Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH INDIVIDU

COACHING KOMUNIKASI SBAR


Untuk memenuhi salah satu penugasan mata kuliah Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh:
SRIHARTINI YUBYATI PEKA MALO
Nim 1490119085

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia- Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “COACHING KOMUNIKASI SBAR ”.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan pada program Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami


berbagai hambatan. Meskipun demikian berkat dorongan dan semangat, motivasi
yang tinggi serta bantuan atau masukan dari dosen mata kuliah Kepemimpinan
dan Manjemen Keperawatan dari berbagai pihak yang mendukung serta do’a yang
selalu tercurahkan dari kedua orang tua serta rekan dan kerabat terdekat, maka
hambatan tersebut dapat teratasi dengan baik. Penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.Penulis sadar begitu banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan maupun
saran yang dapat membangun dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.Akhir kata penulis mengucapkan banyak Terima Kasih.

Bandung, Juli 2020

SRIHARTINI Y. P. MALO

i
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusun menyadari proposal ini bisa tersusun dengan baik berkat bantuan dan do
rongan yang diberikan dari berbagai pihal, sehingga pada kesempatan ini tak lupa
peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memb
antu penulis dalam proses penyelesaian proposal ini. Penulis ingin mengucapkan t
ermakasih kepada:
1. Anni Sinaga, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan I
mmanuel Bandung.
2. Ira Ocktavia, S.Kep., Ners., M.Kep. Sp. Kep. J, selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung.
3. Herwinda Sinaga, S.Kep.,Ners.,M.Kep., selaku Koordinator Mata Kuliah
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan yang telah memberikan arahan
dan saran kepada penulis agar penyusunan makalah ini menjadi lebih baik lag
i.
4. Lidya, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Dosen Mata Kuliah Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan yang telah memberikan arahan dan saran kepada pe
nulis agar penyusunan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
5. Seluruh Staf Dosen, Akademik, UPT Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kese
hatan Immanuel Bandung yang telah membantu dalam proses penyusunan ma
kalah ini.
6. Rekan-rekan Profesi Ners Angkatan XXIII yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya sewaktu perkuliahan dan pros
es penyusunan makalah dengan suka dan dukanya yang telah dilalui bersama
serta dorongan, bantuan, dan motivasi kepada penulis.
Penulis sangat berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam memberikan dukungan moril maupun materil serta doa yang
selalu mengiringi penulis. Semoga semua yang telah penulis usahakan menjadi se
buah kebanggan untuk semua pihak dan membawa manfaat bagi pengembangan il
mu keperawatan.
Bandung, Juni 2020
SRIHARTINI Y. P. MALO

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN .............................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Tujuan ..................................................................................................2
C. Manfaat Penulisan ...............................................................................2
D. Metode Pwngumpulan Data ................................................................2

BAB II: TINJAUAN TEORI ........................................................................


A. Keterampilan Manajemen Klinik ........................................................2
B. Manajemen komunikasi SBAR............................................................8
C. Model Pelayanan Keperawatan Profesional ........................................10
BAB III: MANAJEMEN KASUS ................................................................
A. Kajian Situasi Ruangan C6 ..................................................................11
B. Analisa SWOT .....................................................................................14
C. Matriks IFE dan EFE ...........................................................................16
D. Diagram Kartesius ...............................................................................19
E. Strategi SWOT .....................................................................................21
F. Fishbone ...............................................................................................24
G. Planning of Action ...............................................................................26
BAB VI : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A. Implementasi ……………………………………………………….28
B. Evaluasi …………………………………………………………….29
C. Rencana Tindak Lanjut …………………………………………….29
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………..31
B. Saran ……………………………………………………………….31
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan unsur pertama dalam paradigma keperawatan, yang
berarti keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari profesi
kesehatan lain didalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien.
Sebagai bagian internal dari layanan kesehatan, kedudukan perawat dengan
profesi kesehatan lain (seperti dokter) adalah sama, yakni sebagai mitra. Ini
juga tentunya harus diiringi dengan pengakuan dan penghormatan terhadap
profesi perawat (Budiono dan Pertami, 2015).

Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi,


mengontrol, melaksanakan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan
seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam
manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Kepemimpinan adalah kegiatan
dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan
untuk tujuan kelompok (Nursalam, 2011).

Salah satu metode dalam timbang terima adalah SBAR. SBAR merupakan
kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian
atau tindakan segera (Nursalam, 2015). Sejak kampanye peluncuran program
1000 lives di Wales pada bulan April 2008, penggunaan SBAR sebagai alat
komunikasi telah diuji oleh semua organisasi perawatan sekunder di Wales
dan diikuti oleh Asosiasi Rumah Sakit Arizona dan Kesehatan (AzHHA)

1
yang mulai menerapkan dan mempercayai komunikasi SBAR dalam proses
timbang terima (handover) akan membuat dampak positif bagi profesi
-profesi lain untuk mempermudah komunikasi dan menunjang keselamatan
pasien dalam masa perawatan di Rumah Sakit (NHS, 2012).

Di Indonesia hampir seluruh Rumah Sakit telah menerapkan metode SBAR


semenjak diterbitkan PERMENKES tahun 2011 tentang keselamatan pasien
di Rumah Sakit. Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan
alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada
orang lain secara akurat dan efesien. Komunikasi dengan menggunakan alat
terstruktur SBAR ( Situation, Background, Assesement, Recomendation )
untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis dan menghemat waktu (NHS,
2012).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi, diantaranya adalah


persepsi, nilai, emosi, latar belakang, peran, pengetahuan dan hubungan rekan
kerja (Nursalam, 2015).

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep manajemen keperawatan
berdasarkan masalah yang ada melalui kemampuan manajemen
keperawatan dalam menyelesaiakan masalah yang ada dalam tinjauan
kasus (ruang C6) .
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa Program Profesi Ners mampu
a. Melakukan kajian situasi di ruang C6 dalam tinjauan kasus, sebagai
dasar untuk menyusun rencana strategis dan operasional unit.
b. Menerapkan konsep, fungsi dan prinsip manajemen dalamm
pengelolaan unit pelayanan keperawatan.
c. Melakukan analisis internal dan eksternal SWOT sesuai dengan hasil
temuan kajian situasi.
d. Membuat priotitas masalah berdasarkan Matriks SWOT.
e. Membuat Fishbone analisis berdasarkan hasil analisis di ruang C6
(tinjauan kasus).
f. Membuat Planning Of Action dari masalah yang ada.
C. Manfaat
1. Instansi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi Manajemen dalam
Pelayanan Keperawatan di ruangan serta dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi yang dipublikasikan bagi keperawatan dalam meningkatkan mutu
pelayanan.
2. Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai masukan dalam bidang Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan khususnya tentang manajemen komunikasi
SBAR pada petugas kesehatan terutama bidang keperawatan.

3
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini menggunakan metode
pengumpulan data riset kepustakaan. Dilakukan dengan cara membaca dan
mempelajari buku teori, dengan disertai literature review yang berhubungan
dengan permasalahan yang ada sebagai bahan masukan yang bermanfaat
untuk melengkapi makalah ini.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Keterampilan Manajemen Klinis


1. Definisi Simulasi
Pada masa lalu,coaching sebagai sarana pengembangan muncul dari dunia
olahraga menjadi salah satu alat penting untukpengembangan pribadi
dalam pekerjaan dan untuk mencoba mengkaji dalam pilihan pilihan
hidup.Coaching juga tumbuhdalam bidang kehidupan, pasarnya sendiri
bahkan lebih beragam, berkisar dari coach yang bekerja di kesehatan
seperti penhentian meroko, manajemen stress dan diet, sampai gaya hidup.
Pada bidang kesehatan ini para coach secara khusus dilatih dengan latar
belakang pelayanan kesehatan atau psikologi. Dalam bidang kesehatan
coaching merupakan alternatifuntuk konseling (Passmore, 2010).
Tugas manajer berdasarkan fungsi manajer sesuai dengan fungsi fungsi
manajemen dapat dikategorikan sebagai salah satu dari fungsi
penggerakan (Actuiting) yaitu memberikan bimbingan pada bawahan
untuk mencapai standar operasional.Hal ini pentingbagi seorang pemimpin
mempunyai cukup popularitas, beribawa dan mempunyai keterampilan
untuk dipakai melakukan bimbingan staf. Salah satu bentuk model
keterampilan manajer dalam melakukan bimbingan di kenal dengan
coaching.
Coaching disebut sebagai metode yang paling kuat untuk pengembangan
manajer, akan tetapi kemampuan untukmemanfaatkan kelebihan ini
memerlukan kesadaran diri, kepercayaan diri, motivasi pribadi yang
memungkinkan coacneuntuk menempatkan ide-ide baru untuk bersikap
dengan cara-cara yang baru. Peran dari coach eksekutif dalam proses

5
coaching dalah memfasilitasi dan mengkoordinasikan elemen-elemen dan
bekerja dalam keselarasan dengan coacheenya (Passmore, 2010).

2. Manfaat Coaching
Menurut Homan dan Miller dalam Nadya (2012) tedapat beberapa
manfaat penerapan coaching bagi perusahaan, yakni sebagai berikut:
a. Coaching memberikan arahan kepada karyawan, seorang coach
bertanggungjawab untuk memberikan sejumlah informasi,
akuntabilitas , arahan, dukungan, dan seluruh kepatuhan tata kelola
sumberdaya pada karyawannya.
b. Pelaksanaan coaching dapat membantu perusahaan merespon
cepatnya perkembangan bisnis. Implementasi system teknologi dan
informasi pada banyak perusahaan telah mengubah tata cara
operasional perusahaan. Perkembangan teknologi telah membantu
seseorang untuk dapat mengerjakan banyak hal dalam waktu yang
bersamaan. Dengan meningkatnya kecepatan delegasi tugas kepada
karyawan, seorang karyawan harus mampu mengelola tugas
tugasnya dan beradaptasi pada perubahan ini. Coach dapat
memberikan perspektif dan membantu karyawan menyusun waktu
serta memprioritaskan kegiatannya secara lebih efektif.
c. Perkembangan bisnis yang cepat telah menuntut para calon
pemimpin untuk menduduki posisi kepemimpinan, bahkan ketika
mereka belum mempunyai waktu yang cukup untuk merefleksikan
dan mengumpulkan pengalaman kerja. Dengan melakukan
coaching dapat membatu membuat target kerja dalam area area
penting yang terkait dengan visi, tujuan dan pemanfaatan
kemampuan dan pengetahuan pribadi karyawan.
d. Coaching dapat diberikan sebagai bentuk remunerasi untuk
karyawan. Remunerasi non financial yang diterima olehseorang
karyawan akan membantu perusahaan dalam mempertahankan
karyawan yang bertalenta. Bila dilihat dari sisi karyawan,

6
karyawan yang menerima coaching sebagai suatu remunerasi akan
merasa mendapatkan pengukuranbahwa merekabernilai berharga
bagi perusahaan.
Sedangkan menurut Erni (2015) salah satu manfaat coaching adalah
skill deficiencies.Tujuan utama melakukan coaching di dalam suatu
perusahaan adalah meningkatkan keterampilan dan efektivitas
karyawan untuk melakukan pekerjaan.Jadi fokusnya adalah
mengajarkan kepada karyawan tentang keterampilan melakukan suatu
tugas, misalnya bagaimana mengoperasikan mesin, membuat laporan,
melakukan presentasi, telemarketing, menjual di toko, menjajakan
barang, menangani keluhan pelanggan, dan sebagainya.Selain
diperuntukan bagi karyawan yang baru bergabung di perusahaan,
pelatihan keterampilan juga perlu diberikan kepada staf atau karyawan
yang mengalami performance gap dan skill deficiencies. Proses
coaching perlu ditunjang dengan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif itu perlu dilandasi saling percaya dan
empati, coach hadir sepenuhnya dan terus menerus memberikan
perhatian yang tulus.Sehingga dengan demikian, coach akan
membantu pekerjaatau trainee yang bermasalah untuk mampu
menemukan solusi-solusi yang dibutuhkannya. Selain itu, perludi
ingat bahwa coaching bukanlah pelatihan sekali jadi, melainkan
proses pembinaan dan pendampingan berkesinambungan dari atasan
kepada bawahan atau dari pelatih professional kepada kliennya untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati sejak awal.

3. Peran Coach
Menurut kemdikbut (2019) perancoach, yaitu:
a. Sebagai Mitra Kerja (Partner) yang memberdayakan pegawai agar
bisa mengaktualisasikan potensinya
b. Sebagai Penjamin Mutu (Quality Assurance) yang melakukan
proses pemantauan dan evaluasi atas kinerja pegawai

7
b. Sebagai Mediator yang menjadi penjembatan komunikasi antara
pegawai dengan atasan dari atasan langsung

4. Proses Coaching
Proses coaching sering diartikan sebagai sarana untuk membantu
mengatasi dan memecahkan masalah pada individu. Memberi kan
motivasi dan dukungan semangat dalam melaksanakan tugasnya,
kesempatan untuk peningkatan kerja bisa diperoleh melalui
keterampilan.Untuk memperoleh yang nyata dapat diberikan dari
dukungan individu atau organisasi.Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh seorang fasilitator dalam melakukan bimbingan:
a. Apa hasil yang diharapkan atau diinginkan
b. Bagaimana cara mencangkupnya
c. Perubahan apa yang diperlukan untuk memenuhi harapan atau
hasil yang diinginkan.

Menurut WHO (2003 dalam Nurhayani, 2011) pada materi pelatihan


keterampilan manajerial apa bila pelatihan kompetensi digabungkan
dengan prinsip belajar dewasa, mastery learning, coaching dan
humanistic.Makahasilnya akan sangat mengagumkandan merupakan
metode yang paling efektif untuk mengajarkan keterampilan teknis.
Proses belajardengan menggunakan

Pendekatan yang manusiawi maka dapat mengurangi ketegangan para


peserta dan memperkecil ketidaknyamanan klien. Oleh karena itu
pendekatan dalam coaching yang lebih manusiawi adalah komponen
yang penting untuk memperbaiki kualitas bimbingan keterampilan
klinik yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pelayanan.

8
B. Komunikasi SBAR
1. Definisi Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang
logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang
lain secara akurat dan efisien.Komunikasi dengan menggunakan alat
terstruktur SBAR (Situation,background,assesment, Recommendation)
untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis, dan menghemat waktu
(NHS 2012).
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif danmeningkatkan keselamatan pasien.
SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah
terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau
berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan
masukan ke dalamsituasi pasien termasuk memberikan rekomendasi.
SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR dapat
berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan
dokter. Jurnal ini menunjukkan bahwa SBAR dapat membantu dalam
pengembangan skema yang memungkinkan membuat keputusan yang
cepat oleh perawat. Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan
menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat
ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien. Komunikasi
dengan menggunakan alat terstruktur SBAR (Situation, Background,
Assesement, Recomendation) untuk mencapai ketrampilan berpikir kritis
dan menghemat waktu.

2. Tujuan Komunikasi SBAR


Tujuan komunikasi SBAR menawarkan solusi kepada rumah sakit serta
fasilitas perawatan untuk menjembatani kesenjangan dalam komunikasi.

9
Komunikasi SBAR digunakan termasuk serah terima pasien, transfer
pasien, percakapan kritis dan panggilan telepon. Komunikasi ini
menciptakan harapan bersama antara pengirim dan penerima informasi
sehingga keselamatan pasien dapat tercapai. Menggunakan SBAR,
laporan pasien menjadi lebih akurat dan efsien (Kwong, 2011).
Komunikasi yang efektif antara penyedia layanan kesehatan sangat
penting untuk keselamatan pasien. Kebanyakan perawat kurang
pengalaman dalam berkomunikasi dengan dokter dan penyedia layanan
kesehatan lainnya. Teknik komunikasi SBAR merupakan teknik
komunikasi yang memberikan urutan logis, terorganisir dan
meningkatkan proses komunikasi untuk memastikan keselamatan pasien
(Dunsford, 2009; Kwong, 2011).

Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah


komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat
melakukan operan sif ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka
teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien.SBAR memberikan kesempatan untuk
diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.

Berikut adalah komponen komunikasi SBAR:

S = Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)

 Perawat menyebutkan nama dan umur pasien.


 Perawat menyebutkan tanggal pasien masuk ruangan dan hari.
 Perawatannya.
 Perawat menyebutkan nama dokter yang menangani pasien.
 Perawat menyebutkan diagnose medis pasien/masalah
kesehatan yang dialami pasien (penyakit).
 Perawat menyebutkan masalah keperawatan pasien yang sudah.

10
 Dan belum teratasi.

B = Background (Info penting yang berhubungan dengan kondisi


pasien terkini)

 Perawat menjelaskan intervensi/tindakan dari setiap masalah


keperawatan pasien.
 Perawat menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan.
 Perawat menyebutkan pemasangan alat invasif (infus, dan alat
bantu lain seperti kateter dll), serta pemberian obat dan cairan
infuse.
 Perawat menjelaskan dan mengidentifkasi pengetahuan pasien
terhadap diagnose medis/penyakit yang dialami pasien.

A = Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien terkini)

 Perawat menjelaskan hasil pengkajian pasien terkini seperti


TTV
 Perawat menjelaskan kondisi klinik lain yang mendukung
seperti hasil Lab, Rontgen dan lain-lain.

R = Recommendation/Rekomendasi

 Perawat menjelaskan intervensi/tindakan yang sudah teratasi


dan belum teratasi serta tindakan yang harus dihentikan,
dilanjutkan atau dimodifkasi.

Dengan berkomunikasi secara efektif dapat menjalin saling pengertian


dengan teman sejawat perawat atau perawat dengan dokter karena
komunikasi memiliki manfaat, antara lain adalah :

a. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan


jelas sesuai denganyang dimaksudkan.

11
b. Adanya saling kesefahaman dalam suatu permasalahan, sehingga
terhindar dari salah persepsi.
c. Memberikan sesuatu pesan kepada pihak tertentu, dengan maksud
agar pihak yang diberi informasi dapat memahaminya

3. Keuntungan Komunikasi efektif SBAR


a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif .
b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat
paham akan kondisi pasien.
c. Memperbaiki komunikasi memperbaiki keamanan pasien

12
BAB III
MANAJEMEN KASUS

A. Kajian Situasi Ruangan


Ruang C6 merupakan ruang rawat inap kelas I dan II merupakan ruangan
pelayanan multi (bedah, interna, jantung dan neurologi). Ruang C6 memiliki
kapasitas tempat tidur 23 bed dalam 13 kamar. Kelas I terdiri dari 3 kamar dan
kelas II terdiri dari 10 kamar. Ruang C6 memiliki 1 kamar mandi khusus
karyawan, tempat ners station dan ruang tindakan. BOR ruang C6 69% dan
derajat ketergantungan pasien terdiri dari minimal care 10 orang, partial care 4
orang dan total care 2 orang. Ruang C6 memiliki tenaga perawat berjumlah 12
orang sudah termasuk kepala ruangan dengan tingkat pendidikan lulusan Ners 1
orang, S1 keperawatan 2 orang, dan DIII keperawatan 9 orang. Berdasarkan hasil
observasi didapatkan bahwa komunikasi lisan dan telepon belum efektif.
Terdapat dua kasus, kegagalan menerima pesanan dokter, seharusnya
pemeriksaan kalium urin bukan calsium urin dan saat visite didapatkan ada
pesanan PCR test belum juga dilakukan, karena dokumentasi visite sebelumnya
hanya tercatat di log book perawat. Pelaksanaan metode komunikasi SBAR
dalam pelaksanaannya

B. Analisa SWOT dan Fishbone

1. Man
a. Kualifikasi pendidikan tenaga perawat S1 Ners sebanyak 1 orang, S1
keperawatan 2 orang dan D-III sebanyak 9 orang.
b. Komunikasi lisan dan telepon belum efektif
c. Perawat hanya mencatat dokumentasi visite di logbook perawat
d. Perawat belum memahami teknik komunikasi SBAR dalam
pelaksanaannya.

13
e. Hubungan antara perawat diruang C6 terlihat sangat akrab dan penuh
kerjasama. Dilihat dari hubungan antara Kepala Ruangan, PJ Shift/ Ketua
Tim serta perawat pelaksana terjalin sangat baik.

2. Material
a. Peralatan dan Fasilitas
No Sarana dan Prasarana Ruangan C6 Tersedia Kondisi
1 Bed 23 Baik
2 Kamar mandi karyawan 1 Baik
3 Nurse station 1 Baik
4 Ruang Tindakan 1 Baik

3. Money
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat di ruang C6
diperoleh data bahwa biaya perawatan pasien sebagian besar dari BPJS,
masalah pembiayaan bahan habis pakai semuanya terpusat langsung dari
alokasi anggaran yang disediakan rumah sakit untuk tiap-tiap ruangan.

4. Methode
Model asuhan keperawatan professional (MAKP) yang digunakan di Ruang
C6 adalah Metode Tim. Pembagian tim dibagi menjadi 2 tim, yang masing-
masing perawat memegang pasien sebanyak 3-4 bed. Pembagian total
pasien/bed yang dipegang oleh perawat juga dapat lebih banyak yaitu satu
perawat bisa memegang 4-5 bed pada keadaan tertentu. Metode tim dipilih
mempertimbangkan tingkat pendidikan perawat yang sebagian besar adalah
DIII keperawatan. Ruangan C6 menggunakan metode SBAR dalam pelaporan
kepada dokter. Pelaksanaan metode komunikasi SBAR lisan dan telepon
antara perawat dan profesi lain belum optimal.

14
5. Machine
Peralatan di ruangan

No Alat Jumlah Ket


1. Computer 1 Baik
2 Bel system 23 Baik
Berdasarkan tabel 3.6, peralatan di Ruang C6 masih berada dalam kategori
baik.

6. Environment
Kategori Nilai Usulan
Ventilasi Baik -
Pencahayaan Baik -
Kebersihan Baik -
Kerapihan tempat tidur Baik -
Penempatan safety box Baik -
Tempat sampah infeksius dan non
infeksius Baik
Lingkungan klien sangat kondusif dan nyaman di ruang C6. Hal ini didukung
dengan baiknya fasilitas yang ada di lingkungan klien dan kondisi kebersihan
lingkungan klien terjaga. Hal ini dapat dilihat dari adanya cleaning service
yang membersihkan ruangan 2 kali dalam sehari yaknipada pagi dan sore hari.

C. Kajian Analisis SWOT


1. Kekuatan (Strength)
a. Ruangan C6 merupakan ruang rawat inap kelas I dan II sekaligus
merupakan ruangan pelayanan Multi ( Bedah, Jantung dan Neurology)

15
b. Ruangan C6 memiliki tenaga perawat yang berjumlah 12 orang dengan
kualifikasi Profesi Ners 2 orang, 2 Sarjana keperawatan, DIII
Keperawatan 9 orang

c. Ruangan C6 memiliki kapasitas tempat tidur 23 bed dalam 13 kamar.

d. BOR Ruangan C6 adalah 65%.

e. Ruangan C6 memiliki Nurse station dan kamar mandi khusus perawat.

f. Ruangan C6 memiliki 1 ruang tindakan

2. Kelemahan (Weakness)
a. Komunikasi lisan dan telepon belum efektif
b. Perawat hanya mencatat dokumentasi visite di logbook perawat
c. Perawat belum memahami teknik komunikasi SBAR dalam
pelaksanaannya.
d. Pelaksanaan metode komunikasi SBAR lisan dan telepon antara perawat
dan profesi lain belum optimal.

3. Peluang (Opportunitis)
a. Adanya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.4 Tahun
2018 tentang kewajiban rumah sakit dan Kewajiban Pasien
b. Adanya undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. Adanya permenkes RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang keselamatan pasien
d. Telah disahkannya UU Keperawatan no 38 Tahun 2014, mengenai
profesionalisme perawat
e. Adanya peluang untuk melanjutkan pendidikan bagi semua perawat ke
jenjang yang lebih tinggi di ruangan C6.
f. Adanya peluang bagi semua perawat untuk terlibat sebagai garda terdepan
penanganan Covid-19

16
4. Ancaman (Threats)
a. Tingginya tuntutan masyarakat terkait pelayanan kesehatan profesional
dan berkualitas khsusnya pada masa pandemic Covid-19.
b. Adanya peningkatan teknologi informasi yang membuat masyarakat
semakin kritis dalam menilai pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

