Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN PENGELOLAAN DI RUANG RAWAT INAP LCA

RS IMMANUEL

Makalah ini diajukan untuk memenuhi sebagian dari tugas mata kuliah Nursing
Practice Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh :

Michael Angelo (432051420117021)

Muhammad Rifky Z S (432051420117022)

Ollivia Ramadhan T Z B (432051420117026)

Rusminta Herlina Z (432051420117029)

Suci Rahmawati (432051420117036)

Suci Nurfadillah (432051420117035)

Siti Fauziyyah (432051420117033)

Sri Devi Tambunan (432051420117034)

Sartika Regar (432051420117030)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Ini Telah Di Perikasa dan Dikoreksi Serta Di Setujui Oleh Pembimbing
Program Studi Nursing Practice Stase Kepemimpina dan Manajemen
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung

Bandung , November 2019

PEMBIMBING MENGETAHUI

Dosen Mata Ajar Koordinator Mata Ajar

Kepemimpinan dan Manajemen Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan Keperawatan

Lidya Maryani, Herwinda Sinaga,


S.Kep.,Ners.,M.M.M.,Kep S.Kep.,Ns.,M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada penyusun sehingga penyusun
berhasil menyelesaikan laporan ini. Alhamdulilah tepat pada waktunya yang
berjudul “LAPORAN PENGELOLAAN RUANGAN DI RUANG LCA RS
IMMANUEL”. Tujuan penyusun membuat makalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Nursing Practice 5 Stase Kepemimpinan dan Manajemen
Perawat. Laporan ini berisikan tentang kajian situasi yang disertai dengan analisa
SWOT ,analisa fishbone perumusan masalah dan prioritas, penyusunan metode
solusi penyelesaian masalah, penyusunan standar prosedur oprasional dan
penyusunan POA dalam menyelesaikan kasus yang ada.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu Kelompok menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penyusun dapat memperbaiki laporan ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman Kelompok,


Kelompok menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, akhir kata Kelompok
berharap semoga laporan pengelolaan ruang rawat lca dapat memberikan manfaat
kepada pembaca.

Bandung, November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR SKEMA................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................8
A. LATAR BELAKANG..................................................................................8
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................9
C. TUJUAN.......................................................................................................9
D. MANFAAT.................................................................................................10
E. METODE PENGUMPULAN DATA.........................................................10
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................12
A. KONSEP KEPEMIMPINAN.....................................................................12
B. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN............................................16
C. MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL.........................17
D. PENDEKATAN MANAJEMEN (MANAGEMENT APPROACH)
DALAM MPKP.................................................................................................17
E. PRINSIP–PRINSIP YANG MENDASARI MANAJEMEN
KEPERAWATAN..............................................................................................21
F. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN............................................22
G. ANALISA SWOT.......................................................................................23
H. KONSEP PERHITUNGAN BOR, LOS DAN PENETAPAN JUMLAH
TENAGA KEPERAWATAN............................................................................30
I. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH..............................................33
J. PENYELESAIAN MASALAH..................................................................34
K. FISH BONE ANALISIS.............................................................................35
L. PLANNING OF ACTION..........................................................................36
M. INTERVENSI MANAJEMEN KEPERAWATAN....................................37

iii
N. TINJAUAN TEORI TENTANG PERAWATAN INFUS..........................40
O. TEORI ENAM BENAR PEMBERIAN OBAT...........................................43
P. KONSEP PENERIMAAN PASIEN BARU...............................................44
BAB III URAIAN KEGIATAN............................................................................46
A. KAJIAN SITUASI MANAJEMEN RUANG RAWAT LCA....................46
B. PERHITUNGAN SUMBER DAYA MANUSIA.......................................55
C. ANALISA SWOT.......................................................................................56
D. ANALISA FISHBONE...............................................................................67
E. PERUMUSAN MASALAH.......................................................................70
F. PRIORITAS MASALAH...........................................................................70
G. SOLUSI PENYELESAIAN MASALAH..................................................71
H. PLANNING OF ACTION.........................................................................73
BAB IV PEMBAHASAN KEGIATAN................................................................75
A. PEMBAHASAN.........................................................................................75
B. SOLUSI PENYELESAIAN MASALAH...................................................75
BAB V PENUTUP.................................................................................................82
A. KESIMPULAN...........................................................................................82
B. SARAN.......................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................84
LAMPIRAN...........................................................................................................86

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.6 Matriks IFE dan EFE

DAFTAR SKEMA

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakyat. Pelayanan kesehatan
adalah upaya yang di selengarakan sendiri atau secara bersama-sama Dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan,mencegah,dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga,kelompok, atau masyarakyat. (Depkes RI
2010 )

Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi


pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah
luas. Jika posisi Anda sebagai seorang ketua tim, kepala ruang atau perawat
pelaksana dalam suatu bagian, Anda memerlukan suatu pemahaman tentang
bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang berkualitas. Sebagai perawat profesional, Anda
tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan yang
memungkinkan orang dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan
asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju ke
arah kesembuhan.

Seperti halnya keperawatan, ilmu manajemen mengembangkan dasar teori


dari berbagai ilmu, seperti bisnis, psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Karena organisasi bersifat kompleks dan bervariasi, maka pandangan teori
manajemen adalah bagaimana manajemen dapat berhasil dan apa yang harus
diperbaiki/diubah dalam mencapai suatu tujuan organisasi. ( Nursallam 2015)

7
8

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan


sebagai satu metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional
sehingga di harapkan keduanya dapat Saling menompang. Sebagaimana
proses perawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan
data, identifikasi masalah, perencanaa, pelaksanaa, dan evaluasi hasil. Karna
manajemen keperawatan mempunyai ke khususan terhadap mayoritas tenaga
dari pada seorang pegawai maka setiap tahapan di dalam proses manajemen
lebih rumit dibandingkan proses keperawatan (nursallan 2011).

Rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No. 1204/Menkes/SK/X/2004.tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit ”Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan”

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas maka perumusan
masalah yang diangkat adalah bagaimana pelaksanaan kepemimpinan dan
manajemen keperawatan dalam keperawatan di ruangan LCA Rumah Sakit
Immanuel Bandung.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan kajian situasi di ruangan LCA Rumah Sakit
Immanuel diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
mengimplementasikan konsep dari manajemen keperawatan sesuai dengan
masalah yang ada di ruangan LCA dan mahasiswa mampu menyusun
planning of action untuk menyelesaikan masalah yang ada berdasarkan
prioritas masalah.
9

2. Tujuan Khusus
Setiap mahasiswa mampu :

a. Melakukan pengkajian situasi sebagai dasar dalam penyusunan


rencana manajemen keperawatan
b. Melakukan analisa swot di ruangan lca sebagai dasar menyusun
strategi
c. Mahasiswa mampu menyusun prioritas masalah
d. Mahasiswa mampu melakukan analisis fishbone pada masalah yang di
dapat
e. Mahasiswa mampu membuat prioritas masalah
f. Mahasiswa mampu membuat penyelesaian masalah
g. Mahasiswa mampu membuat planning of action

D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan akan menjadi salah satu bahan untuk tujuan
referensi atau sumber informasi dan hasil makalah ini diharapkan dapat
memperluas kajian tentang kepemimpinan dan manajemen keperawatan
yang sesuai dengan kondisi rumah sakit

E. METODE PENGUMPULAN DATA


1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan,
inventaris ruangan (alat dan bahan) pemerimaan pasien baru, timbang
terima pasien, dischard planning dan pendidikan kesehatan yang diberikan
perawat pada klien saat pulang yang sesuai dengan SOP.

2. Wawancara
10

Wawancara di lakukan dengan pengatur ruangan dan clinical


instruktur terkait dengan pelaksanaan asuhan keperawatan.

3. Study dokumentasi
Study dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang
dokumnentasi proses keperawatan dan penerapan SOP tindakan
keperawatan.

4. Instrument pengumpulan data


Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pedoman
wawancara dan lembar ceklis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain dalam
mencapai tujuan (Huber, 2010 dalam Kurnadi, 2016). Menurut La Monica
(2012 dalam Kurnadi, 2016) menyimpulkan dari Fleishman (1973) dan
Hersey & Blanchard (2011), kepemimpinan adalah “penggunan proses
komunikasi untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau
kelompok kea rah pencapaian satu atau beberapa tujuan dalam situasi
yang unik dan tertentu”. Definisi dari para ahli yang lain, kepemimpinan
adalah suatu kegiatan mempengaruhi individu atau sekelompok orang agar
mau melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan organisasi secara sukarela
(Gibson, Ivanecevich, Donally, 2011; Hersey, Blanchard & Johnson,
2011; Huber, 2010 dalam Kurnadi, 2016).
Istilah manajemen dan kepemimpinan memang sering dipertukarkan.
Hal ini terjadi karena aktivitas manajemen, yang mencakup perencanaan
(planning), pengarahan (leading), pengorganisasian (organizing), dan
pengendalian (controlling), dianggap tidak berbeda dengan aktivitas
kepemimpinan. Namun John Kotter, dari Harvard Business School
mengemukakan pendapatnya bahwa manajemen berkenaan dengan
mengatasi kerumitan, sedangkan kepemimpinan berkenaan dengan
mengatasi perubahan. Hal tersebut dapat dipertegas lagi bahwa
kepemimpinan berkaitan dengan visi terhadap masa depan, sedangkan
manajemen berkaitan dengan mengimplementasikan visi dan strategi yang
disajikan oleh para pemimpin. Perbedaan kedua istilah tersebut

11
dikemukakan juga oleh Robert House dari Wharton School pada
University of Pennsyulvania. Yudiaatmaja.F.(2013).
2. Teori dan Gaya Kepemimpinan
Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu
perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan
meno njolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya
Gaya kepemimpinan merupakan gaya yang disebut dengan
Leadership Dilemmas: grid solution atau gaya kepemimpinan dan
management styles atau gaya manajemen. Kedua istilah tersebut
dipakai dengan konotasi pengertian yang sama yaitu pola prilaku
kepemimpinan atau pola prilaku manajemen. (Wirawan, 2014).
Menurut Gillies (2004), gaya kepemimpinan berkembang
menjadi beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya adalah sebagian
berikut :
a. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang
memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: menganggap
organisasi sebagai pemilik pribadi; mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi; menganggap bawahan
sebagai alat semata-mata, tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat.
b. Tipe Militeristis

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang


dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda
dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin
yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan
bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan,
Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada

12
pangkat dan jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-
lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan,
sukar menerima kritikan dari bawahannya, menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

c. Tipe Paternalistis

Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin


yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai
berikut: menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak
dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya
kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

d. Tipe Karismatik

Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil


menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki
karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar dan pada umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar,
meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat
menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab
seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering
hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan,

13
umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai
kriteria untuk karisma. Misalkan, Gandhi bukanlah seorang
yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik
sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang
memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu
terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil,
Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
e. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan
bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat
untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari
pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di
dunia: selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan
tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
pada bawahannya: senang menerima saran, pendapat, dan
bahkan kritik dari bawahannya: selalu berusaha mengutamakan
kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan: ikhlas
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian
diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang
sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain:
selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
dari padanya dan berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadinya sebagai pemimpin.

