Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

RONDE KEPERAWATAN (NURSING ROUNDS)

Oleh :

KELOMPOK 4
1. QOMARUN NUR 20191660008
2. SUCIANI PURNOMOSARI 20191660076
3. SRI NASTITI UTAMI 20191660094
4. NURUL HIDAYATI 20191660123
5. SILVI SULISTIYANI 20191660129
6. SAFRIDA ARIANTI 20191660133

MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen adalah proses bekerja melalui staff keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas manajer
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif
dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1996). Salah
satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperatan adalah pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya faktor
kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan
pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan.
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model asuhan keperawatan
professional yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde
keperawatan (nursing rounds) adalah suatu bagian kegiatan asuhan keperawatan
dengan membahas kasus tertentu dengan harapan adanya transfer pengetahuan dan
aplikasi pengetahuan secara teoritis kedalam praktek keperawatan secara langsung
yang dilakukan oleh perawat konselor, kepala ruangan, kabid keperawatan dengan
melibatkan seluruh tim keperawatan. Karakteristik dari ronde keperawatan meliputi:
pasien dilibatkan secara langsung, pasien merupakan fokus kegiatan, perawat yang
terlibat melakukan diskusi, konselor memfasilitasi kreatifitas dan membantu
mengembangkan kemampuan perawat dalam meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah.
Rumah sakit adalah salah satu bentuk sarana kesehatan yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan serta upaya kesehatan
penunjang. Pada masa kini perjalanan peran rumah sakit sebagai organisasi pelayanan
kesehatan sedang memasuki lingkungan global yang kompetitif dan terus berubah.
Perubahan lingkungan tersebut menurut Trisnantoro (2004), akan mendorong rumah
sakit menjadi organisasi yang berciri multiproduk, sehingga membutuhkan
pengelolaan yang tepat. Perkembangan terkini semakin mengarah ke kondisi rumah
sakit sebagai lembaga usaha dengan berbagai konsep bisnis. Transisi ini yang
mengakibatkan rumah sakit menjadi lembaga yang berkarakter sosial sekaligus
ekonomi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui proses ronde keperawatan (nursing rounds)yang ada pada
manajemen keperawatan yang diaplikasikan dalam model asuhan keperawatan
profesional
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang dicapai setelah penyampaian materi tentang ronde keperawatan
diharapkan mampu:
1. Mengetahui dan memahami pengertian ronde keperawatan(nursing rounds)
2. Mengetahui dan memahami Karakteristik ronde keperawatan ( nursing rounds )
3. Mengetahui dan memahami tujuan ronde keperawatan(nursing rounds)
4. Mengetahui manfaat ronde keperawatan(nursing rounds)
5. Mengetahui dan memahami tipe – tipe ronde keperawatan(nursing rounds)
6. Mengetahui kriteri pasien
7. Langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan (nursing rounds)
8. Mekanisme Ronde Keperawatan (nursing rounds)
9. Strategi ronde keperawatan (nursing rounds) yang efektif
10. Peran masing-masing anggota tim dalam ronde keperawatan (nursing rounds)
11. Kriteria evaluasi dalam ronde keperawatan (nursing rounds)
BAB 2

NURSING ROUNDS (RONDE KEPERAWATAN)

2.1 Pengertian nursing rounds (ronde keperawatan)

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah


keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat selain melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dan tau konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).

Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat


atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan
oleh pengajar atau siswa perawat dengan anggota sifatnya atau siswa untuk
pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien
(Clement, 2011).