D. Matriks IFE dan EFE


1. Matriks IFE (Internal)
Matriks IFE

Factor Internal Bobot Rating Skor Keterangan


Data Strength (kekuatan)

17
a. Ruangan C6 merupakan ruang 0,16 4 0,64
rawat inap kelas I dan II sekaligus
merupakan ruangan pelayanan
Multi ( Bedah, Jantung dan
Neurology)

b. Ruangan C6 memiliki tenaga


perawat yang berjumlah 12 orang 0,15 4 0,6
dengan kualifikasi Profesi Ners 2
orang, 2 Sarjana keperawatan, DIII
Keperawatan 9 orang

c. Ruangan C6 memiliki kapasitas


tempat tidur 23 bed dalam 13
kamar. 0,2 3 0,6

d. BOR Ruangan C6 adalah 69%.

e. Ruangan C6 memiliki Nurse


0,08 3 0,24
station dan kamar mandi khusus
perawat.
0,04 3 0,12
f. Ruangan C6 memiliki 1 ruang
tindakan

0,04 4 0,16
0,67 2,36

Kelemahan (Weakness)
a. Komunikasi lisan dan telepon 0,12 4 0,48
belum efektif
b. Perawat hanya mencatat 0,11 4 0,44
dokumentasi visite di logbook

18
perawat
c. Perawat belum memahami teknik
komunikasi SBAR dalam 0,1 4 0,4
pelaksanaannya.

0,33 1,32
Total Nilai 1 +1,04

2. Matriks EFE
Matriks EFE

Factor Eksternal Bobot Rating Skor Keterangan


Peluang (Opportunitis)
1. Adanya Peraturan Menteri 0,09 3 0,27
Kesehatan Republik Indonesia
No.4 Tahun 2018 tentang
kewajiban rumah sakit dan
Kewajiban Pasien
2. Adanya undang-undang RI Nomor
44 tahun 2009 tentang Rumah 0,09 4 0,36

Sakit
3. Adanya permenkes RI Nomor 11
0,08 4 0,32
Tahun 2017 tentang keselamatan
pasien
4. Adanya organisasi PPNI yang
menaungi profesi keperawatan 0,14 3 0,42
5. Telah disahkannya UU
Keperawatan no 38 Tahun 2014,
0,12
mengenai profesionalisme perawat 4 0,48

19
6. Adanya peluang untuk melanjutkan
pendidikan bagi semua perawat ke
jenjang yang lebih tinggi di 0,08 3 0,24
ruangan C6.
7. Adanya peluang bagi semua
perawat untuk terlibat sebagai
garda terdepan penanganan Covid-
0,1 3 0,3
19

0,7 2,39
Ancaman (Threats)
1. Tingginya tuntutan masyarakat 0,15 2 0,3
terkait pelayanan kesehatan
profesional dan berkualitas
khsusnya pada masa pandemic
Covid-19.
2. Adanya peningkatan teknologi
informasi yang membuat 0,15 2 0.3

masyarakat semakin kritis dalam


menilai pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
Jumlah 0,3 0,6

Total Nilai 1 + 1,79

Keterangan:

Kekuatan dan Peluang: 4: tinggi, 3: sedang, 2: rendah, 1: sangat rendah

Kelemahan dan Ancaman :1: tinggi, 2: sedang, 3: rendah, 4: sangat rendah

E. Diagram Kartesius
Diagram Kartesius

20
O ( 0,7)

Kuadran III 1,79 Kuadran I


1,5

0,5 1,04

-1,5 -1 -0,5
S (0,67)
W (0,33)
2
-0,5 0,5 1 1,5

Kuadran IV -1 Kuadran II

-1,5
T (0,3)

Diagram diatas diketahui kekuatan 0.67, kelemahan 0,33, peluang 0,67 dan
ancaman 0,3. Nilai kekuatan diatas nilai kelemahan yaitu 1,79 dan nilai
peluang diatas nilai ancaman 1,04. Maka dapat disimpulkan bahwa ruangan
C6 berada pada kuadran I. Pada kuadran ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan. Ruangan C6 memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth
oriented startegy) melalui memanfaatkan kekuatan yang ada untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan di ruang C6

21
E. MATRIX ANALISA SWOT

Internal (Strenght/Kekuatan) (Weakness/Kelemahan)


1. Ruangan C6 merupakan ruang rawat 1. Komunikasi lisan dan telepon belum
inap kelas I dan II sekaligus efektif
merupakan ruangan pelayanan Multi 2. Perawat hanya mencatat dokumentasi
( Bedah, Jantung dan Neurology) visite di logbook perawat
2. Ruangan C6 memiliki tenaga 3. Perawat belum memahami teknik
perawat yang berjumlah 12 orang komunikasi SBAR dalam
dengan kualifikasi Profesi Ners 2 pelaksanaannya.
orang, 2 Sarjana keperawatan, DIII 4. Pelaksanaan metode komunikasi
Keperawatan 9 orang SBAR lisan dan telepon antara perawat
Eksternal
3. Ruangan C6 memiliki kapasitas dan profesi lain belum optimal.
tempat tidur 23 bed dalam 13
kamar.
4. BOR Ruangan C6 adalah 65%.
5. Ruangan C6 memiliki Nurse station
dan kamar mandi khusus perawat.
6. Ruangan C6 memiliki 1 ruang
tindakan

22
Opurtunity SO Strategi : WO Strategi :

1. Adanya Peraturan Menteri Kesehatan 1. Mempertahankan pelayanan yang 1. Meningkatkan pengalaman perawat
Republik Indonesia No.4 Tahun 2018 profesional untuk keselamatan ruangan dengan menangkap peluang
tentang kewajiban rumah sakit dan pasien. kebijakan rumah sakit dalam
Kewajiban Pasien 2. Pemanfaatan sistem manajemen mengadakan dan mengikuti pelatihan
2. Adanya undang-undang RI Nomor 44 informasi serta melanjutkan studi ke jenjang yang
tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Mengoptimalkan penggunaan SPO lebih tinggi
3. Adanya permenkes RI Nomor 11 Tahun dalam pelaksanaan asuhan
2017 tentang keselamatan pasien keperawatan.
4. Telah disahkannya UU Keperawatan no
4. Mengoptimalkan kesempatan dalam
38 Tahun 2014, mengenai
pelatihan-pelatihan dalam
profesionalisme perawat
memberikan perawatan profesional
5. Adanya peluang untuk melanjutkan
pendidikan bagi semua perawat ke
jenjang yang lebih tinggi di ruangan C6.
6. Adanya peluang bagi semua perawat
untuk terlibat sebagai garda terdepan
penanganan Covid-19

23
Threats (T) : ST Strategi: WT Strategi :
1. Tingginya tuntutan masyarakat terkait 1. Adanya perawat dengan kualifikasi 1. Terkait dengan tingginya tuntutan
pelayanan kesehatan profesional dan pendidikan Ners, S-1 dan D- masyarakat mengenai pemberian
berkualitas khsusnya pada masa IIImerupakan sebuah kekuatan pelayanan kesehatan yang
pandemic Covid-19. dalam memnuhi hak-hak konsumen. professional dan berkualitas, maka
2. Adanya peningkatan teknologi informasi 2. Adanya perawat dengan kualifikasi perawat perlu memperhatikan
yang membuat masyarakat semakin pendidikan Ners, S-1 dan D- pelaksanaan 7 benar obat. Terkait
kritis dalam menilai pelayanan kesehatan IIImerupakan kekuatan untuk dengan pelaksanaan five moment
di Rumah Sakit. memperkecil persaingan antar disesuaikan dengan SOP yang telah
rumah sakit yang semakin kuat. ditetapkan di rumah sakit.

24
25
F. ANALISIS FISHBONE
Belum efektinya komunikasi dengan metode SBAR

MAN MATERIAL
Kurangnya pengetahuan perawat MONEY (-)
tentang penerapan komunikasi
dengan metode SBAR.
(-)
Perawat hanya mencatat
dokumentasi visite di logbook
perawat

PROBLEM
Belum efektinya
komunikasi dengan
metode SBAR

METHODE
Pelaksanaan metode komunikasi SBAR
lisan dan telepon antara perawat dan ENVIRONMENT
MACHINE (-)
profesi lain belum optimal. (-)

26
27
3. POA (Planning of Action)

No Masalah Tujuan Strategi Kegiatan Sasaran Metode Waktu PJ


1 Belum 1. Meningkatnya 1. Berdiskusi 1. Ketua tim Tenaga Coaching Kamis, 2 Juli sry
efektifnya pengetahuan dengan melakukan perawat di 2020 Jam
komunikasi perawat mengenai perawat komunikasi ruang C6 14.00
komunikasi mengenai dengan perawat
dengan metode
menggunakan hambatan pelaksana
SBAR dan
2. Perawat dalam terkait dengan
TBAK
termotivasi untuk melaksanak penentuan
meningkatkan an harapan dan
kualitas pelayanan komunikasi kebutuhan dari
sesuai dengan SBAR dan perawat
Standar TBaK di pelaksa
Operasional ruangan C6 2. Ketua tim
Prosedur 2. Berdiskusi memusatkan
dengan perawat
kepala pelaksana pada
ruangan topik yang
mengenai dibahas yaitu
pengadaan tentang
demonstrasi komunikasi
mengenai SBAR dan

28
komunikasi TBAK
SBAR dan 3. Ketua tim
TBaK. membantu
3. Berdiskusi perawat
dengan pelaksana
kepala dalam
ruangan menentukan
mengenai dan mengambil
keikut tindakan yang
sertaan tepat terkait
kepala komunikasi
ruangan SBAR dan
dalam TBAK
supervise 4. Ketua tim
asuhan membantu
keperawatan mengkaji
di ruangan. tindakan yang
telah disetujui
oleh perawat
pelaksana.

29
BAB IV
EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT

A. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan
kelompok di ruang C6 pada tanggal 24-29 Juni 2020. Ada dua masalah
yang ditemukan yaitu: Belum optimalnya ketepatan mengidentifikasi pasien, Belum
efektifnya komunikasi dengan metode SBAR dan TBAK. Implementasi di
Ruang C6 dimulai pada tanggal 24 Juni 2020, setelah mendapatkan
persetujuan dari CI dan Kepala Ruangan.
1. Belum efektifnya komunikasi dengan metode SBAR dan TBAK
Rabu, 24 Juni 2020, saya berdiskusi bersama pembimbing klinik
mengenai intervensi yang akan dilakukan dari temuan masalah tentang
Belum efektifnya komunikasi dengan metode SBAR dan TBAK.
Implementasi yang dilakukan adalah melakukan coaching kepada
perawat ruangan tentang kemunikasi SBAR agar lebih memperhatikan
lagi tentang komunikasi SBAR pada saat handover sehingga informasi
yang diberikan lebih jelas. Pada tanggal 24-29 juni 2020, saya
melakukan coaching tentang komunikasi SBAR pada semua perawat
ruangan.Kemudian saya melakukan observasi proses komunikasi SBAR
yang dilakukan oleh perawat ruangan saat melakukan handover.

B. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan intervensi keterampilan manajemen klinik dengan
metode coaching, Coaching disebut sebagai metode yang paling kuat
untuk pengembangan manajer, akan tetapi kemampuan
untukmemanfaatkan kelebihan ini memerlukan kesadaran diri,
kepercayaan diri, motivasi pribadi yang memungkinkan coacneuntuk
menempatkan ide-ide baru untuk bersikap dengan cara-cara yang baru.
Peran dari coach eksekutif dalam proses coaching dalah memfasilitasi dan
mengkoordinasikan elemen-elemen dan bekerja dalam keselarasan dengan
coacheenya (Passmore, 2010).
Pelaksanaan coaching ini membahas tentang Belum efektifnya komunikasi
dengan metode SBAR dan TBAK, pelaksanaannya berjalan dengan lancar.
Coaching ini dilakukan guna menambah kesiapan perawat ruangan C6
untuk secara tepat dalam menetapkan SBAR dengantepat dan benar.

2. Evaluasi Hasil
Pemecahan masalah Belum efektifnya komunikasi dengan metode SBAR
dan TBAK, sudah di implementasikan secara lansgung oleh perawat
ruang C6 dilihat dari antusiasnya perawat dalam melakukan coaching
dalam menetapkan SBAR dengan tepat. Dalam pelaksanaan
implementasi Belum efektifnya komunikasi dengan metode SBAR dan
TBAK dilakukan oleh perawat ruangan C6.

C. Rencana Tindak Lanjut


Diharapkan kepada Kepala Ruangan untuk memberikan motivasi yang baik
kepada perawat yang bertugas saat melakukan Handover dengan metode
SBAR, dan kepala ruangan membuat pengajuan sehingga pearawat bisa
mengikuti pelatihan SBAR.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan manajemen kasus yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan,
sebagai berikut:
1. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat mengunakan rumus Douglass
jumlah pasien sebanyak 16 orang dengan tingkat ketergantungan yang
berbeda kebutuhan tenaga Perawat di Ruang C1 adalah 12 orang.
2. Hasil SWOT berada dikuadran 1, Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
(growth oriented startegy) melalui memanfaatkan kekuatan yang ada
untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di ruang C6.

B. Saran
1. Bagi Bidang Keperawatan
Disarankan hasil makalah ini dapat dijadikan data dasar bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan serta dapat dijadikan sebagai
salah satu referensi yang dipublikasikan bagi keperawatan dalam
meningkatkan mutu pelayanan dalam memperbaiki dan meningkatkan
pengetahuan dan sikap perawat terutama untuk patuh dalam mengikuti
jadwal dinasi yang sudah disusun sesuai dengan praporsi Ners dan DIII
guna menjaga kualitas pelayanan keperawatan dan memahatuhi protokol
kesehatan dan lebih disiplin dalam mengikuti penjadwalan dinas.

2. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel


Disarankan mahasiswa dapat bekerja sama dengan dosen dalam rangka
melakukan pembaharuan terhadap pengetahuan perawat.

32
DAFTAR PUSTAKA

Budioni dan Pertami, S, B. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi


Medika.

Erni,2018. Kepemimpinan Pelayanan (Desiminasi Baru Dalam Kepemimpinan ).


Makassar : Celebes Media Perkasa.

Nursalam. (2013). Mediologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pendekatan Praktis :


Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Mediologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pendekatan Praktis :


Jakarta: Salemba Medika.

Passmore.2010. Excellence in coaching. Jakarta : PPM Manajemen.

Vardaman,J.M.,et.al.2012.Beyond communication : the role of standardized


protocols in a changing health care environment.Health Care Management
Review.

33
34

Anda mungkin juga menyukai