14
15

B. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


1. Pengertian Manajemen

Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses melalui


anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Nursalam, 2011). Muninjaya dalam Nursalam (2011)
menjelaskan bahwa manajemen keperawatan merupakan gabungan antara
ilmu dan seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efektif, efisien dan rasional untuk mencapai tujuan tujuan organisasi yang
telah ditetapkan

Menurut Athoillah (2010), manajemen merupakan suatu proses khas


yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya

Menurut Gillies dalam Adhitama (2009) Manajemen Keperawatan


dijelaskan sebagai tugas khusus yang harus dilaksanakan pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengerakkan serta
mengawasi sumber daya yang ada. Sumber daya tersebut mencakup
sumber daya manusia dan dana sehinggga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik pada pasien, keluarga dan masyarakat

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka manejemen keperawatan


adalah suatu proses manajemen yang dilakukan oleh anggota staf
keperawatan yang dilakukan dengan merencanakan, mengorganisasikan
dan menggunakan sumber daya manusia secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu
pelayanan keperawatan mempunyai tujuan yaitu dapat meningkatkan dan
mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit, meningkatkan
16

penerimaan masyarakat akan pelayanan keperawatan, mendidik perawat


agar profesional dan bertanggung jawab, dapat meningkatkan hubungan
dengan pasien atau keluarganya dan masyarakat, meningkatkan kegiatan
umum untuk menciptakan kepuasan pasien, mampu meningkatkan
komunikasi antar staf serta mampu meningkatkan produktifitas dan
kualitas kerja staf.

C. MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL


a. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
Di masa yang akan datang, pelayanan keperawatan di Indonesia
dituntut untuk terus melakukan perbaikan yang lebih baik dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan mengedepankan praktik
keperawatan yang profesional yang memiliki karakteristik utama yaitu
mempunyai komitmen yang tinggi untuk melayani dalam pemberian
asuhan keperawatan. Menurut Undang undang No.23 tahun 1992
tentang kesehatan bahwa ilmu keperawatan adalah salah satu ilmu
yang digunakan dalam upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan
pasien karena pada prinsipnya perawat mampu mengaplikasikan
pelayanan yang profesional (Adhitama, 2009).

D. PENDEKATAN MANAJEMEN (MANAGEMENT APPROACH)


DALAM MPKP
Pada penerapannya didalam pelayanan kesehatan pendekatan
manajemen (Management Approach) diterapkan dalam bentuk fungsi
manajemen yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (directing), pengawasan (supervisi) dan
pengendalian (controlling) (Siagian, 2012).
a. Perencanaan (planning)
Kegiatan perencanaan dalam praktik keperawatan profesional
merupakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme dalam
17

pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat


dipertahankan tetapi juga dapat terus meningkat sampai tercapai
derajat tertinggi bagi penerima jasa pelayanan itu sendiri. Perencanaan
adalah suatu rincian kegiatan tentang apa yang harus dilakukan,
bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu
dilaksanakan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap
akan mempermudah serta memberi petunjuk terhadap pelaksanaan
suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan
keperawatan kepada pasien. Perencanaan diruang rawat inap
melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksanan, ketua tim
dan kepala ruangan (Siagian, 2012).
Perencanaan yang dilakukan oleh kepala ruangan meliputi
perencanaan tahunan, bulanan, mingguan dan harian. Kegiatan yang
dilakukan dalam menyusun perencanaan di ruang rawat inap meliputi
perencanaan kebutuhan tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program
kendali mutu yang akan disusun untuk mencapai tujuan jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu kepala ruang
juga merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan dengan staf
dengan tujuan untuk menilai atau mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukan sesuai dengan standar atau belum, sehingga dapat dilakukan
perubahan-perubahan serta pengembangan dari hasil evaluasi tersebut
(Siagian, 2012).
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian didefinisikan sebagai pengelompokan orang,
alat, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga aspek penting dalam
pengorganisasian yaitu pola struktur organisasi, penataan kegiatan, dan
struktur kerja organisasi (Siagian, 2012).
18

Prinsip-prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja, kesatuan


komando, rentang kendali, pendelegasian, koordinasi.
Pengorganisasian bermamfaat untuk penjabaran terinci semua
pekerjaan yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan, pembagian
beban kerja sesuai dengan kemampuan, dan mengatur mekanisme
kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan
koordinasi (Sarwoto, 2010). Menurut Sarwoto (2010) kepala ruangan
bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan pelayanan dan
asuhan keperawatan di ruang rawat inap yang meliputi :
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi diruang rawat inap meliputi struktur,bentuk
dan bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat
ditetapkan struktur organisasi ruang rawat inap untuk
menggambarkan pola hubungan antar bagia atau staf atasan baik
vertikal maupun horizontal. Dan juga dapat dilihat posisi tiap
bagian, wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat.
Bentuk organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan
atau sistem penugasan.

c. Pengarahan (directing)
Pengarahan atau (directing) adalah suatu usaha untuk penerapan
perencanaan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi pengarahan bertujuan agar
perawat atau staf mampu melaksanakan tugas sesuai dengan
diharapkan. Dalam melakukan pengarahan, kegiatan yang dilakukan
kepala ruangan diantaranya adalah saling memberi motivasi,
membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian melakukan
19

komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi


(Siagian, 2012)
d. Pengawasan (supervisi)
Pengawasan dalam keperawatan adalah proses pemberian sumber-
sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam
rangka pencapaian tujuan. Tujuan dalam dari supervisi adalah
pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien dan
keluarga yang difokuskan pada kebutuhan, ketrampilan, dan
kemampuan perawat dalam melakukan tugasnya. Supervisi adalah
kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh manajer. Sedangkan orang
yang melakukan fungsi supervisi disebut supevisior yang biasanya
dilakukan oleh kepala ruangan, pengawas keperawatan, kepala bidang
wakil direktur keperawatan. Tanggung jawab supervisior dalam
manajemen pelayanan keperawatan yaitu menetapkan dan
mempertahankan standar praktek keperawatan
e. Pengendalian (controlling)
Pengendalian adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang
telah dibuat dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses, dan hasil
pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi
untuk mencapai dan mempertahankan kualitas. pengendalian sebagai
pemeriksaan mengenai apakah segala sesuatunya berjalan sesuai
dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan
prinsip yang telah ditentukan yang bertujuan menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi
penetapan standar dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan
pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai
dengan standar serta mengambil tindakan korektif.
20

E. PRINSIP–PRINSIP YANG MENDASARI MANAJEMEN


KEPERAWATAN
Menurut Nursalam (2007), Prinsip–prinsip yang mendasari
manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seharusnya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan
terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai
tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif..
21

i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya


persiapan perawat–perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih
tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan
karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan
standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan.

F. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN


Menurut Nursalam (2007), proses manajemen keperawatan terdiri atas:
a. Pengkajian (Pengumpulan Data)
Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi
tentang keadaan klien, melainkan juga mengenai institusi (rumah
sakit/puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan
yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara
keseluruhan. Pada tahap ini, perawat harus mampu mempertahankan level
yang tinggi bagi efisiensi
b. Perencanaan
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang
strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam
asuhan keperawatan kepada semua klien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran  dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang
dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi yang telah
ditetapkan.
22

c. Pelaksanaan
Pada tahap ini manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui
orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses manajemen terdiri
dari bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang
telah direncanakan.
d. Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini manajemen akan
memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam
pelaksanaan.

G. ANALISA SWOT
1. Definisi analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisi ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Oppurtunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Treath). (Dumilah Ayuningtias,2015)

Analisa adalah suatu kegiatan untuk memahami seluruh informasi yang


terdapat pada suatu kasus, mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan
memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan
masalah. Setiap proses yang telah anda susun harus dianalisis dengan baik
agar prosesnya bukan hanya sekedar terlaksana tapi menunjukkan
profesionalisme team dalam menjalankannya (Akdon, 2007).
23

Perencanaan strategi adalah proses sistematis yang disepakati oleh suatu


organisasi dalam membangun keterlibatan di antara stakeholder utama tentang
prioritas bagi misi dan tanggap terhadap lingkungannya.

2. Matriks SWOT
Matriks SWOT mempunyai 9 sel, terdiri dari 4 sel untuk key success
factors, 4 sel untuk strategi, dan 1 sel yang selalu kosong (terletak di sebelah
kiri atas). Keempat sel strategi berlabelkan SO, WO, ST dan WT yang
dikembangkan melalui key success factors pada sel yang bertuliskan S,W,O,
dan T.

Tabel 2.1 konsep strategi SWOT


WEAKNESSES
STRENGTHS (S)
(W)
Catatlah kekuatan-
Catatlah kelemahan-
kekuatan internal
kelemahan internal
perusahaan.
perusahaan.

OPPURTUNITIES STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)


(O)
Daftar kekuatan untuk Daftar untuk
Catatlah peluang – meraih keuntungan memperkecil
peluang eksternal yang dari peluang yang ada. kelemahan dengan
ada memanfaatkan
keuntungan dari
peluang yang ada.
THREATS (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)

Catatlah ancaman- Daftar kekuatan untuk Daftar untuk


ancaman eksternal yang menghindari ancaman. memperkecil
24

ada. kelemahan dan


menghindari ancaman.

3. Penyusunan perencanaan strategis


Supriyanto dan Damayanti (2007) menjelaskan perencanaan strategis
merupakan bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu
perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuian tehadap tuntutan atau
masalah atau perubahan yang ada dilingkungan organisasi sehingga organisasi
dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan.

a. Dalam perencanaan strategis dilakukan analisis strategis yakni dapat


menggunakan strategi SWOT, dengan dasar pemikiran S dan W ada pada
organisasi dan O dan T ada dilingkungan organisasi. Strenghts dan
Wawakness dari faktor internal dapat meliputi : biaya produksi,
keterampilan market, sumber daya keuangan, ketersediaan tekhnologi,
reputasi, dan lain-lain. Opportunities dan Threats dari faktor eksternal
dapat meliputi kebiasaan, budaya, umur, jenis kelamin, perkembangan
teknologi, kebijakan politik, pesaing, dan lain-lain.
b. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksterna. Semua manager akan lebih suka bila
organisasi mereka berada pada posisi dimana kekuatan internal dapat
memanfaatkan tren dan kejadian eksternal. Organisasi pada umumnya
akan menjalankan strategi WO, ST atau WT agar dapat mencapai situasi
dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika suatu perusahaan
memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan
menjadikannyua kekuatan. Ketika sebuah organisasi menghadapi ancaman
utama, ia akan berusaha menghindarinya untuk berkonsentrasi pada
peluang.
25

c. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan


memnfaatkan peluang eksternal; kadang-kadang terdapat peluang
eksternal kunci tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang
menghambatnya untuk mengeksploitasi peluang tersebut.
d. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti bahwa
organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman di lingkungan
eksternal secara langsung.
e. Strategi WT adalah taktik defensit yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah
organisasi menghadapi berbagau acaman eksternal dan kelemahan internal
akan berada pada posisi yang tidak aman. Kenyataannya perusahaan
seperti itu mungkin harus berusaha bertahan hidup, bergabung,
mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih
likuidasi.

4. Matriks IFE dan EFE


a. Perumusan Strategi
Fred R. David membagi tahap formulasi (perumusan dengan pemberian
bobot dan rating) strategi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah tahap
input. Pada tahap input digunakan salah satunya adalah matriks EFE dan
matriks IFE. Tahap kedua adalah tahap pencocokan yang salah satu alat
formulasinya adalah matriks IE. Matriks EFE dan IFE diperlukan untuk
mendapatkan alternatif rekomendasi strategi dalam matriks IE. Seluruh
pembobotan dilakukan berdasarkan kesepakatan dalam kelompok
pengambil keputusan atau lazim dikenal Consesnsus Decision Making
Grup (CDMG).
b. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
26

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal


perusahaan berkaitan dengan kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weaknesses) yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal
perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari
aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan
produksi atau operasi.

Tahapan kerja matriks IFE adalah sebagai berikut :

1) Buatlah daftar critical success factors untuk aspek internal


kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknessesi).
2) Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan
sakala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu
pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai
bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
3) Beri rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing factor
yang memiliki nilai :
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat
Jadi rating mengacu pada kondisi perusahaan, sedangkan bobot
mengacu pada industry dimana perusahaan berada.

Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing factor untuk


menentukan nilai skornya.

Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan


yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5 manandakan bahwa secara
27

internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berda diatas


2,5 menunjukan posisi internal yang kuat.

Matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. jumlah factor-faktornya


tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.

c. Matriks EFE (External Factor Evaluation)


Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan berkaitan dengan opportunities (peluang) dan threat (ancaman)
bagi perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal
menyangkut persoalan ekonomi, social, budaya, demografi, lingkungan,
politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persainagan dipasar industry
dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini
penting karena factor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap perusahaan. Tahapan kerja dari matriks EFE adalah
sebagai berikut:

1) Buatlah daftar critical success factors (factor-faktor utama yang


menpunyai dampak yang penting pada kesuksesan atau kegagalan
usaha) untuk aspek eksternal yang mencangkup perihal
opportunities (peluang) dan threat (ancaman) bagi perusahaan.
2) Tentukan weight dan critical success factor tadi dengan skala yang
lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya.
Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan
dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
3) Tentukan rating setiap critical success factors antara 1-4, dimana:
1 = dibawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus
28

Jadi rating ditentukan berdasarkan efektifitas strategis perusahaan,


dengan demikian nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan.

4) Alikan nilai bobot dengan ratingnya untuk mendaoatkan skor semua


critical success factors
5) Jumlahkan semua skors untuk mendapatkan skors total bagi
perusahaan yang dinilai. Skor total 4.0 mengindikasikan bahwa
perusahaan merespon dengan cara ynag luar biasa terhadap
peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman
dipasar industrinya. Semntara itu, skorr total sebesar 1.0
mengindikasikan bahwa perusahaan tidak menmanfaatkan peluang-
peluang yang ada atau tidak menghindari ancamn-ancaman
eksternal.
d. Matriks Internal Eksternal (IE)
Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU perusahaan ke
dalam matriks yang terdiri dari 9 sel dengan memperhatikan nilai total
EFE dan IFE. Matriks IE menempatkan berbagai divisi dari organisasi
dalam diagram skematis, sehingga disebut matriks portofolio. Matriks IE
dengan sumbu horizontal X adalah nilai IFE yang dibagi menjadi 3
daerah yaitu :

1,0 – 1,99 = IFE lemah

2,0 – 2,99 = IFE rata-rata

3,0 – 4,0 = IFE kuat

Matriks IE dengan sumbu vertikal Y adalah nilai EFE yang dibagi


menjadi 3 daerah, yaitu :

1,0 – 1,99 = EFE rendah


2,0 – 2,99 = EFE rata-rata
29

3,0 – 4,0 = EFE kuat.

H. KONSEP PERHITUNGAN BOR, LOS DAN PENETAPAN


JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN
1. BOR (Bed Occupancy Ratio)
BOR atau angka penggunaan tempat tidur adalah presentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
(Depkes RI, 2005)

Rumus penghitungan BOR yaitu:


Jumlah klien
BOR = x 100 %
Jumlah tempat tidur x Periode

2. LOS (Length of Stay)


LOS adalah rata-rata lama rawat seorang klien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.
Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari.
Rumus penghitungan LOS yaitu:
Jumlah lama dirawat
LOS =
Jumlah klien keluar (hidup +mati)

3. Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan


Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat
perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan dengan kriteria tenaga
yang seperti apa pada suatu ruangan tiap shiftnya. Berbagai cara
30

perhtungan kebutuhan tenaga perawat diruang rawat inap yang dapat


menjadi acuan, seperti:

a. Formula Gillies
A x B x 365
Tenaga Perawat¿
( 365−C ) x Jam kerja/hari

Keterangan:
A : Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan
klien)
B : Sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
C : Jumlah hari libur 78 hari (libur hari minggu = 52 hari, cuti
tahunan = 12 hari, libur Nasional = 14 hari)
365 hari: Jumlah hari kerja setahun
6 jam: Jam kerja perhari

b. Metode lokarya PPNI


TP = A x 52 (Mg) x 7 hr (TT x BOR) + 25%

41 (Mg) x 40 Jam / Mg

TP= Tenaga perawat

A = Jumlah jam perawatan / 24 jam

41 Mg = 365 – 52 (Hr Ming.) - 16 hr libur nasional - 12 hr cuti

= 285 / 7

Produktivitas Perawat = 75% =TP x 125 %

c. Metode Iilyas
TP = A x B x 365
31

255 x jam kerja/hari

Keterangan :

A= Jumlah jam perawatan /24 jam

B= Sensus harian

365= Jumlah hari kerja selama setahun

255= Hari kerja efektif perawat pertahun

{365- (12 hari libur nasional + 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4 = 255 hari}
32

I. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH


1. Metode PAHO

Metode PAHO standar penilaian dalam menentuka prioritas


dalam suatu masalah kesehatan. Metode PAHO menitik beratkan
masalah kesehatan berdasarkan prevalensi penyakit yang
menunjukkan besarnya masalah, kenaikan/meningkatnya prevalensi
(rate of increase), keinginan masyarakat mengatasi masalah (degree of
unmeet need), keuntungan sosial(social benefit) yang diperoleh jika
masalah tersebut teratasi, teknologi yang tersedia(technical feasibility),
dan sumber daya yang tersedia(resource availibility).

Metode PAHO menggunakan skor pada setiap variabel


penilaian, dengan menggunakan skor 1-5, dan penilaiannya lebih luas
dibadingkan dengan matriks, yaitu :

1) Magnitude : adalah mengukur besaran kejadian, misal untuk kasus


penyakit menular maka kita bisa menggunakan Angka total kesakitan
(Prevalence Rate), BUKAN menggunakan Incidens Rate (kasus baru).
Makin besar kasusnya makin besar skor yang diberikan.

2) Severity : adalah tingkat keparahan, artinya kita melihat dari kasus


tersebut :

a) Banyak menimbulkan kematian atau tidak

b) Penyebarannya Cepat apa tidak

c) Sebarannya luas apa tidak

Makin tinggi tingkat keparahannya maka skor makin besar.


33

3) Vulnerabelity : adalah tingkat kerentanan, disini dilihat dari sudut


kemampuan kita untuk menanganinya, ketersediaan teknologinya dsb.
Makin tersedianya ahli, peralatan dan teknologi maka skor makin
besar, dan makin sulit ditangani skornya rendah

4) Community / Political Concern : adalah tingkat perhatian , diukur


dari perhatian para pengambil kebijakan dan masyarakat, biasanya kita
lihat dari kehebohan masyarakat atau pimpinan daerah dalam
menyikapi kasus yang sedang terjadi. Makin tinggi tingkat
perhatiannya maka makin tinggi skornya.

J. PENYELESAIAN MASALAH
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode
CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-5.
Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:

C = Capability yaitu kemampuan melaksanakan altenatif

A = Accesibility yaitu kemudahan dalam melaksanakan altenatif

R = Readiness yaitu kesiapan dalam melaksanakan altenatif

L = Leverage  yaitu daya ungkit altenatif tersebut dalam penyelesaian


masalah.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian


dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat
tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil
perkalian: C x A x R x L. Rentang penilaian 1-5 yaitu:

5= sangat mampu

4=mampu
34

3=cukup mampu

2=kurang mampu

1=tidak mampu

K. FISH BONE ANALISIS


Diagram Cause and Effect atau Diagram Sebab Akibat adalah alat yang
membantu mengidentifikasi,memilah,dan menampilkan berbagai penyebab
yang mungkin dari suatu masalah atau karakteristik kualitas tertentu. Diagram
ini menggambarkan hubungan antara masalah dengan semua faktor penyebab
yang mempengaruhi masalah tersebut. Jenis diagram ini kadang‐kadang
disebut diagram “Ishikawa" karena ditemukan noleh KaoruIshikawa ,atau
diagram “fishbone” atau“tulang ikan" karena tampak mirip dengan tulang
ikan.
1. Fish Bone analisis meliputi :
a. Metode sederhana yang dapat dipergunakan untuk menelusuri
penyebab suatu permasalahan terjadi
b. Melibatkan partisipasi semua orang
c. Dasarnya adalah prinsip bahwa pemikiran yang bersumber dari orang
banyak lebih baik dari satu orang
d. Dinamakan diagram tulang ikan karena bentuk dari diagram ini seperti
tulang ikan, dengan permasalahan sebagai kepalanya, dan penyebab-
penyebab yang ada sebagai duri-durinya

4. Langkah Penyusunan
a. Menggambar sebuah kotak pada ujung kanan tengah. Di dalam kotak
ditulis masalah yang ingin diatasi
b. Menggambar sebuah panah horizontal yg menunjuk pada kotak tsb.
35

c. Menulis nama kategori penyebab di atas dan di bawah garis


horizontal. Dibayangkan sebagai duri utama dari tulang ikan
permasalahan
d. Menggambar rincian data penyebab dari setiap kategori.
Dibayangkan ini sebagai duri kecil dari tulang ikan masalah
e. Cara lain yang cukup sering digunakan untuk memulai menyusun
diagram tulangikan yaitu dengan bertanya berulang kali, “mengapa ini
terjadi?”

Tabel 2.2 Konsep Analisa Fishbone

L. PLANNING OF ACTION
Planning of action merupakan kumpulan aktivitas kegiatan dan pembagian
tugas diantara para pelaku atau penanggung jawab suatu program. Lebih
lanjut, action planning merupakan penghubung antara “tataran konsep” atau
cetak biru dengan kumpulan kegiatan dalam jangka panjang, menengah
maupun jangka pendek.
36

Planning of action adalah rencana yang sifatnya arahan yang bisa


dilaksanakan. Jadi berupa suatu rencana yang telah diatur agar bisa
direncanakan.

Menurut T. Hani Handoko (1999) kegiatan perencanaan pada dasarnya


melalui 4 tahap sebagai berikut:

1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan


2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan pencapaian tujuan

M. INTERVENSI MANAJEMEN KEPERAWATAN


1. DISEMINASI

Diseminasi (Dissemination) adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada


kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul
kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi
merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarkannya berdasarkan sebuah
perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke depan baik melalui diskusi
atau forum lainnya yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan
untuk melaksanakan inovasi.
a, Tujuan
Tujuan diseminasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama di dalam
individu maupun suatu kelompok.
b. Tahapan
Menurut Rogers proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu (a)
tahap pengetahuan, (b) tahap bujukan, (c) tahap keputusan, (d) tahap
implementasi, dan (e) tahap konfirmasi.
1) Tahap Pengetahuan (Knowledge).
37

Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu


tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi
2) Tahap Bujukan (Persuation).
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang
membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi.
3) Tahap Keputusan (Decision).
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang
melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau
menolak inovasi.
4) Tahap Implementasi (Implementation).
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila
seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap impelementasi ini
berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan
penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktek.
5) Tahap Konfirmasi (Confirmation).
Tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan
yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika
memang diperoleh informasi yang bertentangan.
2. SEMINAR
a. Pengertian
Seminar adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah yang
dilakukan secara ilmiah. Pada seminar biasanya menampilkan satu atau kertas
kerja yang sebelumnya telah dipersiapkan.
Pendapat lain mengatakan arti seminar adalah suatu pertemuan yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan tujuan untuk membahas suatu topik
tertentu dan mencari solusi terhadap permasalahan dengan cara interaksi
tanya-jawab.
Dalam seminar biasanya pembahasan berpangkal pada makalah atau
kertas kerja yang sudah disiapkan dan disususun sebelumnya oleh para
38

pembicara, dan tema pembahasan harus sesuai dengan permintaan panitia


penyelenggaraan.
b. Tujuan
Tujuan diadakannya seminar yaitu menyampaikan suatu pendapat atau
sesuatu yang baru kepada pendengarnya, dengan harapan penerima informasi
memperoleh sesuatu yang baru untuk dikembang tumbuhkan menjadi sesuatu
yang lebih luas lagi kepada yang lainnya.
3. REDEMONSTRASI
a. Pengertian
Demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa
atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat
diketahui dan dipahami oleh suatu kelompok secara nyata atau tiruannya
(Syaiful, 2008).
Redemonstrasi adalah mempertunjukan kembali proses terjadinya suatu
peristiwa dan dicontohkan agar dapat dipahami oleh suatu kelompok secara
nyata.
b. Tujuan
1) Untuk memudahkan penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas
2) Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu
proses dengan penuh perhatian
3) Untuk menghindari verbalisme
4) Cocok digunakan apabila akan memberikan ketrampilan tertentu

4. COACHING
a. Pengertian
Coaching adalah proses Melatih, mengajar, menginstruksikan,
memberikan saran kepada tim atau seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.
Coaching sangat diperlukan sebagai salah satu teknik dalam proses training
& development karyawan. Kelebihan coaching adalah peran coach yang
39

secara intensif melatih dan memantau kehidupan dan kinerja coachee (yang di
coach), sehingga dapat menguasai keterampilan atau keahliannya.
b. Tujuan
Beberapa tujuan coaching:
1) Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual.
2) Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman
pembelajaran dengan bimbingan dan mengembangkan profesional
peserta.
3) Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi mereka

N. TINJAUAN TEORI TENTANG PERAWATAN INFUS


1. Definisi
Perawatan infus merupakan tindakan yang dilakukan dengan mengganti
balutan/plester pada area insersi infus. Frekuensi penggantian balutan ditentukan
oleh kebijakan institusi. Dulu penggantian balutan dilakukan setiap hari, tapi saat
ini telah dikurangi menjadi setiap 48 sampai 72 jam sekali, yakni bersamaan
dengan penggantian daerah pemasangan IV (Gardner, 1996)
2. Tujuan
a. Mempertahankan tehnik steril
b. Mencegah masuknya bakteri ke dalam aliran darah
c. Pencegahan/meminimalkan timbulnya infeksi
d. Memantau area insersi
3. Indikasi
a. Pasien yang dipasang infus lebih dari satu hari
b. Balutan infus basah atau kotor
4. Persiapan pasien
a. Jelaskan pada pasien tujuan dari penggantian balutan
40

b. Jelaskan akibat apabila balutan tidak diganti


5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Kaji area insersi saat mengganti balutan
b. Kaji adanya tanda-tanda komplikasi
c. Pertahankan tehnik steril ketika mengganti balutan

6. Sop Perawatan Infus

Tabel 2.3 Sop perawatan infus


PENGERTIAN Perawatan pada tempat pemasangan infuse
TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi
KEBIJAKAN Pasien yang terpasang infus
PRINSIP 1. Pertahankan sterilitas
2. Nyaman dan nyeri minimal
PERALATAN 1. Pinset anatomis steril: 2 buah
2. Kasa steril
3. Sarung tangan steril
4. Gunting plester
5. Plester/hypavic
6. Lidi kapas
7. Alkohol 70% /wash bensin dalam tempatnya
8. Iodin Povidon solution 10% /sejenis
9. Penunjuk waktu
10. NaCl 0,9%
11. Bengkok 2 buah, satu berisi cairan desinfektan
PROSEDUR Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
41

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada


keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien (tempat tusukan infus
terlihat jelas)
2. Memakai sarung tangan
3. Membasahi plester dengan alkohol/wash bensin dan
buka balutan dengan menggunakan pinset
4. Membersihkan bekas plester
5. Membersihkan daerah tusukan & sekitarnya dengan
NaCl
6. Mengolesi tempat tusukan dengan Iodin cair/salf
7. Menutup dengan kassa steril dengan rapi
8. Memasang plester penutup
9. Mengatur tetesan infus sesuai program
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

O. TEORI ENAM BENAR PEMBERIAN OBAT


1. Definisi Obat
42

Obat yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi pada organ
tubuh manusia (Batubara, 2008). Definisi lain menjelaskan obat merupakan
sejenis subtansi yang digunakan dalam proses diagnosis, pengobatan,
penyembuhan dan perbaikan maupun pencegahan terhadap gangguan kesehatan
tubuh. Obat adalah sejenis terapi primer yang memiliki hubungan erat dengan
proses penyembuhan sebuah penyakit (Potter & Perry, 2009).

2. SOP Pemberian obat dengan 6 benar

Tabel 2.4 Sop pemberian obat


Pengertian Tindakan pemberian obat-obatan tertentu kepada pasien yang
diberikan melalui oral dan lainya
Tujuan Melaksana kan tindakan keperawatan yang bersifat kolaborasi
yaitu pemberian obat-obatan tertentu sesuai dengan program
pengobatan dari dokter
Prosedur 1. siapkan alat : trolly , obat- obatan pasien, LOP , alat tulis
2. cara kerja
a. mencuci tangan
b. lakukan pengecekann obat obatan dengan
memperhatikan prinsip 6 benar
c. sebelum mengkomunikasikan tindakan yang akan
dilakukan pastikan siap melalukan senyum sapa salam dan
beritahu keluarga pasien tindakan yang akan dilakukan.
3. hal yang perlu di perhatikan
a. perhatikan kemasan dana pastikan tanggal kadeluarsa
b. kaji riwayat alergi sebelum obat di berikan
c. prinsip 6 benar terdiri dari
-benar obat , benar dosis , benar waktu, benar pasien , benar
cara pemberian , beanar dokumentasi
43

P. KONSEP PENERIMAAN PASIEN BARU


Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun pedoman
dalam menerima pasien baru masuk. Penerimaan pasien baru merupakan
suatu prosedur yang dilakukan oleh perawat ketika ada pasien baru datang
ke sebuah ruangan rawat inap. Penerimaan pasien baru merupakan salah
satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif melibatkan pasien
dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi mutu kualitas pelayanan.
penerimaan pasien baru termasuk bagian utama dari proses keperawatan
sebab sebelum melakukan tindakan medis selanjutnya,perawat harus
terlebih dahulu mengetahui identitas pasien yang di peroleh ketika perawat
menerima pasien baru tersebut,baik rujukan dari rumah maupun rujukan
dari tempat lain misalnya rumah sakit atau puskesmas.

Tabel 2.5 Sop penerimaan pasien baru

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENERIMAAN PASIEN BARU

Pengertia Pasien baru adalah pasien yang datang dari poliklinik, IRD,
n pindahan dari ruangan lain yang akan dirawat di Unit Rawat
Inap.

Tujuan Sebagai acuan pelaksanaan perawatan dalam menerima pasien


baru.

Kebijaka Setiap pasien masuk harus diterima oleh perawat.


n

Prosedur 1.  Pasien datang ke ruangan disertai status.


44

2.  Paien ditempatkan di kelas yang telah disepakati.


3.  Perawat memperkenalkan diri
4.  Diterangkan hak dan kewajiban kepada pasien dan
keluarganya.
5.  Melaksanakan program orientasi kepada pasien,
memberitahu tentang denah ruangan, letak kamar mandi,
ruangan perawat dan memberitahu fasilitas yang tersedia
serta cara penggunaannya.  Perawat memberitahu tentang
jadwal kegiatan rutin ruangan antara lain waktu mandi,
makan, kunjungan dokter dan waktu besuk.
6.  Melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian
sampai evaluasi.

Unit -     Rawat Inap


terkai
t
BAB III

KAJIAN SITUASI

A. KAJIAN SITUASI MANAJEMEN RUANG RAWAT LCA

1. Visi Misi Rumah Sakit Immanuel Bandung

Visi

Rumah sakit immanuel

“memberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan yang prima dan inovatif


berfokus kepada pasien sebagai perwujudan cinta kasih allah”

Misi

Rumah sakit immanuel


a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang prima dan
berbasis keselamatan pasien
b. Menyelenggarakan penelitian dan mengembangkan budaya ilmiah di
bidang kesehatan
c. Mengembangkan layanan tersier, unggul dan berkembang
d. Membangun budaya kerja dan karakter sdm yang yang berlandaskan
nilai – nilai kristiani agar memberikan pelayanan terbaik,handal dan
beretika dalam menjalankan kompetensinya
e. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dalam upaya memperkuat
peran rumah sakit dalam pelayanan dan pendidikan kesehatan

2. Falsafah Rumah Sakit Immanuel

45
Falsafah keperawatan Rumah Sakit Immanuel yakni EMPATI artinya
melakukan tindakan nyata untuk mengatasi penderitaan atau kesulitan orang
lain yang dijabarkan sebagai berikut.

a. Energik : Bersemangat untuk melaksanakan tugas.

46
47

b. Mutu : Memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan dengan


kualitas terbaik yang memenuhi kebutuhan dan harapan.
c. Profesional : Memberikan Pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan
berdasarkan standar profesi dan kode etik profesi.
d. Aman : Memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan yang
bebas dari bahaya atau risiko bagi pasien, diri sendiri, staf lain dan RS.
e. Tekun : Senantiasa memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan
kebidanan dengan sungguh-sungguh.
f. Intregitas: bertindak sesuai dengan nilai–nilai kebijakan pedoman,panduan
dan standar yang berlaku di Rumah Sakit Immanuel.

3. Kajian Situasi Ruangan LCA


Ruangan LCA (Lions Club A) adalah ruang rawat inap, pelayanan multi
dengan bebagai penyakit, didalamnya terdapat pelayanan dengan penyakit dalam
dan bedah. Ruangan ini dikelola oleh seorang kepala ruangan dengan lulusan
S.Kep, Ners yang sudah memiliki pengalaman kerja lebih 12.4 tahun dan sudah
mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit Immanuel. Ruangan
LCA memiliki 11 kamar yang terdiri dari ruangan kelas VIP yang memiliki 5
kamar , kelas 1 yang memiliki 3 kamar dengan masing-masing kamar terdiri dari
2 bed, dan kelas 2 memiliki 3 kamar yang masing masing terdiri dari 3 bed.
Ruangan LCA memiliki jumlah tenaga kerja keseluruhan yaitu 17 orang perawat
dan 1 orang inventaris ruangan.
48

3.1 Denah ruang LCA

Keterangan :

1. Ruang rawat inap geriatri kelas 2A (bed 1 , bed 2 ,bed 3)


2. Ruang rawat inap geriatri kelas 2A (bed 1 , bed 2 ,bed 3)
3. Ruang rawat inap geriatri kelas 2A(bed 1 , bed 2 ,bed 3)
5. Ruang rawat inap vip
6. Ruang rawat inap vip
7. Ruang rawat inap vip
8. Ruang rawat inap vip
9. Ruang rawat inap vip
10. Ruang rawat inap kelas 1 (bed 1 , bed 2)
49

11. Ruang rawat inap kelas 1 (bed 1 , bed 2)


12. Ruang rawat inap kelas 1 (bed 1 , bed 2)
14. Ruang rawat inap kelas 1 (bed 1 , bed 2)
15. Ruangan konsultasi
16. Ruangan meeting
17. Ruang ganti kaka perawat
18. lift
19. ruang perawat
20. ruang gizi
21. ruang obat

s = ruangan spuulhooke

t =sleeping room lion

u= taman mini

tabel 3.2

kualifikasi pendidikan perawat di ruang Lca periode november 2019


No Pendidikan jumlah persentase
1 S.Kep,.Ners 11 80%
2 Amd,. Kep 6 20%
Total 18 100%

Analisa tabel 3.3 menunjukan bahwa kualifikasi pendidikan perawatan di ruang Lca
yaitu S1 Ners yang berjumlah 80% dan Amd,.Kep berjumlah 20%

tabel 3.3

distribusi perawat berdasarkan jabatan , pendidikan terakhir, lama bekerja di ruang


Lama
No Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan
Kerja
1 Firdaus murdianso.S.Kep.,Ners Kepru S1 12,4
50

2 Melya risnayanti,AMK. PJ D3 12,9


3 Sarina M Nadeak,S.Kep., Ners. PJ S1 9,8
4 Dhytha pramastuti,S.Kep., Ners. PJ S1 7,0
5 Yudhi febri kurnia,S.Kep., Ners. PP S1 4,7
6 Jeriska junike seimahuira,S.Kep., PP S1 2.0
Ners.
7 Monita yuliana sagala,S.Kep., PP S1 1.7
Ners.
8 Henzan prasety hamja,S.Kep., PP S1 0.5
Ners.
9 Rina karlina .AMK PJ D3 6.3
10 Dhita christian nugaha, Amd.kep. PJ D3 5.5
11 Kristiyan bagus utomo,AMK PP D3 13.7
12 Saputra agung Prasetya ,S.Kep., PP S1 5.1
Ners.
13 Gilang ramadhan, Amd.Kep. PP D3 5.1
14 Ardiana ,S.Kep., Ners. PP S1 4.6
15 Suhatma,Amd.Kep PP D3 5.1
16 Rani osla aritonang,S.Kep., Ners. PP S1 1.3
17 Evan haris sang putra,S.Kep., PP S1 0.3
Ners.
18 Nengsih SMP 37.5

Analisa tabel 3.2 distribusi tenaga keperawatan yang berjumlah 18 orang,1 orang
perawat sebagai kepala ruangan,dan 1 orang inventaris , dan 16 orang perawat
sebagai perawat pelaksana.masa kerja paling lama adalah 12,9 tahun dan masa kerja
yang baru yaitu ,0,3 bulan.

Fasilitas Ruangan

Tabel 3.4 fasilitas ruangan


No Nama peralatan Satuan
Ruang obat
1. Kulkas obat 1 buah
2. Dispenser 1 buah
3. Trolley shopping 1 buah
4. Lampu tindakan 1 buah
5. Trolly 2 tahap 1 buah
5. Bedside kabiet 1 buah
51

6. Lemari gantung 1 buah


7. Jam dinding 1 buah
8. Tempat sampah 4 buah
9. Lemari obat 1 buah
10. Tempat tissu 1 buah
11. Kursi kaki besih 1 buah
12. Cermin 1 buah
13. Baki kayu besar 4 buah
14. Baki kayu kecil 5 buah
15. Baki stenles 2 buah
16. Box plastik 104 buah
17. Jelly box sedang 5 buah
18. Jelly box kecil 16 buah
Spoll hock
1. Steleci
2. Lemari kayu besar 1 buah
3. Trolley baskom mandi 3 buah
4. Ember besar 6 buah
5. Tempat sampah 2 buah
6. Tiang infus
7. Baskom mandi 21 buah
8. Tempat botol cebok 4 buah
9. Urinal 8 buah
10. Pispot 11 buah
11. Tempat linen kotor 2 buah
Koridor
1. Kursi tamu 19 set
2. Lukisan 4 buah
3. Tempat sampah 5 buah
4. Dispenser besar 3 kran 1 buah
Ruang ganti perawat
1. Felling kabinet 1 buah
2. Lemari besar 1 buah
3. Lukisan 2 buah
4. Kursi bulat kaki besi 4 buah
5. White boartd 1 buah
6. Cermin 1 buah
7. Tempat sampah
8. Vas bunga+Pot 3 buah
9. Meja kayu 1 buah
10. Kursi lipat chitos 2 buah
52

Counter perawat
1. Salib 1 buah
2. Pesawat telepon 2 buah
3. Kipas angin 1 buah
4. White boartd 1 buah
5. Televisi 1 buah
6. Tempat tissu 1 buah
7. Jam dinding 1 buah
8. Lemari kayu
9. Monitor 1 buah
10. Meja konter 2 buah
11. Keyboard 1 buah
12. Mouse 1 buah
13. Barcode 1 buah
14. Bell sistem 7 buah
15. Lemari formulir
16. Figura visi misi 1 buah
17. Meja tulis besar 1 buah
18. Meja komputer 1 buah
19. Printer canon 1 buah
20. CPU 1 buah
21. Kursi bulat kaki besi 9 buah
22. Kursi kayu 4 buah
23. Tempat sampah 2 buah
24. Rak plastik 4 susun
25. Kakulator 3 buah
26. Trolley 2 tahap
27. Emergency trolley
28. Lukisan
29. Hecter
30. Dispenser selotip
Alat medis
1. Matras dekubitus 2 buah
2. Stetoskop 3 buah
3. Tensimeter 2 buah
4. Timbangan 1 buah
5. Alat EKG + trolley 1 buah
6. Okymetri
7. Termometer 2 buah
8. Nebulier 2 buah
9. Suction pump
53

10. Light case


Kamar pasien
1. Jumlah kamar 12 kamar
2. Bed pasien 20 buah
3. Tiang infus 20 buah
4. Kamar mandi 12 kamar
5. Bedside kabinet 20 buah
6. Sofa 8 buah
7. Kursi tamu 20 buah
8. Lemari besar 12 buah
9. Cermin 1 buah
10. Ac 9 buah
11. Tempat sampah 24 buah
12. Tv 12 buah
13. Meja makan 20 buah

B. PERHITUNGAN SUMBER DAYA MANUSIA


1. BOR
Keterangan: 20 Bed
14 pasien diruang LCA, total care: 4 orang, parsial: 10 orang
Jumlah Klien
BOR: ×100 %
Jumlah Tempat Tidur
14
¿ × 100 %
20
¿ 0,7 ×100 %
¿ 70 %
Rata – rata BOR diruangan LCA mulai dari tanggal 18 November – 23
November 2019, yaitu: 70%
a. metode illyas
Keterangan :
A= Jumlah jam perawatan /24 jam
B= Sensus harian (BOR X TT)
365= Jumlah hari kerja selama setahun
255= Hari kerja efektif perawat pertahun
54

{365- (12 hari libur nasional + 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4 = 255 hari}
A X B X 365
TP =
255 X jam kerja
5 X (70 % x 20) X 365
=
255 X 7
25550
=
1785
=14,3 14 Tenaga perawat
b. Gillies
keterangan :
A: Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan klien)
B: Sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
C: Jumlah hari libur 80 hari (libur hari minggu = 52 hari, cuti
tahunan = 12 hari, libur Nasional = 16 hari)
365 hari: Jumlah hari kerja setahun
6 jam: Jam kerja perhari
A x B x 365 5 x (70 % x 20) x 365
T P¿ =
( 365−C ) x Jam kerja/hari ( 365−80 ) x 7
25550
¿
1995
= 12,8 13 tenaga perawat
c. PPNI
A = Jumlah jam perawatan / 24 jam
B= Sensus harian (BOR X TT)
41 Mg = 365 – 52 (Hr Ming.) - 16 hr libur nasional - 12 hr cuti
= 285 / 7

Produktivitas Perawat = 75% =TP x 125 %

A x 52mg x 7 ( B ) +25 % 5 x 52mg x 7 ( 70 % x 20 ) +25 %


T P¿ ¿
41 mg x 40 jam 41mg x 40 jam
55

25480.25
=
1640
= 15.53 16 tenaga perawat
Dapat disimpulkan tenaga perawat di ruangan LCA sudah mencukupi yaitu dengan
14 – 16 Tenaga perawat.

C. ANALISA SWOT

1. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal


a. Strength
1) Jumlah tenaga perawat 18 orang dengan klasifikasi 11 perawat
sarjana Ners dan 6 perawat D III keperawatan, dan 1 iventaris,
dengan masa kerja kepala ruangan 12,4 tahun.
2) Adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk pasien,
perawat, tenaga kesehatan dan keluarga pasien yaitu terdapat 20
tempat tidur, terdiri dari 5 ruang VIP, kelas 1 ada 2 ruangan dan
kelas 2 ada 3 ruangan
3) Terdapat taman di dekat nurse station

4) Adanya petugas farmasi dalam pemberian obat dan petugas gizi


dalam memberikan edukasi nutrisi kepada pasien
5) Perawat telah menerapkan 3S (Senyum, Sapa, Salam) kepada
pasien
6) Perawat telah melakukan komunikasi yang efektif
7) Adanya pelatihan untuk perawat yaitu bhd 13 orang, komunikasi
efektif dan pelayanan prima 2 orang, penkes orang, peningkatan
mutu dan keselamatan 2 orang, manejemen nyeri 1 orang,
perawatan luka 1 orang, assesment 1 orang, ekg 2 orang, dan
pencegahan serta pengendalian infeksi 1 orang.

b. Weakness
56

1) Ditemukan phlebitis pada 5 orang pasien


2) Kurangnya motivasi perawat dalam melakukan 5 moment hand
hygine
3) Beberapa perawat belum menerapkan prinsip 6 benar dalam
pemberian obat kepada pasien
4) Tidak adanya struktur organisasi ruangan
5) Belum optimalnya pelayanan dalam penerimaan pasien baru

c. Opportunity

1) Adanya seminar untuk meningkatkan pengetahan perawat

2) Adanya program pelatihan untuk meningkatkan kompetensi


perawat

3) Adanya kesempatan meningkatkan pendidikan ke jenjang yang


lebih tinggi

d. Threaths

1) Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan


karna masyarakat mudah mengakses kesehatan melalui media
sosial
2) Adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
yang profesional
3) Bebasnya pers dan teknologi yang semakin canggih sehingga
mudah menyebarkan informasi mengenai kesehatan dengan cepat
57

Tabel 3.5 Strategi SWOT


SW Strength Weakness

1) Jumlah tenaga perawat 18 orang a. Ditemukan phlebitis


dengan klasifikasi 11 perawat pada 5 orang pasien
sarjana Ners dan 6 perawat D III b. Kurangnya motivasi

keperawatan, dan 1 iventaris, perawat dalam

dengan masa kerja kepala ruangan melakukan 5 moment


hand hygine
12,4 tahun.
c. Beberapa perawat
2) Adanya sarana dan prasarana yang
belum menerapkan
memadai untuk pasien, perawat,
prinsip 6 benar dalam
tenaga kesehatan dan keluarga
pemberian obat
pasien yaitu terdapat 20 tempat
kepada pasien
tidur, terdiri dari 5 ruang VIP, kelas
d. Tidak adanya struktur
OT 1 ada 2 ruangan dan kelas 2 ada 3
organisasi ruangan
ruangan e. Belum optimalnya
3) Terdapat taman di dekat nurse pelayanan dalam
station penerimaan pasien
baru
4) Adanya petugas farmasi dalam
pemberian obat dan petugas gizi
dalam memberikan edukasi nutrisi
kepada pasien
5) Perawat telah menerapkan 3S
(Senyum, Sapa, Salam) kepada
pasien
6) Perawat telah melakukan
komunikasi yang efektif
7) Adanya pelatihan untuk perawat
58

yaitu bhd 13 orang, komunikasi


efektif dan pelayanan prima 2 orang,
penkes orang, peningkatan mutu dan
keselamatan 2 orang, manejemen
nyeri 1 orang, perawatan luka 1
orang, assesment 1 orang, ekg 2
orang, dan pencegahan serta
pengendalian infeksi 1 orang.

Opportunity Strategi S- O Strategi W-O


1) Ad 1. Peningkatan mutu pelayanan 1. Memberikan motivasi
anya seminar dengan cara mengadakan kepada perawat untuk
untuk pelatihan dan mini seminar melanjutkan
meningkatkan pendidikan ke jenjang
pengetahan 2. Peningkatan kompetensi yang lebih tinggi
perawat mahasiswa keperawatan melalui
praktek di RS 2. Peningkatan
2) Ad pelayanan profesional
anya program 3. Peningkatan kebersihan sarana melalui pelatihan dan
pelatihan untuk dan prasarana untuk seminar
meningkatkan meningkatkan kenyaman, tenaga
kompetensi keperawatan, pasien, dan 3. Membimbing
perawat keluarga pasien. mahasiswa dalam
melaksanakan praktek
3) Ad di ruangan
anya kesempatan
meningkatkan 4. Sosialisasi kepala
pendidikan ke ruangan kepada
jenjang yang lebih perawat untuk
tinggi meningkatkan
pelayanan sesuai SOP

Threaths Strategi S-T Strategi W-T


1) Makin tinggi 1. Memanfaatkan sarana dan 1. Meningkatkan
59

kesadaran prasarana secara maksimal kualifikasi pendidikan


masyarakat akan untuk Meningkatkan pelayanan S1 Ners untuk
keperawatan secara profesional meningkatkan
pentingnya
pelayanan profesional
kesehatan karna 2. Meningkatkan pelayanan
professional dengan diadakanya 2. Menerapkan
masyarakat mudah
pelatihan pelayanan harus sesuai
mengakses dengan SOP yang
3. Pemberian informasi kesehatan berlaku di Rumah
kesehatan melalui
atau edukasi dilakukan dengan Sakit
media sosial komunikasi yang efektif
2) Adanya tuntutan 3. Perawat dalam
4. Kepala ruangan dapat melakukan pelayanan
dari masyarakat mengadakan desiminasi melalui perlu terus
untuk seminar kecil untuk memberikan edukasi
meningkatkan mutu pelayanan mengenai kesehatan
mendapatkan
perawat dan pencegahan
pelayanan yang
penyakit
profesional
3) Bebasnya pers dan
teknologi yang
semakin canggih
sehingga mudah
menyebarkan
informasi
mengenai
kesehatan dengan
cepat

2. Matriks IFE dan EFE


60

Tabel 3.6 matriks IFE dan EFE

SWOT DATA FOKUS BOBOT RATING SCORE

STRENGTH 1) Jumlah tenaga perawat 18 orang 0.2 4 0.8


dengan klasifikasi 11 perawat
sarjana Ners dan 6 perawat D III
keperawatan, dan 1 iventaris,
dengan masa kerja kepala ruangan
12,4 tahun.
0.2 4 0.8
2) Adanya sarana dan prasarana
yang memadai untuk pasien,
perawat, tenaga kesehatan dan
keluarga pasien yaitu terdapat 20
tempat tidur, terdiri dari 5 ruang
VIP, kelas 1 ada 2 ruangan dan
kelas 2 ada 3 ruangan
3) Terdapat taman di dekat nurse
station

0.2 3 0.6
4) Adanya petugas farmasi dalam
pemberian obat dan petugas gizi
dalam memberikan edukasi nutrisi
kepada pasien 0.1 2 0.2
5) Perawat telah menerapkan 3S
(Senyum, Sapa, Salam) kepada
pasien
0.1 3 0.3
6) Perawat telah melakukan
komunikasi yang efektif
61

7) Adanya pelatihan untuk perawat 0.2 3 0.6


yaitu bhd 13 orang, komunikasi
efektif dan pelayanan prima 2
orang, penkes orang, peningkatan
mutu dan keselamatan 2 orang,
manejemen nyeri 1 orang,
perawatan luka 1 orang, assesment
1 orang, ekg 2 orang, dan
pencegahan serta pengendalian
infeksi 1 orang.

WEAKNESS 1) Ditemukan phlebitis pada 5 orang 0.2 4 0.8


pasien
2) Kurangnya motivasi perawat
0.2 3 0.6
dalam melakukan 5 moment hand
hygine
3) Beberapa perawat belum
menerapkan prinsip 6 benar dalam 0.2 3 0.6

pemberian obat kepada pasien


4) Tidak adanya struktur organisasi 0.2 1 0.2
dan denah ruangan
5) Belum optimalnya pelayanan
0.2 2 0.4
dalam penerimaan pasien baru

TOTAL 1 5,9
62

OPPORTUNITY 1) Adanya seminar 0.3 3 0.9


untuk meningkatkan pengetahan
perawat

2) Adanya program
pelatihan untuk meningkatkan 0.4 4 1.2
kompetensi perawat

3) Adanya kesempatan 0.3 3 0.9


meningkatkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi

THREATS 1) Makin tinggi kesadaran 0.3 2 0.6


masyarakat akan pentingnya
kesehatan karna masyarakat
mudah mengakses kesehatan
0.3 3 0.9
melalui media sosial
2) Adanya tuntutan dari masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan 0.4 3 1.2

yang profesional
3) Bebasnya pers dan teknologi yang
semakin canggih sehingga mudah
menyebarkan informasi mengenai
kesehatan dengan cepat

TOTAL 1 5.7
63

3. Diagram Kartesius

Diagram 3.7 Kuadran Ruang LCA

Ruangan LCA berada di kuadran 1 yaitu strategi Agresif dengan pendekatan


bertumbuh dan berkembang, kepala ruangaan bisa menerepkan strategi dalam
ruangan yaitu dengan strategi

1. Peningkatan mutu pelayanan dengan cara mengadakan pelatihan dan


mini seminar

2. Peningkatan kompetensi mahasiswa keperawatan melalui praktek di RS

3. Peningkatan kebersihan sarana dan prasarana untuk meningkatkan


kenyaman, tenaga keperawatan, pasien, dan keluarga pasien.
64

D. ANALISA FISHBONE

Diagram 3.8 Analisa Fishbone


65
66
67

E. PERUMUSAN MASALAH
1. Belum optimalnya perawatan infus kepada pasien
2. Belum optimalnya penerapan 6B dalam pemberian obat kepada
pasien
3. Kurang efektifnya penerimaan pasien baru

F. PRIORITAS MASALAH

Tabel 3.9 Penentuan prioritas masalah menggunakan metode PAHO

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Ket


1. Belum optimalnya 5 5 4 4 4 22 I
perawatan infus
kepada pasien
2. Belum optimalnya 5 5 4 2 2 18 II
penerapan 6B
dalam pemberian
obat kepada pasien
3. Kurang efektifnya 5 4 3 3 2 17 III
penerimaan pasien
baru

Prioritas Masalah yaitu proses untuk mendapatkan masalah diatas dengan


menggunakan metode pembobotan yang memperhatikan aspek :

a. Magnitude(mg) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi


b. Severy(sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh masalah
c. Managebility (mn) : Berfokus pada perawatan sehingga dapat diatur
d. Nursing Consent(ne) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
e. Affability(af) : Ketersediaan sumber daya
68

Rentang Nilai :

a. Sangat tidak penting :1


b. Tidak penting :2
c. Cukup penting :3
d. Penting :4
e. Sangat penting :5

Berdasarkan hasil dari penentuan prioritas masalah didapatkan prioritas masalah


adalah sebagai berikut :

1. Belum optimalnya perawatan infus kepada pasien


2. Belum optimalnya penerapan 6B dalam pemberian obat kepada pasien
3. Kurang efektifnya penerimaan pasien baru

G. SOLUSI PENYELESAIAN MASALAH

tabel 3.10 solusi penyelesaian masalah CARL

Alternatif penyelesaian TOTAL


No C A R L KETERANGAN
masalah NILAI

1. Kepala ruangan dan PJ


shift dapat melakukan 5 3 5 4 300 I
desiminasi dengan mini
seminar tentang
pencegahan terjadinya
flebitis,lalu resosialisasi
dengan meninjau SOP
serta melakukan dan
coaching kembali tentang
pemasangan dan perawatan
infus. Kemudian Evaluasi
dapat dilakukan minimal
setiap 1 bulan sekali
69

2. Kolaborasi kepala ruangan


dengan PJ shift untuk 5 4 4 3 240
resosialisasi tentang 6
Benar dalam pemberian II
obat kepada pasien harus
sesuai dengan SOP.
Evaluasi dapat dilakukan
minimal 2 bulan sekali
3. Kolaborasi dengan kepala
ruangan untuk 5 3 4 3 180 III
meresosialisasi mengenai
SOP penerimaan pasien
baru. Anjurkan kepala
runagan untuk melakukan
evaluasi minimal1 bulan
sekali.

CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-5. Kriteria
CARL tersebut mempunyai arti:

C = Capability yaitu kemampuan melaksanakan alternatif

A = Accesibility yaitu kemudahan dalam melaksanakan alternatif

R = Readiness yaitu kesiapan dalam melaksanakan alternatif

L = Leverage  yaitu daya ungkit alternatif tersebut dalam penyelesaian


masalah.

Rentang penilaian 1-5 yaitu:

1 =tidak mampu 4 =mampu

2 =kurang mampu 5= sangat mampu

3 =cukup mampu
70

H. PLANNING OF ACTION

Tabel 3.11 Planning of action


INDIKATO
R
MASALAH TUJUAN STRATEGI KEGIATAN SASARAN MEDIA WAKTU PJ
KEBERHAS
ILAN
Belum Tujuan Khusus: Desiminasi 1. Meninjau SOP Perawat SOP 28 - 30 Kepala Angka
optimalnya menurunkan angka Resosialisasi pemasangan dan Pasien Angket November ruangan kejadian
perawatan kejadian phlebitis coaching perawatan infus antar pre dan Pj shift phlebitis
infus kepada pada pasien dinas post Mahasiswa menurun
pasien 2. Melakukan mini 28 - 30
Tujuan Umum: seminar mengenai November
meningkatkan pencegahan flebitis.
kemauan perawat 3. Melakukan coaching
untuk melakukan untuk meningkatkan
pemasangan dan kemampuan dalam
perawat infus melakukan 28 - 30
sesuai dengan pemasangan serta November
SOP perawatan infus
4. Melakukan
pelaksanaan
pemasangan dan
perawatan infus 1-3
sesuai dengan SOP Desember
5. Melakukan evaluasi
terkait tindakan yang 1-3
telah dilakukan Desember
6. Verifikasi mengenai
hambatan atau
kesulitan yang
didapat ketika
melakukan tindakan
71
Belum Tujuan Khusus: Resosialisasi 1. Meninjau SOP 6 Perawat SOP 28 - 30 Kepala Pasien
optimalnya 6 benar pemberian benar pemberian obat Pasien Angket November ruangan memperoleh
penerapan obat diterapkan antar dinas Pre dan Pj shift informasi
6B dalam secara maksimal 2. Melakukan post Mahasiswa mengenai
pemberian pelaksanaan SOP 6 28 - 30 obat yang
obat kepada benar pemberian obat November dikonsumsi
pasien Tujuan Umum: 3. Melakukan evaluasi secara
meningkatkan terkait tindakan yang 1-3 optimal
kemauan perawat telah dilakukan Desember
dalam melakukan 4. Verifikasi mengenai
SOP 6benar hambatan atau 1-3
pemberian obat kesulitan yang Desember
didapat ketika
melakukan tindakan
Kurang Tujuan Khusus: Resosialisasi 1. Meninjau SOP Perawat SOP 4-5 Kepala Pasien dan
efektifnya pasien serta penerimaan pasien Pasien Angket Desember ruangan keluarga
penerimaan keluarga pasien baru antar dinas Keluarga Pre dan Pj shift pasien
pasien baru dapat mengetahui 2. Melakukan pasien post 4-5 Mahasiswa mendapatkan
hak, kewajiban pelaksanaan Desember kepuasan
serta informasi penerimaan pasien dalam
sebelum dan baru sesuai dengan pelayanan
selama di rawat SOP
3. Melakukan evaluasi 6-7
Tujuan Umum: terkait tindakan yang Desember
pelayanan rumah telah dilakukan
sakit yang optimal, 4. Verifikasi mengenai 6-7
sehingga pasien hambatan atau Desember
dan keluarga kesulitan yang
pasien didapat ketika
memperoleh melakukan tindakan
kepuasan dalam
pelayanan
BAB IV

PEMBAHASAN KEGIATAN

A. PEMBAHASAN
Ruangan LCA (Lions Club A) adalah ruang rawat inap, pelayanan multi
dengan bebagai penyakit, didalamnya terdapat pelayanan dengan penyakit
dalam dan bedah. Ruangan ini dikelola oleh seorang kepala ruangan dengan
lulusan S.Kep, Ners yang sudah memiliki pengalaman kerja lebih 12.4 tahun
dan sudah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit
Immanuel. Ruangan LCA memiliki 11 kamar yang terdiri dari ruangan kelas
VIP yang memiliki 5 kamar , kelas 1 yang memiliki 3 kamar dengan masing-
masing kamar terdiri dari 2 bed, dan kelas 2 memiliki 3 kamar yang masing
masing terdiri dari 3 bed. Ruangan LCA memiliki jumlah tenaga kerja
keseluruhan yaitu 17 orang perawat dan 1 orang inventaris ruangan.

B. SOLUSI PENYELESAIAN MASALAH


1. Belum optimalnya perawatan infus kepada pasien
Berdasarkan hasil kajian situasi melalui observasi dan wawancara
selama 1 minggu, kelompok menemukan ada 5 pasien yang mengalami
phlebitis diantaranya disebabkan oleh, kepatuhan pasien mengenai
pergerakan yang seharusnya dibatasi, jenis cairan yang dimasukan
melalui intravena, dan faktor usia serta penyakit yang menyertai.
Dari masalah yang di temukan, kelompok mendapatkan solusi
penyelesaian masalah diatas yaitu dengan adanya deseminasi ,
resosialisasi, dan coaching yaitu diantaranya dengan diadakanya
peninjauan SOP pemasangan dan perawatan infus antar dinas.
Melakukan coaching untuk meningkatkan kemampuan dalam
melakukan pemasangan serta perawatan infus yang sesuai dengan

72
73

SOP infus. Melakukan pelaksanaan pemasangan dan perawatan infus


sesuai dengan SOP dan Melakukan evaluasi terkait tindakan yang telah
dilakukan.

Dressing (perawatan infus) adalah upaya atau cara untuk mencegah


masuknya mikroorganisme pada vaskuler sehingga tidak menimbulkan
terjadinya infeksi saat terpasang kateter intravena dengan cara: mencuci
tangan, memakai sarung tangan, membasahi plaster dengan alkohol dan
buka balutan dengan menggunakan pinset, membersikan bekas plaster,
perawat memeriksa tempat penusukan IV setiap hari, perawat mengganti
seluruh infus set sedikitnya setiap 3 hari, membersihkan daerah tusukan
dan sekitarnya dengan NaCl, mengolesi tempat tusukan dengan iodin, dan
menutup dengan kasa steril dengan rapi. Sementara itu perawatan pada
tempat penusukan juga harus dilakukan, antara lain: balutan steril
diperlukan untuk menutup tempat masuk kanula IV perifer. Balutan harus
di ganti jika balutan menjadi basah, kotor, atau lepas. Beberapa jenis
balutan, meliputi balutan trasparan, perban steril, kasa, dan plaster, dapat
digunakan sepanjang sterilisasi dapat di pertahankan. (Rizy.Wahyu, 2016)

2. Belum optimalnya penerapan 6B dalam pemberian obat kepada


pasien
Berdasarkan hasil kajian situasi melalui observasi dan wawancara selama
1 minggu, kelompok menemukan 6 perawat belum memberikan edukasi
mengenai fungsi dan efek obat yang diberikan kepada pasien dan
keluarga, dalam pemberian obat juga ada 3 perawat yang belum tepat
waktu, ada 2 perawat yang belum memastikan pasien telah meminum
obatnya dan ditemukan 4 infus yang belum dibeli label identitas pasien.
Pemberian obat memiliki 6 prinsip yang perlu diterapkan kepada seluruh
74

pasien yaitu benar obat, benar dosis, benar pasien, benar cara pemberian,
benar waktu dan benar dokumentasi.
Dari masalah yang di temukan, kelompok mendapatkan solusi
penyelesaian masalah diatas yaitu dengan adanya Kolaborasi kepala
ruangan dengan PJ shift untuk resosialisasi tentang 6 Benar dalam
pemberian obat kepada pasien harus sesuai dengan SOP. Evaluasi dapat
dilakukan minimal 1 bulan sekali
Tindakan-tindakan dalam komponen prinsip ‘enam tepat’menurut
(Kuntarti, 2005):
Tepat Obat
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Menanyakan ada tidaknya alergi obat
c. Menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat
d. Mengecek label obat 3 kali (saat melihat kemasan, sebelum
menuangkan, dan setelah menuangkan obat) sebelum
e. memberikan obat
f. Mengetahui interaksi obat
g. Mengetahui efek samping obat
h. Hanya memberikan obat yang disiapkan diri sendiri
Tepat dosis
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mengecek hasil hitungan dosis dengan perawat laian (double
check)
c. Mencampur/ mengoplos obat sesuai petunjuk pada label/ kemasan
obat
Tepat waktu
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mengecek tanggal kadaluarsa obat
75

c. Memberikan obat dalam rentang 30 menit sebelum sampai 30


menit setelah waktu yang diprogramkan
Tepat pasien
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Memanggil nama pasien yang akan diberikan obat
c. Mengecek identitas pasien pada papan/ kardeks di tempat tidur
pasien yang akan diberikan obat
Tepat cara pemberian
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mengecek cara pemberian pada label/ kemasan obat
c. Pemberian per oral: mengecek kemampuan menelan, menunggui
pasien sampai meminum obatnya
d. Pemberian melalui intramuskular: tidak memberikan obat >5cc
pada satu lokasi suntikan
Tepat dokumentasi
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu
pemberian obat
c. Mencantumkan nama/ inisial dan paraf
d. Mencatat keluhan pasien
e. Mencatat penolakan pasien
f. Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan obat
(pada pasien yang memerlukan pembatasan cairan)
g. Mencatat SEGERA setelah memberikan obat

3. Kurang efektifnya penerimaan pasien baru


Berdasarkan hasil kajian situasi melalui observasi dan wawancara selama
1 minggu, kelompok menemukan belum optimalnya orientasi 2 perawat
76

kepada pasien baru tentang kebijakan, edukasi pasien baru misalnya


mengenai cuci tangan, ruangan, dan hak- hak yang dimiliki oleh pasien.
Dari masalah yang di temukan, kelompok mendapatkan solusi
penyelesaian masalah diatas yaitu dengan adanya Kolaborasi dengan
kepala ruangan untuk meresosialisasi mengenai SOP penerimaan pasien
baru. Anjurkan kepala runagan untuk melakukan evaluasi minimal 1 bulan
sekali.

Lima prinsip Lean yang diadaptasikan ke dalam sistem pelayanan di


rumah sakit seperti yang ditulis oleh Womack dan Jones (dalam Pretty
PK, 2015)

Tahap Analisis masalah dalam Lean Hospital


1. Value ditentukan oleh
a. Konsumen/pelanggan harus bersedia untuk membayar suatu
kegiatan
b. Kegiatan atau aktifitas harus mengubah produk atau jasa dengan
cara apapun.
c. Kegiatan harus dilakukan dengan benar pada saat pertam dilakukan.
Suatu kegiatan dapat dikatakan value added atau non value added
harus dilihat dari berbagai perspektif yaitu produk, pasien, pegawai atau
pemberi layanan (Graban, 2012).
2. Pemborosan (waste) yang dalam bahasa jepang disebut muda dibagi
menjadi:
a. Type one Waste (Muda 1) : aktivitas kerja yang tidak memberikan
nilai tambah dalam suatu proses tetapi tidak bisa dihilangkan karena
beberapa alasan.
77

b. Type Two Waste (Muda 2) sering disebut waste saja karena


merupakan pemborosan dan harus diidentifikasikan serta dihilangkan
dengan segera.

Ada 8 pemborosan yang dikategorikan sebagai muda yaitu


Overproduction, Delays (waiting time), Transportation, Confusion, Over-
processing, Inventory, Motion, Defect (Graban, 2012).

3. Value Stream Mapping merupakan teknik Lean yang digunakan


untuk mendokumentasikan, menganalisa dan meningkatkan arus
informasi atau bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu
produk atau jasa bagi pelanggan dengan menghilangkan pemborosan
(waste) dan memberikan nilai tambah (value added) (Jones D dan
Mitchell A, 2006). Dalam menggunakan VSM membutuhkan
pembuatan Current State Map dan Future State Map (Martin, 2014).
a. Current State Map
Menggambarkan proses kegiatan pada saat ini dan menunjukkan
kondisi rumah sakit yang sebenarnya, menggambarkan seluruh proses
dari awal sampai akhir dan setiap orang dalam rumah sakit dapat
melihat.
b. Future State Map digunakan sebagai acuan dalam melakukan
kegiatan produksi pada kondisi yang telah diperbaiki.

4. Cross Functional Flowchart


Flowchard adalah representasi bergambar tentang bagaimana suatu
proses berlangsung dengan menggunkan simbol. Simbol ini berupa
gambar, garis dan kata-kata untuk menggambarkan kegiatan dan urutan
dari suatu proses. Keterkaitan antara beberapa unit dalam sutau proses ini
digambarkan dalam Cross functional flowchart.
78

5. Ishikawa ( Fishbone diagram / Cause-and-effect Diagram)


Adalah suatu alat yang dikembangkan oleh Koru Ishikawa (1943)
yang merupakan skema yang berkaitan dengan penyebab variasi pada
efeknya dari suatu proses dengan menganalisis 6 hal yang terkait yaitu
man, money, material, machine, methode, dan mother earth (environment)
(Ishikawa, 1987 dalam Sollecito WA dan Johnson JK, 2013).
BAB V

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari masalah yang berada diruang LCA, ada tiga masalah
yaitu, Belum optimalnya perawatan infus pada pasien,Belum optimalnya
pelaksanaan 6 benar pemberian obat (benar pasien), Belum optimalnya, dan
Belum optimalnya edukasi oleh perawat kepada pasien baru.

Dan dari hasil perhitungan kebutuhan tenaga perawat yang sudah dilakukan
diruang LCA tidak kekurangan tenaga perawat atau tenaga perawat di ruangan
LCA cukup.

Dari hasil analisa swot didapatkan bahwa diruang rawat inap LCA ada pada
kuadran I ( agresif ) dan strategi yang dapat dilakukan yaitu,

1. Memanfaatkan peluang secara maximal


Peluang yang ada harus di manfaatkan secara menyeluruh atau
maximal.
2. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
Peningkatan mutu pelayanan perlu terus ditingkatkan oleh tenaga
kesehatan salah satunya adalah perawat, dalam melaksanakan setiap
tindakan keperawatan.
3. Melakukan pelayanan sesuai dengan keperawatan profesional
Pelayanan profesional mengharuskan perawat dapat melakukan atau
menjalankan setiap tugasnya sesuai dengan profesi tugas dan tanggung
jawab seorang perawat.
4. Menetapkan dan melakukan strategi yang mendukung kebijakan

79
Strategi atau rencana yang akan dilakukan dalam meningkatkan mutu
pelayanan perlu didukung dengan kebijakan yang ada.

80
81

B. SARAN

Saran dari kelompok perawat diharapkan mengoptimalkan dalam pelayanan


perawatan infus yang sesuai dengan SOP yang sudah tersedia di ruangan ,dan
dan selalu mengingat dan melatih diri sebagai perawat untuk memastikan pasien
sfty saat pemberian dan edukasi kepada pasien pasien baru, dengan cara
melakukan mini seminar / diskusi antar kepala ruangan dengan perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Antony halim.2015. Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Unit Pelayanan Intensif


Berdasarkan Beban Kerja dan Kompetensi di Unit Pelayanan Intensif
Rumah Sakit Dr Oen Solo Baru Tahun. journal.fkm.ui.ac.id › arsi ›
article

Dewi. P.K.2015.Analisis Alur Proses Penerimaan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
“X” Tahun dengan Pendekatan Lean Hospital Jurnal Administrasi
Rumah Sakit Volume 2 Nomor 1

Kurniadi, Anwar.2016. Manajemen Keperawatan Dan Prospektifnya: Teori Konsep


Dan Aplikasi. Cetakan ke-2. Badan Penerbit FKUI: Jakarta

Kuntarti. 2005. Tingkat Penerapan Prinsip ‘Enam Tepat’ Dalam Pemberian Obat
Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap Jurnal Keperawatan Indonesia,
Volume 9, No.1, Maret 2005; 19-25

Nursalam.2015.Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Marquis, L.B.2010. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jakarta: EGC

82
Nursalam.2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Pendekatan pengalaman.
EGC: Jakarta

Nursalam.2014. Manajemen dan Kepemimpinan Keperawatan Profesional. Edisi 4


Jakarta: Salema Medika

Sinta. 2011.Terapi Intravena [online] tersedia : https://sinta.unud.ac.id

Wahyu Rizky. 2016. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Phlebitis
pada Pasien yang Terpasang Kateter Intravena di Ruang Bedah
Rumah Sakit Ar. Bunda Prabumulih. JNKI, Vol. 4, No. 2, Tahun 2016,
102-108

Yudiaatmaja.Fridayana.2013.Kepemimpinan: konsep, teori dan karakternya.Media


Komunikasi FIS Vol 12.

83
LAMPIRAN 1
Matriks Wawancara

NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN TEMA


1. Kepala 1. Apakah jumlah tenaga 1. Tenaga perawat di ketenaga kerjaan
ruangan perawat sudah memadai ? ruang LCA sudah
2. Adakah sop di ruangan? memenuhi kebutuhan SOP
3. Ada berapa sop tersedia yang sesuai dengan
di ruangan SDM
4. Kapan sop di 2. SOP selalu ada di
perbaharui? ruangan dan ada pula MP2KP
5. Metode mp2kp apa yang yang berbentuk file di
diterapkan di ruangan lca? komputer
6. Apakah dilakukan 3. Total sop di ruangan
sharing di ruangan ? ada 125 SOP tersedia
7. Adakah pelatihan untuk 4. SOP di perbaharui
tenaga perawat ? setiap 2 tahun 1x
5. Sejauh ini belum ada
yang pas untuk di
terapkan di ruangan
LCA, tetapi kita
mengikutin Rs yaitu
metode Modular
6. Ya sharing di ruangan
dilakukan dan disini
membahas evaluais dan
perkembanagan kerja
7. Ada pelatihan
dilakukan oleh perawat

84
2. Ns.D 1. Bagaimana penerapan 1. Ronde keperawatan di Ronde
Ronde keperawatan di ruang LCA hanya di keperawatan
ruangaan ? lakukan 2x dalam sehari
2. Bagaimana penerapan yaitu di pergantian shift
hands over ? Apakah sudah dari malam ke pagi dan
efektiif dilalukannya ? dari pagi ke sore sajah
malam tidak dilakuakan
karna pasien sedang
istirahat (tidur)
2. Hands over di Hand over
ruangan mengunakan
metode face to face dan
itu yang paling efektif
karna tidak memakan
waktu banyak
3. Ns. R 1. Apakah ada spo tentang 1. Untuk spo perawatan SPO perawatan
perawatan infuse ? infuse ada. infuse.
2. Apakah perawat R tau 2. Untuk spo perawatan
spo tentang perawatan infuse saya tau.
infuse? 3. Dalam penerapan
3. Apakah perawat R sudah perawatan infuse itu
menerapkan spo perawatan belum sepenuhnya
infuse kepada pasien ? 4. Karena beberapa Beban kerja
4. Mengapa perawat R factor yang dapat perawat
belum menerapkan spo menyebabkan
perawatan infuse ? kurangnya dalam
penerapan infuse seperti
beban kerja yang tinggi
contonya : Beban kerja

85
dirasakan meningkat bila
ada berapa perawat tidak
masuk kerja seperti ijin,
dan sakit secara
mendadak.
5. Apakah perawat R tau
5. Iya saya tau jika tidak
akibat dari tidak Flebitis
dilakukanya perawatan
dilakukanya penerapan spo
infuse maka akan terjadi
perawatan kemerahan,bengkak,nyeri
infuse kepada pasien? Peradangan bahkan
6. Jika sudah terjadinya sampai terjadinya flebitis.
peradangan/flebitis apakah 6. Jika pasien merasakan
anda langsung melakukan nyeri dan ada peradangan
perawatan infuse atau maka saya langsug

mebiarkanya saja ? mengompresnya dengan


air NACL dan Kassa.
4. Ns. H 1. Apakah perawat H tau 1. Saya tau Sop 6 benar
tentang 6 benar pemberian pemberian obat
obat kepada pasien ?
2. Kalau boleh tau apa 2. Kalau tidak salah yaa
saja? yang pertama itu benar

3. Apakah perawat H sudah nama pasien yang kedua


benar dosis ketiga benar
menerapkan spo 6 benar itu
waktu keempat benar
dalam pemberian obat
pemberian kelima benar
kepada pasien ?.
dokumentasi.
4. Apa saja yang sering di
3. Dalam penerapan si
abaikan perawat H sudah.
diruangan. 4.biasaya perawat lupa
5. Kenapa jika sedang waktu dalam pergantian
oplos obat, spull susah infuse dan menempelkan

86
untuk di dorong? label infuse pasien.
5. Kalo mau oplos obat Pergantian cairan
menggunakan spluit infuse
sebaiknya sebelum
dimasukkan cairan buang
dahulu udara yang di
dalam spull itu. Karena
spull yang baru pasti ada
udara di dalam nya.
Ns. M 1. Apakah perawat M tau 1. Untuk perawatan Sop perawatan
tentang perawatan infuse? infuse saya tau infuse
2. Apakah perawat M 2. Dalam penerapan
sudah menerapkan perawatan infuse itu
perawatan infuse kepada belum sepenuhnya.
pasien ? 3. Biasanya terjadi
3. Apakah perawat M tau macet dalam teteasan
jika tidak dilakukanya infuse dan menyebabkan
perawatan infuse resiko peradangan/
apa aja yang akan terjadi? pembengkakan
4.jika terjadi macet dalam 4. Harusnya dilakukan
tetesan infuse apa yang pergantian selang infuse
dilakukan? yang baru tapi jika
dilakukan pergantian
selang terus menerus
makan akan dikenakan
biaya tinggi kepada
pasien, biasanya jika
terjadi macet pada
tetesan infuse kamu
melakukan spooling

87
karena efektif waktu dan
5. Apakah perawat M tau mudah dilakukan
jika dilakukan spooling 5. Iya saya tahu jika
akan terjadi peradangan terjadi peradangan atau
dan bahkan sampai flebitis maka dilakukan Flebitis
terjadinya flebitis? kompres menggunakan
air NACL dan Kassa.

LAMPIRAN 2

Observasi lama penggunaan infus

No Inisial Perawat Memeriksa Tidak Memeriksa

1 Ns.M 

2 Ns.K 

3 Ns.D 

4 Ns.Y 

5 Ns.J 

6 Ns.M 

7 Ns.H 

8 Ns.R 

9 Ns.D 

10 Ns.K 

11 Ns.S 

12 Ns.G 

13 Ns.A 

14 Ns.S 

88
15 Ns.R 

16 Ns.E 

Observasi Dilakukan Selama 4 hari, Perawat yang Tidak Memeriksa lama


penggunaan infus pada klien. Alasan perawat tidak menggunakan Handscoon
yaitu Lupa dan Alergi.

89

Anda mungkin juga menyukai