Disusun Oleh:
SRIHARTINI YUBYATI PEKA MALO
Nim 1490119085
SRIHARTINI Y. P. MALO
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusun menyadari proposal ini bisa tersusun dengan baik berkat bantuan dan do
rongan yang diberikan dari berbagai pihal, sehingga pada kesempatan ini tak lupa
peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memb
antu penulis dalam proses penyelesaian proposal ini. Penulis ingin mengucapkan t
ermakasih kepada:
1. Anni Sinaga, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan I
mmanuel Bandung.
2. Ira Ocktavia, S.Kep., Ners., M.Kep. Sp. Kep. J, selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung.
3. Herwinda Sinaga, S.Kep.,Ners.,M.Kep., selaku Koordinator Mata Kuliah
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan yang telah memberikan arahan
dan saran kepada penulis agar penyusunan makalah ini menjadi lebih baik lag
i.
4. Lidya, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Dosen Mata Kuliah Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan yang telah memberikan arahan dan saran kepada pe
nulis agar penyusunan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
5. Seluruh Staf Dosen, Akademik, UPT Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kese
hatan Immanuel Bandung yang telah membantu dalam proses penyusunan ma
kalah ini.
6. Rekan-rekan Profesi Ners Angkatan XXIII yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya sewaktu perkuliahan dan pros
es penyusunan makalah dengan suka dan dukanya yang telah dilalui bersama
serta dorongan, bantuan, dan motivasi kepada penulis.
Penulis sangat berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam memberikan dukungan moril maupun materil serta doa yang
selalu mengiringi penulis. Semoga semua yang telah penulis usahakan menjadi se
buah kebanggan untuk semua pihak dan membawa manfaat bagi pengembangan il
mu keperawatan.
Bandung, Juni 2020
SRIHARTINI Y. P. MALO
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ………………………………………………………..31
B. Saran ……………………………………………………………….31
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan unsur pertama dalam paradigma keperawatan, yang
berarti keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari profesi
kesehatan lain didalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien.
Sebagai bagian internal dari layanan kesehatan, kedudukan perawat dengan
profesi kesehatan lain (seperti dokter) adalah sama, yakni sebagai mitra. Ini
juga tentunya harus diiringi dengan pengakuan dan penghormatan terhadap
profesi perawat (Budiono dan Pertami, 2015).
Salah satu metode dalam timbang terima adalah SBAR. SBAR merupakan
kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian
atau tindakan segera (Nursalam, 2015). Sejak kampanye peluncuran program
1000 lives di Wales pada bulan April 2008, penggunaan SBAR sebagai alat
komunikasi telah diuji oleh semua organisasi perawatan sekunder di Wales
dan diikuti oleh Asosiasi Rumah Sakit Arizona dan Kesehatan (AzHHA)
1
yang mulai menerapkan dan mempercayai komunikasi SBAR dalam proses
timbang terima (handover) akan membuat dampak positif bagi profesi
-profesi lain untuk mempermudah komunikasi dan menunjang keselamatan
pasien dalam masa perawatan di Rumah Sakit (NHS, 2012).
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep manajemen keperawatan
berdasarkan masalah yang ada melalui kemampuan manajemen
keperawatan dalam menyelesaiakan masalah yang ada dalam tinjauan
kasus (ruang C6) .
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa Program Profesi Ners mampu
a. Melakukan kajian situasi di ruang C6 dalam tinjauan kasus, sebagai
dasar untuk menyusun rencana strategis dan operasional unit.
b. Menerapkan konsep, fungsi dan prinsip manajemen dalamm
pengelolaan unit pelayanan keperawatan.
c. Melakukan analisis internal dan eksternal SWOT sesuai dengan hasil
temuan kajian situasi.
d. Membuat priotitas masalah berdasarkan Matriks SWOT.
e. Membuat Fishbone analisis berdasarkan hasil analisis di ruang C6
(tinjauan kasus).
f. Membuat Planning Of Action dari masalah yang ada.
C. Manfaat
1. Instansi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi Manajemen dalam
Pelayanan Keperawatan di ruangan serta dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi yang dipublikasikan bagi keperawatan dalam meningkatkan mutu
pelayanan.
2. Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai masukan dalam bidang Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan khususnya tentang manajemen komunikasi
SBAR pada petugas kesehatan terutama bidang keperawatan.
3
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini menggunakan metode
pengumpulan data riset kepustakaan. Dilakukan dengan cara membaca dan
mempelajari buku teori, dengan disertai literature review yang berhubungan
dengan permasalahan yang ada sebagai bahan masukan yang bermanfaat
untuk melengkapi makalah ini.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
coaching dalah memfasilitasi dan mengkoordinasikan elemen-elemen dan
bekerja dalam keselarasan dengan coacheenya (Passmore, 2010).
2. Manfaat Coaching
Menurut Homan dan Miller dalam Nadya (2012) tedapat beberapa
manfaat penerapan coaching bagi perusahaan, yakni sebagai berikut:
a. Coaching memberikan arahan kepada karyawan, seorang coach
bertanggungjawab untuk memberikan sejumlah informasi,
akuntabilitas , arahan, dukungan, dan seluruh kepatuhan tata kelola
sumberdaya pada karyawannya.
b. Pelaksanaan coaching dapat membantu perusahaan merespon
cepatnya perkembangan bisnis. Implementasi system teknologi dan
informasi pada banyak perusahaan telah mengubah tata cara
operasional perusahaan. Perkembangan teknologi telah membantu
seseorang untuk dapat mengerjakan banyak hal dalam waktu yang
bersamaan. Dengan meningkatnya kecepatan delegasi tugas kepada
karyawan, seorang karyawan harus mampu mengelola tugas
tugasnya dan beradaptasi pada perubahan ini. Coach dapat
memberikan perspektif dan membantu karyawan menyusun waktu
serta memprioritaskan kegiatannya secara lebih efektif.
c. Perkembangan bisnis yang cepat telah menuntut para calon
pemimpin untuk menduduki posisi kepemimpinan, bahkan ketika
mereka belum mempunyai waktu yang cukup untuk merefleksikan
dan mengumpulkan pengalaman kerja. Dengan melakukan
coaching dapat membatu membuat target kerja dalam area area
penting yang terkait dengan visi, tujuan dan pemanfaatan
kemampuan dan pengetahuan pribadi karyawan.
d. Coaching dapat diberikan sebagai bentuk remunerasi untuk
karyawan. Remunerasi non financial yang diterima olehseorang
karyawan akan membantu perusahaan dalam mempertahankan
karyawan yang bertalenta. Bila dilihat dari sisi karyawan,
6
karyawan yang menerima coaching sebagai suatu remunerasi akan
merasa mendapatkan pengukuranbahwa merekabernilai berharga
bagi perusahaan.
Sedangkan menurut Erni (2015) salah satu manfaat coaching adalah
skill deficiencies.Tujuan utama melakukan coaching di dalam suatu
perusahaan adalah meningkatkan keterampilan dan efektivitas
karyawan untuk melakukan pekerjaan.Jadi fokusnya adalah
mengajarkan kepada karyawan tentang keterampilan melakukan suatu
tugas, misalnya bagaimana mengoperasikan mesin, membuat laporan,
melakukan presentasi, telemarketing, menjual di toko, menjajakan
barang, menangani keluhan pelanggan, dan sebagainya.Selain
diperuntukan bagi karyawan yang baru bergabung di perusahaan,
pelatihan keterampilan juga perlu diberikan kepada staf atau karyawan
yang mengalami performance gap dan skill deficiencies. Proses
coaching perlu ditunjang dengan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif itu perlu dilandasi saling percaya dan
empati, coach hadir sepenuhnya dan terus menerus memberikan
perhatian yang tulus.Sehingga dengan demikian, coach akan
membantu pekerjaatau trainee yang bermasalah untuk mampu
menemukan solusi-solusi yang dibutuhkannya. Selain itu, perludi
ingat bahwa coaching bukanlah pelatihan sekali jadi, melainkan
proses pembinaan dan pendampingan berkesinambungan dari atasan
kepada bawahan atau dari pelatih professional kepada kliennya untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati sejak awal.
