Oleh
Kelompok 1
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai tingkat
tertinggi dari produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan. Pada suatu instansi
membutuhkan seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan
tentang perilaku manusia untuk mengelola kegiatan. Manajemen merupakan serangkaian
aktivitas (termasuk perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi
(manusia, financial, fisik dan informasi) dengan maksud mencapai tujuan organisasi
secara efisien dan efektif (Griffin, (2004) dalam Semuel Batlajery, 2016)
Salah satu fungsi manajerial yang berpengaruh langsung pada kepuasan adalah
pengorganisasian. Pengorganisasian (organizing) merupakan fungsi manajemen yang
mengatur proses mobilisasi dalam suatu organisasi. Menurut Hubber (2006) dalam
Verawati, Erwin, & Novayelinda (2014) menyatakan bahwa pengorganisasian
merupakan fungsi kedua dari fungsi manajemen setelah perencanaan yang
menggerakkan seluruh sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya (material)
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Melalui fungsi ini, manajer
keperawatan akan mengatur seluruh perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
yang disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan masing-masing sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai secara maksimal. Aspek yang di kemukakan pada
pengorganisasian ini adalah struktur organisasi, pengelompokkan kegiatan, koordinasi
kegiatan, evaluasi kegiatan serta kelompok kerja.
PEMBAHASAN
Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan
dikoordinasikan secara formal. Terdapat enam kunci yang perlu disampaikan kepada
manajer bila mereka merancang struktur organisasinya. Elemen tersebut adalah
spesialisasi pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi
dan desentralisasi. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
penyusunan struktur organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan fungsi, jenis pelayanan
yang diberikan, pelanggan, tempat dan matriks (Simamora, 2009).
1. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini mencirikan
bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan
organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan,
segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan yang
diutamakan adalah wewenang dan perintah. Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk
organisasi dengan jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan
dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan
pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan perintah
lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Kelemahannya adalah
keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar benar dapat
memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan.
2. Organisasi staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf
tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan tanggung jawab untuk
melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan
organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide tetapi juga harus
melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan telah
dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan
dapat lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta pengembangan
bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang
baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan memakan waktu lebih lama, dapat
menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui batas batas
wewenangnya.
1. Mengelompokkan dan membangi kegiatan yang harus dilakukan oleh staf dibagi
habis sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya
2. Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar komunikasi baik dan
mendukung kegiatan srhari hari
3. Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan secara sukarela dan
optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat
4. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui penyusunan struktur
organisasi yang baik
5. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat
1. Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua
staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk
menghindari kesalahan maka manajer perawat hendaknya mengerti karakteristik tugas,
tanggung jawab dan wewenang stafnya. Job description, pengembangan prosedur dan
deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu pembagian kerja
2. Pendelegasian, menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung jawab kinerja atas
suatu tugas dari satu individu kepada individu lain sedangkan pertanggung jawaban tetap
tergantung hasilnya. Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas kewenangan
tertentu, Dalam pendelegasian mengandung unsur mentoring dan regenerasi yang baik
atau alami serta memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya yang efektif dan
efisien dengan kemampuan terbatas, Menurut Rose K.N (2008) dalam Kurniadi, 2013
pendelegasian yang baik harus melihat The five right of delegation meliputi :
tugas/pekerjaan, lingkungan sekitarnya, orang yang ditunjuk, adanya
pengarahan/komunikasi yang baik dan dilakukan supervisi atau evaluasi
4. Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan aktivitas
apa saja. Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian keberhasilan seseorang.
Agar dapat berhasil dalam mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang
efektif dengan cara : 1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan
kategori kegiatan, 2) memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada, 3)
menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak
mendesak/rutin, 4) mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan
Kerugian :
Gambar : Struktur model asuhan keperawatan fungsional (Marquis & Huston, 1998)
2. Model Asuhan Keperawatan Tim
Adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat kepada
sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi dan berpengalaman serta
memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua Tim bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan.
Keuntungan :
a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
c. Konflik atauperbedaan antar staf dapat ditekan melalui rapat tim, dan cara ini
efektif untuk belajar
d. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif
Kerugian :
a. Rapat tim memrlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru, sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
b. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman cenderung tergantung
atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim
c. Akuntabilitas dalam tim kabur
Gambar : Struktur model asuhan keperawatan Tim (Marquis & Huston, 1998)
Kerugian :
a. Beban kerja tinggi terutama jika klien banyak sehingga tugas yang sederhana
terlewatkan
b. Peserta didik sulit untuk memperoleh ketrampilan khusus yang tidak dilakukan
pada klien yang menjadi kelolaannya
c. Pendelegasian tugas tertentu
d. Kelanjutan perawtan klien hanya sebagian selama perawta penanggung jawab
klien bertugas
e. Kelanjutan perawat klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab
klien bertugas.
Keuntungan :
Kerugian :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Azwar (1996) dalam Momay, S. Y., Chaeruddin, & Kadir, A. (2014). Pengaruh Kinerja
Perawat Dan Pengorganisasian Terhadap Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Menggunakan Metode Tim Di Rsi Faisal Makassar. Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 5(4),
467–473.
Fayol (1949) dalam Momay, S. Y., Chaeruddin, & Kadir, A. (2014). Pengaruh Kinerja
Perawat Dan Pengorganisasian Terhadap Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Menggunakan Metode Tim Di Rsi Faisal Makassar. Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 5(4),
467–473.
Hubber (2006) dalam Verawati, Erwin, & Novayelinda, R. (2014). Hubungan fungsi
pengorganisasian kepala ruangan terhadap tingkat kepuasan kerja perawat pelaksana.
Jurnal Universitas Riau, 1–9.
Kurniadi (20130 dalam Nurdiani, M. D., Dedi, B., & Susilo, W. H. (2018).
IMPLEMENTASI FUNGSI PENGORGANISASIAN DAN SUPERVISI OLEH
KEPALA PHENOMENOLOGY IMPLEMENTATION OF THE ORGANIZING
FUNCTION AND SUPERVISION BY THE HEAD OF THE ROOM AT THE
MOTHER AND CHILDREN ’ S HOSPITAL LOVE OF THE CIPUTAT STUDY
PHENOMENOLOGY. 7(2).
Maryam (2009) dalam Gulo A, S. M. (2018). Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruang
Dengan Penerapan Patient Safety. Jurnal Online Keperawatan Indonesia, 1(2).
Momay, S. Y., Chaeruddin, & Kadir, A. (2014). Pengaruh Kinerja Perawat Dan
Pengorganisasian Terhadap Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Menggunakan Metode Tim Di Rsi Faisal Makassar. Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 5(4),
467–473.