LAPORAN PENDAHULUAN
NIM: 1490119045
EVALUATOR:
HIPERTENSI
TANGGAL:
A. DEFINISI
Hipertensi adalah penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik
maupun diastolik yang naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan
puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui
arteri (Masriadi, 2016).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi sering kali disebut silent killer karena termasuk yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Gejala-
gejala hipertensi yaitu adalah sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung
berdebar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan
(Kemenkes RI, 2013).
B. ETIOLOGI
C. FAKTOR RESIKO
1. Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes mellitus
karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan hipertensi karena
kerusakan pada pembuluh darah besar.
2. Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi, interpretasi orang
terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan respon stress.
3. Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah lemak
disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan dengan pengembangan
hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktorfaktor lain dapat ditandai dengan
sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
4. Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada individu.
Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone natriuretik yang berlebihan, yang
mungkin secara tidak langsung menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga
menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam sistem saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan magnesium dapat
berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5. Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa penggunaan obat
terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam
rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
secara langsung.
D. KLASIFIKASI
Tabel 1 : Klasifikasi Hipertensi (sumber: Joint National Commitee on Detection VII, 2003).
Derajat Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi derajat II ≥ 160 atau ≥ 100
Tabel 2 : Klasifikasi Hipertensi (sumber : Evaluation and Treatment of High Blood Pressure,
2007).
Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120 - 129 dan/atau 80 – 84
Normal tinggi 130 - 139 dan/atau 85 – 89
Hipertensi derajat I 140 - 159 dan/atau 90 – 99
Hipertensi derajat II 160 - 179 dan/atau 100 – 109
Hipertensi derajat III ≥ 180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi Sistolik ≥ 190 Dan < 90
terisolasi
E. PATOFISIOLOGI
Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi ketidakpastian. Sejumlah
kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab tunggal
yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut dengan “hipertensi essensial”.
Sejumlah mekanisme fisiologi terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang
kemudian dapat turut berperan terjadinya hipertensi essensial.
Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta menyebabkan
peningkatan tekanan darah pada pasien hipersensitif, dan peran mereka berbeda pada
setiap individu. Di antara faktor-faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan
garam, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin, dan sistem saraf simpatis
(Andra, 2013: 54)
PATHWAY
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang olahraga, genetik,
alkohol, konsentrasi garam, dan obestas.
Hipertensi
Ansietas
Tekanan sistemik darah Kerusakan vaskuler Perubahan situasi Informasi yang minim
meningkat pembuluh darah
Krisis situasional
Perubahan struktur Defisit pengetahuan
Beban kerja jantung
meningkat Metode koping tidak
Penyumbatan
efektif
pembuluh darah
Aliran darah makin cepat
keseluruh tubuh sedangkan Ketidakefektifan
Vasokonstriksi
nutrisi dalam sel sudah
koping
mencukupi kebutuhan
Gangguan sirkulasi Resiko cidera
Spasme arteriol
Resiko jatuh
F. TANDA DAN GEJALA
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema
pupil (edema pada diskus optikus) (Brunner & Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai sIstem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan. Penyakit arteri coroner dengan angina adalah gejala yang paling
menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban
kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.
Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi
gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015). gejala klinis seperti:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekana intracranial.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
b. Riwayat Kesehatan
c. Riwayat jatuh
Berupa kejadian jatuh yang pernah dialami klien, beserta penyebab, serta dampak
pada kesehatan klien
4) Tanda-tanda vital
Apakah klien menggunakan alat bantu seperti alat bantu penglihatan, dengar,
atau alat bantu berjalan. Sertakan dengan lama pemakaian alat bantu tersebut.
6) Pengkajian nutrisi
7) Pengkajian nyeri
f. Pengkajian fisik
Hidung Simetris, tidak ada secret. Tidak ada lesi, tidak ada
pendarahan.
