Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health Organization (WHO),
di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2011)
menyatakan paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa.

Di Indonesia sendiri jumlah penderita gangguan jiwa berat atau skizofrenia pada
tahun 2013 adalah 1.729 dari 1.027.763 anggota rumah tangga yang menjadi responden
atau sampel (Riskesdas, 2013). Jadi dapat dikatakan bahwa jika dalam 1 juta sampel
terdapat 1.729 orang yang menderita gangguan jiwa maka dalam 237 juta jiwa penduduk
indonesia, terdapat 409.773 orang yang menderita gangguan jiwa berat (skizofrenia).

Menurut Kemenkes tahun 2013, menunjukan gangguan emosional sebesar 6% usia


produktif mulai dari 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang mengalami gejala depresi
dan kecemasan. Sedangkan 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang mengalami
seperti schrizophenia, gangguan jiwa berat. Sedangkan 6,0% atau 37.728 dari subjek
703.946 orang secara nasional yang menjadi subjek analisis gangguan mental dengan
gangguan mental tertinggi adalah Sulawesi Tengah dengan 11,6%, untuk Provinsi
Lampung dengan presentase 1,2%.

Dari hasil rekam medis di ruangan kutilang dari bulan juni sampai bulan september
tahun 2018 dengan jumlah 124 pasien, pasien yang lebih banyak resiko prilaku kekerasan,
halusinasi, isolasi soial, dan yang terakhir harga diri rendah.

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilangnya kepercayaan diri, gagal mencapai tujuan yang di ekspresiksn secara
langsung maupun tidak langsung. Penerapan gangguan konsep diri : Harga diri rendah ini
dapat bersifat situasional maupun kronis (Branden, 2009).
Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai pengguna mengalami gangguan asuhan
keperawatan, karena komunikasi terapeutik dapat mengakomodasikan perkembangan
status kesehatan y ang dialami pasien. Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien
secara holistic meliputi 3 aspek positif yang masih dimiliki pasien, dengan cara
mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif
seperti kegiatan pasien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, kelompok ingin memberikan


asuhan keperawatan jiwa khususnya harga diri rendah dengan pelayanan kesehatan secara
holistic dan komunikasi terapeutik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, mengangkat masalah “Asuhan Keperawatan
Pada Tn. A dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di ruagan Kutilang
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar
belakang di atas maka, dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut: “Bagaimana
memberikan asuhan keperawatan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah : pada
Tn. A di ruang Kutilang di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

1.2.Tujuan
1.2.1 Umum:
Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan gangguan konsep diri :
Harga diri rendah.
1.2.2 Khusus:
a. Melakukan pengkajian data pada pasien Tn. A dengan gangguan konsep
diri harga diri rendah.
b. Kelompok mampu mempelajari cara mengidentifikasi diagnose atau
masalah potensial pada pasien Tn. A dengan gangguan konsep diri : harga
diri rendah.
c. Kelompok mampu mempelajari cara menentukan intervensi secara
menyeluruh pada pasien Tn. A dengan gangguan konsep diri : harga diri
rendah.
d. Kelompok mampu mempelajari cara pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien Tn. A dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
e. Kelompok mampu mempelajari cara mengevaluasi keaktifan asuhan
keperawatan pada Tn. A dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
f. Kelompok mampu membedakan antara teori dengan praktek.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Harga diri (self esteem) merupakan salah satu komponen dari konsep diri. Harga diri
merupakan penilaian pribadi berdasarkan sberapa baik prilaku sesuai dengan ideal diri
(suart,2009) penentuan hargadiri seseoarang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain
(dicintai, dihormati, dan dihargai) yang timbul sejak kecil dan berkembang ssuai dengan
meningkatnya usia. Harga diri yang tinggi adalah perasaan terbakar dalam penerimaan
diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan ke gagalan, tetap
merasa sebagai seseorang yang pentig dan berharga.
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria, 2009). Harga diri
rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan
gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep, 2009). Harga diri
rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).

2.2 Komponen Konsep Diri


Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan yang diketahui
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
(Fajariyah, 2012). Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep diri yang
positif, gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang realitis, harga diri yang
tinggi, penampilan diri yang memuaskan, dan identitas yang jelas. Konsep diri terdiri dari
citra tubuh (body image), ideal diri (self-ideal), harga diri (self-esteem), peran (self -
role), dan identitas diri (self-identity).
a. Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk,
fungsi penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara
konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman -pengalaman baru. Citra
tubuh harus realitis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya
individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang
menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi daripada
individu yang tidak menyukai tubuhnya.
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia seharusnya bertingkah
laku berdasarkan standart pribadi. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang
yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi,tujuan, nilai yang ingin diraih.
Ideal diri, akan mewujudkan cita - cita atau penghargaan diri berdasarkan norma -
norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.
c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang
tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai
orang yang penting dan berharga (Stuart,2006).
d. Perfoma Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan
oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam sekelompok sosial
dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang
berarti. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yeng berhubungan dengan
posisi setiap waktu sepanjang daur kehidupnya. Harga diri yang tinggi merupakan
hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideali diri
(Suliswati, 2004).
e. Identitas diri
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya
dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan
identitas, dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan,
tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja (Stuart, 2006).

