OLEH :
WILLIAM DEDY
SYANE CINTIA LUMALESSIL
THERESIA MANI RATU
WITNA WIDYANI
A. Definisi
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut yang mengancam
jiwa seorang penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Ketoasidosis
diabetik (KAD)adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relatif. Kondisi kehilangan urin, air, kalium, amonium,
dan natrium menyebabkan hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar
glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas menyebabkan
asidosis dan sering disertai koma. KAD merupakan komplikasi akut diabetes
melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat (Tarwoto,
2012). Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin
dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan
ini terkadang disebut akselerasi puasa dan merupakan gangguan metabolisme
yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin. Merupakan
gangguan metabolisme akut yang terjadi pada hiperglikemi yang tidak
terkontrol. Keadaan ini dapat mengancam kehidupan oleh karena terjadi
dehidrasi berat, gangguan keseimbangan elektrolit, jika tidak terdiagnosis dan
ditangani dengan benar.
Diabetik ketoasidosis adalah keadaan yang mengancam hidup
komplikasi dari diabetes mellitus tipe 1 tergantung insulin dengan criteria
diagnostic yaitu glukosa > 250 mg/dl, pH = < 7.3, serum bikarbonat <18
mEq/L, ketoanemia atau ketourinia. (Urden Linda, 2008).
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) adalah suatu keadaan dimana terdapat
defisiensi insulin absolute atau relative dan peningkatan hormone kontra
legulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan), yang
menyebabkan keadaan hipergilkemi (Brunner and Suddart, 2013).
Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini
terkadang disebut “akselerasi puasa” dan merupakan gangguan metabolisme
yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
B. Anatomi Fisiologi
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama di bawah nama
organ endokrin, sebab sekresi yang di buat tidak meninggalkan kelenjarnya
melalui suatu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar di
dalam jaringan kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “sekresi ke dalam”: zat aktif utama dari sekresi interna ini disebut
“hormone”, dari kata Yunani yang berarti “ merangsang ”. Beberapa dari
organ endokrin menghasilkan satu hormone tunggal, sedangkan yang lain lagi
dua atau beberapa jenis hormone : misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan
beberapa jenis hormone yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain.
Organ-organ endokrin tersebut yaitu : Kelenjar hipofisis, lobus anterior dan
posterior, Kelenjar tiroid dan paratiroid, kelenjar suprarenal, kortekx,
medulla, dan kelenjar timus dan juga badan pineal. Pembentukan sekresi
interna adalah suatu fungsi penting, juga pada dan organ dan kelenjar lain,
seperti insulindari Kepulauan Langerhans di dalam pangkreas, gastrin di
dalam lambung, progesterone di dalam ovarium dan testoteron di dalam testis.
(Manurung, Rostinah. 2017)
C. Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat
dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam
pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Faktor pencetus yang
berperan untuk terjadinya KAD adalah pankreatitis akut, penggunaan obat
golongan steroid, serta meghentikan atau mengurangi dosis insulin. Tidak
adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
2. Keadaan sakit atau infeksi.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati.
Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu akibat
hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh faktor-
faktor :
1. Infeksi, dimana terjadi peningkatan kecepatan laju metabolisme tubuh.
2. Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap stress
mendorong peningkatan proses katabolik.
3. Menolak terapi insulin.
(Samijean Nordmark, 2012)
D. Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM American Diabetes Assosiation (1997) sesuai
anjuran perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah :
1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel B ), umumnya menjurus ke definisi insulin
absolut :
a. Autoimun
b. Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai terutama dominan risestensi insulin
disertai definisi insulin relatif sampai terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin).
3. Diabetes tipe lain
a. Defek generik fungsi sel B
1) Maturity Onset Diabetes Of The Young (MODY) 1,2,3.
2) DNA mitokondria.
b. Defek generik kerja insulin.
c. Penyakit eksoskrin pancreas.
1) Pankreastitis.
2) Tumor / pankreatektomi.
3) Pankreatopati fibrokalkulus.
d. Endokrinopati : Akromegali, Syndrom Cushing, Feokromositoma dan
hipertiroidisme.
e. Karena obat / zat kimia.
1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat.
2) Glukokortikoid, hormon tiroid.
3) Tiazid, dilatin, interferon α, dll.
f. Infeksi : Rubela kongenital, sitomegalovirus.
g. Penyebab imunologi yang jarang ; antibodi ; antiinsulin.
h. Syndrom generik lain yang berkaitan dengan DM : Sindrom Down,
Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner, dll.
4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
E. Patofisiologi
Adanya gangguan dalam regulasi Insulin, khususnya pada IDDM dapat
cepat menjadi Diabetik ketoasidosis manakala terjadi (1) Diabetik tipe I yang
tidak terdiagnosa (2) Ketidakseimbangan jumlah intake makanan dngan
insulin (3) Adolescen dan pubertas (4) Aktivitas yang tidak terkontrol pada
diabetes (5) Stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan
Emosional.
G. Komplikasi
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa :
1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini.
Bila penderita mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air
kencingnya terdapat protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan
disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita
nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan
cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung
kongestif.
2. Kebutaan (Retinopati Diabetik)
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada
lensa mata. Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan
kebutaan. Tetapi bila tidak terlambat dan segera ditangani secara dini
dimana kadar glukosa darah dapat terkontrol, maka penglihatan bisa
normal kembali.
3. Syaraf (Neuropati Diabetik)
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita
bisa stres, perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat
dirasakan (mati rasa). Telapak kaki hilang rasa membuat penderita tidak
merasa bila kakinya terluka, kena bara api atau tersiram air panas. Dengan
demikian luka kecilcepat menjadi besar dan tidak jarang harus berakhir
dengan amputasi.
4. Kelainan jantung
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya
aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetes mempunyai
komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan kematian otot jantung
akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini merupakan
penyebab kematian mendadak. Selain itu terganggunya saraf otonom yang
tidak berfungsi, sewaktu istirahat jantung berdebar cepat. Akibatnya
timbul rasa sesak, bengkak, dan lekas lelah.
5. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila
penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan
segera. Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul
mulai dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-kejang.
6. Impotensi
Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang
impotensi yang dialami. Hal ini terjadi bila diabetes yang diderita telah
menyerang saraf. Keluhan ini tidak hanya diutarakan oleh penderita lanjut
usia, tetapi jugamereka yang masih berusia 35 ± 40 tahun. Pada tingkat
yang lebih lanjut, jumlah sperma yang ada akan menjadi sedikit atau
bahkan hampir tidak adasama sekali. Ini terjadi karena sperma masuk ke
dalam kandung seni (ejaculation retrograde).
Penderita yang mengalami komplikasi ini, dimungkinkan
mengalami kemandulan. Sangat tidak dibenarkan, bila untuk mengatasi
keluhan ini penderita menggunakan obat-obatan yang mengandung
hormon dengan tujuan meningkatkan kemampuan seksualnya. Karena
obat-obatan hormon tersebut akan menekan produksi hormon tubuh yang
sebenarnya kondisinya masih baik. Bila hal ini tidak diperhatikan maka
sel produksi hormon akan menjadi rusak. Bagi diabetes wanita, keluhan
seksual tidak banyak dikeluhkan. Walau demikian diabetes mellitus
mempunyai pengaruh jelek pada proses kehamilan. Pengaruh
tersebutdiantaranya adalah mudah mengalami keguguran yang bahkan
bisa terjadi sampai 3-4 kali berturut-turut, berat bayi saat lahir bisa
mencapai 4 kg atau lebih, air ketuban yang berlebihan, bayi lahir mati
atau cacat dan lainnya.
7. Hipertensi
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni,
ginjal penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat
kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan
kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi,
secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk menambah
tekanan darah.
(Brunner and Suddart, 2013)
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Diagnostik meliputi :
1. Glukosa darah : meningkat 200 – 100 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
Pemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18] + [UREUM/6].
5. Elektrolit : Natrium : mungkin normal , meningkat atau menurun.
6. Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan selular),
selanjutnya akan menurun.
7. Fosfor : lebih sering menurun.
8. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan 9etabol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir.
9. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis 9etabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
10. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat atau normal (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi sebagai respons terhadap stress atau
infeksi.
11. Ureum/kreatinin: Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau
penurunan fungsi ginjal).
12. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab DKA.
13. Urin : gula dan aseton positif , berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
14. Kultur dan sensitifitas : kemungkinan adanya infeksi saluran kemih,
pernafasan dan pada luka.
(Tjokroprawiro dkk, 2015)
I. Penatalaksanaan
Penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian tiga
agen berikut :
1. Cairan
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat.
NaCl 0,9% diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan
normal salinhipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien-pasien yang
menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang beresiko mengalami
gagal jantung kongestif. Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi
(200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam selanjutnya.
2. Insulin
Insulin intravena paling umum dipergunakan. Insulin intramuskular
adalah alterantif bila pompa infusi tidak tersedia atau bila akses vena
mengalamikesulitan, misalnya pada anak anak kecil. Asidosis yang terjadi
dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akan menghambat
pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-
senyawa yang bersifat asam. Insulin diberikan melalui infus dengan
kecaptan lambat tapi kontinyu (misal 5 unit/jam). Kadar glukosa harus
diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam cairan infus bila kadar
glukosa darah mencapai 250-300 mg/dl untuk menghindari penurunan
kadar glukosa darah yang terlalu cepat.