DO:
Hipertensi
-Gelisah
-Ansietas
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
-Perubahan warna kulit
abnormal
-Perubahan tekanan darah Penyumbatan pembuluh darah
-Bradikardia
-Perubahan Vasokontriksi
elektrokardiogram (EKG)
-Palpitasi jantung Gangguan sirkulasi
-Takikardia
Afterload
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Afterload
Fatique
Intoleransi Aktivitas
3. DS: klien mengatakan sulit Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, merokok, Gangguan pola tidur
tidur stress, kurang olahraga, genetik, alkohol,
konsentrasi garam, dan obestas
DO:
Hipertensi
- Kesulitan berfungsi
sehari-hari
- Kesulitan memulai Kerusakan vaskuler pembuluh darah
tertidur
- Kesulitan
mempertahankan tetap
tidur Penyumbatan pembuluh darah
- Ketidakpuasan tidur
- Tidak merasa cukup
Vasokontriksi
istirahat
Terjaga tanpa jelas
penyebabnya Gangguan sirkulasi
Nyeri kepala
5. DS: klien mengatalkan Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, merokok, Resiko jatuh
penglihatan kabur stress, kurang olahraga, genetik, alkohol,
konsentrasi garam, dan obestas
DO:
-menggunakan kacamata Hipertensi
-menggunakan alat bantu
jalan Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Afterload
Fatique
Resiko Jatuh
J. RINGKASAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan Curah Jantung
Diagnosa keperawatan Penurunaan curah jantung
Definisi Ketidakadekuatan volume darah yang dipompa
oleh jantung untuk memenhi kebutuhan
metabolik tubuh
Batasan Karakteristik Perubahan Frekuensi/Irama Jantung
- Bradikardia
- Perubahan elektrokardiogram (EKG)
- Palpitasi jantung
- Takikardia
Perubahan Preload
- Penurunan tekanan vena sentral (central
venous pressure, CVP)
- Penurunan pulmonary
- Murmur jantung
- Peningkatan CVP artery wedge
- Peningkatan PAWP
- Distensi vena jugular
- Peningkatan berat badan pressure (PAWP)
- Edema
- Keletihan
Perubahan Afterload
- Perubahan warna kulit abnormal
- Perubahan tekanan darah
- Kulit lembap
- Penurunan nadi perifer
- Penurunan resistansi vaskular paru
(pulmonary vascular resistance, PVR)
- Penurunan resistansi vaskular sistemik
(systemic vascular resistance, SVR)
- Dispnea
- Peningkatan PVR
- Peningkatan SVR
- Oliguria
- Pengisian kapiler memanjang
Perubahan Kontraktilitas
- Bunyi napas tambahan
- Batuk
- Penurunan stroke volume index (SVI)
- Ortopnea
- Dispenda paroksismal nocturnal
- Ada bunyi S3
- Ada bunyi S4
- Penurunan indeks jantung
- Penurunan fraksi ejeksi
- Penurunan left ventricular stroke work index
(LVSWI)
Perilaku/Emosi
- Gelisah
- Ansietas
Pengkajian
DS : klien mengeluh pusing
DO:
-Gelisah
-Ansietas
-Perubahan warna kulit abnormal
-Perubahan tekanan darah
-Bradikardia
-Perubahan elektrokardiogram (EKG)
-Palpitasi jantung
-Takikardia
Faktor Yang berhubungan Akan dikembangkan
Kriteria Hasil:
- Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang
menurunkan beban yang dapat diterima.
- Pasien memperlihatkan irama dan frekuensi
jantung stabil dalam rengtang normal
Intervensi Nurarif, Amin Huda,dkk. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan `Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi. Jilid
2. Jogjakarta: hal.
2. Intoleransi Aktifitas
DO:
-lemah
-letih
-frekuensi jantung abnormal
-frekuensi tekanan darah abnormal
DO:
- Kesulitan berfungsi sehari-hari
- Kesulitan memulai tertidur
- Kesulitan mempertahankan tetap tidur
- Ketidakpuasan tidur
- Tidak merasa cukup istirahat
- Terjaga tanpa jelas penyebabnya
Faktor Yang berhubungan - Gangguan karena cara tidur pasangan
tidur
- Kendala lingkungan
- Kurang privasi
- Pola tidur tidak menyehatkan
Kriteria Hasil
- Tingkat kenyamanan fisik dan psikologi
pasien terpenuhi
- Kuantitas pola tidur meningkat agar
fisik tetap segar.