2.3 Rentang Respon


Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang
rentang respon konsep diri, yaitu adaptif dan maladaptif.
RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adatif Respon maladatif

Aktualisasi konsep diri harga diri keracunan depersona-


Diri positif rendah identotas lisasi

Keterangan:
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
b. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
d. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial
dan kepribadian dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.

2.4 Proses Terjadinya Masalah


Seseorang yang sering mencapai tujuan secara langsung mempengaruhi perasaan
untuk kemapuan (harga diri tinggi) atau ketidak mampuan (harga diri rendah). Harga diri
tinggi merupakan dasar mutlak terhadap penerimaan diri, meskipun melakukan
kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai seseorang yang penting dan
berharga. Hal ini meliputi penerimaan secara komplek terhadap hidup seseorang.

Harga diri (stuart&laria, 2005; stuart,2009) berasal dari dua sumber utama yaitu diri
sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri yang berasal dari diri sendiri
seperti kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orag lain, dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan yang berasal
dari orang lain adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik. Harga
diri ini didapat ketika seseorang dihargai dan dipuji. Susliwati (2002) mengatakan bahwa
individu akan merasa harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memnuhi
kebutuhan dan cocok denagn ideal diri.
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Karena ada kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara
umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmiter
diotak, contok kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah
semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran negatif dan tidak
berdaya.
b. Psikologis
HDR sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu
menjalankan peran dan fungsinya. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu
mengalami HDR meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya, peran
yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
c. Sosial
Status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah
antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh, kultur sosial yang
berubah misalkan ukuran keberhasilan individu
d. Kultural
Tunjukkan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian HDR
antara lain : wanita sudah menikah jika umur mencapai dua puluhan,
perubahan kultur ke arah gaya hidup individualis.

2. Faktor Presipitasi
Terjadinya HDR karena hilangnya sebagian anggota tubuh berubahnya
penampilan / bentuk tubuh, mengalami kegagalan serta menurunnya produktivitas.
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan
kejadian yang mengancam.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan
dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-
nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat
ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh,
perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep, 2009), menyimpulkan
bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang
yang tidak optimal.
Dalam tinjauan Life Span Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya harga diri rendah
adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat
individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga
diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.

2.5 Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


a. Mengejek dan mengkritik diri
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri
c. Mengalami gejala fisik, missal : tekanan darah tinggi
d. Menunda keputusan
e. Sulit bergaul
f. Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
h. Merusak diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk mengakhirinya hidup
i. Merusak/melukai orang lain
j. Perasaan tidak mampu
k. Pandangan hidup yang pesimistis
l. Tidak menerima pujian
m. Penurunan produktivitas
n. Penolakan terhadap kemampuan diri
o. Kurang memerhatikan perawatan diri
p. Berpakaian tidak rapih
q. Berkurang selera makan
r. Tidak berani menatap lawan bicara
s. Lebih banyak menunduk
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

2.6 Penilain Stressor


Apapun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh stressor psikologis, sosiologis, atau
fisiologis. Eleman yang penting adalah persepsi pasien tentang ancaman

2.7 Mekanisme koping


Semua orang, tampa memperhartikan gangguan prilakunya mampunyai beberapa bidang
kelebihan personal yang meliputi;
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas diluar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Sen9oo yang ekpresif
d. Kesehatan dan perawan diri
e. Pendidikan atau pelatihan
f. Pekerjaan, vokasi dan pisisi
g. Bakat tertentu
h. Kecerdadan
i. Imajinasi dan kreativitas
j. Hubungan interpersonal

2.8 Mekanisme Koping


Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri
dibagi dua yaitu:
1. Koping jangka pendek
a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya :
pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi nonton
televisi.
b. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut
kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok,
memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.
c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri
atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang kompetitif, olah raga,
prestasi akademik, kelompok anak muda.
d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang
keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan
orang lain.
2. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang.
Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan Keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat.
Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan karena ia tidak mungkin
mendapatkan identitas yang positif. Mungkin remaja ini mengatakan “saya mungkin
lebih baik menjadi anak tidak baik”. Individu dengan gangguan konsep diri pada usia
lanjut dapat menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang
bervariasi untuk melindungi diri. Macam mekanisme koping yang sering digunakan
adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi. Dalam keadaan yang semakin berat dapat
terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis,
obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri criminal, persetubuhan dengan siapa saja,
kenakalan, penganiayaan.

2.6 Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul.


