KEPERAWATAN ANAK 2
“WILM’S TUMOR”
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan MAKALAH WILM’S TUMOR. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak 2.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Kediri, 4 April 2020
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….............
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………...
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………….............
1.3 TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………..
2.1 ANATOMI DAN FISIOOGIS GINJAL……………………………………………….
2.2 DEFINISI WILM’S TUMOR……………………………………………………………
2.3 KONSEP TUMBUH KEMBANG PADA ANAK……………………………………….
2.4 ETIOLOGI WILM’S TUMOR ………………………………………………………….
2.5 KLASIFIKASI WILM’S TUMOR PADA ANAK………………………………………
2.6 MANIFESTASI KLINIS…………………………………………………………………
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………………………………
2.8 PATOFISIOLOGI ………………………………………………………………..............
2.9 PENATALAKSANAAN WILMS TUMOR PADA ANAK……………………………..
2.10 PENCEGAHAN WILMS TUMOR PADA ANAK……………………………………..
BAB III TEORI DAN ASKEP ANAK DENGAN WILM’S TUMOR ………………...
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………
4.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………...
4.2 SARAN………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding abdomen di
kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak
lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis
jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah
adiposa dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapisan jaringan ini berfungsi sebagai
pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal ( Tortora dan Derrickson., 2011).
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat gelap. Korteks
ginjal mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari glomerulus
dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa – massa triangular disebut piramida
ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian apeks yang menonjol ke medial. Piramida
ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil eksresi kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus
menuju pelvis ginjal (Tortora dan Derrickson., 2011).
Fisiologi
Ginjal adalah organ penting yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yaitu sebagai pengatur air,
pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam basa darah dan
pengatur eksresi bahan buangan atau kelebihan garam . Proses pengaturan kebutuhan
keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian glomerulus sebagai penyaring cairan.
Cairan yang tersaring kemudian mengalir melalui tubulus renalis yang sel – selnya menyerap
semua bahan yang dibutuhkan (Damayanti, dkk., 2015).
Ginjal yang tidak dirawat dengan baik dapat mengakibatkan penyakit gagal ginjal.
Gagal ginjal (renal atau kidney failure ) adalah kasus penurunan fungsi ginjal yang terjadi
secara akut (kambuhan) maupun kronik (menahun). Gagal ginjal akut apabila terjadi
penurunan fungsi ginjal berlangsung secara tiba- tiba, tetapi kemudian dapat kembali normal
setelah penyebabnya dapat segera diatasi. Sedangkan gagal ginjal kronik gejalanya muncul
secara bertahap, biasanya tidak menimbulkan gejala awal yang jelas, sehingga penurunan
fungsi ginjal tersebut tidak dirasakan dan berlanjut hingga tahap parah (Alam dan Hadibroto.,
2008). Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia
darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengeksresi zat terlarut dan air secara selektif.
Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi
sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan
zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin
(Price dan Wilson., 2012).
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan
mengambil zat - zat yang berbahaya dari dari darah. Zat – zat yang diambil dari darah pun
diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin
akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan
berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung di kandung kemih akan
dikeluarkan lewat uretra (Sherwood., 2011).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang
hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula bowman. Kebanyakan zat dalam
plasma protein, difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam
kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh
kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi kemudian direabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap
dan kemudian akan dieksresi (Sherwood., 2011).
Penyebab tumor Wilms belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan risiko seorang anak untuk mengalami kondisi ini, yaitu:
1. Faktor genetik. Jika seorang anggota keluarga memiliki riwayat tumor Wilms, maka
risiko seorang anak juga menderita tumor Wilms makin tinggi.
2. Kelainan bawaan (kongenital). Tumor Wilms berisiko tinggi dialami oleh bayi atau
anak yang memiliki kelainan bawaan sejak lahir, seperti ;
a. Aniridia, yaitu kondisi ketika bagian mata yang berwarna (iris) hilang sebagian atau
seluruhnya.
b. Hipospadia, yaitu kondisi ketika lubang saluran kemih pada penis tidak berada posisi
yang seharusnya.
c. Kriptorkismus, yaitu kondisi ketika testis tidak turun ke dalam skrotum saat lahir.
d. Hemihypertrophy, yaitu kondisi ketika salah satu bagian tubuh lebih besar
dibandingkan bagian tubuh lainnya.