Karakteristik ronde keperawatan (Nursalam, 2011) :


1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan fokus kegiatan
3. PA (peawat asocciate), PP (perawat primer), dan konselor melakukan diskusi
bersama
4. Konselor menfasilitasi kreatifitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemmapuan mengatasi masalah
2.2 Karakteristik Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan mempunyai beberapa karakteristik sebagai  berikut ini (Nursalam,
2011) :
1) Klien dilibatkan secara langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan
3) Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi  bersama
4) Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet dan perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2.3 Tujuan dari nursing rounds (ronde keperawatan)

Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan bisa dibagi menjadi 2 yaitu :


tujuan bagi perawat dan bagi pasien.
Tujuan bagi keperawatan menurut Amola et al, (2010) adalah :
1. Melihat kemampuan staf dalam manajemen pasien.
2. Mendukungan pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
3. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format stud
kasus
4. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan
penilaian keterampilan klinis.
5. Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta
6. Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan.
Sedangkan tujuan bagi pasien menurut Clement (2011) adalah :
1. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke hari
2. Untuk mengamati pekerjaan staf
3. Untuk membuat pengamatan khusus pasien dan memberikan laporan ke
dokter, misalnya : luka, drainase, perdarahan, dan sebagainya
4. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya.
5. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
6. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasaan pasien
7. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan pada
pasien
8. Untuk memeriksa kondisi pasien sehingga dapat dicegah seperti ulcus
decubitus, foot drop, dan sebagainya
9. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada apsien sehingga
perawat memperoleh wawasan yang lebih baik
10. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.

Sedangkan menurut Nursalam (2009) tujuan ronde keperawatan dibagi


menjadi:
1. Tujuan umum : menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir
kritis
2. Tujuan khusus :
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
c. Meningkatkan kemmapuan menentukan diagnosis keperawatan
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
e. Meningkatkan kemmapuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

2.4 Manfaat nursing rounds (ronde keperawatan)


Ronde keperawatan akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada
perawat. Clement(2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah membantu
mengembangkan keterampilan keperawatan, selain itu juga menurut Wolek (2008)
dengan adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan
ini bukan hanya keterampilandan pengetahuan keperawatan saja, tetapi juga
peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolek et al (2008)
peningkatan kemampuan perawat bukan hanya keterampilan keperawatan tetapi juga
memberikan kesempatan pada perawat untuk tumbuh dan berkembang secara
profesional.
Melalui ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang telah
diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement (2011) melalui ronde keperawatan,
evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan dalam
asuhan keperawatan dapat dinilai. Hal itu juga ditegaskan oleh O’Connor (2006)
pasien sebagai alat untuk menggambarkan parameter penilaian atau teknik
intervensi.Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan siswa
perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan sarana
untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Wolek et al,
2008). Sedangkan bagi siswa perawat dengan ronde keperawatan akan mendapatkan
pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011).
Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membantu mengorientasikan
perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak tahu mengenai
pasien yang di rawat di ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah,
ronde keperawatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien (Clement,
2011).
Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian Febriana
(2009) ronde keperawatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding tidak
dilakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al (2009) dengan tindakan ronde
keperawatan menurunkan anga insiden pada pasien yang dirawat.
Menurut Nursalam (2011), ronde keperawatan memiliki manfaat antara lain :
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5. Perawat dalam melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar
2.5 Tipe - tipe nursing rounds (ronde keperawatan)
Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan.
Diantaranya adalah menurut Close & Castledine (2005) ada empat tipe ronde yaitu
matrons’rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching
rounds.
1. Matron rounds menurut Close & Castlide (2005) seorang perawat berkeliling
ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal rondenya.
Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa standar pelayanan,
kebersihan dan kerapian, dan menilai penampilan dan kemajuan perawat
dalam memberikan pelayanan pada pasien.
2. Nurse management rounds menurut Close & Castlide (2005) ronde ini adalah
ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi
pada sekelompok pasien dan keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini
tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat dengan head nurse.
3. Patient comfort rounds menurut Close & Castledine (2005) ronde di sini
berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi
perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya
ketika ronde dilakukan malam hari, perawat menyiapkan tempat tidur untuk
pasien tidur.
4. Teaching rounds menurut Close & Castledine (2005) dilakukan antara teacher
nurse dengan perawat atau siswa perawat, dimana terjad proses pembelajaran.
Teknik ronde ini biasa dilakukan untuk perawat atau siswa perawat. Dengan
pembelajaran langsung perawat atau siswa dapat langsung mengaplikasikan
ilmu yang didapat langsung pada pasien.
Menurut Daniels (2004) walking round terdiri dari nursing round,
physician-nurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing round adalah
ronde yang dilakukan antara perawat dengan perawat. Physician nurse rounds
adalah ronde pada pasien yang dilakukan dokter dengan perawat, sedang
interdisciplinary rounds adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh
berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, ahli gizi serta
fisioterapi dsb. Sedangkan menurut Clement (2011) menyebutkan berbagai
jenis word round yang dilakukan oleh perawat meliputi rounds with the
doctors, rounds to discuss psychological problem of patients, social service
rounds, medical rounds for nurses, rounds with the physical therapits, dan
nursing rounds.