4. Ansietas
Diagnosa keperawatan Ansietas
Definisi Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran
yang samar disertai respons otonom
(sumber sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu); perasaan-
takut yang disebabkan oleh antisipasl
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.
Afektif
- Kesedihan yang mendalam
- Gelisah
- Peka
- Gugup
- Senang berlebihan
- Menggemerutukkan gigi
- Menyesal
- Berfokus pada diri sendiri
- Distres
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Putus asa
- Sangat khawatir
- Ragu
Fisiologis
- Wajah tegang
- Tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
- Gemetar
- Tremor
- Suara bergetar
Simpatis
- Gangguan pola pernapasan
- Diare
- Anoreksia
- Mulut kering
- Wajah memerah
- Palpitasi jantung
- Peningkatan reflex
- Eksitasi kardiovaskular
- Peningkatan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi
- frekuensi pernapasan
- Dilatasi pupil
- Vasokonstriksi superfisial
- Kedutan otot
- Lemah
Parasimpatis
- Nyeri abdomen
- Perubahan pola tidur
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Keletihan
- Mual
- Kesemutan pada ekstremitas
- Sering berkemih
- Dorongan segera berkemih
- Diare
- Pusing
Kognitif
- Gangguan perhatian
- Gangguan konsentrasi
- Menyadari gejala fisiologis
- Bloking pikiran
- Konfusi
- Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah
- Lupa
- Preokupasi
- Melamun
- Penurunan lapang persepsi
- Penurunan kemampuan untuk belajar
- Cenderung menyalahkan orang lain
Pengkajian DS: klien mengatakan cemas
DO:
-Gelisah
-Wajah tegang
-Tangan tremor
-Berkeringat
Faktor Yang berhubungan - Konflik tentang tujuan hidup
- Hubungan interpersonal
- Penularan interpersonal
- Stresor
- Ancaman kematian
- Ancaman pada status terkini
- Kebutuhan yang tidak dipenuhi
- Konflik nilai
- Penyalahgunaan zat
Populasi berisiko
- Perubahan besar
- Terpapar pada toksin
- Riwayat keluarga tentang ansietas
- Hereditas
- Krisis maturasi
- Krisis situasi
Kriteria Hasil:
a. Dapat mengidentifikasi tingkat
ansietas
b. Pengendalian diri terhadap ansietas.
c. Kemamouan untuk focus pada
stimulus tertentu
d. Tindakan personal untuk mengalami
stresor yang membebani sumber-
sumber individu.
Intervensi Nurarif, Amin Huda,dkk. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan `Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.
Edisi Revisi. Jilid 2. Jogjakarta: hal.
5. Risiko Jatuh
Dewasa
Fisiologis
- Perubahan kadar gula darah
- pusing saat menolehkan leher
- Penurunan kekuatan ekstremitas bawah
- Hambatan mobilitas
- Diare
- Inkontinensia
- Mengantuk
- Urgensi berkemih
- Kesulitan gaya berjalan
- Pusing saat mengekstensikan leher
Lain-Lain
- Konsumsi alkohol
- Kurang pengetahuan tentang factor yang
dapat diubah
Alternatif Diagnosa (Saran - Resiko Cedera
Penggunaan) - Resiko jatuh
- Resiko Trauma
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang:
Pasien tidak mengalami tanda/gejala
perdarahan akibat jatuh.
Kriteria Hasil
- Keseimbangan: kemampuan untuk
mempertahankan untuk mempertahankan
ekuilibrium
- Gerakan terkoordinasi kemapuan otot
untuk bekerja sama secara volunter untuk
melakukan gerakan yang bertujuan
- Perilaku pencegahan jatuh: tindakan
individu atau pemberi asuhan untuk
meminimalkan faktor risiko yang dapat
memicu jatuh dilingkungan individu
- Kejadian jatuh: stidak ada kejadian jatuh
Intervensi Nurarif, Amin Huda,dkk. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan `Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.
Edisi Revisi. Jilid 2. Jogjakarta: hal.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Penurunan curah Jantung Tupan: Mandiri Mandiri
Mempertahankan curah jantung a. Pantau tekanan darah untuk a. Perbandingan tekanan
dengan bukti tekanan darah dan evaluasi awal. memberikan gambaran
frekuensi jantung dalam batas tentang keterlibatan atau
normal; nadi perifer kuat dan bidang masalah vaskuler.
sama dengan waktu pengisisan b. Kaji tingkat aktivitas, b. Kelelahan dapat menyertai
kapiler. respons terhadap aktivitas. GJK (gagal jantung
kongesif) juga anemia.
Tupen: c. Catat keberadaan, kualitas c. Denyut karoitis, jugularis,
Setelah dilakukan tindakan denyutan sentral dan radialis, dan femoralis dapat
selama 3x pertemuan diharapkan perifer. terpalpasi sedangkan denyut
klien dapat mempertahankan tungkai mungkin menurun.
curah jantung efektif d. Auskultasi tonus jantung d. S4 terdengar pada pasien
dan bunyi napas. hipertensi berat karena
Kriteria Hasil: adanya hipertropi atrium
- Pasien berpartisipasi dalam (peningkatan volume atau
aktivitas yang menurunkan tekanan atrium)
beban yang dapat diterima. perkembangan S3
- Pasien memperlihatkan irama menunjukan hipertropi
dan frekuensi jantung stabil ventrikel dan kerusakan
dalam rengtang normal fungsi.
e. Catat edema umum atau e. Mengidentifikasikan gagal
tertentu. jantung,kerusakan ginjal
atau vaskular.
f. Berikan lingkungan yang f. Membantu menurunkan
tenang, nyaman, kurangi rangsang simpatis dan
aktivitas atau keributan dan meningkatkan relaksasi.
batasi jumlah pengunjung
dan lamanya tinggal.
Kolaborasi Kolaborasi:
a. Awasi pemeriksaan a. Ketidakseimbangan dapat
laboratorium, contoh: mengganggu konduksi
elektrolit (kalium, natrium, elektrikal dan fungsi
kalsium, magnesium) , jantung.
BUN (nitrogen urea darah).
b. Foto dada. b. Berguna dalam
mengidentifikasi terjadinya
gagal jantung atau
klasifikasi jaringan lunak.
c. Berikan obat antihipertensi, c. Menurunkan tahanan
contoh prazozin vaskular sistemik dan/atau
(Minipress) , kaptopil pengeluaran renin untuk
(capoten) , klonodin menurunkan kerja
(catapres), hidralazin miokardia dan membantu
(apresoline). mencegah GJK dan/atau
IM.
d. Bantu dalam d. Akumulasi cairan dalam
perikardiosentesis sesuai kantung perikardial dapat
indikasi mempengaruhi pengisian
jantung dan kontraktilitas
miokardial menggangu
curah jantung dan
pontensial risiko henti
jantung.
e. Siapkan dialisis e. Penurunan ureum toksik
dan memperbaiki
keseimbangan elektrolit
dan kelebihan cairan dapat
membatasi/mencegah.mani
festasi jantung, termasuk
hipertensi dan efusi
perikardial.
Aru W. Sudoyo, dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi II, Jilid II. Jakarta: Internal
Publishing
Bunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Engram Barbara, 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal BedahVolume 2. Jakarta: EGC
Gibson John, 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi II. Jakarta: EGC
Kemenkes, RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2014
Kozier Barbara, 2010. Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktek/penulisan
Edisi 7 Volume II. Jakarta: EGC
Mutaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kllien dengan gangguan sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Pierce A. Grace, 2006. At A Glance Ilmu Bedah Edisi III. Jakarta : EGC
Robinson, J.M, & Saputra, L. (2014). Buku Ajar Visual Nursing Medikal Bedah (Jilid 1). Jakarta
: Salemba Medika
Sjamsuhidajat, 2010.Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi III. Jakarta: EGC
Wilkinson Judith M, 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC