Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas Stase Manajemen Keperawatan ini. Dalam proses laporan ini
penyusun mendapat bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Rahayu Nawang
Wulan S.Kep M.Kep selaku pembimbing di Rumah sakit dan selaku
pembimbing akademi Stase Manajemen Keperawatan.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, baik


dalam penyusunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar lebih baik di
kemudian hari. Semoga laporan ini dapat bermanfaat umumnya bagi
pembaca, dan khususnya bagi penyusun.

Tangerang, November 2021

Penyusun
BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1974, rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan
fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.
Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan
pusat penelitian medik. Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan
secara sinergis antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Dalam pelayana kesehatan, keberadaan perawat merupakan
posisi kunci yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan
rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan.

Menurut Nursalam (2015) Keperawatan sebagai pelayanan yang


professional bersifat humanistic, menggunakan pendekatan holistic, dilakukan
berdasarkan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif klien,
mengacu pada standar professional Keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan professional secara
umum merupakan tanggung jawab seorang Perawat yang selalu mengabdi
kepada manusia dan kemanusian, sehingga dituntut untuk selalu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik
(etika). Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era
global sekarang dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Oleh karena itu, Konstribusi pelayanan keperawatan terhadap
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di sarana kesehatan sangat
tergantung pada manajemen pelayanan keperawatan yang ada di rumah
sakit maupun tatananpelayanan kesehatan.
Menurut Nursalam (2015), manajemen keperawatan merupakan suatu
pelayanan keperawatan professional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
perorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut
saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis,
hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan
keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil bagi masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena
berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan
serta perubahan memerlukan pengelohan secara professional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi Manajemen keperawatan
harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit,
sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di
dalam organisasi keperawatan itu sendiri, hal ini dapat dicapai dengan
adanya manajemen yang baik.

Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanana keperawatan, asuhan


keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan
asuhan keperawatan yang profesional. Model pemberian asuhan
keperawatan merupakan salah satu pendekatan dalam pengelolaan asuhan
keperawatan profesional yang menjamin terwujudnya kesinambungan
dalam pemberihan asuhan keperawatan dan akuntabilitas. (Nursalam, 2002).

Rumah sakit An-Nisa tangerang pada awalnya merupakan RB ( rumah


bersalin berdiri pada tahun 1991 dan pada tahun 200 rumah sakit ini berubah
menjadi rumah sakit ibu dan anak (RSIA). Sesuai dengan pertumbuhan
masyarakat kota tangerang yang terus berkembang maka rumah sakit ibu dan
anak berubah menjadi rumah sakit umum (RSU) pada tahun 2008. Pada
tahun 2015 terus berkembang dan sampai sekarang Rs An- Nisa merupakan
rumah sakit umum tipe C dan memiliki motto “Ihsan dalam pelayanan”.
VISI Rs An-Nisa Tangerang yaitu menjadi rumah sakit berciri islam yang
dipercaya dan dipilih oleh masyarakat. Sedangkan MISI Rs An-Nisa
Tangerang yaitu :
1. Menyediakan pelayanan bermutu dan profesional
2. Mewujudkan citra islam diseluruh jajaran dalam segala tindakan dan
penampilan
3. Mengembangkan jiwa melayani secara ihsan dalam setiap karyawan.

Ruang Perawatan Umum (RPU) RS An-Nisa Tangerang adalah ruangan


perawatan yang didominasi dengan pasien paru dalam pengelolaan asuhan
keperawatan profesionalnya menerapkan model pemberian asuhan
keperawatan dengan metode TIM, melalui kerja kelompok yang terkoordinasi
dan kooperatif dapat terwujud pemberian asuhan keperawatan yang
menyeluruh lengkap terhadap pasien.Perawat sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang
tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan
kebutuhan klien. Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial
peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi kepemimpinan dan
manajemen keperawatan juga melakukan praktek langsung di lapangan.
Mahasiswa Jurusan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Widya Dharma Husada melakukan praktek Stase Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan di Ruang Perwatan Umum (RPU) RS An-Nisa
Kota Tangerang dengan arahan pembimbing RS An-Nisa Tangerang dan
pembimbing akademik.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajeman
keperawatan di Ruang Perawatan Umum (RPU) Rs An-Nisa Kota
Tangerang mahasiswa mampu melakukan pengelolaan pelayanan
keperawatan profesional tingkat dasar secara bertanggung jawab dan
menunjukan sikap kepemimpinan yang profesional.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajeman
keperawatan selama 2 minggu di Ruang Perawatan Bedah (RPB) Rs
An-Nisa Kota Tangerang mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian data yang meliputi profil umum ruang
keperawatan, unsur input, unsur proses dan unsur output.
b. Menganalisa hasil kajian pada setiap sub unsur pada unsur input, unsur
proses dan unsur output.
c. Membuat identifikasi permasalahan yang ada, memprioritaskan
masalah tersebut dan menyusun rencana kegiatan.
d. Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang sudah
disusun.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program profesi
ners dalam aplikasi konsep kepemimpinan dan manajemen
keperawatan secara langsung.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Ruang Perawatan
Umum (RPU) Rs An-Nisa Kota Tangerang untuk meningkatkan
kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang mangacu kepada model
praktek keperawatan profesional (MPKP).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melakui anggota sta
keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan secara proesional
(Nursalam, 2017).
Manajemen memerlukan beberapa peran dari sumber daya manusi yang
terlibat didalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing sehingga
diperlukan fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen, yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan yang dimaksud untuk menyusun suatu perencanaan yang
strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang ditetapkan.
Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi
dan misi institusional yang telah ditetapkan, (Nursalam, 2002)

Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatann dilaksanakan


oleh kepala ruang. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap
akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan
kepada klien
2. Pengorganisasian
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur
formal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak
direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan
memakai keduanya secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan
penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan
mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan
dan keinginan.

Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik


pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi
efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang
manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan
kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan informal organisasi
saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi
informal untuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan
dalam struktur formal.
3. Pengarahan
Fungsi dari manajemen yang ketiga adalah Pengarahan, pengarahan
ini sangat pentingdilakukan agar segala sesuatu yang sudah
direncanakan dapat berjalan dengan lancar sesuai denga perencanaan
yang dibuat. Seorang manajer akan melakukan pengarahan kepada
setiap karyawannya, apabila didalam perusahaan tersebut sedang
mengalami suatu permasalahan atau apa yang sedang dikerjakan tidak
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

Memang diakui bahwa usaha- usaha perencanaan dan


pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit
yang akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas
yang diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka
diperlukan tindakan pengawasan (actuating) atau usaha untuk
menimbulkan action.
Pengarahan diruang perawatan dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan
yaitu program motivasi, manajemen konflik, pendelegasian, supervisi
dan komunikasi efektif.
4. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi keempat dalam proses manajemen dan
yang terakhir dalam proses manajemen. Pengendalian (controlling)
artinya memantau aktivitas karyawan, menjaga organisasi agar tetap
berjalan ke arah pencapaian sasaran, dan membuat koreksi bila
diperlukan. Para manajer juga harus memastikan bahwa organisasi
yang mereka atur bergerak menuju tujuannya. Pelimpahan wewenang
dan kepercayaan terhadap karyawan telah membuat banyak perusahaan
lebih menekankan pada pelatihan karyawan untuk memantau dan
mengoreksi diri sendiri. Terutama para karyawan pada lini depan
dilatih dengan menanamkan nilai inti dan standar kinerja yang
diharapkan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memberikan
kebebasan besar tanpa harus membahayakan standar perusahaan yang
tinggi. Namun, para manajer harus menyadari bahwa keberhasilan
dalam sebuah perusahaan atau situasi mungkin tidak sama terhadap
yang lainnya.

B. Konsep model asuhan keperawatan


1. MPKP
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai
profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart&Woods, 1996 dalam
Sitorus, 2005). Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah
suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang
memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
a. Unsur unsur
1) Menetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien
sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah
tenaga keperawatan menjadi penting karena bila jumlah
perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan ,
maka tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan. Akibatnya perawat hanya melakukan tindakan
kolaboratif dan tidak sempat melakukan tindakan terapi
keperawatan, observasi, dan pemberian pendidikan kesehatan.
2) Menetapkan jenis tenaga keperawatan di ruang rawat, yaitu
Kepala Ruang, Perawat Primer dan perawat Asosiate, sehingga
peran dan fungsi masing masing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam
sistem pemberian asuhan keperawatan.
3) Menyusun standar rencana keperawatan. Dengan standar
renpra, maka PP hanya melakukan validasi terhadap ketepatan
penentuan diagnosis berdasarkan pengkajian yang sudah
dilakukan, sehingga waktu tidak tersita untuk membuat
penulisan renpra yang tidak diperlukan.
b. Jenis – jenis MPKP
1) MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada berlatar
belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua
timnya dari D3 keperawatan.
2) MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal D3
Keperawatan.
3) MPKP Profesional
MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:
a) MPKP I
MPKP yang tenaga perawat pelaksananya minimal D3
Keperawatan, tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim
(katim) mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan.
b) MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3
Keperawatan dan mayoritas Sarjana Ners Keperawatan,
sudah memiliki tenanga spesialis Keperawatan jiwa.
c) MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners
Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan
jiwa dan dokter keperawatan yang bekerja di area keperawatan
jiwa.
c. Peran dan Tanggung jawab dalam MPKP
1) Kepala Ruangan (Karu)
a) Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU
melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang dirawat,
meliputi : menanyakan keadaan pasien dan kebutuhannya serta
mengobservasi keadaan infuse, tetesan infus dan bila ada obat
yang belum diminum oleh pasien segera diberikan dengan
memberikan motivasi kepada pasien tentang kegunaan obat.
b) Memimpin sharing pagi
c) Memimpin operan pagi
d) Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat
oleh Kepala Tim dalam pemberian asuhan keperawatan
pada hari itu.
e) Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan
baik, meliputi : pengisian Askep, Visite Dokter (Advise),
pemeriksaan penunjang (hasil Lab), dll
f) Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan
kebutuhan.
g) Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi
di area tanggung jawabnya.
h) Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.
2) Ketua TIM
Tugas Utama: Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok
pasien oleh Tim keperawatan dibawah koordinasinya.
a) Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang
dikoordinirnya pada saat Pre Confrence
b) Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat
untuk setiap pasiennya.
c) Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai rencana yang telah dibuat PP
d) Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien
dibawah koordinasinya pada saat Post Confrence.
3) Penanggung jawab shift
Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift
sore/malam dan hari libur.
a) Memimpin kegiatan operan shift sore-malam.
b) Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung
jawabnya
c) Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana
yang telah dibuat PP
d) Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan
e) Membuat Proposal kejadian kepada pengatur ruangan.
4) Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA)
Tugas Utama :Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan
pasien yang menjadi tanggung jawabnya, merencanakan
asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien.
a) Membaca renpra yang telah ditetapkan oleh PP
b) Membina hubungan terapuetik dengan pasien dan keluarga,
sebagai lanjutan kontrak yang dilakukan PP
c) Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang
dilakukan PP
C. Metode penugasan
Metode penugasan adalah suatu alternative metode yang akan ditetapkan
dalam memberikan assuhan keperawatan pada pasien dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas asuhan dan peningkatan derajat kesehatan
pasien. Pada dasarnya seluruh jenis metode penugasan masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Metode fungsional
Metode fungsional dilakukan ole perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatn sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat
itu karena masih berbahaya jumlah dan kemampuan perawat maka
saat setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi
(merawat luka kepada semua pasien di bangsal ).
a. Kelebihan :
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pebagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan petugas
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior
dan atau belum berpengalaman.
b. Kelemahan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja
2. Metode TIM
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.
a. Kelebihan:
1) Dapat memasilitasi pelayanan keperawatan secara konprehensi
2) Memungkinkan pelksanaan keperawatan
3) Konlik antar sta dapat dikendalikan melalui rapat
4) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan
interpersonal
5) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim secara
efektif
6) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim
dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi. Memperbaiki
fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim
perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan
keperawatan yang diberikan
7) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
8) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien
selama bertugas
b. Kelemahan:
1) Ketua tm menghabiskan banyak waktu untuk koordinasikan
dan supervisi anggota tim dan harus mrmpunysi keterampilan yang
tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik
2) Keperawatan tim menimbulkn ragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total
3) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar ruangan tim
terganggu
4) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung sta, berlindung kepada anggota tim yang mampu
5) Akontabilitas dari tim menjadi kabur
6) Tidak eiseiensi bila dibandingkan dengan model ungsional
karena membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan
tinggi.
3. Metode kasus
Juga disebut sebagai perawatan total (total care) yang merupakan
modal paling awal. Ini merupakan metode client centered, di mana
seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan
pada sejumlah pasien dalam waktu 8 atau 12 jam setiap shift. Pegawai
tersebut mengkaji, menyusun diagnosa, membuat rencana, melakukan
tindakan dan evaluasi pada setiap pasien. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift (jaga). Metode ini
banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Untuk
memenuhi kekurangan perawat, para manager sering merekrut lebih
banyak perawat dengan latar belakang persiapan pendidikan kurang
daripada perawat professional.
4. Metode perawat primer
Metode ini pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Lydia Hall (1963).
Ini merupakan sistem di mana seorang perawat bertanggung jawab selama
24 jam sehari, 7 hari per minggu. Ini merupakan metode yang
memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten.
Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
ketrampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan
membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi
keefektivitasan perawatan. Sementara perawat yang lain menjalankan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasi perawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan pasien kepada perawat atau
tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua
aspek peran profesional, termasuk pendidikan kesehatan, advokasi,
pembuatan keputusan, dan kesinambungan perawatan. Perawat primer
merupakan manager garis terdepan bagi perawatan pasien dengan segala
akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.
a. Keuntungan
1) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
2) Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
3) Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
4) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
5) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
b. Kerugian
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
2) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
5. Model modular
Model modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non
profesional (terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk
rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau
keseluruhan. Metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3
perawat untuk 8-12 klien. Keunggulan dan kekurangan metode ini
sampai dengan gabungan antara metode tim dan metode perawatan
primer (Arwani, 2006). Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode keperawatan moduler, satu tim yang terdiri dari
2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok
pasien berkisar 8-12 orang. Hal ini tentu saja dengan suatu
persyaratan peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan cukup
memadai. Sekalipun di dalam memberikan asuhan keperawatan
dengan menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga
perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat
profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk
membimbing dan melatih non-profesional. Apabila perawat profesional
sebagai ketua tim dalam keperawatan

modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh
perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim. Peran
perawat kepala ruang diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan
mempertimbangkan kecocokan untuk bekerja sama, dan berperan sebagai
fasilitator, pembimbing serta memotivator.
a. Keuntungan Model Modular :
1) Memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan
holistic dengan pertanggung jawaban yang jelas.
2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
3) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui
rapat tim, cara ini efektif untuk belajar.
4) Memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
5) Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda dengan aman dan efektif.
6) Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.
7) Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau
diterapkan.
8) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
9) Memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang
menerima asuhan keperawatan.
10) Lebih mencerminkan otonomi.
11) Menurunkan dana perawat.
b. Kekurangan Model Modular :
1) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
2) Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab pasien bertugas.
3) Biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain.
4) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehatan/ kedokteran.
5) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
6) Masalah komunikasi.
D. Indikator mutu umum RD (BOR,LOS,TOI,BTO)
1. BOR
BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur BOR
adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a
period under consideration (Huffman. 1994).
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu
(Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).

Rumus BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat


tidur x Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%

2. LOS
AVLOS (Average Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien
dirawat AVLOS adalah the average hospitalization stay of inpatient
discharged during the period under consideration. (Huffman. 1994).
AVLOS adalah rata-rata lama rawatseorangpasien (Depkes RI. 2005,
KementerianKesehatan 2011).
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang
lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).

Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar


(hidup + mati)

3. TOI
(Turn Over Interval) = Tenggang perputaran tempat tidur
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya (Depkes RI. 2005, Kementerian
Kesehatan 2011). Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011)

Rumus TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan)


/ Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

4. BTO
BTO adalah the net effect of changed in occupancy rate and length
of stay (Huffman. 1994) BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
Idealnya dalam sat utahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali
(Depkes RI. 2005, KementerianKesehatan 2011).

Rumus BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah


tempat tidur.
BAB III
ANALISIS SITUASI

A. RS ANNISA Tangerang
RS ANNISA Tangerang berawal dari gagasan dr. Anwar Hasyim,
Sp.OG sebagai pendiri dan pemilik. Awal pembangunannya dimulai pada
tahun 1989, dimana untuk pemancangan tiang pertama dihadiri oleh
Direktur RSI Cempaka Putih, Bpk. Rahmat Ramli. Akhirnya pada tahun
991 berdirilah sebuah bangunan sederhana dengan status Rumah Bersalin
(RB) dibawah kepemilikan Yayasan Permata Bunda. Rumah bersalin AN-
NISA pada waktu itu hanya memiliiki kapasitas 15 tempat tidur, dan
pada tahun 199 Rumah bersalin AN-NISA berhasil meraih prestasi sebagai
Juara III Rumah Bersalin Sayang Ibu.

Pada tahun 2000 terjadi perrgantian status dari rumah bersalin menjadi rumah
sakit ibu & anak dibawah kepemilikan PT AN-NISA Utama dengan
kapasitas tempat tidur lebih banyak dari Rumah Bersalin AN-NISA yaitu 47
tempat tidur. Sesuai dengan pertumbuhan masyarakat Kota Tangerang
yang terus berkembang. Maka Rumah Sakit Ibu dan Anak berubah menjadi
Rumah Sakit Umum (RSU) pada tahun 2008. Pada tahun 2015 terus
berkembang dan sampai sekarang RS ANNISA merupakan rumah sakit umum
tipe (C)

RS ANNISA berkomitmen patuh dalam mewujudkan masyarakat yang sehat


dan bebas dari penyakit serta menurunkan angka kematian. Dalam
perkembangannya, kepercayaan masyarakat kota tangerang terhadap RS -
ANNISA terus meningkat. Hingga akhirnya rumah sakit ini mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat luas.
1. Falsafah
Rumah sakit ANNISA sebagai lahan ibadah
2. Visi
“menjadi rumah sakit berciri islam yang dipercaya dan dipilih oleh
masyarakat.”
3. Misi
a. Menyediakan pelayanan bermutu dan profesional.
b. Mewujudkan citra islam diseluruh jajaran dalam segala tindakan dan
penampilan.
c. Mengembangkan jiwa melayani secara ihsan dalam setiap karyawan.
4. Moto
“Ihsan dalam pelayanan”
B. Profil Ruangan
Ruangan perawatan umum 4 merupakan salah satu ruangan rawat inap di Rs
An – Nisa Kota Tangerang yang memberikan pelayanan yang terdiri
dari 6 ruangan yaitu 408, 409, 412, 413, 414, 415 ruang tindakan dan ruang
isolasi. Ruangan Fasilitas.

Ruangan Fasilitas
Bed Ac Kamar mandi TV Wastafel
408 6 1 1 1 -
409 6 1 1 1 -
412 4 1 1 1 1
413 4 1 1 1 1
414 1 1 1 1 -
415 1 1 1 1 -
Jumlah 22 6 6 6 2

Selain itu, Ruang Perawatan Umum 4 merupakan salah satu ruangan perawatan
RS An-Nisa yang memberikan perawatan bagi pasien laki-laki maupun
perempuan dengan mencakup lansia awal sampai lansia akhir.
C. Denah Ruangan RPU 4
DENAH RUANGAN RPU 4

408 407 Ruang PINTU Ners 413 414 415


Alat MASUK Station
ISOL
ASI

JALAN JALAN

409 ICU 2 ICU 3 412


D. Struktur Organisasi Ruangan
STRUKTUR ORGANISASI RANG PERAWATAN UMUM 4 RUMAH
SAKIT AN – NISA TANGERANG

E. Data Ruangan
1. Visi RPU 4 mengikuti visi dari RS ANNISA Tangerang, tidak
terdapat visi khusus untuk ruangan RPU. Visi RS ANNISA Tangerang
yaitu menjadi rumah sakit berciri islam yang dipercaya dan dipilih oleh
masyarakat.
2. Misi ruangan
Misi ruangan RPU 4 juga mengikuti misi dari RS ANNISA
Tangerang, tidak terdapat misi khusus untuk ruangan RPU, dimana misi
tersebut adalah:
a. Menyediakan pelayanan bermutu dan profesional.
b. Mewujudkan citra islam diseluruh jajaran dalam segala tindakan dan
penampilan.
c. Mengembangkan jiwa melayani secara ihsan dalam setiap karyawan.
3. Standar Operasional Prosedur
Standar operasional prosedur ruangan bougenvile 2 sudah ada namun
sebagian masih dalam proses pengajuan untuk dilakukan revisi dan
pengesahan.
4. Standar Asuhan
Salah satu asuhan yang dilakukan adalah keselamatan pasien. Terdapat
enam sasaran pasien safety, yaitu :
a) Ketepatan identifikasi pasien
Ketepatan identifikasi pasien di ruang RPB sudah dilakukan dengan
baik. Pemberian gelang identitas pasien, identitas sesuai dengan nama
pasien, identitas gelang pasien ditulis sesuai dengan RM pasien,
terdapat tanggal lahir di gelang pasien, identitas gelang pasien
sesuai dengan label obat pasien, perawat menanyakan nama pasien
dan mencocokan di gelang identitas pasien saat memberikan obat
melakukan tindakan, laboratorium, rontgen dan operasi sudah
dilakukan oleh petugas kesehatan dengan baik setiap harinya.
b) Peningkatan komunikasi efektif
Komunikasi efektif diruang RPU 4 antara tenaga kesehatan dan
dokter dilakukan saat dokter melakukan visite kepada pasien, selain itu
komunikasi efektif ini dilakukan dengan menggunakan SOAP.
c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Keamanan obat diruang RPU 4 dilakukan pemisahan obat High
Alert dan LASA dengan menggunakan label di setiap obat.
Pelabelan ini sudah dilakukan di bagian farmasi. Tersedianya loker
pemisah obat antara pasien, sehingga meminimalisir adanya
pertukaran obat. Pada pemberian obat oral dan parenteral perawat
sudah memperhatikan 5 benar obat (benar pasien, obat, dosis,
indikasi dan cara pemberian)
d) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi
Pelaksanaan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi
sudah sesuai dengan SOP yang sudah ada dan didokumentasikan
dengan baik.
e) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan diruang RPU 4
telah tersedia handwash, tissue, hand rub, wasteful dan tempat sampah
non medis dan terdapat safety box. Petugas kesehatan diruang RPU 4
melaksanakan cuci tangan five moment secara optimal.
f) Pengurangan risiko pasien jatuh
Pengkajian skala risiko jatuh pada pasien belum dilaksanakan
secara obyektif
5. Standar kerja
Standar kerja ruang RPU 4 sudah ada namun tidak ada bentuk fisik
melainkan hanya dalam bentuk software.
6. Fungsi organisasi
a. SDM Sumber daya manusia terdiri dari:
1) Perawat : Jumlah perawat 18 orang ( 1 Kepala Ruangan, 2 perawat
primer, 13 perawat Assosiate)
2) Tingkat pendidikan
Semua tenaga keperawatan di RPU 4 dengan lulusan S1 Ners
b. Pengaturan jadwal dinas
Pengaturan jadwal dinas di ruang RPU 4 dibagi berdasarkan
pengalaman kerja perawat dan lama kerja perawat. Pembagian
shift dibagi menjadi tiga, yaitu shift pagi (07.00- 14.00 WIB),
shift siang (14.00-20.00 WIB), dan shift malam (20.00-07.00
WIB). Berdasarkan pembagian tersebut, ditentukan setiap jadwal shift
terdiri dari tiga orang yaitu perawat senior (yang menjadi
penanggung jawab shift), dan perawat junior
c. Pengaturan datar pasien
Pengaturan datar pasien telah ditentukan saat dilakukannya
administrasi berdasarkan kelas menggunakan jaminan kesehatan atau
umum.
d. Penggorganisasian klien
Pengorganisasian pasien di ruang RPU 4 dilakukan berdasarkan MPKP
(Model Praktik Keperawatan Profesional) yang terdiri 4
komponen yaitu ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan, proses keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
1) Ketenagaan keperawatan
Ketenagaan keperawatan di ruang RPU 4 belum dihitung
berdasarkan pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
2) Metode pemberian asuhan keperawatan
Pola yang digunakan dalam metode pemberian asuhan
keperawatan adalah menggunakan penugasan tim.
3) Proses keperawatan
Proses keperawatan yang dilakukan di ruang RPU 4 adalah dengan
menyusun kebutuhan dan masalah pasien. Langkah yang dilakukan
adalah dengan melakukan pengkajian yang focus pada keluhan
utama dan eksplorasi lebih holistic, diagnosis yaitu menetapkan
hubungan sebab akibat dari masalah keperawatan, rencana
tindakan untuk menyelesaikan masalah, implementasi masalah
dan evaluasi hasil tindakan
4) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.
Dokumentasi terkait denagn format pengkajian, rencana
keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
e. Sistem perhitungan tenaga
1) Dinas pagi :
a) Karu :1
b) CCM :1
c) PP :1
d) PA :2
2) Dinas siang;
a) PP :1
b) PA :1
3) Dinas malam
a) PP :1
b) PA :1
5) Libur
a) PP :1
b) PA :1
Total akhir = DP+DS+DM+LIBUR: 11 tenaga kesehatan
Berdasarkan perhitungan rumus douglas diatas diketahui bahwa
total jumlah kebutuhan perawat untuk dinas pagi, sore dan malam
sebanyak 11 orang.
7. Fungsi pengarahan
a. Operan
1) Mempersiapakan daftar nama pasien yang akan dijelaskan meliputi
identitas pasien dan rekam medis pasien.
2) Menyampaikan masalah keperawatan yang mungkin masih
muncul.
3) Menjelaskan tindakan keperawatan yang sudah atau belum
dilakukan.
4) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
5) Perencanaan umum dan persiapan yang perlu dilakukan kegiatan
selanjutnya misalnya operasi, pemeriksaaan penunjang, dan lain-
lain.
6) Melakukan klrifikasi yang telah disampaikan untuk persamaan
persepsi dengan petugas yang jaga sebelumnya
b. Pre dan post conferent
1) Pre conferent
Sebelum kegiatan harian, di ruang perawatan dimulai dengan
Pre Conferent. Adapun yang dilakukan yaitu :
a) Pre conferment dilakukan setiap hari segera setelah
pergantian dinas sesuai dengan yang sudah dijadwalkan
b) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan
petugas yang berjaga sebelumnya
Hal-hal yang disampaikan meliputi :
(1) Keadaan umum pasien
(2) Keluhan klien
(3) Tanda-tanda vital pasien dan kesadaran
(4) Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnosis terbaru
(5) Masalah keperawatan
(6) Rencana keperawatan
(7) Perubahan terapi medis
(8) Rencana medis
c) Post Conferent
Post conferent di ruang kebidanan belum dilakukan. Kegiatan
di akhir shift hanya melakukan operan antara shift jaga.
Kegiatan post conferent ini belum dilakukan karena belum
ada yang menggerakkan secara aktif. Dan juga karena
keterbatasan dalam melakukan manajemen waktu antara
memberikan pelayanan dan melakukan post conferment.
c. Motivasi kepada perawat
Motivasi yang diberikan kepada bidan di ruang keperawatan
diberikan secara langsung oleh kepala ruangan dengan pendekatan
kelompok dan personal, serta pemberian reward yang disetujui
oleh bagian diklat dengan diikutsertakan seminar virtual untuk
melatih skill dan menambah pengetahuan perawat.
d. Pendelegasian
Pendelegasian yang ada di ruangan keperawatan yaitu berupa :
1) Pelatiahan untuk peningkatan skill dan pengetahuan tenaga
kesehatan
2) Seminar kasus bersama dengan tenaga kesehatan lain
e. Supervise
Supervise dilakukan setiap hari oleh penanggung jawab ruangan
atau kepala ruangan, namun dalam pelaksanannya belum terstuktur
dengan mengklarifikasi petugas yang bertugas pada hari itu atau
terjun langsung ke ruangan-ruangan.
8. Fungsi Pengendalian
a. Indikator mutu
Indikator mutu ruang keperawatan berpedoman pada indicator
mutu rumah sakit, yaitu :
1) Meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten
2) Menyediakan peralatan, fasilitas, sarana dan prasarana
pendukung yang memadai.
3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh,
bermutu, bertangguang jawab dan bermanfaat bagi masyarakat
b. Audit dokumentasi asuhan
Audit dokumentasi asuah seharusnya dilakukan oleh audit mutu rumah
sakit. Akan tetapi di ruang keperawatan dilakukan oleh kepala ruangan
dengan melihat rekam medis pasien dengan menggunakan sistem
komputerisasi. Dilakukan setiap hari dengan melihat apakah
pencatatan sudah lengkap atau belum.
c. Survey kepuasan
Survey kepuasan di ruangan bisa diukur dengan adanya kuesioner
yang
tertera pada wibsite RS ANNISA Tangerang.
d. Survey masalah pasien
Survey masalah pasien di ruang RPU 4 dilakukan setiap operan
jaga yang dilakukan oleh ketua tim ruangan kepada pasien yang
sedang dirawat di ruang RPU 4 maka Perawat menjelaskan
kondisi pasien, menanyakan keluhan pasien, menanyakan sarana
dan prasarana di ruangan.
e. Pre dan post conferent
1) Pre conferent
Sebelum kegiatan harian, di ruang kebidanan dimulai dengan
Pre Conferent. Adapun yang dilakukan yaitu :
a) Pre conferment dilakukan setiap hari segera setelah
pergantian dinas sesuai dengan yang sudah dijadwalkan
b) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan
petugas yang berjaga sebelumnya
Hal-hal yang disampaikan meliputi :
(1) Keadaan umum pasien
(2) Keluhan klien
(3) Tanda-tanda vital pasien dan kesadaran
(4) Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnosis terbaru
(5) Masalah keperawatan
(6) Rencana keperawatan
(7) Perubahan terapi medis
(8) Rencana medis
c) Post Conferent
Post conferent di ruang kebidanan belum dilakukan. Kegiatan
di akhir shift hanya melakukan operan antara shift jaga.
Kegiatan post conferent ini belum dilakukan karena belum
ada yang menggerakkan secara aktif. Dan juga karena
keterbatasan dalam melakukan manajemen waktu antara
memberikan pelayanan dan melakukan post conferment.
d) Motivasi kepada perawat
Motivasi yang diberikan kepada bidan di ruang
keperawatan diberikan secara langsung oleh kepala ruangan
dengan pendekatan kelompok dan personal, serta pemberian
reward yang disetujui oleh bagian diklat dengan
diikutsertakan seminar virtual untuk melatih skill dan
menambah pengetahuan perawat.
e) Pendelegasian
Pendelegasian yang ada di ruangan keperawatan yaitu berupa :
1) Pelatiahan untuk peningkatan skill dan pengetahuan
tenaga kesehatan
2) Seminar kasus bersama dengan tenaga kesehatan lain
f) Supervise
Supervise dilakukan setiap hari oleh penanggung jawab
ruangan atau kepala ruangan, namun dalam pelaksanannya
belum terstuktur dengan mengklarifikasi petugas yang
bertugas pada hari itu atau terjun langsung ke ruangan-
ruangan.
9. Fungsi Pengendalian
a. Indikator mutu
Indikator mutu ruang keperawatan berpedoman pada indicator
mutu rumah sakit, yaitu :
1) Meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten
2) Menyediakan peralatan, fasilitas, sarana dan prasarana
pendukung yang memadai.
3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh,
bermutu, bertangguang jawab dan bermanfaat bagi masyarakat

b. Audit dokumentasi asuhan


Audit dokumentasi asuah seharusnya dilakukan oleh audit mutu rumah
sakit. Akan tetapi di ruang keperawatan dilakukan oleh kepala ruangan
dengan melihat rekam medis pasien dengan menggunakan sistem
komputerisasi. Dilakukan setiap hari dengan melihat apakah
pencatatan sudah lengkap atau belum.
c. Survey kepuasan
Survey kepuasan di ruangan bisa diukur dengan adanya kuesioner
yang tertera pada wibsite RS ANNISA Tangerang.
d. Survey masalah pasien
Survey masalah pasien di ruang RPU 4 dilakukan setiap operan
jaga yang dilakukan oleh ketua tim ruangan kepada pasien yang
sedang dirawat di ruang RPU 4 maka Perawat menjelaskan
kondisi pasien, menanyakan keluhan pasien, menanyakan sarana
dan prasarana di ruangan.
F. Analisis SWOT
Analisa SWOT adalah kajian yang dilakukan terhadap suatu organisasi yang
sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan akurat tentang berbagai
faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan atau peluang hambatan atau
ancaman yang dimiliki serta atau dihadapi oleh orgnisasi. Dengan
analisis ini akan diketahui dengan jelas berbagai persiapan yang perlu
dilakukan sehingga perencanaan yang akan dibuat dapat lebih realistis.

Strengh Weakness Opportunity Treat (ancaman


(kekuatan) (kelemahan) (kesempatan)
a.RS Annisa a. Belum a. Lokasi RS a. Sudah banyak
Tangerang terlaksananya Annisa RS lain yang
merupakan proses Tangerang sudah memiliki
Rs tipe C timbang strategis dan tenaga kerja
terbaik yang terima dengan mudah diakses kesehatan
telah baik, (tidak dan dijangkau terutama
memberikan ada operan b. RS Annisa perawat yang
pelayanan keliling). Tangerang dapat mencukupi
BPJS dan b. Belum berkerja sama b. Sudah banyak
Ansuransi tersedia dengan Rumah pelayanan
kesehatan selasar untuk Sakit lain perawat primer
terbaik evakuasi c.RS Annisa di RS lain
b. Di bencana di Tangerang c. Banyak RS yang
ruang ruang memiliki perawat, menawarkan
perawatan perawatan 4 bidan, dan doktor pelayanan yang
umum 4 c. Belum adanya spesalis yang lebih baik dari
sudah nomer bed masih dapat RS Annisa
menerapkan pasien ditingkatkan Tangerang
asuhan d. Belum adanya d.Rumah sakit tipe d. Banyak
keperawatan tulisan C disekitaran RS bermunculan
MPKP dan penanda bel Annisa inovasi-inovasi
sudah setiap tempat Tangerang yang baru dari
berjalan tidur memiliki RS sekitar
dengan cukup pelayanan BPJS dengan berbagai
baik dan pelayanan bentuk tawaran
c. Ruang umum Terbaik yang menarik
perawatan e.RS Annisa
umum 4 Tangerang
mempunyai termasuk rumah
tenaga sakit rujukan dari
perawat yang rs lain
memiliki f. RS Annisa
pendidikan Tangerang
S1 termasuk RS
keperawatan pendidikan
Ners
d. Pelaksa
naan asuhan
keperawatan
dan tindakan
yang
dilakukan di
ruang
perawatan
umum 4
sudah
mengacu
pada standard
prosedur atau
SOP yang
telah di buat
oleh RS
annisa
Tangerang
e.Komunikasi
efektif dan
komunikasi
terapeutik
sudah
Berjalan
dengan baik.
f. Pelaksanaan
6 SKP safety
pasien sudah
berjalan

g. Ruang
perawatan
umum
sangat
bersih,
nyaman
dan rapih
karena
setiap
Shift
selalu di
bersihkan
CS yang
selalu ada
di
ruangan
A. Analisa Data

No Masalah S = Kekuatan W= Kelemahan O= Peluang T = Ancaman


.
1 Belum Rumah sakit Belum dilakukan operan Dapat dilakukan Perlu adanya adaptasi
dilakukan telah keliling pasien roleplat kegiatan perubahan dalam
operan keliling Mengeluarkan timbang terima pasien . proses timbang terima
pasien SOP Timbang
terima pasien

2. Belum tersedia Rumah sakit dan Belum ada penanda bel Dapat digunakan untuk Perlu adanya adaptasi
adanya bel ruangan telah pasien memudahkan keluarga perawat untuk
penanda bel menggunakan pasien dalam meminta memberitahu bel
pasien stiker penanda bantuan. terhadap keluarga
pasien resiko pasien .
jatuh
B. Perumusan masalah
Penghitungan prioritas berdasarkan metode CARL. Metode CARL
merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga
didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria
CARL tersebut mempunyai arti:
1. C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
peralatan).
2. A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi
atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau
juklak.
3. R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
4. L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu
dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi,


kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada
beberapa pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata.
Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L Identifikasi untuk
memprioritaskan masalah didapatkan dari pendapat beberapa perawat yang
didiskusikan bersama dan diambil reratanya.
SCORING

No . Masalah capabilit assesibility readines laverge Total nilai priority


y s
1. Belum 8 7 7 7 2.744 I
dilakuka
n operan
keliling
pasien
2. Belum 7 7 7 6 2.058 II
tersedia
adanya
penanda
bel
pasien

C. Perumusan alternatif penyelesaian masalah

No. Masalah Implementasi


1 Belum dilakukan operan Dilakukan Reedukasi
keliling pasien kembali kepada perawat
tentang bagaimana
proses timbang terima
yang sesuai dengan
SOP RS
E. Plan Of Action (POA)

No. Masalah Tujuan Uraian Kegiatan Sasaran Metode Media Dana Waktu Pj
1. Operan pasien Untuk menghindari tingkat Persiapan Pasien, Observasi Video Rp - Maha
belum di pelaksanaan
kesalahan dari perawat Petugas siswa
lakukan
dari kesalahan melakukan Pelaksanaan Perawat Stikes
secara baik
masih ada tindakan, perkenalan WDH
Evaluasi
kekurangan
kepada pasien bahwa ada
yaitu keliling
pasien pergantian shift perawat
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Halimahsaadah, 2020.Laporan Lengkap Stase Manajemen Keperawatan


Program Studi Profesi Ners Angkatan Xi. Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Tahun
2020.
Nursalam, 2011.ManajemenKeperawatanAplikasiDalamPraktikKeperawatan
Professional.Jakarta :SalembaMedika.
Sri Hastuti, 2013. Laporan Praktek Klinik Manajemen Keperawatan Di
Ruang Nusa Indah Rsud Majalengkatahun. Program Studi Profesi
Nerssekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes)Cirebon. Tahun2013.

Anda mungkin juga menyukai