2.6 Kriteria pasien

Menurut Nursalam (2011) pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde


keprawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dialkukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
2.7 Langkah-langkah kegiatan nursing rounds (ronde keperawatan)
Ramani (2003) menjelaskan rahapan ronde keperawatan adalah :
1. Pre-rounds: Preparation (persiapan), planning (perencanaan), orientasion
(orientasi)
2. Rounds: Introduction (pendahuluan), interaction (interaksi), observation
(pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing (kesimpulan)
3. Post-Rounds : debriefing (Tanya jawab), feedback (saran), reflection
(refleksi), preparation (persiapan).
Bimbauner (2004) mengatakan bagaimana menyiapkan ronde keperawatan
yaitu:
1. Before rounds meliputi:
a. Persiapan, terdiri dari membuat tujuan kegiatan ronde keperawatan dan
membaca status pasien dengan jelas sebelum melakukan ronde
keperawatan
b. Orientasi perawat, terdiri dari membuat menyadari tujuan :
demonstrasi temuan klinis, komunikasi dengan pasien, pemodelan
perilaku professional
c. Orientasi pasien.
2. During rounds meliputi :
a. Menetapkan lingkungan: membuat lingkungan yang nyaman serta
dorong untuk mengajukan pertanyaan
b. Menghormati: perawat: hormati mereka sebagai pemberi layanan pada
pasien dan pasien : perlakukan sebagai manusia, bukan hanya obyek
dari latihan mengajar, peka terhadap bagaimana penyakit
mempengaruhi kehidupan pasien
c. Libatkan semua perawat, bertujuan untuk mengajar semua tingkat
peserta didik dan mendorong semua untuk berpartisipasi
d. Libatkan pasien: dorong pasien untuk berkontribusi mengenai masalah
penyakitnya, dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan tentang
masalahnya, gunakan kata-kata yang dapat dimengerti pasien, dsb.
3. After rounds: waktu untuk pertanyaan dan memberikan umpan balik.
Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah ronde keperawatan dibagi
menjadi:
1. Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
f. Diskusi: tentang diagnosis keperawata, data yang mendukung, asuhan
keperwatan yang dilakukan, dan hambatan selama perawatan
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan
dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

Langkah-langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut:

PP

Tahap pra PP
Penetapan Pasien

Persiapan pasien: Penetapan Pasien


Informed Consent
Hasil pengkajian/validasi
pan pasien data

Penetapan pasien :
Penyajian masalah Apa diagnosis keperawatan?
- Infomed concent Apa data yang mendukung?
- Hasil pengkajian/ validasi data Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan?
Apa hambatan yang ditemukan?

Tahap Pelaksanaan Penyajian masalah - Apa diagnosis keperawatan?


– Di Nurse Station - Apa data yang mendukung?
- Validasi Data
Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
- Apa hambatan yang
Diskusi PP-PP,
ditemukan?
Konselor, KARU

Tahap Pelaksanaan
di kamar pasien Validasi data
Lanjutan-Diskusi di Nurse station