Diagnosis keerawatan NANDA(dalam struart,2009) berhubungan dengan respon konsep
diri maladatif.
1. Gangguan penyesuaian
2. Ansitas
3. Gangguan citra tubuh
4. Hambatan komunikasi verbal
5. Ketidakefektifan koping
6. Keputusasaan
7. Gangguan identitas
8. Resiko kesepian
9. Ketidakberdayaan
10. Resiko ketidakberdayaan
11. Ketidakefektifan perfoma peran
12. Defisit perawatan diri
13. Resiko harga diri rendah situasional
14. Harga diri rendah
15. Gangguan persepsi sendsori
16. Ketidakefektifan pola seksualitas
17. Hambatan interaksi sosial
18. Isolasi sosial
19. Distress spiritual
20. Gangguan proses pikir
21. Resiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri

2.7 Data yang Perlu Dikaji


Masalah Data yang Perlu Dikaji
Keperawatan
HARGA DIRI Subjektif ;
RENDAH Pesan mengungkapakan tentang:
1. Hal negatif diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penolakan terhadap kemampuan diri

Objektif :
1. Penurunan produktivitas
2. Tidak berani menatap lawan bicara
3. Lebih banyak menundukan kepala saat beri nteraksi
4. Bicara lambat deangan nada suara
2.8 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah
Diagnosa Medis : Depresi

2.9 Pohon Masalah


Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan harga diri
rendah kronik adalah sebagai berikut:

2.10. Rncana Tindakan Keperawatan pada Klien Dengan Harga Diri

DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN TINDAKAN


R
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI KEPERAWATAN
Harga Diri Rendah TUM :
Kronik Klien memiliki
konsep diri yang
positif
TUK 1 Setelah interaksi selama 1 x 15
1. Bina hubungan saling1.
Klien dapat menit diharapkan: percaya dengan m
membina Ekspresi wajah klien menggunakan prinsip k
hubungan saling bersahabat, menunjukkan rasa komunikasi terapeutik : a.
percaya. senang, ada kontak mata, maua. Sapa klien dengan nama d
berjabat tangan,mau baik verbal maupun non d
menyebutkan nama, mau verbal. b.
menjawab salam, mau duduk m
berdampingan dengan perawat,b. Perkenalkan diri dengan d
mau mengutarakan masalah sopan. c.
yang dihadapi k
b
c. Tanyakan nama lengkap
d.
klien dan nama panggilan p
yang disukai klien. d
d. Jelaskan tujuan pertemuan e.
k
f.
k
e. Jujur dan menepati janji m
g.
k
f. Tunjukkan sikap empati s
dan menerima klien apa
adanya.

g. Berikan perhatian kepada


klien dan perhatikan
kebutuhan dasar
TUK 2 Setelah interaksi selama 1x15
1. Diskusikan kemampuan1.
Klien dapat menit diharapkan klien dan aspek positif yang y
mengidentifikasi menyebutkan aspek positif dan dimiliki klien. 2.
kemampuan dan kemampuan yang dimiliki
2. Bersama klien buat daftar m
aspek positif klien tentang aspek positif dan d
yang di kemampuan yang dimiliki3.
milikinya. klien. m
3. Beri pujian yang realistik m
dan hirdarkan memberi k
penilaian yang negatif.
TUK 3 Setelah interaksi selama 1x15
1. Diskusikan dengan klien1.
Klien dapat menit diharapkan klien menilai kemampuan yang masih a
menilai kemampuan yang dapat dapat digunakan selama sakit. d
kemapauan yang digunakan di RSJ, klien
2. Diskusikan kemampuan2.
digunakan. menilai kemampuan yang yang dapat dilajutkan di y
dapat digunakan dirumah rumah sakit r
3.
3. Beri reinforcement positif n

TUK 4 Setelah interaksi selama 1 x 15


1. Meminta klien untuk1.
Klien dapat menit diharapkan klien memilih satu kegiatan yang y
menetapkan dan memiliki kemampuan yang mau dilakukan di rumah r
merencanakan akan dilatih, klien mencoba sakit. 2.
kegiatan sesuai sesuai jadwal harian. 2. Bantu klien melakukannya m
dengan jika perlu beri contoh. 3.
kemampuan yang u
dimiliki. 3. Beri pujian atas l
keberhasilan klien. 4.
s
4. Diskusikan jadwal kegiatan
harian atas kegiatan yang
telah dilatih.
TUK 5 Setelah interaksi selama 1x30
1. Beri kesempatan pada klien1.
Klien dapat menit diharapkan Klien untuk mencoba kegiatan yang k
melakukan melakukan kegiatan yang telah telah direncanakan. k
kegiatan sesuai dilatih, mampu melakukan
2. Beri pujian atas2.
kondisi sakit dan beberapa kegiatan secara keberhasilan klien. u
kemampuannya. mandiri l
3. Diskusikan kemungkinan3.
pelaksanaan di rumah. k
d
TUK 6 Setelah interaksi selama 1 x 15
1. Beri pendidikan kesehatan1.
Klien dapat menit diharapkan Keluarga pada keluarga tentang cara k
memanfaatkan memberi dukungan dan pujian, merawat klien dengan harga m
sistem keluarga memahami jadwal diri rendah. d
pendukung yang kegiatan harian klien 2.
ada. 2. Bantu keluarga m
memberikan dukungan d
selama klien dirawat. 3.
b
d
3. Jelaskan cara pelaksanaan4.
jadwal kegiatan klien di m
rumah. m
l

4. Anjurkan keluarga
memberi pujian pada klien
setiap berhasil.

2.10 Intervensi Spesialis


a. Terapi individu ; terapi kongnitif, CBT, gestalt, peghentian pikiran
b. Terapi kelompok : logoterapi, terapi suprortif
c. Terapi keluarga : terapi sistim keluarga, prikoedukasi
d. Terapi komunita : Assertive community therapy (SAK FIK-UI,2014)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN


3.1.1 Pertemuan : Ke-I (satu)
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu
pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan membantu pasien
memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan
yang telah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian.
a. Orientasi :
- Salam terapeutik : “Assalamu’alaikum,
- Validasi : bagaimana keadaan Tn. A, hari ini? Tn.A terlihat segar ”
- Kontrak :Topik :“Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang
bagaimana cara membina hubungan saling percaya? TnA. Bisa
menyebutkannya.?nanti setelah itu kita lakukan bersama.” Tempat :“Tn.A
mau kita bicara dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama?
Waktu : “ Bagaimana kalau 15 menit?

b. Kerja :“Tn. A, apa saja cara membina hubungan saling percaya Tn.?
Bagus, apa lagi? Apa saja yang Tn. Lakukan selain itu yang biasa Tn.
lakukan? Bagaimana dengan berjabat tangan? Menanyakan nama?
Menanyakan alamat……..dst.”. “Wah, bagus sekali ada lima cara untuk
membina hubungan saling percaya yang Tn. lakukan.”
“Tn. A, dari lima cara ini, yang mana yang Tn. bisa lakukan di rumah
sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua……sampai yang
kelima (misalnya masih tiga yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali
masih ada tiga cara yang masih bisa lakukan di rumah sakit ini.
“Sekarang, coba Tn. Y pilih satu cara yang bisa dilakukan di rumah sakit
ini”. “O, ya nomor satu,berjabat tangan? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita berlatih berjabat tangan Tn.”. Mari kita lakukan dengan
saya Tn. Y. coba, sudah bisa kan berjabat tangan / memperkenalkan
diri?” “Nah kalau kita mau berjabat tangan, mari kita dekati orang yang
ingin Tn. ingin berjabat tangan dan memperkenalkan diri. Bagus!
Sekarang duduk berdampingan, ya Bagus! Nah sekarang kita ucap salam,
ya Bagus! Sekarang kita sebut nama dan alamat. ya bagus!.” “Tn. Y
sudah bisa berjabat tangan dan memperkenalkan diri dengan baik sekali.
Sekarang bedakan dengan sebelum Tn. mengenalinya? Bagus!”
c. Terminasi :
- Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Tn. Y setelah bercakap-cakap dan berjabat
tangan / memperkenalkan diri? Yah, Tn. ternyata banyak yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini. Salah satuny memperkenalkan diri, yang
sudah Tn. praktekan dengan sekali.
- Evaluasi Objektif
“Klien mampu duduk berdampingan,menjawab salam,
danmenyebutkan nama.”
- Rencana tindakan lanjut
”Bagaimana kalau kegiatan itu Tn. lakukan selama disini dan nanti
kegiatan tersebut tetap Tn. lakukan dirumah, kalau begitu kita buat
jadwalnya saja ya Tn?biar Tn. tidak lupa.
- Kontrak
Topik : “Besok kita akan membicarakan tentang kemampuan dan
aspek positif yang Tn. miliki.
Tempat : “Tn mau kita berbincang – bincang dimana.?
Waktu : “Mau berapa lama Tn.?”bagaimana kalu 15 menit?setuju?“
sampai jumpa ya

3.1.2 Pertemuan : Ke-2 (Dua)


Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien
a. Orientasi :
- Salam theraupetik : “Assalammua’alaikum,
- Validasi :“ Bagaimana perasaan Tn.A pagi ini? Apakah masih ingat
tentang apa yang kita lakukan kemarin?Bagus! Coba diulang lagi? Bagus
sekali!
- Kontrak :Topik :“Sekarang kita akan lakukan kegiatan kedua. Masih
ingat apa kegiatan itu Tn?” “Ya banar, kita akan membicarakan
kemampuan dan aspek positif yang Tn. miliki.”
Tempat :“Bagaimana kalau kita bicara ditaman?.”
Waktu :“Bagaimana kalu 15 menit?.”
b. Kerja : “Tn. A, tadi telah mengungkapkan hal hal yang dapat Tn.
lakukan?, masih ada yang lain? Sekarang kita coba pilih kemampuan
bapak yang dapat Tn. lakukan disini.”.
c. Terminasi :
- Validasi Subjekti : “Bagaimana perasaan Tn. setelah tahu dan
mencoba kegiatan yang dapat Tn. lakukan disini? Bagus!
- Validasi Objektif :“Klien sudah mampu melakukan beberpa aspek
positif yang dimiliki”
- Rencana tindakan lanjut : “Saya harap Tn. mau mencoba melakukan
kegiatan selama disini.”
- Kontrak : Topik :“Tn. pertemuan ini sampai disini dulu, besok kita
mengobrol lagi dengan keluarga apabila datang.”
Tempat : “Bagaimana kalau diruang tamu saja?”
Waktu :“Biasanya keluarga Tn. jenguk jam berapa? Baiklah kita
diskusikan nanti ya. Sampai jumpa.”
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI


RENDAH

Tanggal Pengkajian : 11 Januari 2013


Tanggal Masuk : 05 November 2012
Ruang : Perkasa

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 32 tahun
Alamat : Ogan 5, Abung Selatan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Lampung
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
No. CM : 014694

B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Hubungan dengan Klien : Sudara Kandung
Alamat : Ogan 5, Abung Selatan

II. ALASAN MASUK


Klien mengurung diri, klien kadang-kadang menangis, klien mersa tidak berguna,
tidak berharga, menghukum atau menolak diri sendiri,cemas,takut dan terkadang
marah tidak jelas

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Klien mengatakan Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
2. Klien Pernah di rawat pertama kali pada tahun 2010
3. Pengobatan kurang berhasil karena klien sempat berhenti minum obat kurang
lebih 1 bulan
4. Klien mengatakan bahwa di dalam keluarga nya tidak ada saudara yang
mengalami gangguan jiwa
5. Klien mengatakan memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yaitu klien sering di permalukan oleh teman-temannya karna tidak bekerja

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Tanda – tanda vital :
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Suhu : 36,5 ºC
- Pernafasan : 26 x/menit
B. Ukuran :
- Tinggi badan : 179 cm
- Berat badan : 62 Kg
C. Kondisi Fisik : Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.

V. PSIKOSOSIAL
A. Genogram

: laki-laki

: wanita

; pasien
Tinggal
serumah

B. Konsep Diri
- Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah
mata karena bisa melihat.
- Identitas : Klien mengatakan anak ke-7 dari 7 bersaudara.
- Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai
anak.
- Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, merasa
bosan dan ingin bekerja lagi.
- Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang
lain selain ibu dan kakak-kakaknya ,klien merasa tidak pantas
jika berada diantara orang lain, kurang interaksi social, klien
juga merasa tidak berguna dan tidak pantas untuk hidup
- Masalah Keperawatan : harga diri rendah

C. Hubungan Sosial
- Orang yang dekat dengan klien adalah ibu.
- Peran serta kelompok / masyarakat : klien tidak pernah mengikuti kegiatan di
kampungnya.
- Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: selama klien rawat jalan / berobat jalan
temannya berkurang karena klien malu
berkomunikasi,dan klien merasa malu,teman
temannya sibuk bekerja sedangkan klien
berdiam diri di rumah.

D. Spiritual
- Klien mengatakan beragama islam.
- Klien mengatakaan jarang sholat tapi 1 tahun lalu klien tidak pernah meninggalkan
sholat.
(Masalah keperawatan : distres spiritual)

VI. STATUS MENTAL


a. Penampilan : klien menggunakan baju yang disediakan diRSJ.
b. Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat
dipahami.
c. Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan.
d. Alam perasaan : Klien mengatakan bosan diRSJ ingin cepat sembuh dan
pulang, klien sedih belum bisa bertemu ibu.
e. Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat

f. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien


menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
g. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
h. Pola Fikir : Tidak ada waham.
i. Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari
jum’at tanggal 15 september 2018 ,hari berikutnya juga klien
sadar hari sabtu tanggal 16 september 2018.
j. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.

k. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5


l. Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar
setelah makan atau membiarkan kursi tidak
rapi, klien memilih membereskan kursi.
m. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah
sakit jiwa.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.
b. BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.
c. Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
d. Berpakaian / berhias
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
e. Istirahat dan Tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30 WIB15.00 WIB,tidur malam jam
20.00WIB 04.30 WIB.
f. Penggunaan obat
Klien minum obat 2x sehari setelah makan
1. Chlorpomazie : 1 x 25
2. Trihexiperidine : 2x2 mg
3. Resperidone : 2 x 3 mg
4. Curcuma : 2 x 1 tab
5. Fluoxetine : 1 x 10 mg

g. Pemeliharaan Kesehatan
Klien sudah pernah dirawat diRSJD provinsi lampung tahun 2010, karena
pasien berhenti munum obat kurang lebih 1 bulan
(masalah keperawatan : regiment terapi in efektif)

h. Kegiatan di Dalam Rumah


Klien dirumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah

VIII. MEKANISME KOPING


- Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
- Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
- Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka
diam.
(Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif).