3. Peran Coach
Menurut kemdikbut (2019) perancoach, yaitu:
a. Sebagai Mitra Kerja (Partner) yang memberdayakan pegawai agar
bisa mengaktualisasikan potensinya
b. Sebagai Penjamin Mutu (Quality Assurance) yang melakukan
proses pemantauan dan evaluasi atas kinerja pegawai
7
b. Sebagai Mediator yang menjadi penjembatan komunikasi antara
pegawai dengan atasan dari atasan langsung
4. Proses Coaching
Proses coaching sering diartikan sebagai sarana untuk membantu
mengatasi dan memecahkan masalah pada individu. Memberi kan
motivasi dan dukungan semangat dalam melaksanakan tugasnya,
kesempatan untuk peningkatan kerja bisa diperoleh melalui
keterampilan.Untuk memperoleh yang nyata dapat diberikan dari
dukungan individu atau organisasi.Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh seorang fasilitator dalam melakukan bimbingan:
a. Apa hasil yang diharapkan atau diinginkan
b. Bagaimana cara mencangkupnya
c. Perubahan apa yang diperlukan untuk memenuhi harapan atau
hasil yang diinginkan.
8
B. Komunikasi SBAR
1. Definisi Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang
logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang
lain secara akurat dan efisien.Komunikasi dengan menggunakan alat
terstruktur SBAR (Situation,background,assesment, Recommendation)
untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis, dan menghemat waktu
(NHS 2012).
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif danmeningkatkan keselamatan pasien.
SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah
terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau
berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan
masukan ke dalamsituasi pasien termasuk memberikan rekomendasi.
SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR dapat
berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan
dokter. Jurnal ini menunjukkan bahwa SBAR dapat membantu dalam
pengembangan skema yang memungkinkan membuat keputusan yang
cepat oleh perawat. Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan
menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat
ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien. Komunikasi
dengan menggunakan alat terstruktur SBAR (Situation, Background,
Assesement, Recomendation) untuk mencapai ketrampilan berpikir kritis
dan menghemat waktu.
9
Komunikasi SBAR digunakan termasuk serah terima pasien, transfer
pasien, percakapan kritis dan panggilan telepon. Komunikasi ini
menciptakan harapan bersama antara pengirim dan penerima informasi
sehingga keselamatan pasien dapat tercapai. Menggunakan SBAR,
laporan pasien menjadi lebih akurat dan efsien (Kwong, 2011).
Komunikasi yang efektif antara penyedia layanan kesehatan sangat
penting untuk keselamatan pasien. Kebanyakan perawat kurang
pengalaman dalam berkomunikasi dengan dokter dan penyedia layanan
kesehatan lainnya. Teknik komunikasi SBAR merupakan teknik
komunikasi yang memberikan urutan logis, terorganisir dan
meningkatkan proses komunikasi untuk memastikan keselamatan pasien
(Dunsford, 2009; Kwong, 2011).
10
Dan belum teratasi.
R = Recommendation/Rekomendasi
11
b. Adanya saling kesefahaman dalam suatu permasalahan, sehingga
terhindar dari salah persepsi.
c. Memberikan sesuatu pesan kepada pihak tertentu, dengan maksud
agar pihak yang diberi informasi dapat memahaminya
12
BAB III
MANAJEMEN KASUS
1. Man
a. Kualifikasi pendidikan tenaga perawat S1 Ners sebanyak 1 orang, S1
keperawatan 2 orang dan D-III sebanyak 9 orang.
b. Komunikasi lisan dan telepon belum efektif
c. Perawat hanya mencatat dokumentasi visite di logbook perawat
d. Perawat belum memahami teknik komunikasi SBAR dalam
pelaksanaannya.
13
e. Hubungan antara perawat diruang C6 terlihat sangat akrab dan penuh
kerjasama. Dilihat dari hubungan antara Kepala Ruangan, PJ Shift/ Ketua
Tim serta perawat pelaksana terjalin sangat baik.
2. Material
a. Peralatan dan Fasilitas
No Sarana dan Prasarana Ruangan C6 Tersedia Kondisi
1 Bed 23 Baik
2 Kamar mandi karyawan 1 Baik
3 Nurse station 1 Baik
4 Ruang Tindakan 1 Baik
3. Money
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat di ruang C6
diperoleh data bahwa biaya perawatan pasien sebagian besar dari BPJS,
masalah pembiayaan bahan habis pakai semuanya terpusat langsung dari
alokasi anggaran yang disediakan rumah sakit untuk tiap-tiap ruangan.