3. Potassium
Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua pasien
penderita KAD mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi
secara hebat
(Gotera, 2010)
J. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian primer
* Airway
Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas
Letargi/disorientasi, penurunan kekuatan otot, syok hipovolemik, sianosis
* Breathing
Frekuensi pernapasan meningkat, merasa kekurangan oksigen, sakit kepala,
penglihatan kabur,
* Sirculation
Gejala : Mungkin adanya riwayat hipertensi, IM akut Klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama,
takikardia.
Tanda : perubahan tekanan darah postural, hipertensi, sesak. Nadi yang
menurun/tidak ada; disritmia krekels, distensi vena jugularis, kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung
* Disability
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan Kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat/tidur, takipnea, Wajah meringis dengan palpitasi,
Frekuensi pernapasan meningkat .
Asidosis
Respirasi meningkat
Kekurangan volume
cairan dan elektrolit
3 DS Kekurangan insulin Nutrisi kurang dari
- Klien mengeluh kebutuhan tubuh
mual muntah Pemecahan lemak
meningkat
- Klien
mengalami Pemecahan lemak
peningkatan rasa (lipolisis) menjadi
haus asam-
asam lemak bebas dan
- mengalami
gliserol
(poliuri dan
polidipsi)
Asam lemak bebas
akan
Do : diubah menjadi badan
- Kulit kering, dan keton oleh hati
kemerahan bola
mata cekung Nafas aseton
- Turgor kulit buruk
Mual
- Penurunan berat
badan Nutrisi kurang dari
- Klien muntah kebutuhan tubuh
4 DS : Kekurangan insulin Gangguan persepsi
- Klien mengeluh sensori penglihatan
penglihatannya Penggunaan glukosa
kabur / tidak dapat oleh otot, lemak dan
melihat dengan hati menurun, produksi
baik glukosa oleh hati
meningkat
DO :
- Klien Hiperglikemia
menggunakan
Penglihatan kabur
kaca mata
- Mata tampak
Gangguan persepsi
kemerahan
sensori penglihatan
L. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan respirasi
ditandai dengan pernafasan kusmaul.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi ditandai
dengan poliuri
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status
hipermetabolisme.
4. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan viscositas
mata turun ditandai dengan penglihatan kabur
M. Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan respirasi
ditandai dengan pernafasan kusmaul.
a. Tujuan : Pola nafas teratur
b. Kriteria hasil : Pertahanan pola nafas efektif, tampak rilex, frekuensi
nafas normal, nafas kusmaul.
No. Intervensi Rasional
1 Kaji pola nafas tiap hari. Pola dan kecepatan pernafasan
dipengaruhi oleh status asam basa,
status hidrasi, status
cardiopulmonal dan sistem
persyarafan. Keseluruhan faktor
harus dapat diidentifikasi untuk
menentukan faktor mana yang
berpengaruh/paling berpengaruh.
2 Kaji kemungkinan Penurunan kesadaran mampu
adanya secret yang merangsang pengeluaran sputum
mungkin timbul berlebih akibat kerja reflek
parasimpatik dan atau penurunan
kemampuan menelan
3 Kaji pernafasan kusmaul Paru-paru mengeluarkan asam
atau pernafasan keton karbonat melalui pernafasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratorik terhadap keadaan
ketoasidosis. Pernafasan yang
berbau keton berhubungan dengan
pemecahan asam ketoasetat dan
harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi
4 Pastikan jalan nafas Pengaturan posisi ekstensi kepala
tidak tersumbat memfasilitasi terbukanya jalan
nafas, menghindari jatuhnya lidah
dan meminimalkan penutupan
jalan nafas oleh sekret yang
munkin terjadi.
5 Baringkan klien pada Pada posisi semi fowler paru-paru
posisi nyaman, semi tidak tertekan oleh diafragma.
fowler.
6 Berikan bantuan oksigen Pernafasan kusmaul sebagai
kompensasi keasaman memberikan
respon penurunan
CO2 dan O2, Pemberian oksigen
sungkup dalam jumlah yang
minimal diharapkan dapat
mempertahankan level CO2
7 Kaji Kadar AGD setiap Evaluasi rutin konsentrasi HCO3,
hari CO2dan O2 merupakan bentuk
evaluasi objektif terhadap
keberhasilan terapi dan pemenuhan
oksigen.