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri dari
lingkungan
b. Masalah dengan kesehatan : Klien tidak ada masalah
kesehatan.
c. Masalah dengan perumahan : Klien tinggal dengan kedua
orang tua dan 2 saudaranya.
d. Masalah dengan Ekonomi : Kebutuhan klien dipenuhi oleh
ibunya.
X. ASPEK MEDIK
a. Diagnosa Medis : Schizofrenia
b. Terapi
1. Chlorpomazie : 1 x 25
2. Trihexiperidine : 2x2 mg
3. Resperidone : 2 x 3 mg
4. Curcuma : 2 x 1 tab
5. Fluoxetine : 1 x 25 mg
XI. MASALAH KEPERAWATAN
a. Harga Diri Rendah
b. Resiko prilaku kekerasan
c. Regimen terapi in efektif
d. Distres spriritual
e. Koping Individu Tidak Efektif

XII. POHON MASALAH


RESIKO PRILAKU KEKERASAN

HARGA DIRI RENDAH

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

REGIEMNT TERAPY IN EFEKTIF

DISTRES SPIRITUAL

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Harga Diri Rendah b/d Koping Individu Tidak Efektif

XIV. ANALISA DATA


DATA FOKUS MASALAH
1. DS : klien mengatakan merasa tidak
berguna, tidak berharga,
menghukum atau menolak diri Harga diri
sendiri,cemas,takut rendah
DO : -klien tampak sedih
-klien tampak kesal
- pandangan hidup klien yang
Pesimis
-penolakan terhadap kemampuan
Diri
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini akan diuraikan tentang pembahasan yang terjadi
didalam kasus dan penyelesaiannya beserta perbandingan teori dengan kenyataan
yang terjadi dilapangan. Saat pemberian asuhan keperawatan pada Tn. A dengan
masalah keperawatan harga diri rendah diruang kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Lampung. dengan menggunakan asuhan keperawatan yang komprehensif
berdasarkan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi implementasi dan evaluasi.

Data yang diperoleh saat pengkajian pada tanggal 15 September 2018


didapatkan dari observasi langsung dan catatan medis didapatkan data : diagnosa
pasien Tn. A yaitu harga diri rendah, sudah tidak terlalu gelisah, pasien juga tidak
mempunyai waham. Data pengkajian yang berhubungan dengan masalah
keperawatan harga diri rendah didukung dengan data subyektif pasien yang
menyatakan : pasien merasa malu, merasa tidak berguna, klien merasa tidak mampu
untuk bekerja lagi, dan data obyektif klien tampak sedih, pandangan hidup klien
yang pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri.

1. Pengertian
Harga diri (self esteem) merupakan salah satu komponen dari konsep diri.
Harga diri merupakan penilaian pribadi berdasarkan sberapa baik prilaku sesuai
dengan ideal diri (suart,2009) penentuan hargadiri seseoarang diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain (dicintai, dihormati, dan dihargai) yang timbul sejak kecil dan
berkembang ssuai dengan meningkatnya usia. Harga diri yang tinggi adalah perasaan
terbakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan dan ke gagalan, tetap merasa sebagai seseorang yang pentig dan berharga.

Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria,
2009). Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep,
2009).
2. Komponen Konsep Diri
Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan yang diketahui
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
(Fajariyah, 2012). Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep diri
yang positif, gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang realitis, harga diri
yang tinggi, penampilan diri yang memuaskan, dan identitas yang jelas. Konsep diri
terdiri dari citra tubuh (body image), ideal diri (self-ideal), harga diri (self-esteem),
peran (self - role), dan identitas diri (self-identity).
f. Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk,
fungsi penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara
konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman -pengalaman baru. Citra
tubuh harus realitis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya
individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang
menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi daripada
individu yang tidak menyukai tubuhnya.
g. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia seharusnya bertingkah
laku berdasarkan standart pribadi. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang
yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi,tujuan, nilai yang ingin diraih.
Ideal diri, akan mewujudkan cita - cita atau penghargaan diri berdasarkan norma -
norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.
h. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang
tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai
orang yang penting dan berharga.
i. Perfoma Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan
oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam sekelompok sosial
dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang
berarti. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yeng berhubungan dengan
posisi setiap waktu sepanjang daur kehidupnya. Harga diri yang tinggi merupakan
hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideali diri.
j. Identitas diri
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya
dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan
identitas, dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan,
tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

3. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (2009) respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri, yaitu adaptif dan maladaptif.

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adatif Respon maladatif

Aktualisasi konsep diri harga diri keracunan depersona-


Diri positif rendah identotas lisasi

Keterangan:
f. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
g. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
h. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
i. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial
dan kepribadian dewasa yang harmonis.
j. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
4. Proses Terjadinya Masalah
Seseorang yang sering mencapai tujuan secara langsung mempengaruhi
perasaan untuk kemapuan (harga diri tinggi) atau ketidak mampuan (harga diri
rendah). Harga diri tinggi merupakan dasar mutlak terhadap penerimaan diri,
meskipun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai
seseorang yang penting dan berharga. Hal ini meliputi penerimaan secara komplek
terhadap hidup seseorang.

Harga diri (stuart&laria, 2005; stuart,2009) berasal dari dua sumber utama
yaitu diri sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri yang berasal
dari diri sendiri seperti kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orag lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
Sedangkan yang berasal dari orang lain adalah penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistik. Harga diri ini didapat ketika seseorang dihargai dan dipuji.
Susliwati (2002) mengatakan bahwa individu akan merasa harga diri yang tinggi
merupakan hasil dari peran yang memnuhi kebutuhan dan cocok denagn ideal diri.
3. Faktor Predisposisi
e. Biologis
Karena ada kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara
umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmiter
diotak, contok kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah
semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran negatif dan tidak
berdaya.
f. Psikologis
HDR sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu
menjalankan peran dan fungsinya. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu
mengalami HDR meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya, peran
yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
g. Sosial
Status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah
antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh, kultur sosial yang
berubah misalkan ukuran keberhasilan individu
h. Kultural
Tunjukkan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian HDR
antara lain : wanita sudah menikah jika umur mencapai dua puluhan,
perubahan kultur ke arah gaya hidup individualis.

4. Faktor Presipitasi
Terjadinya HDR karena hilangnya sebagian anggota tubuh berubahnya
penampilan / bentuk tubuh, mengalami kegagalan serta menurunnya produktivitas.
c. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan
kejadian yang mengancam.
d. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
4) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan
dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-
nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
5) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
6) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat
ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh,
perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

5. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


a. Mengejek dan mengkritik diri
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri
c. Mengalami gejala fisik, missal : tekanan darah tinggi
d. Menunda keputusan
e. Sulit bergaul
f. Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
h. Merusak diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk mengakhirinya
hidup
i. Merusak/melukai orang lain
j. Perasaan tidak mampu
k. Pandangan hidup yang pesimistis
l. Tidak menerima pujian
m. Penurunan produktivitas
n. Penolakan terhadap kemampuan diri\
o. Kurang memerhatikan perawatan diri
p. Berpakaian tidak rapih
q. Berkurang selera makan
r. Tidak berani menatap lawan bicara
s. Lebih banyak menunduk
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

6. Penilain Stressor
Apapun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh stressor psikologis, sosiologis,
atau fisiologis. Eleman yang penting adalah persepsi pasien tentang ancaman

7. Mekanisme koping
Semua orang, tampa memperhartikan gangguan prilakunya mampunyai beberapa
bidang kelebihan personal yang meliputi;
k. Aktivitas olahraga dan aktivitas diluar rumah
l. Hobi dan kerajinan tangan
m. Sen9oo yang ekpresif
n. Kesehatan dan perawan diri
o. Pendidikan atau pelatihan
p. Pekerjaan, vokasi dan pisisi
q. Bakat tertentu
r. Kecerdadan
s. Imajinasi dan kreativitas
t. Hubungan interpersonal

8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri dibagi dua yaitu:
3. Koping jangka pendek
e. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya :
pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi nonton
televisi.
f. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut kelompok
tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok, memiliki
kelompok tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.
g. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri
atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang kompetitif, olah raga,
prestasi akademik, kelompok anak muda.
h. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang
keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan
orang lain.
4. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang.
Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan Keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan karena ia
tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif. Mungkin remaja ini
mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak baik”. Individu dengan
gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan ego-oriented reaction
(mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk melindungi diri. Macam
mekanisme koping yang sering digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi. Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan
kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia,
nervosa, bunuh diri criminal, persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan,
penganiayaan.
A. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan
harga diri rendah kronik adalah sebagai berikut:

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI
RENDAH

KOPING INDIVIDU TIDAK


EFEKTIF

Dari hasil pengkajian ditemukan pohon masalah yang mungkin muncul lebih banyak,
sehinnga dapat di bedakan atara teori dengan hasil pengkajian dikarenakan teori hanya
membahas terkait dengan diagnosis prioritas, sedangkan pada asuhan keperawatan membahas
diagnosa secara menyeluruh.

9. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul.


Diagnosis keerawatan NANDA(dalam struart,2009) berhubungan dengan respon konsep
diri maladatif.
22. Gangguan penyesuaian
23. Ansitas
24. Gangguan citra tubuh
25. Hambatan komunikasi verbal
26. Ketidakefektifan koping
27. Keputusasaan
28. Gangguan identitas
29. Resiko kesepian
30. Ketidakberdayaan
31. Resiko ketidakberdayaan
32. Ketidakefektifan perfoma peran
33. Defisit perawatan diri
34. Resiko harga diri rendah situasional
35. Harga diri rendah
36. Gangguan persepsi sendsori
37. Ketidakefektifan pola seksualitas
38. Hambatan interaksi sosial
39. Isolasi sosial
40. Distress spiritual
41. Gangguan proses pikir
42. Resiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri
Sedangkan dari hasil pengkajian didapatkan 5 masalah keperawatan
f. Harga Diri Rendah
g. Resiko prilaku kekerasan
h. Regimen terapi in efektif
i. Distres spriritual
j. Koping Individu Tidak Efektif

B. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang di gunakan berdasarkan asuhan kepeperawatan dengan
menggunakn matrik

C. Implementasi
Penulis melakukan intervensi keperwatan mulai tanggal 14 – 16 september 2018.
Secara umum semua implementasi telah dilakukan sesai dengan rencana keperawatan
yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Penulis melaksanakan implemntasi
keperawatan menggunakan tahapan strategi pelaksanaan. Tahapan ini digunakan untuk
mempermudah perawat dalam memberikan terapi secara sistematis dan tetap
memperhatikan keutuhan pasien. Untuk mengatasi harga diri rendah penulis terlebih
dahulu mengidentifikasi masalah untuk mengenal penyebab harga diri rendah. Penulis
tidak hanya fokus terhadap masalah harga diri rendah melainkan penulis juga menggali
prilaku kekerasan.berbeda dengan tahap sebelemunya pada tahap implementasi pasien
menukan hambatan dalam pelaksanaan yaitu tidak ada keterlibatan keluaraga dalam
pemberian implementasi sehingga intervensi keluarga bwlum bisa dilakukan.
D. Evaluasi
Pada tahap ini penulis menialai sejauh mana keberhasilan dalam pemberian asuhan
keperawatan. Penulis mengumpulkan dokumentasi keperawatan. Penulis juga
memabandingakan antara diagnose satu dengan yang lain dan didokumentasikan.
Diagnosa harga diri rendah dapat teratasi dengan dokumen klien mampu mengikuti
strategi pelaksanaan.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Harga Diri
Rendah, penulis menyimpulkan
1. Harga Diri adalah penilaian pribadi terhadap diri atau individun yang menganggap
dirinya tidak mampu melakukan sesuatu untuk mencapai keberhasilan tanpa
mencoba terlebih dahulu.
2. Diagnosa yang muncul pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan
Harga Diri Rendah, pada dasarnya sudah sesuai dengan teori yang ada. Diagnosa
yang muncul pada Tn.A adalah HDR,RPK dan Koping individu tidak efektif
3. Rencana Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn.A berdasarkan yang ada di
matrik tentang Harga Diri Rendah. Serta dilakukan sesuai strategi pelaksanaan.
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan harga diri rendah sesuai
dengan pelaksanaan yang ada di dalam pelaksanaan teoritis selama 3 hari. Pasien
sudah mampu mengatasi harga diri rendah. Dengan hasil sesuai dengan strategi
pelaksanaan.
5. Dalam pemberian asuhan keperawatan Tn.A terdapat berbagai faktor penghambat
dan pendukung, dalam pemberian asuhan keperawatan adalah sikap pasien yang
kooperatif dan juga adanya kerjasama antara penulis dan juga perawat ruangan.

5.2 SARAN
1. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus sebagai salah satu wadah dalam membantu program pemerintah
untuk meningkatkan serta mempertahankan kesehatan masyarakat. Diharapkan
pihak rumah sakit membuat jadwal kunjungan keluarga agar proses pemberian
intervensi pada keluarga dapat dilakukan.
2. Mahasiswa keperawatan
Diharapkan mahasiswa agar mampu memanfaatkan waktu yang ada pada saat
praktik seaksimal mungkin, agar ilmu yang di dapatkan tidak hanya dikampus ,
melainkan di lapangan.
3. Pendidikan keperawatan
Hendaknya pihak pendidikan dapat memberikan banyak materi pembelajaran dan
praktik terkait perkembangan keperawatan jiwa yang di rasakan semakin menjadi
masaalah kesehatan jiwa , begitu juga dengn literatur yang di sediakan.
4. Keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarajkat hendaknya dapat mengenal gangguan jiwa bukan sebagai
suatu penyakit yang sangat meresahkan masyarakat. Khususnya pada keluarga agar
memberi dukungan pada proses penyembuhan pasien baik berupa material dan
suport seperti kunjungan terhadap keluargaya yang ada di rumah sakit khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 7 Akemat. (2010). Model Praktiek Keperwatan Profesional. Jakarta


;EGC
NANDA. (2001). Nursing Diagnoses: Defikation & Claifikation 2009-2011.
Philadelphia: NANADA international
Satrio, (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Pusat Penelitian dan Penerbitan IAIN
Raden Intan Lampung
Stuart, G.W. dan Sudeen, S.J. (2009). “Principles And Practice Of Psychiatric
Nursing”. (6th ed). St. Louis : Mosby year book.
Undang-undang No. 18, 2014

Anda mungkin juga menyukai