4. Methode
Model asuhan keperawatan professional (MAKP) yang digunakan di Ruang
C6 adalah Metode Tim. Pembagian tim dibagi menjadi 2 tim, yang masing-
masing perawat memegang pasien sebanyak 3-4 bed. Pembagian total
pasien/bed yang dipegang oleh perawat juga dapat lebih banyak yaitu satu
perawat bisa memegang 4-5 bed pada keadaan tertentu. Metode tim dipilih
mempertimbangkan tingkat pendidikan perawat yang sebagian besar adalah
DIII keperawatan. Ruangan C6 menggunakan metode SBAR dalam pelaporan
kepada dokter. Pelaksanaan metode komunikasi SBAR lisan dan telepon
antara perawat dan profesi lain belum optimal.
14
5. Machine
Peralatan di ruangan
6. Environment
Kategori Nilai Usulan
Ventilasi Baik -
Pencahayaan Baik -
Kebersihan Baik -
Kerapihan tempat tidur Baik -
Penempatan safety box Baik -
Tempat sampah infeksius dan non
infeksius Baik
Lingkungan klien sangat kondusif dan nyaman di ruang C6. Hal ini didukung
dengan baiknya fasilitas yang ada di lingkungan klien dan kondisi kebersihan
lingkungan klien terjaga. Hal ini dapat dilihat dari adanya cleaning service
yang membersihkan ruangan 2 kali dalam sehari yaknipada pagi dan sore hari.
15
b. Ruangan C6 memiliki tenaga perawat yang berjumlah 12 orang dengan
kualifikasi Profesi Ners 2 orang, 2 Sarjana keperawatan, DIII
Keperawatan 9 orang
2. Kelemahan (Weakness)
a. Komunikasi lisan dan telepon belum efektif
b. Perawat hanya mencatat dokumentasi visite di logbook perawat
c. Perawat belum memahami teknik komunikasi SBAR dalam
pelaksanaannya.
d. Pelaksanaan metode komunikasi SBAR lisan dan telepon antara perawat
dan profesi lain belum optimal.
3. Peluang (Opportunitis)
a. Adanya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.4 Tahun
2018 tentang kewajiban rumah sakit dan Kewajiban Pasien
b. Adanya undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. Adanya permenkes RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang keselamatan pasien
d. Telah disahkannya UU Keperawatan no 38 Tahun 2014, mengenai
profesionalisme perawat
e. Adanya peluang untuk melanjutkan pendidikan bagi semua perawat ke
jenjang yang lebih tinggi di ruangan C6.
f. Adanya peluang bagi semua perawat untuk terlibat sebagai garda terdepan
penanganan Covid-19
16
4. Ancaman (Threats)
a. Tingginya tuntutan masyarakat terkait pelayanan kesehatan profesional
dan berkualitas khsusnya pada masa pandemic Covid-19.
b. Adanya peningkatan teknologi informasi yang membuat masyarakat
semakin kritis dalam menilai pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
17
a. Ruangan C6 merupakan ruang 0,16 4 0,64
rawat inap kelas I dan II sekaligus
merupakan ruangan pelayanan
Multi ( Bedah, Jantung dan
Neurology)
0,04 4 0,16
0,67 2,36
Kelemahan (Weakness)
a. Komunikasi lisan dan telepon 0,12 4 0,48
belum efektif
b. Perawat hanya mencatat 0,11 4 0,44
dokumentasi visite di logbook
18
perawat
c. Perawat belum memahami teknik
komunikasi SBAR dalam 0,1 4 0,4
pelaksanaannya.
0,33 1,32
Total Nilai 1 +1,04
2. Matriks EFE
Matriks EFE
Sakit
3. Adanya permenkes RI Nomor 11
0,08 4 0,32
Tahun 2017 tentang keselamatan
pasien
4. Adanya organisasi PPNI yang
menaungi profesi keperawatan 0,14 3 0,42
5. Telah disahkannya UU
Keperawatan no 38 Tahun 2014,
0,12
mengenai profesionalisme perawat 4 0,48
19
6. Adanya peluang untuk melanjutkan
pendidikan bagi semua perawat ke
jenjang yang lebih tinggi di 0,08 3 0,24
ruangan C6.
7. Adanya peluang bagi semua
perawat untuk terlibat sebagai
garda terdepan penanganan Covid-
0,1 3 0,3
19
0,7 2,39
Ancaman (Threats)
1. Tingginya tuntutan masyarakat 0,15 2 0,3
terkait pelayanan kesehatan
profesional dan berkualitas
khsusnya pada masa pandemic
Covid-19.
2. Adanya peningkatan teknologi
informasi yang membuat 0,15 2 0.3
Keterangan:
E. Diagram Kartesius
Diagram Kartesius
20
O ( 0,7)
0,5 1,04
-1,5 -1 -0,5
S (0,67)
W (0,33)
2
-0,5 0,5 1 1,5
Kuadran IV -1 Kuadran II
-1,5
T (0,3)
Diagram diatas diketahui kekuatan 0.67, kelemahan 0,33, peluang 0,67 dan
ancaman 0,3. Nilai kekuatan diatas nilai kelemahan yaitu 1,79 dan nilai
peluang diatas nilai ancaman 1,04. Maka dapat disimpulkan bahwa ruangan
C6 berada pada kuadran I. Pada kuadran ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan. Ruangan C6 memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth
oriented startegy) melalui memanfaatkan kekuatan yang ada untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan di ruang C6
21
E. MATRIX ANALISA SWOT
22
Opurtunity SO Strategi : WO Strategi :
1. Adanya Peraturan Menteri Kesehatan 1. Mempertahankan pelayanan yang 1. Meningkatkan pengalaman perawat
Republik Indonesia No.4 Tahun 2018 profesional untuk keselamatan ruangan dengan menangkap peluang
tentang kewajiban rumah sakit dan pasien. kebijakan rumah sakit dalam
Kewajiban Pasien 2. Pemanfaatan sistem manajemen mengadakan dan mengikuti pelatihan
2. Adanya undang-undang RI Nomor 44 informasi serta melanjutkan studi ke jenjang yang
tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Mengoptimalkan penggunaan SPO lebih tinggi
3. Adanya permenkes RI Nomor 11 Tahun dalam pelaksanaan asuhan
2017 tentang keselamatan pasien keperawatan.
4. Telah disahkannya UU Keperawatan no
4. Mengoptimalkan kesempatan dalam
38 Tahun 2014, mengenai
pelatihan-pelatihan dalam
profesionalisme perawat
memberikan perawatan profesional
5. Adanya peluang untuk melanjutkan
pendidikan bagi semua perawat ke
jenjang yang lebih tinggi di ruangan C6.
6. Adanya peluang bagi semua perawat
untuk terlibat sebagai garda terdepan
penanganan Covid-19
23
Threats (T) : ST Strategi: WT Strategi :
1. Tingginya tuntutan masyarakat terkait 1. Adanya perawat dengan kualifikasi 1. Terkait dengan tingginya tuntutan
pelayanan kesehatan profesional dan pendidikan Ners, S-1 dan D- masyarakat mengenai pemberian
berkualitas khsusnya pada masa IIImerupakan sebuah kekuatan pelayanan kesehatan yang
pandemic Covid-19. dalam memnuhi hak-hak konsumen. professional dan berkualitas, maka
2. Adanya peningkatan teknologi informasi 2. Adanya perawat dengan kualifikasi perawat perlu memperhatikan
yang membuat masyarakat semakin pendidikan Ners, S-1 dan D- pelaksanaan 7 benar obat. Terkait
kritis dalam menilai pelayanan kesehatan IIImerupakan kekuatan untuk dengan pelaksanaan five moment
di Rumah Sakit. memperkecil persaingan antar disesuaikan dengan SOP yang telah
rumah sakit yang semakin kuat. ditetapkan di rumah sakit.
24
25
F. ANALISIS FISHBONE
Belum efektinya komunikasi dengan metode SBAR
MAN MATERIAL
Kurangnya pengetahuan perawat MONEY (-)
tentang penerapan komunikasi
dengan metode SBAR.
(-)
Perawat hanya mencatat
dokumentasi visite di logbook
perawat
PROBLEM
Belum efektinya
komunikasi dengan
metode SBAR
METHODE
Pelaksanaan metode komunikasi SBAR
lisan dan telepon antara perawat dan ENVIRONMENT
MACHINE (-)
profesi lain belum optimal. (-)
26
27
3. POA (Planning of Action)
28
komunikasi TBAK
SBAR dan 3. Ketua tim
TBaK. membantu
3. Berdiskusi perawat
dengan pelaksana
kepala dalam
ruangan menentukan
mengenai dan mengambil
keikut tindakan yang
sertaan tepat terkait
kepala komunikasi
ruangan SBAR dan
dalam TBAK
supervise 4. Ketua tim
asuhan membantu
keperawatan mengkaji
di ruangan. tindakan yang
telah disetujui
oleh perawat
pelaksana.
29
BAB IV
EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT
A. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan
kelompok di ruang C6 pada tanggal 24-29 Juni 2020. Ada dua masalah
yang ditemukan yaitu: Belum optimalnya ketepatan mengidentifikasi pasien, Belum
efektifnya komunikasi dengan metode SBAR dan TBAK. Implementasi di
Ruang C6 dimulai pada tanggal 24 Juni 2020, setelah mendapatkan
persetujuan dari CI dan Kepala Ruangan.
1. Belum efektifnya komunikasi dengan metode SBAR dan TBAK
Rabu, 24 Juni 2020, saya berdiskusi bersama pembimbing klinik
mengenai intervensi yang akan dilakukan dari temuan masalah tentang
Belum efektifnya komunikasi dengan metode SBAR dan TBAK.
Implementasi yang dilakukan adalah melakukan coaching kepada
perawat ruangan tentang kemunikasi SBAR agar lebih memperhatikan
lagi tentang komunikasi SBAR pada saat handover sehingga informasi
yang diberikan lebih jelas. Pada tanggal 24-29 juni 2020, saya
melakukan coaching tentang komunikasi SBAR pada semua perawat
ruangan.Kemudian saya melakukan observasi proses komunikasi SBAR
yang dilakukan oleh perawat ruangan saat melakukan handover.
B. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan intervensi keterampilan manajemen klinik dengan
metode coaching, Coaching disebut sebagai metode yang paling kuat
untuk pengembangan manajer, akan tetapi kemampuan
untukmemanfaatkan kelebihan ini memerlukan kesadaran diri,
kepercayaan diri, motivasi pribadi yang memungkinkan coacneuntuk
menempatkan ide-ide baru untuk bersikap dengan cara-cara yang baru.
Peran dari coach eksekutif dalam proses coaching dalah memfasilitasi dan
mengkoordinasikan elemen-elemen dan bekerja dalam keselarasan dengan
coacheenya (Passmore, 2010).
Pelaksanaan coaching ini membahas tentang Belum efektifnya komunikasi
dengan metode SBAR dan TBAK, pelaksanaannya berjalan dengan lancar.
Coaching ini dilakukan guna menambah kesiapan perawat ruangan C6
untuk secara tepat dalam menetapkan SBAR dengantepat dan benar.
2. Evaluasi Hasil
Pemecahan masalah Belum efektifnya komunikasi dengan metode SBAR
dan TBAK, sudah di implementasikan secara lansgung oleh perawat
ruang C6 dilihat dari antusiasnya perawat dalam melakukan coaching
dalam menetapkan SBAR dengan tepat. Dalam pelaksanaan
implementasi Belum efektifnya komunikasi dengan metode SBAR dan
TBAK dilakukan oleh perawat ruangan C6.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan manajemen kasus yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan,
sebagai berikut:
1. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat mengunakan rumus Douglass
jumlah pasien sebanyak 16 orang dengan tingkat ketergantungan yang
berbeda kebutuhan tenaga Perawat di Ruang C1 adalah 12 orang.
2. Hasil SWOT berada dikuadran 1, Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
(growth oriented startegy) melalui memanfaatkan kekuatan yang ada
untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di ruang C6.
B. Saran
1. Bagi Bidang Keperawatan
Disarankan hasil makalah ini dapat dijadikan data dasar bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan serta dapat dijadikan sebagai
salah satu referensi yang dipublikasikan bagi keperawatan dalam
meningkatkan mutu pelayanan dalam memperbaiki dan meningkatkan
pengetahuan dan sikap perawat terutama untuk patuh dalam mengikuti
jadwal dinasi yang sudah disusun sesuai dengan praporsi Ners dan DIII
guna menjaga kualitas pelayanan keperawatan dan memahatuhi protokol
kesehatan dan lebih disiplin dalam mengikuti penjadwalan dinas.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34