahun
yang lalu. Tn W mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x hari dan BB menurun 7 kg dalam satu
bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan.
Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan,hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 11
gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl
11o mmol/L, protein 3,5. Hasil pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, N 120x/mnt, P
28x/menit, S 390C, konjungtiva anemis, sklera tak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing
+/-.
Diagnosa Medis pada kasus diatas adalah AIDS
AIDS
Pengertian
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat
dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV
/AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan
meninggal.
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan
tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan
dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan
Brenda G.Bare )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan
dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )
1. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang
nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang
dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T.
1. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein
perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4
terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi
respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang
materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.
1. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C)
dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis
B dan C.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized
Limpanodenophaty )
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai
atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
1. Kategori Klinis B
1. Angiomatosis Baksilaris
2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
5. Leukoplakial yang berambut
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton
saraf.
7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
1. Kategori Klinis C
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah ditubuh.
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
6. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan
dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,
lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
7. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus
(HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi
virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1. Didanosine
2. Ribavirin
3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit
khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis
pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat
muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan
melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit
yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat
mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi
yang berhubungan dengan kelainan hospes :
1. Indirect Immunoflouresence
PROFIL SAYA
Keperawatan
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Nursing Science
Pembelajaran ilmu keperawatan
Skip to content
Home
About
Akreditasi
Alumni
Format Pengkajian Keperawatan
Pengumuman
Program Akademik
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam indinesia dan banyak negara di
seluruh dunia.UNAIDS Badan WHO yang mengurus masalah AIDS, memperkirakan jumlah di
seluruh dunia pada bulan desember 2004 adalah 35,9-44,3 tuta orang. Saat ini tidak ada negara
yang terbebas dari HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan, menyebabkan
krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi, pendidikan dan juga krisis
kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis
kesehatan, AIDS memerlukan respon dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan
perawatan untuk inndividu yang terinveksi HIV. (Setiati, 2014, hal. 887)
Hasil-hasil penelitian dalam bidang inveksi HIV memberi harapan dalam bidang pencegahan dan
terapi. Berbagai upaya pencegahan yang sudah di kenal seperti perilaku sehat, penggunaan
kondom, serta pencegahan pemakaian jarum suntik bersama tetap merupakan upaya yang
penting, namun pemberian obat anti retrovira (ARV), ternyata mampu menurunkan penurunanya
secara nyata. Berdasarkan hasil-hasil penilitian ini WHO menetapkan pencapaian pada tahun
2015 yaitu menurunkan infeksi baru pada laki-laki dan perempuan muda sebesar 50
%menurunkan inveksi baru pada bayi dan anak sebesar 90% dan menurunkan angka kematian
terkait HIV sebesar 50%. Bahkan para pakar bada bidang penyakit ini optimis dalam waktu yang
tidak tertentu lama, infeksi HIV yang semula amat menakutkan akan dapat di kendalikan. Sudah
tentu optimisme ini di harapkan juga akan mewarnai upaya penanganan HIV di
indonesia.(Setiati, 2014, p. 887)
1. Batasan Masalah
Pada maklah ini mencakup asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami HIV/AIDS, yang
mencakup konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan.
1. Rumusan Masalah
2. Apa definisi dari penyakit HIV/AIDS ?
3. Apa etiologi dari penyakit HIV/AIDS?
4. Apa saja tanda dan gejala penyakit HIV/AIDS ?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit HIV/AIDS?
6. Apa saja klasifikasi dari penyakit HIV/AIDS ?
7. Apa saja komplikasi pada penyakit HIV/AIDS
8. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS?
9. Tujuan
10. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat memahami konsep penyakit HIV/AIDS dan asuhan keperawatan dari pasien
yang mempunyai riwayat HIV/AIDS.
2. Tujuan umum
3. Mahasiswa mampu memahami definisi dari HIV/AIDS
4. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari HIV/AIDS
5. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejalan HIV/AIDSi patofisiologi HIV/AIDS
6. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi HIV/AIDS
7. Mahasiswa mampu memahami pencegahan HIV/AIDS
BAB II
TINJAU PUSTAKA
1. KONSEP PENYAKIT
2. Definisi
HIV adalah infeksi virus yang secara progesif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh
HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progesif, menyebabkan
terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu ( terutama pada orang dewasa ). (Jauhar &
Bararah, 2013, hal. 295)
AIDS adalah penyakit yang berat yang di tandai oleh kerusakan imunitas celluler yang di
sebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan
pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan
penyakit.(Jauhar & Bararah, 2013, p. 295)
AIDS dapat di artikan sebagai kupulan gejala atau penyakit yang di sebabkan oleh menurunya
kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termasuk famili retroviridae.
2. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang di sebut HIV dari kelompok
virus yang di kenal retrovirus yang disebut lymphadenopathy associated virus (LAV) atau human
T-cell leukemia virus (HTL-III yang juga disebut human T-cell lymphotropic virus
(retrovirus).retrovirus mengubah asamrebonokleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat
(DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu.penularan virus ditularkan melalui:
1. Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
2. Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung virus HIV
3. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan , saat melahirkan atau
melalui air susu ibu ( ASI) (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 10)
4. Tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala-gejala(symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah di
identifikasi sulit karena symptomasi yang di tunjukkan pada umumnya adalah bermula dari
gejala-gejala umum yang lazim di dapati pada berbagai penderita penyakit lain ,namun secara
umum dapat kiranya di kemukakan sebagai berikut :
Berdasarkan gambaran klinik (WHO 2006) fase klinik HIV dibagi menjadi 4
1. Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar /pembulu limfe ) menetap dan menyeluruh
2. Fase klinik 2
3. Fase klinik 3
Penurunan BB (10%) tanpa sebab . kronik tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam menetap
(intermiten atau tetap >1 bulan ). Kondidiasis oral meneteap.TB pulmonal (baru), plak putih pada
mulut, infeksi bakteri berat misalnya : pneunomia, empyema(nanah di rongga tubuh terutama
pleura, apses pada otot sklet, infeksi sendi atau tulang ), miningitis , bakteremia, gangguan
inflamasi berat pada pelvik, acute nekrotizin ulcerative stomatitis,gingivitis atau periodontitis
anemia yang penyebabnya tidak di ketahui.
4. Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocytis pneunomia (pneunomia karena
pneumokitis karinil ), pneunomia bakteri berulang, infeksi harpes simplex kronik(orolabial,
genetalatau anorektal >1 bulan)oesopageal kandidiyasis , TBC ekstrapulmonal , citomegaloverus
, tokso plasma di SSP , HIV enceppalopati , miningitis , infektion progesife multi fokal ,
limpoma , infacife , carvical carsinoma ,
4. Patofisiologi
Dalam tubuh partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang
terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.Dari semua orang yang terinfeksi HIV,
sebagian perkembangan masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi
pasien AIDS setelah 10 gtahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV
menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan
gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sisitem kekebalan tubuh yang juga
bertahap.(Setiati, 2014, p. 889)
5. Pathway
6.
– CD8
– ↓ rangsangan
pembentukan sel B
Pirogenindogen
Suplai O2 turun
Ketidak efektifan bersihan Ketidak seimbangan
jalan nafas nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Sumber: (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 16)
6. Klasifikasi
Klasifikasi virus HIV di dasarkan pada keterkaitan poligenetik rangkaian nukleotida. Akhir-akhir
ini klasifikasi di dasarkan pada kelompok, tipe,sub-tipe,sup-sup tipe, dan bentuk rekombinan.
Hingga kini di kenal 2 tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2.
HIV-1 selanjutnya dibagi menjadi :kelompok major (M); kelompok outlier (O); dan kelompok
non-M dan non-O (N). Kebanyakan infeksi HIV terjadi pada kelompok M HIV-1. Melalui
analisi sekuens genetik kelompok N HIV-1 di bagi lagi menjadi 9 sub-tipe atau farian dari
kelompok M HIV-1 sub-tipe A ,B,C,D,F,G,H,J dan K. Sub-tipe A dan F selanjutnya di klasifiksi
dalam sub-sub tipe A1,A2,A3,F1, dan F2.sub tipe ini penting guna mengetahui distribusi di
dunia serta untuk menilai sifat dan perilaku virus. Sehingga dapat di ketahui potensi
menimbulkan resistensi obat dan kemampuan deteksi reagen tes antibodi HIV.
HIV-2 mempunyai 2 sub tipe utama yaitu A dan B bila virus dari kedua kelompok atau lebih
HIV -1 menginfeksi seseorang serta merubah material genetik, maka keadaan ini disebut virus
recombinan. Jika transmisi virus recombinan di dokumentasi sebagai rangkaian genum virus
seutuhnya pada tiga atau lebih individu maka hal ini di kenal sebagai circulating recombinant
form (CRF).hingga kini di kenal sebagai CRF01 dan CRF34. Variasi rangkaian nukleutida
mempuyai berbagai implikasi biologis dan transmisi virus, ketahanan hidup pasien, dan juga
dapat membantu menjelaskan distribusi geografi, serta epidemiologi infeksi HIV. Tinjauan
diagnostik variasi rangkaian nukleotida sangat berpengaruh nyata terhadap implikasi reaktifitas
dan reaktifitas silang pada tes diagnostik guna mendeteksi protein maupun peptida spesifik
virus.(Setiati, 2014, p. 899)
7. Komplikasi
8. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, carkoma kaposi, HPV oral, gingivitis,peridonitis human
immuno deficiency virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.kondidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga
mulut.jika tidak di obati, kandidiasis oral akan berlanjut mengenai esofagus dan lambung.tanda
dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan terasa sakit di balik
sternum (nyeri retrosternal).
1. Gastrointestinal
Wasting syndrom kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk penyakit
AIDS.kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB>10% dari BB awal,diare yang kronis
selama lebih lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan atau
menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,limpoma, dan sarcoma
kaposi.dengan efek penurunan BB anoreksia, demam, malabsorbsi dan dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi obat illegal, alkoholik
dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, kriterik, demam artitris.
3. Penyakit anoretal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi , dengan efek inflamasi sulit dan sakit,nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.
4. Resprasi
Pneumocystic carinii gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk, dan nyeri
dada, keletihan dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunis seperti yang di sebabkan
oleh mycobacterium intracellulare (MAI) cytomegalovirus.
1. Dermatologik
Lesi kulit stefilokokus virus herpes simpleks dan zoster dermatitus karena xerosis,reaksi otot, lesi
scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar, infeksi sekunder dan
sepsis.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang di sertai dengan
kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitik atopik seperti ekzema dan psoriasi.
1. Sensorik
Pandangan :sarkoma kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata retinitissitomegalovirus berefek
kebutaan.
Pendengaran:otitis eksternal akut dan otitis media , kehilangan pendengaran dengan efek nyeri
yang berhubungan dengan mielopati meningtis,sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat(Jauhar &
Bararah, 2013, p. 301)
8. Perlengkapan pencegahan
9. Sarung tangan
Harus memakai sarung tangan bila kontak langsung dengan darah atu cairan tubuh dan kontak
langsung dengan kulit yang tidak utuh atau mebran mukosa.
2. Apron plastik
Kaca mata pelindung atau visor untuk menghindari percikan darah atau cairan tubuh ke
konjungtiva.
4. Masker
5. Luka kulit
Luka atau abrasi kulit tangan dan lengan bawah harus ditutupi dengan pembalut lengan air.
harus segera di lakukan dengan memakai air dan sabun setelah kontak dengan cairan tubuh
walaupun memakai sarung tangan.(Setiati, 2014, p. 916)
Berdasarkan data dari ditjen PP dan PL depkes RI (2009), terdapat 19.973 jumlah kumulatif
kasus AIDS dengan 49,07% terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun,30,14% bterdapat pada
kelompok umur 30-39 tahun, 8,82% terdapat pada umur 40-49 tahun , 3,05% terdapat pada
kelompok usia 15-19 tahun, 2,49% terdapat pada kelompok umur 50-59 tahun, 0,51 %pada
kelompok umur , 15 tahun dan 3,27 %tidak di ketahui ,rasio kasus AIDS antara laki-laki dan
perempuan adalah 3 : 1 diagnosa medis :HIV/AIDS
(Katiandagho, 2015, p. 81)
Keluhan utama
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan merasakan demam dan diare terus menerus.(Katiandagho,
2015, p. 28)
Biasanya pasien mengeluh hipoksia, sesak nafas, jari tabuh, limfadenopati (Jauhar & Bararah,
2013, hal. 299)
Biasanya penyakit HIV di tularkan dari ibu ke anaknya. (Jauhar & Bararah, 2013, hal. 296)
Riwayat pengobatan
Pemberian obat ARV terdiri atas beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase
inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside reverse transcriptase
inhibitor, dan inhibitor protease. (Yulrina & Lusiana, 2015, hal. 13)
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
1. Kesadaran
S = 38 c
RR = 25x/mnt
Body System
1. Sistem pernafasan
1. System kardiovaskuler
Conjungtiva : tidak anemia, bibir pucat/ cyanosis, arteri carotis : berisi regular tekanan
vena jugularis tidak meninggi.
Ukuran jantung : tidak ada pembesaran.
Suara jantung : tidak ada bunyi abnormal
Capillary refilling time > 2 detik(Yulrina & Lusiana, 2015, p. 132)
1. System persarafan
Fungsi selebral : status mental orientasi masih tergantung orang tua,kesadaran mata
(membuka mata spontan ). Motorik ( bergerak mengikuti perintah ). Verbal ( bicara
normal)
Fungsi karnial : saat pemeriksaan tidak di temukan tanda-tanda kelainan dari nervus 1-7
Fungsi motorik : klien Nampak lemah, seluruh aktivitasnya di bantu.
Fungsi sensorik: suhu nyeri, getaran,posisi deskriminasi ( terkesan terganggu )
Fungsi cerebellum : koordinasi keseimbangan, kesan normal.
Refleks: bisip,trisep, patella dan babinski terkesan normal.(Katiandagho, 2015, p. 29)
1. System perkemihan
Urin produksi oliguria sampai anuria ( 200-400 ml/24 jam ) frekuensi berkurang
Tidak di temukan odema
Tidak di temukan adanya nokturia, disuria, dan kencing batu`(Yulrina & Lusiana, 2015,
p. 134)
1. System pencernaan
1. System integument
Warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan rasa gatal, turgor menurun >dl
Suhu meningkat 39⁰c,akral hangat,akral hangat,akral dingin (waspada syok ),capillary
refill time memanjang >2 dl, kemerahan pada daerah perianal(Yulrina & Lusiana, 2015,
p. 133)
1. System musculoskeletal
1. System endokrin
Alat genetallia termasuk glans penis dan oraficum uretra eskrena mera dan gatal.(Setiati,
2014, p. 899)
1. System penginderaan
1. System imun
1. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan menguji HIV. Tes ini, meliputi tes Elisa, latex
agglutination dan western blot. Penilaian elisa dan latex agglutination digunakan untuk
mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus dipastikan
dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan cara menguji antigen HIV, yaitu tes antigen p24
(polymerase chain reaction) atau PCR. Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes
antibody( biasanya digunakanpada bayi lahir dengan ibu HIV. (Jauhar & Bararah, 2013, p. 299)
1. Penatalaksanaan
1. Pengobatan suportif
2. Pemberian nutrisi yang baik
3. Pemberian multivitamin
4. Pengobatan simpomatik
5. Pencegahan infeksi oportunistik dapat di gunakan anti biotik kotrimoksazol.
6. Pemberian ARV ( anti retroviral )
ARV dapat di berikan saat pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat seumur hidup.
Pedoman terapi ARV :
1. Jangan gunakan obat tunggal atau dua obat
2. Selalu gunakan minimal kombinasi tiga ARV yang di sebut HAART ( Highly Acitive
Anti Retroviral Teraphy )
3. Kombinasi ARV lini pertama pasien naive ( belum pernah pakai ARV sebelumnya ) yang
di anjurkan : 2 NRT (nucleoside atau nucleotide reserve transciptase inhibitor ) + 1
NNRTI (non nucleoside atau nucleotide reserve transciptase inhibitor )
4. Di indonesia regimen pengobatan yang di pakai adalah
Lini pertama : AZT + 3 TC + EFV atau NVP. Alternatif d4T + 3TC + EFV atau NVP, AZT atau
d4T + 3TC + 1 PI (LPV/r)
AZT (azidotimidin ), EFV (efavirenz), d4T (stavudine), 3TC (lamuvudine ), NVP (nelfinafir ),
LPV /r (lopinafir/ritonafir) (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 14)
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016) diagnosa keperawatan HIV/AIDS yang muncul
antara lain :
1. Hipertermia
Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis, infeksi, kanker)
4. Ketidak sesuaian pakaian dengan suhu lingkugan
5. Pengingkatan laju metabolism
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
1. Subjektif
( tidak tersedia )
1. Objektif
1. Subjektif
( tidak tersedia )
1. b) Objektif
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. (PPNI, 2016, p. 284)
1. Ketidakseimbangan nutrisi
Penyebab
1. Subjektif
(tidak tersedia)
1. Objektif
1. Subjektif
1. Objektif
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuscular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit crohn’s(PPNI, 2016, p. 56)
3. Intervensi
4. Hipertermia
o Tujuan: pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan oleh indicator
gangguan sebagai berikut( sebutkan 1-5gangguan ekstrem, berat,
sedang,ringanatau tidak ada gangguan) peningkatan suhu kulit, hipertermia,
dehidrasi, mengantuk
Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
1. Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia misalnya( sengatn panas,dan keletihan akibat panas)
2. Regulasi suhu (NIC) ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan
yang diperlukan, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
1. Regulasi suhu (NIC) berikan obat antipiretik, jika perlu gunakan matras dingin dan mandi
air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh, jika perlu(Wilkinson, 2011, p. 390)
1. Ketidakseimbangan Nutrisi
Tujuan : memperlihatkan Status Gizi: asupan makanan dan cairan , yang di buktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak adekuat , sedikit adekuat , cukup adekuat ,
adekuat , sangat adekuat):
Makanan oral , pemberian makan lewat selang ,atau nutrisi parenteral total Asupan cairan oral,
atau IV .
Intervensi ( NIC)
Aktifitas keperawatan
Aktifitas kolaboratif
1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan prorein ( misal , pasien
anoreksia nervosa atau pasien penyakit glomerular / dialisisperitoneal )
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap ,
pemberian makan makanan melalui slang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori
yang adekuat dapat dipertahankan
3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
4. Rujuk ke progam gizi di komunitas yang tepat , jika pasien tidak dapat membeli atau
menyiapkan makan yang adekuat
5. Manajemen Nutrisi ( NIC ) :Tentukan ,dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi,
jika diperlukan , jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi [ khususnya untuk pasien dengan kebutuhan energy tinggi , seperti
pasien pasca bedah dan luka bakar , trauma, demam dan luka ].(Wilkinson, 2011, p. 503)
DAFTAR PUSTAKA
Jauhar, M., & Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis &Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.
PPNI, T. P. (2016). standart diagnosis keperawatan indonesia. jakarta: dewan pengurus pusat
persatuan perawat nasional indonesia.
Yulrina, A., & Lusiana, N. K. (2015). Bahan Ajar Aids Pada Asuhaan Kebidanan. Yogyakarta:
Depublish.
Share this:
Twitter
Facebook
Related
This is the perfect way through which you can attract more web traffic for operating your
website. To start us off, we tend to consider a take a peek
at SEO smart links. All search engine results are completely democratic.
http://mood.jses.ntpc.edu.tw/phpinfo.php/RS=ADAB91PNtPb7Qj1trJZYaWvNXyxwQU
-
?a%5B%5D=%3Ca+href%3Dhttp%3A%2F%2Fwww.warpig.com%2Flinkout.cgi%3Fjo
m.fun%3Elive+roulette+virgin+media%3C%2Fa%3E
Reply
Leave a Reply
Recent Posts
o ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI PENYAKIT
PARU OBSTRUKTIF KRONIS ( PPOK) DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUANG ANTURIUM RSD dr.SOEBANDI
JEMBER WULAN WAHYUNING WISUDA 14.401.16.091
o ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI TBC
DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUANG ASTER
RSD SOEBANDI JEMBER TANTI LIANA SARI 14.401.16.084
o ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM DENGAN
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUANG ASTER RSD dr. SOEBANDI
JEMBER SOFIE DIAN NOVITA 14.401.16.081
o ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN FRAKTUR TIBIA POST OP ORIF
HARI KE-0 DENGAN NYERI AKUT DIRUANG SERUNI RSD dr.
SOEBANDI JEMBER SANTI ANA DEWI 14.401.16.079
o ASUHAN KEPERAWATAN IBU YANG MENGALAMI POST SC INDIKASI
PEB DENGAN NYERI AKUT HARI KE-0 DI RUANG DAHLIA RSD dr
SOEBANDI JEMBER DITA PURI RAHAYU 14.401.16.015
Archives
o June 2019
o May 2019
o January 2019
o September 2018
o August 2018
o March 2017
o February 2017
o October 2015
o December 2012
o November 2012
o October 2012
o September 2012
Categories
o Askep Komunitas 2
o Asuhan Keperawatan Keluarga
o Asuhan Keperawatan Klinik 8
o Berpikir Ilmiah
o Ilmu Keperawatan Gerontik
o Jabatan Fungsional Akademik 2017
o Keperawatan gawat darurat
o Keperawatan Jiwa
o Keperawatan Komunitas 1
o Keperawatan Maternitas
o Keperawatan Medikal Bedah
o Kumpulan Soal KMB 1
o Pengantar Riset
o PROPOSAL LTA 2019
o Transkultural Nursing
Meta
o Register
o Log in
o Entries feed
o Comments feed
o WordPress.com
Nursing Science
Blog at WordPress.com.
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their
use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy