Anda di halaman 1dari 35

Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA,

NOC, NIC
ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

Tn W dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak sembuh-sembuh meskipun
sudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn W adalah supir truk dan dia baru saja menikah dua tahun
yang lalu. Tn W mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x hari dan BB menurun 7 kg dalam satu
bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan.
Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan,hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 11
gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl
11o mmol/L, protein 3,5. Hasil pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, N 120x/mnt, P
28x/menit, S 390C, konjungtiva anemis, sklera tak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing
+/-.
Diagnosa Medis pada kasus diatas adalah AIDS
AIDS
Pengertian
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat
dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV
/AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan
meninggal.

 AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan
tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
 AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan
dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan
Brenda G.Bare )
 AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan
dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )

1. Etiologi

AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang
nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang
dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T.

1. Patofisiologi

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein
perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4
terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi
respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang
materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.

1. Klasifikasi

Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C)
dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.

1. Kategori Klinis A

Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis
B dan C.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized
Limpanodenophaty )
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai
atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.

1. Kategori Klinis B

Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

1. Angiomatosis Baksilaris
2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
5. Leukoplakial yang berambut
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton
saraf.
7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

1. Kategori Klinis C

Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus


2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
11. Isoproasis intestinal yang kronis
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
18. Pneumonia Rekuren
19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamosis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
5. Gejala Dan Tanda
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun
dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling
umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
:

 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah ditubuh.

 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala

Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.

 Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

6. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
b. Neurologik

1. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus


(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial.
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
4. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV)
c. Gastrointestinal

1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan
dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,
lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik

 Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan


 Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.

7. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus
(HIV), bisa dilakukan dengan :

1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu :

1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau


sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

1. Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini
menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat
enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

1. Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi
virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

1. Didanosine
2. Ribavirin
3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut

1. Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit
khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

1. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari


stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
2. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis
pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat
muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan
melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit
yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat
mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi
yang berhubungan dengan kelainan hospes :

 Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )

Terapiradiasi,defisiensinutrisi,penuaan,aplasia timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti


limfosit,disfungsi timik congenital.

 Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)


Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein – liosing enteropati
(peradangan usus)
b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
- Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD,
frekuensi Jantun dan pernafasan ).
- Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan
pengisian kapiler.
- Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari
doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
- Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.
- Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema
- Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
- Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan
otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
- Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
- Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam
berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe,
menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
-Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil pencegah
kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
- Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
- Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan obat-obatan
IV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency
Virus (HIV).
1. Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk
mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
4. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12
minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang
terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif,
kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah
memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadar Human
Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
1. Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency
Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang
terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam
darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas
Human Immunodeficiency Virus (HIV)

1. Indirect Immunoflouresence

Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.


4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak
perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24
antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih
lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pengkajian
Data dasar :
Nama : Tn. W
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jakarta
Analisa Data
DS : - diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.
- Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari
DO : - hasil foto thorax, pleural effusion kanan
Hasil LAB :
- Hb 11 gr/dl
- Leukosit 20.000/uL
- Trombosit 160.000/uL
- LED 30 mm
- Na 98 mmoL/L
- K 2,8 mmol/L
- Cl 110 mmol/L
2. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
2. Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Output yang berlebih Kekurangan volume
diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh cairan
meskipun sudah berobat kedokter.
Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair
kurang lebih 15x/hari
DO :
- Na 98 mmoL/L
- K 2,8 mmol/L
- Cl 110 mmol/L
2 DS : Imunodefisiensi Resiko infeksi
Tn.W mengatakan BB menurun 7 kg
dalam 1 bulan serta sariawan mulut tak
kunjung sembuh.
DO :
- Leukosit 20.000/uL
- Trombosit 160.000/uL
- LED 30 mm
Rencana asuhan keperawatan
Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
Tujuan : – mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar elektrolit
Kriteria hasil : – Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat
- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari
Intervensi Rasional
Mandiri  Indikator tidak langsung dari status
cairan.
 Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan  Mempertahankan keseimbangan cairan,
rasa haus mengurangi rasa haus, melembabkan
 Pantau masukan oral dan memasukkan mukosa.
cairan sedikitnya 2500 ml/hari  Mungkin dapat mengurangi diare.
 Hilangkan makanan yang potensial
menyebabkan diare, yakni yang pedas/  Meningkatkan asupan nutrisi secara
makanan berkadar lemak tinggi, kacang, adekuat.
kubis, susu.
 Berikan makanan yang membuat pasien  Mengurangi insiden muntah,
berselera. menurunkan jumlah keenceran feses
mengurangi kejang usus dan peristaltik.
Kolaborasi  Mewaspadai adanya gangguan elektrolit
dan menentukan kebutuhan elektrolit.
 Berikan obat-obatan sesuai indikasi :  Diperlukan untuk mendukung volume
antiemetikum, antidiare atau sirkulasi, terutama jika pemasukan oral
antispasmodik. tidak adekuat.

 Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.


 Berikan cairan/elektrolit melalui selang
makanan atau IV.
Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi
Tujuan : – Mengurangi resiko terjadinya infeksi
- Mempertahankan daya tahan tubuh
Kriteria hasil: – Infeksi berkurang
- Daya tahan tubuh meningkat
Intervensi Rasional
Mandiri  Deteksi dini terhadap infeksi penting
untuk melakukan tindakan segera.
 Pantau adanya infeksi : demam, Infeksi lama dan berulang memperberat
mengigil, diaforesis, batuk, nafas kelemahan pasien.
pendek, nyeri oral atau nyeri menelan.  Berikan deteksi dini terhadap infeksi.
 Ajarkan pasien atau pemberi perawatan
tentang perlunya melaporkan  Peningkatan SDP dikaitkan dengan
kemungkinan infeksi. infeksi
 Pantau jumlah sel darah putih dan  Memberikan informasi data dasar,
diferensial peningkatan suhu secara berulang-ulang
 Pantau tanda-tanda vital termasuk suhu. dari demam yang terjadi untuk
menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
 Awasi pembuangan jarum suntik dan pada proses infeksi ang baru dimana
mata pisau secara ketat dengan obat tidak lagi dapat secara efektif
menggunakan wadah tersendiri. mengontrol infeksi yang tidak dapat
disembuhkan.
Kolaborasi  Mencegah inokulasi yang tak disengaja
dari pemberi perawatan.
 Beriakan antibiotik atau agen
antimikroba, misal : trimetroprim  Menghambat proses infeksi. Beberapa
(bactrim atau septra), nistasin, obat-obatan ditargetkan untuk
pentamidin atau retrovir. organisme tertentu, obat-obatan lainya
ditargetkan untuk meningkatkan fungsi
imun

Keperawatan Hari Desember 18, 2011


Berbagi


Beranda
Lihat versi web

PROFIL SAYA
Keperawatan
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Nursing Science
Pembelajaran ilmu keperawatan
Skip to content

 Home
 About
 Akreditasi
 Alumni
 Format Pengkajian Keperawatan
 Pengumuman
 Program Akademik

← ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISPA


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SARS →

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIV/AIDS


Posted on September 1, 2018 by samoke2012

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam indinesia dan banyak negara di
seluruh dunia.UNAIDS Badan WHO yang mengurus masalah AIDS, memperkirakan jumlah di
seluruh dunia pada bulan desember 2004 adalah 35,9-44,3 tuta orang. Saat ini tidak ada negara
yang terbebas dari HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan, menyebabkan
krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi, pendidikan dan juga krisis
kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis
kesehatan, AIDS memerlukan respon dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan
perawatan untuk inndividu yang terinveksi HIV. (Setiati, 2014, hal. 887)

Hasil-hasil penelitian dalam bidang inveksi HIV memberi harapan dalam bidang pencegahan dan
terapi. Berbagai upaya pencegahan yang sudah di kenal seperti perilaku sehat, penggunaan
kondom, serta pencegahan pemakaian jarum suntik bersama tetap merupakan upaya yang
penting, namun pemberian obat anti retrovira (ARV), ternyata mampu menurunkan penurunanya
secara nyata. Berdasarkan hasil-hasil penilitian ini WHO menetapkan pencapaian pada tahun
2015 yaitu menurunkan infeksi baru pada laki-laki dan perempuan muda sebesar 50
%menurunkan inveksi baru pada bayi dan anak sebesar 90% dan menurunkan angka kematian
terkait HIV sebesar 50%. Bahkan para pakar bada bidang penyakit ini optimis dalam waktu yang
tidak tertentu lama, infeksi HIV yang semula amat menakutkan akan dapat di kendalikan. Sudah
tentu optimisme ini di harapkan juga akan mewarnai upaya penanganan HIV di
indonesia.(Setiati, 2014, p. 887)

1. Batasan Masalah

Pada maklah ini mencakup asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami HIV/AIDS, yang
mencakup konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan.

1. Rumusan Masalah
2. Apa definisi dari penyakit HIV/AIDS ?
3. Apa etiologi dari penyakit HIV/AIDS?
4. Apa saja tanda dan gejala penyakit HIV/AIDS ?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit HIV/AIDS?
6. Apa saja klasifikasi dari penyakit HIV/AIDS ?
7. Apa saja komplikasi pada penyakit HIV/AIDS
8. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS?
9. Tujuan
10. Tujuan khusus

Mahasiswa dapat memahami konsep penyakit HIV/AIDS dan asuhan keperawatan dari pasien
yang mempunyai riwayat HIV/AIDS.

2. Tujuan umum
3. Mahasiswa mampu memahami definisi dari HIV/AIDS
4. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari HIV/AIDS
5. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejalan HIV/AIDSi patofisiologi HIV/AIDS
6. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi HIV/AIDS
7. Mahasiswa mampu memahami pencegahan HIV/AIDS

BAB II
TINJAU PUSTAKA

1. KONSEP PENYAKIT
2. Definisi

HIV adalah infeksi virus yang secara progesif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh
HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progesif, menyebabkan
terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu ( terutama pada orang dewasa ). (Jauhar &
Bararah, 2013, hal. 295)

AIDS adalah penyakit yang berat yang di tandai oleh kerusakan imunitas celluler yang di
sebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan
pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan
penyakit.(Jauhar & Bararah, 2013, p. 295)

AIDS dapat di artikan sebagai kupulan gejala atau penyakit yang di sebabkan oleh menurunya
kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termasuk famili retroviridae.

2. Etiologi

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang di sebut HIV dari kelompok
virus yang di kenal retrovirus yang disebut lymphadenopathy associated virus (LAV) atau human
T-cell leukemia virus (HTL-III yang juga disebut human T-cell lymphotropic virus
(retrovirus).retrovirus mengubah asamrebonokleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat
(DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu.penularan virus ditularkan melalui:

1. Hubungan sekssual (anal,oral,vaginal)yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan oral


yang telah terinfeksi HIV

1. Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
2. Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung virus HIV
3. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan , saat melahirkan atau
melalui air susu ibu ( ASI) (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 10)
4. Tanda dan gejala

Tanda-tanda dan gejala-gejala(symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah di
identifikasi sulit karena symptomasi yang di tunjukkan pada umumnya adalah bermula dari
gejala-gejala umum yang lazim di dapati pada berbagai penderita penyakit lain ,namun secara
umum dapat kiranya di kemukakan sebagai berikut :

1. Rasa lelah dan lesu


2. Berat badan menurun secara drastis
3. Demam yang sering dan berkeringat di waktu malam
4. Mencret dan kurang nafsu makan
5. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6. Pembengkakan leher dan lipatan paha
7. Radang paru
8. Kanker paru(Katiandagho, 2015, p. 28)

Berdasarkan gambaran klinik (WHO 2006) fase klinik HIV dibagi menjadi 4

1. Fase klinik 1

Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar /pembulu limfe ) menetap dan menyeluruh

2. Fase klinik 2

Penurunan BB (<10%)tanpa sebab. Infeksi saluran pernapasan atas (sinusitis,tonsilitis, otitis


media, pharyngitis) herpes zoster ,infeksi sudut bbibir, ulkus mulut berulag.

3. Fase klinik 3

Penurunan BB (10%) tanpa sebab . kronik tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam menetap
(intermiten atau tetap >1 bulan ). Kondidiasis oral meneteap.TB pulmonal (baru), plak putih pada
mulut, infeksi bakteri berat misalnya : pneunomia, empyema(nanah di rongga tubuh terutama
pleura, apses pada otot sklet, infeksi sendi atau tulang ), miningitis , bakteremia, gangguan
inflamasi berat pada pelvik, acute nekrotizin ulcerative stomatitis,gingivitis atau periodontitis
anemia yang penyebabnya tidak di ketahui.

4. Fase klinik 4

Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocytis pneunomia (pneunomia karena
pneumokitis karinil ), pneunomia bakteri berulang, infeksi harpes simplex kronik(orolabial,
genetalatau anorektal >1 bulan)oesopageal kandidiyasis , TBC ekstrapulmonal , citomegaloverus
, tokso plasma di SSP , HIV enceppalopati , miningitis , infektion progesife multi fokal ,
limpoma , infacife , carvical carsinoma ,

leukoncephalopathy.(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 10)

4. Patofisiologi

Dalam tubuh partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang
terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.Dari semua orang yang terinfeksi HIV,
sebagian perkembangan masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi
pasien AIDS setelah 10 gtahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV
menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan
gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sisitem kekebalan tubuh yang juga
bertahap.(Setiati, 2014, p. 889)

5. Pathway

6.

– CD8

– ↓ rangsangan
pembentukan sel B

Aktifkan flora normal


Pengeluaran mediator
kimia
Pembelahan sel berlebihan
Mutasi gen
Rentan infeksi
Sel rentan
Isolasi sosial
Mudahnya transmisi
penularan
System kekebalan
CD 4+
Penurunan IL-2
Seluler
APC aktifkan CD4+
Terinfeksi virus (sel T
helper
↓ Interferon gamma
Tidak mengintesifkan
system imun
Pengaruh ikatan pada tes
ELISA
Intoleransi aktivitas
Penurunan aktivitas
Penurunan IL-12
Lawan CD 4+ yang
terinfeksi
Sel B dihasilkan
antibody spesifik
Humoral
Defisiensi pengetahuan
Respon imun
Infeksi sel T lain

Pirogenindogen

Suplai O2 turun
Ketidak efektifan bersihan Ketidak seimbangan
jalan nafas nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Sumber: (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 16)

6. Klasifikasi

Klasifikasi virus HIV di dasarkan pada keterkaitan poligenetik rangkaian nukleotida. Akhir-akhir
ini klasifikasi di dasarkan pada kelompok, tipe,sub-tipe,sup-sup tipe, dan bentuk rekombinan.
Hingga kini di kenal 2 tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2.

HIV-1 selanjutnya dibagi menjadi :kelompok major (M); kelompok outlier (O); dan kelompok
non-M dan non-O (N). Kebanyakan infeksi HIV terjadi pada kelompok M HIV-1. Melalui
analisi sekuens genetik kelompok N HIV-1 di bagi lagi menjadi 9 sub-tipe atau farian dari
kelompok M HIV-1 sub-tipe A ,B,C,D,F,G,H,J dan K. Sub-tipe A dan F selanjutnya di klasifiksi
dalam sub-sub tipe A1,A2,A3,F1, dan F2.sub tipe ini penting guna mengetahui distribusi di
dunia serta untuk menilai sifat dan perilaku virus. Sehingga dapat di ketahui potensi
menimbulkan resistensi obat dan kemampuan deteksi reagen tes antibodi HIV.

HIV-2 mempunyai 2 sub tipe utama yaitu A dan B bila virus dari kedua kelompok atau lebih
HIV -1 menginfeksi seseorang serta merubah material genetik, maka keadaan ini disebut virus
recombinan. Jika transmisi virus recombinan di dokumentasi sebagai rangkaian genum virus
seutuhnya pada tiga atau lebih individu maka hal ini di kenal sebagai circulating recombinant
form (CRF).hingga kini di kenal sebagai CRF01 dan CRF34. Variasi rangkaian nukleutida
mempuyai berbagai implikasi biologis dan transmisi virus, ketahanan hidup pasien, dan juga
dapat membantu menjelaskan distribusi geografi, serta epidemiologi infeksi HIV. Tinjauan
diagnostik variasi rangkaian nukleotida sangat berpengaruh nyata terhadap implikasi reaktifitas
dan reaktifitas silang pada tes diagnostik guna mendeteksi protein maupun peptida spesifik
virus.(Setiati, 2014, p. 899)

7. Komplikasi
8. Oral lesi

Karena kandidia, herpes simplek, carkoma kaposi, HPV oral, gingivitis,peridonitis human
immuno deficiency virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.kondidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga
mulut.jika tidak di obati, kandidiasis oral akan berlanjut mengenai esofagus dan lambung.tanda
dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan terasa sakit di balik
sternum (nyeri retrosternal).

1. Gastrointestinal

Wasting syndrom kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk penyakit
AIDS.kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB>10% dari BB awal,diare yang kronis
selama lebih lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan atau
menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.

1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,limpoma, dan sarcoma
kaposi.dengan efek penurunan BB anoreksia, demam, malabsorbsi dan dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi obat illegal, alkoholik
dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, kriterik, demam artitris.
3. Penyakit anoretal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi , dengan efek inflamasi sulit dan sakit,nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.
4. Resprasi

Pneumocystic carinii gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk, dan nyeri
dada, keletihan dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunis seperti yang di sebabkan
oleh mycobacterium intracellulare (MAI) cytomegalovirus.

1. Dermatologik

Lesi kulit stefilokokus virus herpes simpleks dan zoster dermatitus karena xerosis,reaksi otot, lesi
scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar, infeksi sekunder dan
sepsis.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang di sertai dengan
kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitik atopik seperti ekzema dan psoriasi.

1. Sensorik

Pandangan :sarkoma kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata retinitissitomegalovirus berefek
kebutaan.
Pendengaran:otitis eksternal akut dan otitis media , kehilangan pendengaran dengan efek nyeri
yang berhubungan dengan mielopati meningtis,sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat(Jauhar &
Bararah, 2013, p. 301)

8. Perlengkapan pencegahan
9. Sarung tangan

Harus memakai sarung tangan bila kontak langsung dengan darah atu cairan tubuh dan kontak
langsung dengan kulit yang tidak utuh atau mebran mukosa.

2. Apron plastik

Harus dipakai untuk mencegah terkenanya darah atau cairan tubuh

3. Alat peilndung mata

Kaca mata pelindung atau visor untuk menghindari percikan darah atau cairan tubuh ke
konjungtiva.

4. Masker

Dipakai untuk melindungi mulut dan hidung

5. Luka kulit

Luka atau abrasi kulit tangan dan lengan bawah harus ditutupi dengan pembalut lengan air.

6. cuci tangan atau penggunaan antiseptik

harus segera di lakukan dengan memakai air dan sabun setelah kontak dengan cairan tubuh
walaupun memakai sarung tangan.(Setiati, 2014, p. 916)

1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2. Pengkajian
3. Identitas

Berdasarkan data dari ditjen PP dan PL depkes RI (2009), terdapat 19.973 jumlah kumulatif
kasus AIDS dengan 49,07% terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun,30,14% bterdapat pada
kelompok umur 30-39 tahun, 8,82% terdapat pada umur 40-49 tahun , 3,05% terdapat pada
kelompok usia 15-19 tahun, 2,49% terdapat pada kelompok umur 50-59 tahun, 0,51 %pada
kelompok umur , 15 tahun dan 3,27 %tidak di ketahui ,rasio kasus AIDS antara laki-laki dan
perempuan adalah 3 : 1 diagnosa medis :HIV/AIDS
(Katiandagho, 2015, p. 81)

1. Status kesehatan saat ini

 Keluhan utama

Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan merasakan demam dan diare terus menerus.(Katiandagho,
2015, p. 28)

 Alasan masuk rumah sakit

Pasien diare terus menerus (Katiandagho, 2015, p. 28)

 Riwayat penyakit sekarang

Biasanya pasien mengeluh hipoksia, sesak nafas, jari tabuh, limfadenopati (Jauhar & Bararah,
2013, hal. 299)

1. Riwayat kesehatan terdahulu

 Riwayat penyakit sebelumnya

Sebelumnya pasien mengeluh mengalami penurunan BB lebih dari 10%,demam,dan batuk


dengan waktu yang cukup lama. (Jauhar & Bararah, 2013, hal. 302)

 Riwayat penyakit keluarga

Biasanya penyakit HIV di tularkan dari ibu ke anaknya. (Jauhar & Bararah, 2013, hal. 296)

 Riwayat pengobatan

Pemberian obat ARV terdiri atas beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase
inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside reverse transcriptase
inhibitor, dan inhibitor protease. (Yulrina & Lusiana, 2015, hal. 13)

1. Pemeriksaan fisik

 Keadaan Umum
1. Kesadaran

Kesadaran Pasien melemah (Katiandagho, 2015, hal. 29)

1. Tanda tanda vital

GSC 4 6 5, T = 150/100 mmhg

S = 38 c

RR = 25x/mnt

N = 95 /mnt (Yulrina & Lusiana, 2015, hal. 130)

 Body System

1. Sistem pernafasan

 Hidung :simetris, pernafasan, cuping hidung.


 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar lymfe di sub mandibula.
 Dada :

bentuk dada normal`

perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal 1:1

Gerakan dada : simetris, tidak terdapat reaksi`

Suara nafas :ronki

Suara nafas tambahan : ronki(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 14)

1. System kardiovaskuler

 Conjungtiva : tidak anemia, bibir pucat/ cyanosis, arteri carotis : berisi regular tekanan
vena jugularis tidak meninggi.
 Ukuran jantung : tidak ada pembesaran.
 Suara jantung : tidak ada bunyi abnormal
 Capillary refilling time > 2 detik(Yulrina & Lusiana, 2015, p. 132)
1. System persarafan

 Fungsi selebral : status mental orientasi masih tergantung orang tua,kesadaran mata
(membuka mata spontan ). Motorik ( bergerak mengikuti perintah ). Verbal ( bicara
normal)
 Fungsi karnial : saat pemeriksaan tidak di temukan tanda-tanda kelainan dari nervus 1-7
 Fungsi motorik : klien Nampak lemah, seluruh aktivitasnya di bantu.
 Fungsi sensorik: suhu nyeri, getaran,posisi deskriminasi ( terkesan terganggu )
 Fungsi cerebellum : koordinasi keseimbangan, kesan normal.
 Refleks: bisip,trisep, patella dan babinski terkesan normal.(Katiandagho, 2015, p. 29)

1. System perkemihan

 Urin produksi oliguria sampai anuria ( 200-400 ml/24 jam ) frekuensi berkurang
 Tidak di temukan odema
 Tidak di temukan adanya nokturia, disuria, dan kencing batu`(Yulrina & Lusiana, 2015,
p. 134)

1. System pencernaan

 Mulut :terjadi peradangan pada mukosa mulut


 Abdomen : distensi abdomen, peristalticmeningkat >25x/mnt akibat adanya virus yang
menyerang usus.
 Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal
 Anus : meradang gatal dan terdapat bintik`(Jauhar & Bararah, 2013, p. 302)

1. System integument

 Warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan rasa gatal, turgor menurun >dl
 Suhu meningkat 39⁰c,akral hangat,akral hangat,akral dingin (waspada syok ),capillary
refill time memanjang >2 dl, kemerahan pada daerah perianal(Yulrina & Lusiana, 2015,
p. 133)

1. System musculoskeletal

 Kepala :betuk kurang baik, sedikit nyeri


 Vertebrae:tidak di temukan skoliosis,kiposis,ROM pasif klien malas bergerak,aktifitas
utama pasien adalah berbaring di tempat tidur
 Lutut :tidak bengkak,tidak kaku ,gerakan aktif,kemampuan baik
 Tangan tidak bengkak , gerakan dan rom aktif(Jauhar & Bararah, 2013, p. 302)

1. System endokrin

 Kelenjar tiroid tidak nampak tidak ada pembesaran.


 Suhu tubuh tdk tetap keringat normal.
 Tidak ada riwayat diabetes,(Yulrina & Lusiana, 2015, p. 134)
1. System reproduksi

 Alat genetallia termasuk glans penis dan oraficum uretra eskrena mera dan gatal.(Setiati,
2014, p. 899)

1. System penginderaan

 Mata : agak cekung


 Hidung :penciuman kurang baik
 Auditorius : kurang bersih akibat penyebaran penyakit ,fungsi pendengaran kesan
baik.(Jauhar & Bararah, 2013, p. 303)

1. System imun

 Klien tidak ada riwayat energy


 Imunisasi lengkap
 Penyakit yang berhubungan dengan perubahan.cuaca tidak ada
 Riwayat transfuse darah tidak ada (Yulrina & Lusiana, 2015, p. 134)

1. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan menguji HIV. Tes ini, meliputi tes Elisa, latex
agglutination dan western blot. Penilaian elisa dan latex agglutination digunakan untuk
mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus dipastikan
dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan cara menguji antigen HIV, yaitu tes antigen p24
(polymerase chain reaction) atau PCR. Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes
antibody( biasanya digunakanpada bayi lahir dengan ibu HIV. (Jauhar & Bararah, 2013, p. 299)

1. Penatalaksanaan

Secara umum, penatalaksanaan odha terdiri atas beberapa jenis yaitu:

1. Pengobatan suportif
2. Pemberian nutrisi yang baik
3. Pemberian multivitamin
4. Pengobatan simpomatik
5. Pencegahan infeksi oportunistik dapat di gunakan anti biotik kotrimoksazol.
6. Pemberian ARV ( anti retroviral )

ARV dapat di berikan saat pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat seumur hidup.
Pedoman terapi ARV :
1. Jangan gunakan obat tunggal atau dua obat
2. Selalu gunakan minimal kombinasi tiga ARV yang di sebut HAART ( Highly Acitive
Anti Retroviral Teraphy )
3. Kombinasi ARV lini pertama pasien naive ( belum pernah pakai ARV sebelumnya ) yang
di anjurkan : 2 NRT (nucleoside atau nucleotide reserve transciptase inhibitor ) + 1
NNRTI (non nucleoside atau nucleotide reserve transciptase inhibitor )
4. Di indonesia regimen pengobatan yang di pakai adalah

Lini pertama : AZT + 3 TC + EFV atau NVP. Alternatif d4T + 3TC + EFV atau NVP, AZT atau
d4T + 3TC + 1 PI (LPV/r)

AZT (azidotimidin ), EFV (efavirenz), d4T (stavudine), 3TC (lamuvudine ), NVP (nelfinafir ),
LPV /r (lopinafir/ritonafir) (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 14)

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016) diagnosa keperawatan HIV/AIDS yang muncul
antara lain :

1. Hipertermia

Definisi: suhu tubuhmeningkat diatas rentang normal tubuh.

Penyebab

1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis, infeksi, kanker)
4. Ketidak sesuaian pakaian dengan suhu lingkugan
5. Pengingkatan laju metabolism
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan incubator

Gejala dan tanda mayor

1. Subjektif

( tidak tersedia )

1. Objektif

Suhu tubuh diatas nilai normal


Gejala dan tanda minor

1. Subjektif

( tidak tersedia )

1. b) Objektif

Kulit merah, kejang, takikardia, takipnea, kulit terasa hangat.

Kondisi klinis terkait

1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. (PPNI, 2016, p. 284)

1. Ketidakseimbangan nutrisi

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism

Penyebab

1. Ketidak mampuanmenelan makanan


2. Ketidak mampuan mencerna makanan
3. Ketidak mampuan mengabsrobsi nutrient
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Factor ekonomis (mis.finansial tidak mencukupi )
6. Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)

Gejala dan tanda mayor

1. Subjektif

(tidak tersedia)

1. Objektif

Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal)


Gejala dan tanda minor

1. Subjektif

 Cepat kenyang setelah makan


 Kram/nyeri abdomen
 Nafsu makan menurun

1. Objektif

 Bising usus hipraktif


 Otot pengunyah lemah
 Otot menelan lemah
 Membran mukosa pucat
 Sariawan
 Serum albumin turun
 Rambut rontok berlebihan
 Diare

Kondidi klinis terkait

1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuscular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit crohn’s(PPNI, 2016, p. 56)

3. Intervensi
4. Hipertermia
o Tujuan: pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan oleh indicator
gangguan sebagai berikut( sebutkan 1-5gangguan ekstrem, berat,
sedang,ringanatau tidak ada gangguan) peningkatan suhu kulit, hipertermia,
dehidrasi, mengantuk
 Intervensi (NIC)

Aktivitas Keperawatan

1. Pantau aktivitas kejang


2. Pantau hidrasi ( misalnya, turgor kulit, kelembaban membrane mukosa)
3. Pantau tekanan darah,denyut nadi, dan frekuensipernapasan
4. Kaji ketetapan jenis pakaian yang digunakan sesuai dengan suhu lingkungan

Penyuluhan untuk pasien/ keluarga

1. Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia misalnya( sengatn panas,dan keletihan akibat panas)
2. Regulasi suhu (NIC) ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan
yang diperlukan, jika perlu

Aktivitas kolaboratif

1. Regulasi suhu (NIC) berikan obat antipiretik, jika perlu gunakan matras dingin dan mandi
air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh, jika perlu(Wilkinson, 2011, p. 390)

1. Ketidakseimbangan Nutrisi

 Tujuan : memperlihatkan Status Gizi: asupan makanan dan cairan , yang di buktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak adekuat , sedikit adekuat , cukup adekuat ,
adekuat , sangat adekuat):

Makanan oral , pemberian makan lewat selang ,atau nutrisi parenteral total Asupan cairan oral,
atau IV .

 Intervensi ( NIC)

Aktifitas keperawatan

1. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan


2. Pantau nilai laboratorium , khususnya transferin , albumin , dan elektrolit
3. Manajemen nutrisi (NIC)
4. Ketahui makanan kesukaan pasien
5. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
6. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
7. Timbang pasien pada interval yang tepat

Penyuluhan untuk pasien / keluarga


1. Ajarkan metode untuk perencanaan makanan
2. Ajarkan pasien/ keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
3. Manajemen Nutrisi (NIC):Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya

Aktifitas kolaboratif

1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan prorein ( misal , pasien
anoreksia nervosa atau pasien penyakit glomerular / dialisisperitoneal )
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap ,
pemberian makan makanan melalui slang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori
yang adekuat dapat dipertahankan
3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
4. Rujuk ke progam gizi di komunitas yang tepat , jika pasien tidak dapat membeli atau
menyiapkan makan yang adekuat
5. Manajemen Nutrisi ( NIC ) :Tentukan ,dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi,
jika diperlukan , jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi [ khususnya untuk pasien dengan kebutuhan energy tinggi , seperti
pasien pasca bedah dan luka bakar , trauma, demam dan luka ].(Wilkinson, 2011, p. 503)
DAFTAR PUSTAKA

Jauhar, M., & Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Katiandagho, D. (2015). Epidemiologi HIV AIDS. Bogor: In Media.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis &Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.

PPNI, T. P. (2016). standart diagnosis keperawatan indonesia. jakarta: dewan pengurus pusat
persatuan perawat nasional indonesia.

Setiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Wilkinson, N. (2011). Dianosis Keperawatan Nic-Noc. Jakarta: Egc.

Yulrina, A., & Lusiana, N. K. (2015). Bahan Ajar Aids Pada Asuhaan Kebidanan. Yogyakarta:
Depublish.

Share this:

 Twitter
 Facebook

Related

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIV/AIDSIn "Keperawatan Medikal Bedah"

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI HIV/AIDS KOINFEKSI TB


PARU DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DIRUANG SAKURA
RSD. dr SOEBANDI JEMBER ISTIANA AYU SAFITRI 14.401.16.04In "PROPOSAL LTA
2019"

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENDERITA “HIV/AIDS”In "Keperawatan


Medikal Bedah"
About samoke2012
Staf Pengajar di Prodi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Banyuwangi
View all posts by samoke2012 →
This entry was posted in Keperawatan Medikal Bedah. Bookmark the permalink.
← ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISPA
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SARS →

1 Response to ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIV/AIDS

1. scr888 bintang says:

September 14, 2018 at 11:31 pm

This is the perfect way through which you can attract more web traffic for operating your
website. To start us off, we tend to consider a take a peek
at SEO smart links. All search engine results are completely democratic.
http://mood.jses.ntpc.edu.tw/phpinfo.php/RS=ADAB91PNtPb7Qj1trJZYaWvNXyxwQU
-
?a%5B%5D=%3Ca+href%3Dhttp%3A%2F%2Fwww.warpig.com%2Flinkout.cgi%3Fjo
m.fun%3Elive+roulette+virgin+media%3C%2Fa%3E

Reply

Leave a Reply

 Recent Posts
o ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI PENYAKIT
PARU OBSTRUKTIF KRONIS ( PPOK) DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUANG ANTURIUM RSD dr.SOEBANDI
JEMBER WULAN WAHYUNING WISUDA 14.401.16.091
o ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI TBC
DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUANG ASTER
RSD SOEBANDI JEMBER TANTI LIANA SARI 14.401.16.084
o ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM DENGAN
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUANG ASTER RSD dr. SOEBANDI
JEMBER SOFIE DIAN NOVITA 14.401.16.081
o ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN FRAKTUR TIBIA POST OP ORIF
HARI KE-0 DENGAN NYERI AKUT DIRUANG SERUNI RSD dr.
SOEBANDI JEMBER SANTI ANA DEWI 14.401.16.079
o ASUHAN KEPERAWATAN IBU YANG MENGALAMI POST SC INDIKASI
PEB DENGAN NYERI AKUT HARI KE-0 DI RUANG DAHLIA RSD dr
SOEBANDI JEMBER DITA PURI RAHAYU 14.401.16.015
 Archives
o June 2019
o May 2019
o January 2019
o September 2018
o August 2018
o March 2017
o February 2017
o October 2015
o December 2012
o November 2012
o October 2012
o September 2012
 Categories
o Askep Komunitas 2
o Asuhan Keperawatan Keluarga
o Asuhan Keperawatan Klinik 8
o Berpikir Ilmiah
o Ilmu Keperawatan Gerontik
o Jabatan Fungsional Akademik 2017
o Keperawatan gawat darurat
o Keperawatan Jiwa
o Keperawatan Komunitas 1
o Keperawatan Maternitas
o Keperawatan Medikal Bedah
o Kumpulan Soal KMB 1
o Pengantar Riset
o PROPOSAL LTA 2019
o Transkultural Nursing
 Meta
o Register
o Log in
o Entries feed
o Comments feed
o WordPress.com

Nursing Science
Blog at WordPress.com.
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their
use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

Anda mungkin juga menyukai