3. Memiliki penyakit tertentu. Beberapa jenis penyakit juga dapat membuat anak berisiko
mengalami tumor Wilms, meskipun penyakitnya juga jarang terjadi. Di antaranya:
a. Sindrom WAGR, gabungan dari gejala anirida, kelainan pada kelamin dan sistem
kemih, serta retardasi mental.
b. Sindrom Beckwith-Wiedemann, ditandai dengan berat bayi lahir di atas rata-rata
(>4 kg) dan pertumbuhan yang abnormal.
c. Sindrom Denys-Drash, meliputi gabungan penyakit ginjal dan kelainan pada testis.
2. The National Wilm;S Tumor Study (NWTS) membagi stadium tumor willm’s :
a. Stadium I
Tumor terbatas didalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor ini dapat
direseksi dengan lengkap.
b. Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk kedalam jaringan ginjal dan sekitar
ginjal. Yaitu, jaringan perineal, hilus renalis, vena renalis, dan kelenjar limfa
paortal. Tumor ini masih bisa direseksi dengan lengkap.
c. Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen, misalnya ke hepar, peritoneum
d. Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru, otak, tulang.
2.6 Manifestasi Klinis
Kebanyakan anak tidak menunjukkan gejala meski mengalami tumor Wilms.
Tumor ini umumnya pertama kali diketahui ketika orangtua meraba dan menemukan
adanya benjolan kecil dengan permukaan halus di perut anak. Rata-rata ukuran tumor
Wilms saat pertama terdeteksi adalah sekitar 0,45 kg.
Pada beberapa kasus, anak dapat menunjukkan gejala awal tumor Wilms yang
meliputi:
a. Demam.
b. Rasa lelah dan lemas yang berlebihan.
c. Nafsu makan menurun.
d. Mual dan muntah.
e. Konstipasi.
f. Sesak napas.
g. Peningkatan tekanan darah.
h. Hematuria atau urine berdarah.
i. Pertumbuhan tubuh yang tidak seimbang.
Tumor Wilms bisa menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Gambaran klinis
lainnya berupa demam, penurunan berat badan, anemia, varikokel kiri (akibat obstruksi vena
renalis kiri), dan hipertensi. Trombus tumor dapat meluas ke vena cava inferior dan jantung
sehingga menimbulkan malfungsi jantung. Kadang-kadang, terjadi gejala akut abdomen
akibat ruptur tumor setelah suatu trauma minor.
TUMOR WILMS
DEFISIT NUTRISI
RESIKO
KETIDAKSEIMBANGAN
CAIRAN
2.9 Penatalaksaan Wilm’s Tumor
Tujuan pengobatan tumor wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan
komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan,
radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang
memuaskan. Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah
kontra lateral normal, dilakukan nefrektomi radikal.
Ukuran tumor pada saat dating menentukan cara pengobatan masing-masing jenis
ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan memberikan
kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor besar maka pembedahan definitive
mungkin harus ditunda sampai kemoterapi atau radiasi selesai. Kemoterapi dappat
memperkecil tumor dan memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan aman.
a. Farmakologi
1. Kemoterapi
Tumor wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi.
Prinsip dasar kemoterapi adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang
berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang
rendah terhadap sel yang normal.
Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan
penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah rupture. Biasanya jika diberikan
prabedah selama 4-8 minggu. Jadi tujuan pemberian terap adalah untuk
menurunkan resiko rupture intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga
lebih mudah direseksi total.
Ada lima macam obat sitotiska yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor
wilms, yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid.
Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga
pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di
sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
2. Aktinomisin D
Golongan antibiotic yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan lima
hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total
tidak melebihi 500 mikrogram. Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu
digunakan sebagai terapi prabedah.
3. Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan dalam
satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih dari 2 mg/m2).
Bila melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan
agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian secara intravena. Vinkristin
dapat dikombinasi dengan obat lain karena jarang menyebabkan depresi
hematologi, sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebabkan
relaps.
4. Adriamisin
Golongan antibiotik antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius,
diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2. Obat ini tidak dapat melewati
sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila melebihi dosis. Dapat
dikombinasi dengan Aktinomisin D.
5. Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m2/hari
selama lima hari berturut-turut.
6. Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250-1800 mg/m2/hari secara
intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari.
b. Non Farmakologi
1. Pembedahan
Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat kemoterapi
kardiotoksik, maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologi dan di izinkan
untuk menjalani operasi. Mereka perlu menjalani pemeriksaan jantung yang
menyeluruh untuk menentukan status fungsi jantung. Tumor wilms jangan
dipalpasi untuk menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor. Pasien d
letakkan dalam posisi terlentang dengan sebuah gulungan di bawah sisi yang
terkena. Seluruh abdomen dan dada di bersihkan.
Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang sesuai
dengan lesi. Gambaran histologik lesi merupaka suatu indikator penting untuk
prognosis, karena gambaran tersebut menentukan derajat anaplasia. Anak yang
histologiknya relative baik maka memiliki prognosis baik. Sedangkan anak yang
gambaran histologiknya buruk, maka memiliki prognosis buruk. Terapi dibuat
sepesifik mungkin untuk masing-masing anak, karena terapi yang lebih sedikit
menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik dengan lebih sedikit efek
sampingnya.
Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan
belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneal total
tidak perlu dilakukan terap biopsy kelenjar di daerah hilus dan paraorta sebaiknya
dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena
kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke
vena kava, tumor tersebut harus diangkat.
2. Radioterapi
Tumor wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitive, tapi radioterapi dapat
mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru.
Karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang
termasuk golongan patologi prognosis buruk atau stadum III dan IV. Jika ada sisa
tumor pasca bedah juga diberikan radioterapi. Radioterapi dapat juga digunakan
untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan). Meliputi:
a. Identitas : Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa
dihubungi
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar perut.
Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama
sakit.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejala-gejala
tumor wilms
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayata keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
sebelumnya
e. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan TTV klien, dan mengobservasi head to too dan yang harus
di perhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat dan pengukuran tekanan darah
pada keempat ektremitas. Tumor dapat memproduksi renin atau menyebabkan
kompresi vaskuler sehingga mengakibatkan hipertensi. Deskripsi yang rinci
mengenai kelainan traktus urinarius dan adanya aniridia atau hemihipertrofi juga
perlu dicari.
f. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium tidak banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju
endap darah yang meninggi dan kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua
kelainan labolatorium ini ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk
- Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan jarang ditemukan
klasifikasi didalamnya
- Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori,
penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises.
- Dari pemeriksaan renoarteriogram didaptkan gambaran arteri yang memasuki masa
tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-paru.
g. Pola aktivitas
- Pola nutrisi dan metabolic
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan
beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan
seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun.
Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak
adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi
karena uremia.
- Pola eliminasi
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
- Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya
kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi
duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema
paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba
, auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas.
Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung (Dispnea,
ortopnea dan pasien terlihat lemah), anemia dan hipertensi yang juga disebabkan
oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi
dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang.
- Pola tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
- Kognitif & perseptual
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi
terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang
menurun.
- Persepsi diri
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
- Hubungan peran
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan
perawatan yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam
B. Diagnosa Keperawatan
Adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Hal ini merupakan
suatu komponen dari langkah-langkah analisa, dimana perawat mengidentifikasi
respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual dan
potensial. Di beberapa negara mendiagnosa diidentifikasikan dalam tindakan praktik
keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari seorang perawat profesional.
Diagnosa keperawatan yang muncul dari anak dengan wilms Tumor
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut bd agen pencedera fisiologis
2. Defisit Nutrisi bd Asidosis metabolic
3. Gangguan tumbuh kembang bd angguan metabolic
4. Gangguan eleminasi urin bd disfungi ginjal
5. Ansietas bd kurangnya pengeahuan terkain prosedur oprasi
6. Gangguan rasa nyaman bd efek samping medikasi (operasi)
7. Resiko infeksi bd adanya luka lesersi bekas oprasi
C. Perencanaan Keperawatan
Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa
keoerawatan yang mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah menentukkan
prioritas, tujuan dan rencana tindakkan keperawatan.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari.
E. Pengertian Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya,
merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan
lain.
F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan menggambarkan keadaan perkembangan pasien,
mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan dan
mendokumentasikan asuhan keperawatan untuk masa yang akan datang.
Pendokumentasian menjadi media komunikasi yang efektif antara profesi dalam
satu tim pelayanan kesehatan. Pendokumentasian asuhan keperawatan bukan hanya
sekedar menuliskan sesuatu dalam lembar dokumentasi, tetapi sebelum
didokumentasikan harus dianalisis apa yang akan didokumentasikan, bagaimana
penyusunan kalimatnya dan dimana tulisan tersebut diletakkan (Rubbenfels &
Scheffer,1999 dalam Hariyati, 2007).
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang anak laki-laki, An H beragama Islam umur 4 tahun , datang ke RSUD Pare
dengan keluhan yang disampaikan orang tuanaya yaitu pembengkakan pada daerah perut
sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya tidak diketahui oleh orang tuanya tapi sejak 1 minggu
yang lalu berat badan tidak bertambah, anak menjadi makin kurus , perut semakin besar dan
teraba massa didaerah abdomen dengan lokasi didaerah hipikondrium kanan.Sejak 4 hari
yang lalu muncul demam. Perut membesar dan distensi. Anak tidak mau makan, lemah dan
kesakitan di area abdomen. An. H didiagnosa penyakit tumor wilms dan dilakukan tindakan
oprasi. Setalah dilakukan oprasi An. H gelisah dan sulit tidur.
PENGKAJIAN
A. Identitas
Identitas Pasien
Nama : An
Umur : 4 tahun
Suku/Bangsa : Jawa
Agama :Islam
Nama : Tn Malik
Umur : 37 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
B. Riwayat Kesehatan
- Keluarga mengatakan anak nya tidak nafsu makan dan terlihat kurus
- Keluarga mengatakan anak tidak aktif
- Tidak pernah mengeluh kesakitan diarea perut dan disertai bengkak, hanya demam
dan batuk pilek biasa
E. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Abdomen
Suhu : 38 c
RR : 28 x/menit
Tinggi Badan : 90 cm
Lila : 13 cm
BMI : 12,1
Biokimia
Haemoglobin : 10 gr/dl
Hematokrit : 30 %
Elektrolit : 75%
Clinis
Abdomen bengkak
Lemah
Mukosa Kering
Diet
F, Pemeriksaan Penunjang
ANALISA DATA
- TTV
Suhu : 38 c
RR : 28 x/menit
Pemeriksaan Nutrisi :
Antropometri
- BB : 10,5 kg
Biokimia
-Haemoglobin: 10 gr/dl
-Hematokrit : 30 %
- Albumine : 2.1 gr/dl
- Elektrolit : 75%
Clinis
- Mukosa kering
- Terlihat tulang tulangnya menonjol
- Lemah
Diet
- Saat ditanyai keluarga mengatakan
makanan utama adalah pati/
karbohidrad dan rendah protein
Pemeriksaan Nutrisi :
Antropometri
Berat Badan : 10,5 kg
Tinggi Badan : 90 cm
Lila : 13 cm
BMI : 12,1
Biokimia
-Haemoglobin: 10 gr/dl
-Hematokrit : 30 %
- Albumine : 2.1 gr/dl
- Elektrolit : 75%
Clinis
- Mukosa kering
- Terlihat tulang tulangnya menonjol
- Lemah
Diet
- Saat ditanyai keluarga mengatakan
makanan utama adalah pati/
karbohidrad dan rendah protein
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik
- Berikan Teknik nonfarmakologi
untuk mngurangi rasa nyeri
- Kontrol lingungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,period,dan
pemicu nyeri
- Jelaskan stategi meredakan nyeri
- Ajarkan Teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Terapeutik
- Sajikan makanan ang menarik dan
suhu yang sesuai
- Berika maknan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan maknan tinggi kalori dan
tinggi protein
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumalh kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
Terapeutik
- Ukur antopometri
- Hitung perubahan berat badan
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskam tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37.6 c
RR : 25 x/menit
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
The National Wilm;S Tumor Study (NWTS) membagi stadium tumor willm’s :
Stadium I, Stadium II, Stadium III, Stadium IV. Gejala awal tumor Wilms yang meliputi:
demam, rasa lelah dan lemas yang berlebihan, nafsu makan menurun, mual dan muntah,
konstipasi, sesak napas, peningkatan tekanan darah, hematuria atau urine berdarah,
pertumbuhan tubuh yang tidak seimbang.
Pencegahan terhadap ancaman Penyakit ini adalah dengan Rrtin melakukan imunisasi.
, menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara pemberian ASI pada bayi neonatal sampai
berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada anak, menghindari dari paparan asap rokok
4.2 SARAN
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai
saran-saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :
The American Cancer Society medical and editorial content team. 2018. What Are Wilms
Tumors? https://www.cancer.org/cancer/wilms-tumor/about/what-is-wilms-tumor.html
( diakses 01 april 2020)
Sharer Patrics D, Yudith WA. Neoplasma Ginjal dalam Behram, Klegman dan Arvin Ilmu
Kesehatan Anak Nelson volume 3 edisi 15. Jakarta : EGC. 2000