PP, Konselor,
Kesimpulan KARU
dan rekomendasi
solusi masalah

Kesimpulan & Lanjutan – Diskusi di


Pasca Ronde Rekomendasi solusi Nurse Station
masalah
2.8 Mekanisme Ronde Keperawatan(nursing rounds)
1. Perawat membaca laporan mengenai pasien melalui status pasien sebelum
melakukan ronde keperawatan. Hal ini dilanjutkan Clament (2011) bahwa perawat
sebaiknya melihat laporan penilaian fisik dan psikososial pasien 2-3 menit. Selain
itu juga perawat menetapkan tujuan yang ingin dicapai ketika pelaksanaan ronde
keperawatan. Sebelum menemui asien, sebaiknya perawat membahas tujuan yang
ingin dicapai (Clament, 2011).
2. Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan. Hal itu
disebut Sitorus (2006) sebelum dilakukan ronde perawat primer (PP) menentukan
2-3 klien yang akan di ronde dan ditentukan pasien yang akan di ronde.
Sebaliknya dipilih klien yang membutuhkan perawatan khusus dengan masalah
yang relative lebih kompleks (Sitorus, 2006).
3. Ronde keperawatan dilakukan pada pasien. Perawat melaporkan kondisi, tindakan
yang sudah dilakukan dan akan dilakukan, pengobatan, serta rencana yang lain.
Clement (2011) saat ronde keperawatan melaporkan tentang kondisi pasien,
asuhan keperawatan, perawat medis dan prognosis. Selain itu juga menurut
Annual review of nursing education dalam ronde keperawatan perawat
mendiskusikan diagnosis keperawatan yang terkait, intervensi keperawatan, dan
hasil. Mengenai masalah yang sensitive hendaknya tidak boleh dibicarakan
dihadapan pasien. Masalah yang sensitive sebaiknya tidak didiskusikan dihadapan
klien (Sitorus, 2006).
4. Waktu pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung kondisi dan situasi
ruangan. Sitorus (2006) menyebutkan waktu yang dilakukan untuk melakukan
keseluruhan ronde adalah setiap hari dengan waktu kurang lebih 1 jam ketika
intensitas kegiatan di ruang rawat sudah relative tenang. Sedangkan menurut
Atiken et al. (2010) pelaksanaan ronde keperawatan diadakan dua hari setiap
minggu dan berlangsung satu jam.

2.9 Strategi ronde keperawatan (nursing rounds) yang efektif


Ramani (2003) dalam Clament (2009) menyebutkan ada beberapa strategi agarronde
keperawatan berjalan efektif yaitu:
1. Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan pelaksanaan ronde
keperawatan baik waktu pelaksanaan, pasien masalah yang terkait, dan
sebagainya
2. Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi:sistem apa yang
akan diajarkan, aspek-aspek apa yang harus ditekankan: pemeriksaan fisik,
melakukan tindakan dsb. Rencanakan agar semua aktif terlibat dalam
kegiatan, pilih pasien yang akan dilakukan proses pembelajaran, serta tentukan
berapa banyak waktu yang harus dihabiskan dengan pasien tertentu.
3. Orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan berikut ini
dapat dilakukan selama fase orientasi:
a. Orientasikan perawat untuk tuuan latihan dan kegiatan yang
direncanakan
b. Memberikan peran kepada setiap anggota tim
c. Buat aturan mengenai ronde
d. Setiap diskusi sensitive perlu ditunda dan seluruh tim harus menyadari
hal ini.
4. Perkenalkan diri anda dan tim pada pasien meliputi :
a. Memperkenalkan diri kepada pasien
b. Pasien perlu diberitahu bahwa pertemuan itu terutama dimaksudkan
untuk berdiskusi mengenai pemberian perawatan pada pasien
c. Keluarga tidak perlu diminta untuk perg jika pasien ingin untuk
ditemani.
5. Meninggalkan waktu untuk pertanyaan, klarifikasi, menempatkan pembacaan
lebih lanjut. Fase ini terjadi diluar ruangan, keluar dari pasien jarak
pendengaran. Ini adalah kesembatan untuk mendiskusikan aspek sensitive dari
riwayat pasien.
6. Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan. Mulai persiapan untuk pertemuan
berikutnya dengan merefleksikan pada diri mengenai hasil ronde yang telah
dilakukan.
2.10 Peran masing-masing anggota tim dalam ronde keperawatan (nursing rounds)
Peran perawat primer dan perawat pelaksana :
1. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
2. Menjelaskan diagnosis keperawatan
3. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
4. Menjelaskan hasil yang didapat
5. Menjelaskan rasional rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
6. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
Peran perawat konselor :

1. Memberikan justifikasi
2. Memberikan renforcement
3. Menvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
4. Mengarahkan da koreksi
5. Mengintegrasi konsep dan teori yang telah dipelajari

2.11 Kriteria evaluasi dalam ronde keperawatan (nursing rounds)


1. Struktur
a. Persaratan administratif ( informed concent, alat, dan lainnya)
b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
3. Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
- Menumbuhkan cara berpikir kritis
- Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
- Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
- Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
- Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
- Meningkatkan kemampuan justifikasi
- Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.            Contoh Kasus Ronde Keperawatan


Rumah Sakit Umum Tarutung adalah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli
Utara, Sumatera Utara dan satu- satunya rumah sakit yang ada di Tapanuli Utara dengan
status kelas ”B” non pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia No.1809/MENKESKESSOS /SK/XII/2000, dengan
jumlah tempat tidur 110 unit. Pada tahun 2003 sesuai Perda nomor 7 tahun 2003, Rumah
Sakit Umum Tarutung berubah status menjadi RSU Swadana Daerah Tarutung. Status
”Swadana” sangat berpotensi menggeser rumah sakit pemerintah yang pada masa lalu hanya
berorientasi pada fungsi sosial ke arah unit sosial ekonomi
RSU Swadana Daerah Tarutung berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik
bahwa pada tahun 2007 pencapaian BOR 90,80%, tahun 2008 berkurang menjadi 73,00%,
namun masih dalam kategori ideal sesuai dengan standart Depkes RI.
Kondisi RSU Swadana Daerah Tarutung pada tahun 2008 mengalami penurunan
sesuai perhitungan BOR rumah sakit sebesar 18,72% dari tahun 2007 ini diakibatkan adanya
penurunan kinerja rumah sakit. Penurunan indikator kinerja RSU Swadana Daerah Tarutung
sangat terpengaruh dengan kinerja pelayanan perawat, oleh karena selama 24 jam pasien
rawai inap dibawah pengawasan perawat pelaksana di rumah sakit.
Penurunan kinerja RSU Swadana Daerah Tarutung menimbulkan berbagai fenomena.
Fenomena yang terjadi pada RSU Swadana Daerah Tarutung didapat dari komite
keperawatan bahwa masih adanya keluhan pasien, keluarga pasien tentang ketidakpuasan
layanan yang diperoleh dari perawat pelaksana rawat inap seperti ketepatan pemberian obat-
obatan, pemberian suntikan, kehadiran petugas tidak tepat waktu dan juga perawat pelaksana
rawat inap kurang senyum dan kurang perhatian kepada pasien. Kondisi seperti ini dapat
menurunkan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSU Swadana Daerah Tarutung.
Menurut berita terbitan media cetak seperti: Aspirasi (20 Maret 2007), Metro
Tapanuli (31 Mei 2008), Skala Indonesia (27 Agustus 2008) , Bonapasogit (Januari 2009)
menerbitkan bahwa pelayanan RSU Swadana Daerah Tarutung pada tahun 2008 adanya
penurunan, kondisi ini juga berdampak dari semakin menurunya pelayanan yang diberikan
perawat pelaksana rawat inap RSU Swadana Daerah Tarutung. Pada sisi yang lain kualitas
tenaga keperawatan tersebut berbanding lurus dengan tingkat pendidikan perawat yang ada,
dimana pendidikan perawat pelaksana rawat inap RSU Swadana Daerah Tarutung yang
berjumlah 60 orang belum ada yang berlatar pendidikan sarjana masih memiliki tingkat
pendidikan diploma III, sehingga pelayanan yang profesional tidak dapat dicapai sesuai
dengan kebutuhan dan kepuasan oleh customer.
Praktek keperawatan yang ditetapkan di RSU Swadana Daerah Tarutung adalah
sistem penugasan dengan metode tim, namun dalam pelaksanaanya adalah sesuai dengan
kebutuhan tatanan rawat inap. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka sitem penugasan
pelayanan perawatan dengan metode tim dalam praktek pelayanan dilakukan sesuai dengan
penugasan berdasarkan shift kerja yang telah ditetapkan oleh RSU Swadana Daerah
Tarutung, pelaksanaan ronde keperawatan yang tidak optimal menimbulkan ronde perawat
yang shift  pagi tidak melaporkan secara rinci perkembangan kesehatan pasien termasuk
seringnya perawat rawat inap operan hanya dilakukan di nursing station secara administrasi
saja berdasarkan hal ini menimbulkan perbedaan persepsi tentang kebutuhan pelayanan
keperawatan dan pada akhirnya berdampak meningkatnya lama perawatan pasien (lengt of
stay).

3.2.            ANALISA KASUS
Berdasarkan kasus tersebut pihak manajemen diharapkan segera mengambil langkah
cepat untuk merespon kondisi tersebut, hal ini mungkin diakibatkan kelemahan petugas
perawat pelaksana rawat inap dalam pemberian asuhan keperawatan, pengetahuan
tentang Standard Operating Procedur (SOP) serta perencanaan dan pengembangan sumber
daya manusia yang belum sesuai terhadap kebutuhan rumah sakit seperti
sistem reward dan punishment.
Praktek keperawatan tidak mungkin akan meningkat kecuali masalah dapat
diidentifikasi dan dipecahkan. Karyawan sesungguhnya mempunyai pengetahuan yang cukup
dan memiliki ide-ide yang kreatif untuk memecahkan masalah-masalah dalam pekerjaannya.
Untuk dapat memecahkan masalah tersebut karyawan membutuhkan cukup informasi,
tanggung jawab dan wewenang serta kepercayaan dari manajer atau pimpinannya. Pada
akhirnya karyawan akan merasakan kepuasan kerja dan lebih produktif bila mereka dibantu
dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik dengan mengurangi hambatan dalam
pekerjaannya. Informasi-informasi yang up to date belum dapat diakses untuk memenuhi
kebutuhan karyawan khususnya perawat pelaksana rawat inap di RSU Swadana Daerah
Tarutung.
Menurut Gillies (2006), dalam rangka meningkatkan mutu manajemen keperawatan,
maka rumah sakit seharusnya memiliki konsepsi dasar praktek manajemen keperawatan
sebagai dasar praktek keperawatan yang dijabarkan dalam metode penugasan ruang rawat
inap. Pelayanan keperawatan rumah sakit secara umum menggunakan sitim penugasan yang
terdiri dari metode fungsional, metode tim, metode primer, metode modular dan metode
alokasi. RSU Swadana Daerah Tarutung telah menetapkan systim penugasan dengan
menggunakan metode primer dimana metode primer berfungsi untuk merawat satu pasien di
tangani oleh satu orang perawat mulai dirawat sampai pasien pulang, namun praktek
keperawatan tidak menerapkan sistem penugasan dengan praktek keperawatan yang baku.
Praktek keperawatan yang berlangsung di RSU Swadana Daerah Tarutung adalah sesuai
dengan kondisi di tatanan rawat inap, dimana terkadang menggunakan metode fungsional
dan pada satu kesempatan yang lain menggunakan metode tim dan metode modular, sehingga
sistim penugasan keperawatan yang kurang konsisten ini dapat menurunkan mutu pelayanan
keperawatan.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit sebaiknya melakukan sistim penugasan dengan
metode Primer karena metode ini dapat mengevaluasi perkembangan asuhan keperawatan
pasien secara berkesinambungan dan konsisten sehingga perawat pelaksana rawat inap
bekerja secara profesional, namun metode ini dapat dilaksanakan jika perawat tersebut
minimal memiliki pendidikan sarjana ataupun spesialisasi.
Penugasan perawat di RSU Swadana Daerah Tarutung belum memenuhi sitem
penugasan dengan metode primer disebabkan karena jumlah SDM kurang memadai.
Gambaran masalah tersebut tersirat kinerja pelayanan perawat pelaksana di rawat inap
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung belum berjalan secara profesional. Hal ini
dapat dilihat dari pelaksanaan kompetensi keperawatan yang menjadi bagian dari kinerja
perawat di rumah sakit. Pembentukan kompetensi seseorang diyakini dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu :
1.      Faktor internal, yang merupakan faktor bawaan bersifat genetik
2.      Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi perkembangan kompetensi
seseorang secara akumulatif sejak kecil seperti pendidikan dan pengalaman yang
diperoleh orang tersebut selama hidupnya. Atas dasar ini dapat disimpulkan bahwa
setiap orang memiliki kecenderungan untuk menggunakan intelegensi dan emosi pada
titik keseimbangan tertentu, sehingga pengaruh antara kompetensi dan kemampuan
seseorang dalam mengendalikan emosi sangat bermanfaat untuk pengembangan
kompetensi seseorang. Apabila seseorang ingin merubah kompetensinya, dia harus
mampu merubah cara berpikirnya terutama dalam menggunakan kemampuan
intelegensi serta mengendalikan emosinya. Kompetensi sesuai dengan wilayah
kecerdasan emosi dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu:
1.               Kompetensi personal (Personal Competence)
2.               Kompetensi Sosial (Social Competence).

Kedua kompetensi inilah yang mengendalikan kecerdasan intelegensi sehingga dapat


memanajemen diri sendiri dan memanajemen relasi. Para perawat pelaksana rawat inap di
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung sebagai kinerja utama di bidang pelayanan
pasien yang berperanan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit perlu diteliti, sebab kompetensi para perawat pelaksana merupakan
interaksi manusia dengan lingkungan kerja yang akan mengefektifkan penggunaan
pengetahuan dan keterampilan untuk pencapaian target kerja. Kondisi ini perlu ditangani
secepat mungkin oleh komite keperawatan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam
melaksanakan tugas yaitu membantu direktur menyusun standar keperawatan, pembinaan
asuhan keperawatan, melaksanakan pembinaan etika profesi keperawatan dalam upaya
mengantisipasi semakin banyaknya pasien mengeluh tentang pelayanan yang diberikan
perawat pelaksana rawat inap dan semakin rendahnya jumlah kunjungan pasien memilih
pelayanan pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1.            Simpulan
 Ronde kepearwatan merupakan kegiatan yng bertujuan untuk mengatasi masalahh
keperawatan yang berfokus pada pasien dan dilakukan oleh perawat. Dalam hal ini pasien
dilibatkan secara langsung dan pasien yang dipilih memeiliki kriteria pasien dengan kasus
baru atau langka, serta pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakuakan tindakan keperawatan. Ronde keperawatan akan meninhkatkan
keterampilan dan pengetahuan pada perawat, selain perawat dapat mengevaluasi kegiatan
yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Melalui ronde keperawatan, evaluasi
kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan
dapat dinilai.
Ada berbagai empat  macam tipe ronde keperawatan yang dikenal
yaitu matrons’rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching
rounds. Sedangkan untuklangkah – langkah keperawatan dapat dibagi menjadi pra ronde,
pelaksanaan ronde, serta pasca ronde. Adapun strategi ronde keperawatan yang efektif dapat
dilakukan dengan melakukan persiapan yang seksama, membuat perencanaan apa yg akan
dilakukan, orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai, memprekenalkan diri pada
tim, meninggalkan waktu untuk pertanyaan, serta melakukan evaluasi pelaksnaan yang telah
dilakukan.

4.2.            Saran
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar
dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang berhubungan dengan
penatalaksaan yang lebih efektif mengenai ronde keperawatan karena di dalam makalah ini
pelaksanaan masih banyak kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Ratna Sitorus, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit. Jakarta:EGC

Nursalam Dan Ferry Efendi. (2009). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Nursalam. (2009). Manajeman keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional. Salemba Medika: Jakarta.

Nursalam. (2011). Manajeman keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan


professional (edisi 3). Salemba Medika: Jakarta.

Sitorus R. & Yulia. (2005). Model praktek Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit
Panduan Implementasi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai