Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

KEGIATAN FUNGSI PENGORGANISASIAN

DISUSUN OLEH:

1. Elsa Marviana

2. Sarah

3. Minawarni

4. Lini Hastuti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS BATAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “kegiatan

Fungsi Pengorganisasian” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

mata kuliah Manajemen Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan tentang Pengorganisasian bagi para pembaca dan juga

bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen pengampu mata kuliah

Manajemen Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat

menambah pengetahuan dan wawasan terkait manajemen keperawatan ini. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu

dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.

Batam, 17 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... 2

DAFTAR ISI............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................... 4

B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 6

A. Konsep dasar,Tujuan dan Prinsip Pengorganisasian...................... 6

B. Berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan .................. 14

C. Perbedaan budaya dan iklim organisasi.......................................... 20

D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat

dan puskesmas; kewenangan klinik perawat.................................. 26

BAB III PENUTUP ................................................................................... 35

A. Kesimpulan .................................................................................... 35

B. Saran .............................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 36

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen merupakan proses penatalaksanaan kegiatan organisasi

melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan

manajemen keperawatan merupakan pengalokasian aktifitas keperawatan

yang dilaksanakan oleh para perawat dalam upaya memberikan pelayanan

keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak dapat

bekerja sendiri, tetapi harus bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk

menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi klien. Kerjasama tersebut

harus ditata sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,

penataan yang dimaksud adalah pengorganisasian segala sumber yang bisa

dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.

Pengorganisasian adalah langkah kedua dalam manajemen yang

sangat penting dilakukan oleh setiap unit kerja / unit organisasi (Subur,1997).

Pengorganisasian dalaam keperawatan dimaksudkan untuk mengelompokkan

aktifitas - aktifitas dengan sasaran untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Penugasan masing - masing kelompok diberikan kepada pimpinan

yang diberi wewenang untuk mengawasi sekaligus melakukan koordinasi

dengan unit lain baik secara horizontal maupun vertikal.

4
Suatu rumah sakit memerlukan pengorganisasian untuk melancarkan

suatu tujuan dengan sukses. Organisasi rumah sakit memiliki pemimpin

dan staf-staf yang bergerak dibidangnya agar organisasi di rumah sakit

mampu mejalankan pelayanan yang optimal. Pengorganisasian dalam

manajemen keperawatan mempunyai banyak aktifitas penting, antara lain

bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk

sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah staf keperawatan dan

fasilitas yang ada.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar suatu pengorganisasian?

2. Apa tujuan dari suatu pengorganisasian ?

3. Bagaimana prinsip-prinsip dari suatu pengorganisasian ?

4. Bagaimana organisasi sebagai sistem sosial?

5. Bagaimana struktur dan jenis-jenis struktur dari sebuah organisasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar suatu

pengorganisasian?

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan dari suatu

pengorganisasian ?

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip dari suatu

pengorganisasian

5
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan organisasi sebgai sisatem

sosial?

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan struktur dan jenis-jenis

struktur dari sebuah organisasi?

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR,TUJUAN DAN PRINSIP PENGORGANISASIAN

1. Konsep Dasar

Istilah organisasi memiliki dua arti umum, pertama, mengacu pada

suatulembaga (institution)atau kelompok fungsional, sebagai contoh kita

mengacu pada perusahaan, badan pemerintah, rumah sakit, atau suatu

perkumpulan olahraga. Arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian

sebagai salah satu dari fungsi manajemen.

Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara

sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan untuk

mencapai tujuan. Akibat terjadinya interaksi dengan karakteristik masing-

masing serta banyak kepentingan yang membentuk gaya hidup, pola

perilaku, dan etika kerja, yang semuanya akan mencirikan kondisi suatu

organisasi. (Marquis & Huston, 2010).

Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan

mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang

dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan,

tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan,

pengelompokkan tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses

pengambilan keputusan. Manajer bertanggung jawab juga dalam

7
merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran

organisasi (Robins & Coulter, 2007).

Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada

sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan

untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan

bersama. Fungsi pengorganisasian akan dapat dilaksanakan dengan baik

kalau manajer pelayanan kesehatan memahami prinsip-prinsip

pengorganisasian. Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan,

menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan

tugas-tugas pokok dan wewenang dan pendelegasian wewenang oleh

pimpinan kepada staf untuk mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan batasan tersebut maka fungsi organisasi ialah alat untuk

memadukan dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan

personel, finansial, material dan tata cara pencapaian tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Berdasarkan pandangan tersebut maka organisasi

dipandang sebagai wadah kerjasama antar orang-orang (organisasi bersifat

statis). Organisasi juga dapat ditinjau dari kerjaan dan pembagian tugas

para staf untuk mencapai tujuan (organisasi bersifat dinamis). Organisasi

dapat juga dilihat dari strategi pimpinan untuk mengelolah organisasi

(organisasi sebagai instrument pimpinan).

Menurut Syani, secara metodologis pengorganisasian adalah suatu cara

manajerial yang berhubungan dengan usaha-usaha kelompok untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan pembagian

8
kerja. Dalam usaha-usaha ini para anggota kelompok melaksanakan

pekerjaannya disertai pengetahuan dan metode ilmiah berdasarkan

perspektif umum yang perlu memelihara dan menjaga yang relevansi

responsive dengan tujuan organisasi. Fungsi perngorganisasian adalah

suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya

fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah

ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.

Istilah pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertian.

Istilah tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut ini :

a. Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang

paling efektif sumber daya keuangan , fisik , bahan baku , dan tenaga

kerja organisasi.

b. Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatannya, dimana

setiap pengelompokan didikuti dengan penugasan seorang manajer

yang diberi wewenang untuk mengawasi anggota-anggota kelompok.

c. Hubungan-hubungan antara fungsi , jabatan , tugas dan para karyawan.

Pengorganisasian (organizing) adalah pembagian kerja yang

direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan,

penetapan hubungan antar pekerjaan yang efektif di antara mereka dan

pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaanyang wajar sehingga mereka

bekerja secara efisien. Pengorganisasian juga dapat didefinisikan sebagai

suatu pekerjaan membagi tugas, mendelegasikan otoritas, dan menetapkan

aktivitas yang hendak dilakukan oleh manajer pada seluruh hierarki

9
organisasi. Oleh karena itu, dalam pengorganisasian diperlukan tahapan

sebagai berikut:

a. Menegetahui dengan jelas tujuan yang hendak dicapai.

b. Deskripsi pekerjaan yang harus dioperasikan dalam aktivitas tertentu.

c. Klasifikasi aktivitas dalam kesatuan yang praktis.

d. Memberikan rumusan yang realistis mengenai kewajiban yang hendak

diselesaikan, sarana dan prasarana fisik serta lingkungan yang

diperlukan untuk setiap aktivitas atau kesatuan aktivitas yang hendak

dioperasikan.

e. Penunjukkan sumberdaya manusia yang menguasai bidang

keahliannya.

f. Mendelegasikan otoritas apabila dianggap perlu kepada bawahan yang

ditunjuk.

Organisasi (organization) dan pengorganisasion (organizing) memiliki

hubungan yang erat dengan manajemen. Organisasi merupakan alat dan

wadah atau tempat manejer melakukan kegiatan-kegiatannya untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Konsep pengorganisasian

Dalam menganalisa pengaruh pola organisasi pada sifat dasar

komunikasi antara para pekerja, perlu untuk mengerti konsep sebagai

berikut :

10
a. Peran

Peran diartikan sebagai suatu set perilaku dan sikap yang

diharapkan dari seseorang oleh mereka yang berinteraksi dengannya.

Peran seseorang diartikan pleh harapan-harapan orang lain, individu

tersebut sangat bergantung pada harapan mereka bagi aspek identitas

pribadinya. Sepanjang hidupnya seseorang memgang serangkaian

peran, yang berubah dengan perubahan keadaan hidupnya. Sebagai

pekerja sebuah departemen keperawatan, perawat dapat memegang

bebrapa peran jabatan pada waktu yang sama. Kepala perawat tertentu

merupakan bawahan bagi atasannya, seorang supervisor bagi staff

perawatnya, rekan kerja kepala perawat lainnya dan mungkin kepala

panitia atau konsultan bagi para pekerja di divisi lain dalam

organisasinya. Kerena perbedaan sikap dan perilaku diperlukan dalam

pelaksanaan masing-masing peran, kepala perawat yang telah

diuraikan di atas harus sering “mengubah seragam” selama hari

kerjanya, penyesuaian dan penyesuaian ulang ekspresi wajah, bahasa

tubuh, nada suara dan bahasa untuk memenuhi harapan pihak yang

berkepentingan lainnya yang telah mengartikan setiap peran.

b. Kekuasaan

Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang

lain agar bersikap sesuai dengan harapan seseorang. Karena kekuasaan

tunbuh dari interaksi manusia, kekuasaan tidak bersifat statis, tetapi

terus menerus berubah. Perolehan kekuasaan oleh perawat perorangan

11
tampaknya memudahkan perolehan kekuasaan yang lebih besar dalam

situasi yang sama. Kemungkinan karena meningkatnya jumlah

komunikasi dengan yang lain atau perubahan dalam kualitas komuikasi

tersebut. Begitu juga sebaliknya, kehilangan kekuasaan seorang

pekerja bisa mengubah hubungan timbal baliknya dengan yang lian

sehingga membuatnya terus-menerus kehilangan kekuasaan seiring

berjalannya waktu.

Kekuasaan terdiri dari berbagai jenis, yaitu :

1) Kekuasaan memberikan penghargaan (Reward Power)

Adalah kesanggupan untuk memberikan penghargaan terhadap

yang lain

2) Kekuasaan paksaan (coercive power) adalah kesanggupan untuk

menerapkan hukuman kepada yang lain. Manajer perawat dapay

menghukum seorang pegawai melalui penurunan pangkat, scor,

atau pemecatan.

3) Kekuasaan referensi (referen power) adalah kemampuan

mengilhami kebanggaan tertentu pada yang lain sehingga mereka

berharapa untuk mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan

objek kekaguman mereka,

4) Kekuasaan ahli (expert power) adalah kemampuan untuk

meyakinkan yang lain supay seseorang memiliki derajat

pengetahuan dan keahlian tinggi dalam area spesialisasi.

12
c. Status

Konsep status berhubungan erat dengan kekuasaan. Status dapat

diartikan sebagai urutan penganugerahan suatu kelompok kepada

seseorang yang sesuai dengan penilaian mereka atas pekerjaan dan

sumbangsihnya. Derajat status yang diberikan kepada pekerjaan

tertentu erat kaitannya dengan jarak dari hierarki organisasi tingkat

atas, jumlah keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan tugas

tersebut, derajat pelatihan khusus, atau pendididkan yang diperlukan

bagi posisi tersebut, tingkat tanggung jawab dan otonomi yang

diharapkan dalam pelaksanaan kerja dan gaji yang didapat dari jabatan

tersebut. Status masing masing perawat tergantung pada posisi dari

departemen kesehatan dalam tabel organisasi unit kerjanya. Status

sebuah kelompok dikaitkan dengan kemampuannya dalam

mendapatkan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

kelompok. Kebanyakan perawat percaya bahwa tujuan keperawatan

bagi perawatan klien dan kesembuhannya sama pentingnya dengan

kesejahteraan klien seperti juga dengan tujuan pengobatan medis atau

tujuan administrasi keuangannya.

d. Wewenang

Konsep wewenang secra berbelit-belit dihubungkan dengan konsep

tanggung jawab. Jabat pada hierarki keperawatan puncak dihubungkan

dengan lapisan atas dari tanggung jawab dan wewenang. Jadi sttus

yang tinggi dihubungkan dengan wewenang, yang memberi status

13
pekerjaan tinggi bagai manapun dapat diserahkan pada jabatan

dilapisan rendah struktur organisasi.

e. Kepusatan (centrality)

Konsep sentralisasi/kepusatan organisasi mengacu pada kenyataan

bahwa beberapa jabatan ditempatkan sedemikian rupa dalam struktur

organisasi sehingga melibatkan isi pememgang jabatan kedalam

seringnya komunikasi dengan sejumlah besar pekerja lainnya.

Sebaliknya, jabatan lainnya ditempatkan sedemikian rupa sehingga

terjadi sedikit komunikasi di antara pemegang jabatan dengan yang

lainnya. Dengan menggunakan skema orgnisasi lembaga tersebut,

adalah mungkin untuk menghitung jumlah langkah atau pertukaran

pembicaraan yang diperlukan guna menyampaikan informasi kepada

jabatan yang diberikan dari setiap posisi lain dalam jaringan kerja

tersebut. Jumlah langkah bagi orang atau jabatan tertentu disebut total

jarak organisasi. Penambahan jarak perseorangan bagi semua pegawai

dalam organisasi dan membaginya dalam jumlah pegawai akan

menghasilkan jarak rata-rata organisasi (average organizational

distance) bagi semua jabatan dalam struktur itu. Dengan

membandingkan total jarak organisasi seseorang dengan jarak rata-rata

bagi seluruh struktur, seseorang dapat menentukan setiap jarak relatif

organisasi (relative organizational distance) pegawai. Para pegawai

dengan jarak relatif organisasi yang terkecil adalah yang paling pokok

dalam struktur tersebut. Mereka lebih banyak menerima informasi

14
yang berhubungan dengan kerja di banding pekerja pokok. Terhadap

pekerja yang berpengetahuan, informasi adalah bahan mentah untuk

produksi. Karena pekerja yang lebih terpusat secara organisasi

seharusnya lebih produktif dibanding pekerja yang kurang terpusat.

f. Komunikasi ( Communication )

Semua pekerjaan dalam sebuah kelompok manusia dilakukan

melalui dan karena komunikasi antar pekerja. Komunikasi biasa

diartikan sebagai pengiriman informasi dan opini antar manusia.

Diperlukan pendahuluan pesan oleh si pengirim dan persepsi pesan

yang sama oleh si penerima pesan. Kebanyakan ahli komunikasi

percaya bahwa penangkapan pesan tersebut merupakan aspek yang

lebih kritis dari proses dan usaha memperbaiki kualitas serta akurasi

komunikasi sebaiknya dimulai dengan mengajari manusia bagaimana

mendengar secara bersungguh - sungguh dan kritis terhadap semua

aspek pesan yang dikirim. Adalah mungkin untuk melatih pengirim

pesan agar mengatur, mengulang, dan merangkum informasi sehingga

memaksimalkan pengertian oleh si penerima pesan. Pengirim pesan

dapat diajari memperkuat isi verbal setiap pesan dengan ekspresi yang

sesuai dan gerak isyarat untuk menekankan konsep kunci serta untuk

mendapatkan masukan dari si penerima pesan sebagai tanda atas

keefektifan komunikasi.

15
2. Tujuan Pengorganisasian

Tujuan dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:

a. Mempermudah pelaksanaan tugas.

b. Mempermudah pimpinan melakukan pengendalian.

c. Agar kegiatan-kegiatan para bawahan terarah ke satu tujuan yang telah

ditentukan.

d. Agar dapat menentukan orang-orang yang tepat untuk tugas-tugas

yang ada.

3. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian

Untuk mencapai tujuan dalam pengorganisasian diperlukan prinsip -

prinsip sebagai berikut :

a. Prinsip rantai komando

Rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota,

efektif secara ekonomis dan berhasil dalam mencapai tujuan mereka,

organisasi dibuat dengan hubungan hierarkis dalam alur autoritas dari

atas ke bawah. Prinsip ini mendukung struktur mekanistis dengan

autoritas sentral yang mensejajarkan autoritas dan tanggung jawab.

Komunikasi terjadi sepanjang rantai komando dan cenderung satu arah

ke bawah. Pada organisasi keperawatan modern, rantai komando ini

adalah datar, dengan garis menejer dan staf teknis serta administrasi

yang mendukung stap perawat teknis.

16
b. Prinsip kesatuan komando

Kesatuan komando menyatakan bahwa seorang pekerja

mempunyai satu penyelia dan terdapat satu pimpinan dan satu rencana

untuk kelompok aktifitas dengan obyektif yang sama. Prinsip ini masih

diikuti pada kebanyakan organisasi keperawatan tetapi masih terus

dimodifikasi dengan memunculkan teori organisasi. Keperawatan

primer dan manajemen kasus mendukung prinsip kesatuan komando

ini, seperti juga praktek bersama.

c. Prinsip rentang kontrol

Rentang kontrol menyatakan bahwa individu harus menjadi

penyelia suatu kelompok bahwa ia dapat mengawasi secara efektif

dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi. Prinsip asal ini telah menjadi

elastis makin sangat terlatih pekerja makin kurang pengawasan yang

diperlukan. Pekerja dalam masa latihan memerlukan lebih banyak

pengawasan untuk mencegah terjadinya kesalahan. Bila digunakan

tingkat yang berbeda dari pekerja keperawatan, menejer perawat harus

lebih banyak mengkoordinasikan.

d. Prinsip spesialisasi

Spesialisasi menyatakan bahwa setiap orang harus dapat

menampilkan satu fungsi kepemimpinan tunggal. Sehingga ada divisi

tenaga kerja : suatu perbedaan di antara berbagai tugas. Spesialisasi

dianggap oleh kebanyakan orang menjadi cara terbaik untuk

menggunakan individu dan kelompok. Rantai komando

17
menggabungkan kelompok -kelompok dengan spesialitas yang

menimbulkan fungsi departementalis.

e. Prinsip pembagian kerja

Merupakan perincian dan pengelompokan aktifitas yang semacam

atau erat hubungannya satu sama lain yang dilakukan oleh suatu

bagian atau unit kerja tertentu. Prinsip dasarnya adalah untuk mencapai

efisiensi pelaksanaan kerja dimana orang mengerjakan kegiatan

tertentu sesuai dengan kemampuannya. Hal - hal yang harus

diperhatikan dalam pembagian kerja adalah :

1) Setiap unit kerja mempunyai perincian tugas dan  aktifitas  yang   

akan dilakukan, secara jelas dan tegas.

2) Setiap staf atau anggota organisasi harus memiliki perincian tugas,

tanggung jawab dan wewenang.

3) Beban tugas yang diberikan kepada staf atau unit organisasi harus

sesuai dengan kemampuan.

4) Variasi tugas yang diberikan hendaknya diusahakan yang sejenis

atau erat hubungannya satu sama yang lain.

5) Penempatan staf harus tepat dan sesuai.

6) Penambahan atau pengurangan tenaga harus berdasarkan beban

kerja.

Dalam pembagian kerja ada beberapa dasar yang perlu diperhatikan

yang dapat dipakai sebagai pedoman :

18
1) Pembagian kerja atas dasar wilayah atau teritorial, misalnya

koordinator perawatan yang berada di lantai dua rumah sakit yang

terdiri dari ruang penyakit dalam kelas dua, ruang bedah umum

kelas dua, dan sebagainya.

2) Pembagian kerja atas jenis barang atau jasa yang diproduksi.

Misalnya koordinator asuhan keperawatan ruang unit bedah,

koordinator pendidikan keperawatan, koordinator pengendalian

mutu pelayanan keperawatan.

3) Pembagian kerja berdasarkan waktu / shift pagi, siang, dan malam.

4) Pembagian atas dasar konsumer yang dilayani, misalnya perawat

yang khusus merawat klien dengan penyakit kulit, THT, dan lain –

lain.

5) Prinsip pendelegasian

Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang atau kekuasaan.

Kekuasaan merupakan hak seseorang untuk mengambil tindakan

yang perlu agar tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan

baik. Wewenang atau kekuasaan itu terdiri dari berbagai aspek

antara lain wewenang mengambil keputusan , menggunakan

sumber daya, memerintah, dan menggunakan batas waktu tertentu.

Adapun manfaat pendelegasian adalah :

1) Pimpinan dapat melakukan tugas pokok saja.

2) Setiap staf atau perawat memiliki wewenang sesuai dengan

tugasnya.

19
3) Meningkatkan kemampuan staf.

4) Kegiatan tetap berjalan walaupun pimpinan tidak ada.

5) Pelatihan dan kaderisasi untuk meningkatkan jenjang karir.

Dalam melakukan pendelegasian seorang pimpinan hendaknya

memperhatikan kemampuan orang yang diberi wewenang atau

pendelegasian, memperhatikan pendapat orang yang diberi wewenang,

melakukan bimbingan, menggerakkan dan melakukan pengontrolan.

Prinsip - prinsip organisasi yang telah disebutkan di atas adalah saling

ketergantungan dan dinamis bila digunakan oleh manajer perawat untuk

menciptakan lingkungan yang merangsang dalam praktek keperawatan

klinis. Dalam keperawatan, pengorganisasian pelayanan keperawatan

dilaksanakan dengan cara ( Burgess 1988 & Gillies 1988 ) :

a. Fungsional / penugasan

Yaitu pembagian tugas untuk perawat yang dilakukan oleh kepala

ruangan masing - masing mempunyai tugas khusus.

b. Alokasi pasien

Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk beberapa klien /

satu klien oleh  satu perawat saat berjaga.

c. Perawatan group / team nursing

Yaitu pelayanan lapangan dimana sekelompok perawat memberikan

pelayanan keperawatan kepada sekelompok klien, kelompok ini

dipimpin oleh perawat yang berijasah dan berpengalaman.

d. Pelayanan keperawatan utama

20
Yaitu pengorganisasian dalam pelayanan keperawatan sehingga satu

orang primary nursing dalam 24 jam bertanggung jawab pada klien

yang di bawah tanggung jawabnya dari masuk RS sampai pulang.

e. Struktur organisasi Rumah Sakit di Indonesia

Struktur organisasi rumah sakit dan lembaga - lembaga yang berkaitan

dengan rumah sakit tidak dapat digambarkan secara seragam.

Tapi beberapa hal tentang struktur organisasi tersebut dapat dipaparkan

sebagai berikut :

a. Struktur organisasi Depkes RI

b. Kaitan organisasi RSUD dengan Depkes RI dan Depdagri

c. Organisasi RS Swasta

d. RS Pemerintah

Struktur organisasi dan tata kerja RSU pemerintah diatur dalam SK

Menkes RI No. 134 / Menkes / SK / IV/ 78 tahun 1978 yang berlaku

untuk RS Umum kelas A, B, dan C yang dapat digambarkan sebagai

berikut :

Rincian tugas :

a. Direktur rumah sakit mempunyai tugas : memimpin, mengawasi,

dan mengkoordinasikan tugas - tugas rumah sakit sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Direktur rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh :

 Unsur bantuan kepemimpinan : para wakil direktur

 Unsur bantuan administrasi : kepala bagian sekretariat

21
 Unsur bantuan pelaksanaan fungsional : para kepala bidang

 Unsur bantuan pelaksanaan keuangan : bidang keuangan

 Unsur bantuan fungsional : kepala unit pelaksana

fungsional.

b. Bagian sekretariat mempunyai tugas :

 Mempersiapkan dan menyusun program laporan mengenai

kegiatan semua satuan organisasi dalam lingkungan RS

 Melakukan pengelolaan pegawai urusan ketata – usahaan

 Melakukan ketata -  usahaan  penderita rawat inap

 Melaksanakan pencatatan medis

c. Instalasi

Bertugas sebagai penunjang UPF, yang meliputi :

 Farmasi

 Patologi

 Laboratorium

 Pemeliharaan RS

 Kamar jenasah

d. Unit  pelaksana fungsional

Melakukan usaha pelayanan kesehatan :

 Promotif

 Preventif

 Kuratif

22
 Rehabilitatif

 Rujukan

e. Bidang - bidang

Bidang penunjang medis : mengkoordinasikan seluruh kebutuhan

unit - unit :

 unit anestesi dan perawatan intensif

 unit pelayanan darurat medis

 unit radiologi

 unit pelayanan rehabilitasi

 Instalasi

 Bidang pelayanan medis : mengkoordinasikan seluruh unit

pelaksana fungsional yang langsung atau tidak langsung

memperlancar kegiatan pelayanan kegiatan pada UPF.

Bidang pendidikan dan latihan mempunyai tugas :

o Mengatur dan mengkoordinasikan pendidikan dan latihan

dokter, dokter ahli, dan paramedis.

o Melaksanakan penataran medis dan paramedis dalam rangka

sistem rujukan.

o Melaksanakan kegiatan perpustakaan

Bidang keuangan mempunyai tugas :

o Mempersiapkan dan menyusun anggaran pendapatan dan

belanja, pertanggung jawaban keuangan .

o Melakukan tata usaha keuangan, pengelolaan bendahara.

23
B. JENIS STRUKTUR ORGANISASI DALAM KEPERAWATAN

Sejak dahulu, bagian keperawatan menggunakan salah satu pola struktur

berikut : birokratik, ad hoc,matriks, datar, atau berbagai kombinasi yang

disebutkan. Tipe struktur yang digunakan dalam setiap fasilitas layanan

kesehatan memengaruhi pola komunikasi, hubungan, dan kewenangan.

Rancangan organisasi birokratik umumnnya disebut struktur garis atau

organisasi staf. Mereka yang memiliki kewenangan staff dapat disebut sebagai

organisasi staf. Kedua jenis struktur organisasi ini sering ditemukan dalam

fasilitas layanan kesehatan yang besar dan biasanya serupa dengan rancangan

asli Weber akan organisasi yang efektif. Karena sebagian besar orang

mengenal struktur ini, hanya sedikit kesulitan yang dialami dalam

mengorientasikan orang dengan organisasi ini. Dalam struktur ini,

kewenangan dan tanggung jawab didefinisikasn dengan jelas, yang mengarah

pada efisiensi dan kesederhanaan dalam hubungan. Bagan organisasi dalam

Gambar dibawah ini adalah struktur garis-dan-staf.

Rancangan formal ini memiliki beberapa kerugian. Rancangan ini sering

menghasilkan kemonotonan, mengisolasikan pekerja, dan membuat

penyesuaian secara cepat untuk memperbaiki kesulitan suatu situasi. Masalah

lain dalam struktur dan garis-dan-staf adalah kedekatannya dengan rantai

komando komunikasi, yang membatasi komunikasi ke atas. Pemimpin yang

baik mendorong komunikasi ke atas untuk memperbaiki kerugian ini. Namun,

24
ketika posisi garis didefinisikasn dengan jelas, keluar dari rantai komando

untuk melakukan komunikasi ke atas biasanya tidak efektif.

Rancangan ad hoc merupakan modifikasi struktur birokratis dan kadang

kala digunakan rancangan awal yang sementara untuk memfasilitasi

penyelesaian proyek dalam organisasi garis formal. Struktur ad hoc adalah

sarana mengatasi ketidakfleksibelan struktur garis dan bertindak sebagai jalan

bagi profesional untuk mengatasi semakin meningkatnya jumlah informasi

yang tersedia. Struktur ad hoc menggunakan pendekatan tim atau tugas proyek

dan biasanya dibubarkan setelah proyek selesai. Kerugian struktur ini adalah

berkurangnya kekuatan dalam rantai komando formal dan berkurangnya

kesetiaan terhadap organisasi induk.

Struktur organisasi matriks dirancang untuk berfokus pada produk dan

fungsi. Fungsi dijelaskan sebagai semua tugas yang diperlukan untuk

menghasilkan produk, dan produk adalah hasil akhir fungsi. Sebagai contoh,

hasil ahir yang memuaskan dari masalah klien adalah produk, dan semua

tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan hasil akhir adalah fungsi

(Brooks, 1995). Struktur organisasi matriks memiliki rantai komando vertikal

dan horizontal yang formal. Gambar dibawah ini menggambarkan struktur

organisasi matriks dan menunjukkan bahwa direktur perawatan ibu-anak dapat

melapor ke wakil direktur layanan ibu dan wanita (manajer produk) dan wakil

direktur layanan keperawatan (manajer fungsional). Meskipun terdapat

peraturan formal yang lebih sedikit dan beberapa tingkat hierarki, struktur

matriks dapat menimbulkan kerugian. Misalnya, dalam struktur ini,

25
pengambilan keputusan lambat dilakukan karena perlunya berbagai informasi,

dan hal itu dapat menimbulkan kebingungan dan rasa frustasi bagi para

pekerja karena rancangan hierarki memiliki kewenangan-ganda. Keuntungan

utama sentralisasi keahlian sering kali lebih besar daripada kompleksitas

rancangan.

Organisasi garis layanan (service line organization) serupa dengan

rancangan matriks. Organisasi tersebut dapat digunakan pada beberapa

institusi besar untuk mengatasi sedikitnya jumlah perawat, yang merupakan

hal yang umum terjadi pada organisais birokratik besar tradisional. Garis

layanan, kadang kala disebut organisasi berpusat pada asuhan, berskala lebih

kecil daripada sistem birokratik besar. Misalnya, dalam rancangan organisasi

ini, keseluruhan tujuan ditentukan oleh organisasi yang lebih besar, tetapi

garis layanan mengambil keputusan berdasarkan proses yang digunakan untuk

mencapai tujuan (Miller, et al.,2001).

Rancangan organisasi datar adalah upaya menghilangkan lapisan hierarki

dengan cara mendatarkan rantai skalar dan desentralisasi organisasi. Garis

kewenangan tetap dipertahankan, tetapi karena struktur organisasi dibuat

datar, lebih banyak kewenangan dan pengambilan keputusan

1. Tipe-tipe organisasi

Pengorganisasian dalam keperawatan harus menyesuaikan dengan

metode penugasan yang diterapkan dalam ruang perawatan. Berikut akan

dijelaskan beberapa tipe organisasi dilihat dari strukturnya.

26
a. Struktur organisasi secara umum

Struktur organisasi di ruangan menyesuaikan dengan metode

penugasan yang dijalankan di ruang perawatan. Akan tetapi, secara

umum organisasi dibagi menjadi tiga macam, antara lain sebagai

berikut :

1) Organisasi lini

Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia.

Organisasi lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang

terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan

dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan,

segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan

kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.

Bagan 1. Organisasi Lini

Organisasi ini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan

jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana yang terbatas, serta

tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi

27
lini mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat diambil

dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta

koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Sedangkan,

kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna,

dibutuhkan pemimpin yang benar-benar dapat memegang kendali

dan berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, organisasi lini sangat cocok

diterapkan di ruang perawatan.

2) Organisasi staf

Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini.

Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan

satuan organisasi staf yang berperan sebagai pembantu pimpinan.

Orang yang duduk dalam satuan organisasi staf adalah individu

ahli yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Hal ini terjadi

karena pimpinan organisasi mengahadapi permasalahan yang

kompleks dan kesulitan untuk memecahkan permasalahan yang

ada sehingga dibutuhkan orang yang sanggup dan mampu

membantu pimpinan dalam memecahkan masalah organisasi.

28
Dalam organisasi staf, fungsi staf hanyalah sebagai pembantu.

Pengambilan keputusan tetap berada di tangan pimpinan.

Keuntugan organisasi staf adalah pengambilan keputusan dapat

lebih baik. Kerugiannya adalah pengambilan keputusan

membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan organisasi lini.

3) Organisasi lini dan staf

Bentuk organisasi lini dan staf merupakan pengembangan dari

organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diplot

sebagai penasihat, tetapi staf juga diberikan tanggung jawab untuk

melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika

permasalahn organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya

diharapkan memberikan buah pikirnya, tetapi staf juga harus

membantu pelaksanaannya.

Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan

lebih baik lagi karena pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh

sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena

pimpinan dapat lebih memusatkan perhatiannnya pada masalah

yang lebih penting, serta pengembangan bakat dan kemampuan

dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang

baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan memakan

waktu yang lebih lama lagi, dapat menimbulkan kebingungan

29
pelaksana jika staf tidak mengetahui batas-batas wewenangnya.

Bagan organisasi lini staf dapat dilihat dalam gambar beriku.

Seperti disampaikan pada kalimat di atas, struktur organisasi

pelayanan keperawatan di ruang rawat menyesuaikan dengan

metode penugasan yang diterapkan. Berikut adalah bagan struktur

organisasi pelayanan di ruang perawatan yang mengacu pada

model pemberian asuhan keperawatan.

b. Struktur organisasi pelayanan keperawatan

1) Metode kasus

Metode kasus merupakan metode penugasan yang paling tua

karena metode ini adalah metode pemberian asuhan keperawatan

yang pertama kali digunakan. Pada mentode ini, seorang perawat

bertugas dan bertanggung jawab merawat satu pasien selama

periode dinas (Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan di ruang

perawatan intensif.

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat

Pasien Pasien Pasien Pasien

Bagan. Organisasi Metode Kasus

Asuhan pasien total adalah model pengelolaan asuhan

pasien yang palin tua. Pada metode ini, perawat mengemban

30
tanggung jawab total untuk memenuhi semua kebutuhan pasien

yang dikelola selama waktu kerja mereka. Pada pergantian abad

ke-19, asuhan pasien total umumnya diberikan di rumah pasien,

dan perawat juga bertanggung jawab untuk memasak,

membersihhkan rumah, dan kegiatan lain yang khusus untuk

pasien dan keluarga, selain asuhan keperawatan tradisional

(Nelson, 2000). Penting untuk diperhatikan bahwa sebagian besar

asuhan medis dan keperawatan untuk kelas atas dan kelas

menengah selama masa ini diberikan di rumah; rumah sakit pada

masa itu terutama digunakan untuk kaum miskin dan sakit keras.

Asuhan keperawatan pasien total kadang kala disebut sebagai

metode penugasan kasus karena pasien dikelola sebagai kasus,

hampir sama dengan keperawatan dengan tugas khusus yang

dilakukan saat ini (Marquis, 2013).

Selama masa depresi pada tahun 1930-an, orang tidak lagi

mampu membiayai perawtan di rumah dan mulai menggunakan

rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang sebelumnya

diberikan oleh perawat dengan tugas khusus di rumah. Selama

masa itu, perawat dan mahasiswa adalah pemberi asuhan di rumah

sakit dan lembaga kesehatan umum. Seiring dengan pertumbuhan

rumah sakit selama tahun 1930-an dan 1940-an. Pemberian

asuhan total diteruskan sebagai cara utama pengelolaan asuhan

pasien (Marquis, 2013).

31
Perawat Penanggung Jawab

Staff Keperawatan

Staff Keperawatan

Staff Keperawatan Pasien/Klien

Pasien/Klien

Pasien/Klien

Gambar. Metode kasus atau struktur asuhan pasien total

Metode penugasan ini masih luas digunakan di rumah sakit dan

lembaga perawatan kesehatan di rumah. Struktur organisasi ini

memberikan otoritas dan tanggung jawab yang tinggi pada

perawat. Mengelola pasien adalah tindakan yang sederhana dan

langsung serta tidak membutuhkan perencanaan seoerti yang

dibutuhkan metode pemberian asuhan yang lain. Batas tanggung

jawab dan pertanggung jawaban jelas. Secara teori, pasien

mendapatkan asuhan yang holistikn dan tidak terpisah-pisah

selama waktu kerja perawat (Marquis, 2013).

Namun, setiap perawat yang merawat pasien dapat

memodifikasi program asuhan tersebut. Oleh karena itu, jika ada

tiga kali pergantian jaga, pasien dapat memperoleh tiga pendekatan

asuhan yang berbeda, yang sering menimbulkan kebingungan pada

pasien. Agar dapat mempertahankan kualitas asuhan, metode ini

membutuhkan orang yang sangat terampil sehungga biayanya lebih

tinggi dibandingkan dengan bentuk asuhan pasien lainnya.

32
Pendukung metode ini membantah hal ini karena sebagian tugas

yang dilakukan oleh pemberi perawatan primer dapat diselesaikan

oleh orang lain yang kurang berlatih sehingga biayanya lebih

murah (Marquis, 2013).

Kerugian terbesar pemberian asuhan pasien total adalah

perawat tidak cukup terlatih atau dipersiapkan untuk memberikan

asuhan total kepada pasien. Dalam sejarah awala keperawatan,

hanya terdapat RN; saat ini, terdapat berbagai tenaga asuhan

keperawatan , banyak di antaranya yang tidak memiliki lisensi dan

pendidikan terbatas, melayani pasien. Selama masa kekurangan

tenaga keperawatan, banyak rumah sakit menugaskan petugas

perawatan kesehatan yang bukan RN untuk memberikan sebagian

besar asuhan keperawatan tersebut. Karena RN yang ditugaskan

bersama mungkin mempunyai beban pasien yang berat,

kesempatan yang ada untuk melakukan pengawasan kecil. Hal ini

berpotensi menimbulkan asuhan yang tidak aman (Marquis, 2013).

2) Metode fungsional

Metode penugasan fungsional merupakan metode pemberian

asuhan keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas

dan prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas utama metode ini adalah

pemenuhan kebutuhan fisik sehingga kurang memerhatikan

kebutuhan manusia secara holistik dan komprehensif (Asmuji,

2012).

33
Metode fungsional pemberian asuhan keperawatan terutama

berkembang sebagai akibat Perang Dunia II dan pembangunan

rumah sakit terjadi dengan pesat sebagai hasil Undang-Undang

Hill-Burton. Karena perawat sangat dibutuhkan di luar negeri dan

di rumah, kekurangan tenaga keperawatan terjadi dan petugas

tambahan diperlukan untuk membantu melakukan asuhan pasien.

Pekerja yang relatif tidak terlatih ini dilatih untuk melakukan tugas

sederhana dan mendapatkan kecakapan melalui pengulangan

tindakan. Contoh tugas keperawatan fungsional adalah mengukur

tekanan darah, memberikan obat, mengganti seprai, dan

memandikan pasien. Perawat terdaftar menjadi manajer asuhan

bukan sebagai pemberi asuhan langsung dan “asuhan melalui orang

lain” menjadi frase yang digunakan untuk menyebut metode

asuhan keperawatan semacam ini (Marquis, 2013).

Kepala Ruang

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


merawat luka pengobatan Merawat luka pengobatan

Pasien

Bagan. Organisasi Metode Fungsional

34
Bentuk pengelolaan asuhan keperawatan semacam ini dianggap

bersifat sementara karena diasumsikan saat perang berakhir, rumah

sakit tidak membutuhkan petugas tambahan. Namun, ledakan

kelahiran bayi dan pertumbuhan populasi sebagai hasilnya segera

setelah Perang Dunia II menyebabkan negara kekurangan tenaga

perawat. Oleh karena itu, petugas kesehatan mempunyai kategori

baru, yaitu memperkerjakan orang dengan berbagai tingkat

keterampilan dan jenjang pendidikan. Saat ini, sebagian besar

organisasi keperawatan masih meneruskan praktik

memperkerjakan petugas kesehatan dari banyak latar belakang

pendidikan dan tingkat keterampilan (Marquis, 2013).

Sebagian besar pemimpin mempertimbangkan keperawatan

fungsional sebagai cara hemat biaya dalam meberikan asuhan. Hal

ini berlaku jika kualitas asuhan dan perawatan holistik tidak

dianggap sebagai hal yang esensial. Salah satu keuntungan utama

keperawatan fungsional adalah efisiensinya, tugas diselesaikan

dengan cepat, dengan kebingungan tanggung jawab yang kecil.

Keperawatan fungsional memungkinkan pemberian asuhan dengan

jumlah perawat terdaftar yang minimal. Di banyak tempat,

misalnya ruang operasi, struktur fungsional tersebut dapat berjalan

dengan baik dan masih sangat banyak ditemukan. Fasilitas

perawatan jangka panjang juga sering menggunakan suatu

pendekatan fungsional untuk asuhan keperawatan (Marquis, 2013).

35
Baru-baru ini, semakin banyak petugas bantuan tidak berlisensi

(UAP, unlicensed assistive personal) yang diperkerjakan dalam

organisasi perawatan kesehatan. Banyak perawat manajer yang

meyakini bahwa memberikan tugas dengan keterampilan rendah

pada UAP memungkinkan perawat professional melakukan tugas

dengan keterampilan yang lebih tinggi dan akan jauh lebih

ekonomis; namun, hal ini belum terbukti (Huston, 1996). Sebagian

besar pimpinan modern pasti akan menyangkal bahwa mereka

sedang menggunakan keperawatan fungsional, meskipun

kecdenderungan memberikan tugas kepada petugas, daripada

memberikan bantuan petugas kepada perawat professional,

menyerupai metode keperawatan fungsional (Marquis, 2013).

Keperawatan fungsional cenderung mengarah ke asuhan yang

terpecah dan kemungkinan mengabaikan kebutuhan prioritas

pasien. Keperawatan fungsional juga dapat menimbulkan kepuasan

kerja yang rendah karena sebagian petugas merasa kurang

tertantang dan kurang dirangsang dalam melakukan peran mereka.

Nelson (2000) mengungkapkan bahwa keperawatan fungsional

“mematikan” proses keperawatan karena perawat yang terlatih

sebagai klinisi menjadi manajer asuhan pasien, dan bahwa

mempertahankan asuhan berpusat pada pasien dan individu adalah

hal yang memiliki risiko. Selain itu, keperawatan fungsional

mungkin tidak efektif-biaya karena banyaknya koordinator yang

36
diperlukan. Petugas sering hanya berfokus pada pekerjaan mereka

sendiri dan kurang tertarik pada keseluruhan hasil (Marquis, 2013).

Pada metode penugasan fungsional, seorang kepala ruang

membawahi secara langsung perawat-perawat pelaksana yang ada

di ruang tersebut. Metode ini menggambarkan bahwa satu-satunya

pemegang kendali manajerial dan laporan klien adalah kepala

ruang, sedangkan perawat lainnya hanya sebagai perawat

pelaksana tindakan.

Peran perawat pada metode ini adalah melakukan tindakan

sesuai dengan spesifikasi/spesialisasi yang dimilikinya. Setiap

perawat mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan

tindakan keperawatan sebanyak satu atau dua jenis tindakan. Jenis

tindakan lainnya diberikan oleh perawat lainnya. Berdasarkan

struktur di atas, tergambar ada jelas bahwa ada pembagian tugas

perawat, yaitu ada perawat yang tugasnya hanya memberikan obat,

ada perawat yang tugasnya hanya merawat luka, dan lain-lain.

Namun demikian, guna mengurangi beban tanggung jawab

kepala ruang yang besar, pihak rumah sakit dapat memodifikasi

struktur tersebut dengan menempatkan wakil kepala ruang untuk

membantu tugas kepala ruang. Selain mengurangi beabn kerja

kepala ruang, dengan adanya wakil kepala ruang, harapannya dapat

meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan.

37
Kelebihan Dan Kelemahan Metode Fungsional

Tabel 4. Kelebihandan Kelemhan Metode Fungsional

Kelebihan Kelemahan

1. Efisien, terutama untuk 1. Kepala ruang kurang


ruangan yang mempunyai waktu untuk dapat
jumlah tenaga perawat yang memberikan masukan
minimal/sedikit. kepada memberikan
2. Perawat mempunyai keahlian asuhan keperawatan yang
/ spesialisasi tindakan tertentu terbaik.
2. Setiap perawat tidak dapat
memberikan asuhan secara
komprehensif
3. Komunikasi antar perawat
sangat terbatas.
4. Prioritas hanya kebutuhan
fisik sehingga tidak
komprehensif
5. Pemberian asuhan
keperawatan
terfragmentasi.
6. Kepuasan pasien sulit
tercapai.
7. Kepuasan perawat selaku
pemberian asuhan sulit.

3) Metode Tim

Menurut Douglas (1992), metode tim adalah metode pemberian

asuhan keperawatan yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga

keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dipimpin oleh

38
seorang perawat profesional yang sering disebut “ketua tim”.

Selain itu, Sitorus (2006) juga menyampaikan bahwa dengan

metode penugasan tim, setiap anggota kelompok/tim mempunyai

kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan

keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa

tanggung jawab tinggi

Kepala Ruang

TIM I TIM II
Ketua Tim Ketua Tim
Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

Bagan. Organisasi metode tim

Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif

dan efisien, tugas pokok dan fungsi masing-masing posisi harus

jelas dan dipahami oleh masing-masing personal perawat. Keliat,

dkk (2006) menguraikan secara rinci tugas pokok dan fungsi

masing-masing posisi yang tergambar dalam struktur organisasi

metode penugasan tim sebagai berikut :

1) Kepala ruangan

a) Pendekatan manajemen

Fungsi Perencanaan

39
 Menyusun visi, misi, dan filosofi

 Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan

tahunan)

Fungsi Pengorganisasian

 Menyusun struktur organisasi

 Menyusun jadwal dinas

 Membuat daftar alokasi pasien

Fungsi Pengarahan

 Memimpin operan

 Menciptakan iklim motivasi

 Mengatur pendelegasian

 Melakukan supervisi

Fungsi Pengendalian

 Mengevaluasi indikator mutu

 Melakukan audit dokumentasi

 Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga pasien,

dan perawat.

 Melakukan survei masalah kesehatan/keperawatan

b) Compensatory Rewand

 Melakukan penilaian kerja ketua tim dan perawat

pelaksana

40
 Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf

keperawatan

c) Hubungan Profesional

 Memimpin rapat keperawatan

 Memimpin konferensi kasus

 Melakukan rapat tim kesehatan

 Melakukan kolaborasi dengan dokter

d) Asuhan keperawatan

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien

(disesuaikan dengan spesifikasi ruangan).

2) Ketua tim

a) Pendekatan Manajemen

Fungsi Perencanaan

 Menyusun rencana jangka pendek (harian dan bulanan).

Fungsi Pengorganisasian

 Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan

 Membuat daftar alokasi pasien kepada perawat

pelaksana

Fungsi Pengarahan

 Memimpin pre-conference dan post-conference

 Menciptakan iklim motivasi di dalam timnya

 Mengatur pendelegasian dalam timnya

 Melakukan supervisi kepada anggota timnya.

41
Fungsi Pengendalian

 Melakukan observasi terhadap pelaksanaan asuhan

keperawatan kepada pasien yang dilakukan oleh

perawat pelaksana

 Memberikan umpan balik kepada perawat pelaksana

b) Compensatory Rewand

 Melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana

c) Hubungan Profesional

 Melakukan konferensi kasus

 Melakukan kolaborasi dengan dokter

d) Asuhan keperawatan

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien

(disesuaikan dengan spsifikasi ruangan).

3) Perawat Pelaksana

a) Pendekatan manajemen

Fungsi Perencanaan

 Menyusun rencana jangka pendek (harian).

b) Asuhan keperawatan

 Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada

pasien (disesuaikan dengan spesifikasi ruangan).

Dengan melihat dan menyimak penjelasan di atas, secara

jelas terdapat perbedaan uraian tugas dari kepala ruang, ketua

tim, dan perawat pelaksana. Berdasarkan uraian di atas,

42
tergambar bahwa kepala ruang dan ketua tim menjalankan

tugas manajerial dan asuhan keperawatan, sedangkan perawat

pelaksana murni menjalankan asuhan keperawatan. Batasan ini

harus dipahami secara benar oleh masing-masing posisi sebagai

acuan untuk melaksanakan tugas limpah (pendelegasian).

Seperti halnya metode penugasan yang lain, metode

penugasan tim mempunyai kelebihan dan kelemahan. Berikut

adalah kelebihan dan kelemahan metode penugasan tim.

Kelebihan Dan Kelemahan Metode Tim

Kelebihan Kelemahan

43
1. Pelayanan keperawatan 1. Kegiatan-kegiatan
yang komprehensif konferen memerlukan
2. Proses keperawatan dapat waktu yang cukup lama
diterapkan. sehingga kegiatan
3. Metode tim memungkinkan konferen tidak akan dapat
dapat bekerja lebih efektif dilaksanakan jika dalam
dan efisien. kondisi sibuk.
4. Metode tim memungkinkan 2. Jika jumlah perawat
untuk dapat bekerja sama sedikit, menyebabkan
antar-tim. pre-conference dan post-
5. Metode tim memungkinkan conference mungkin tidak
tingginya kepuasan pasien dapat dilaksanankan.
terhadap pelayanan Untuk kegiatan pre-
keperawatan. conference dan post-
6. Metode tim meningkatkan conference, setiap tim
motivasi dan kepuasan minimal terdiri dari dua
perawat sebagai pemberi orang.
pelayanan keperawatan.

4) Metode keperawatan primer

Metode keperawatan primer adalah suatu metode

pemberian asuhan keperawatan yang mempunyai karakteristik

kontinuitas dan komprehensif dalam pemberian asuhan

keperawtan yang dilakukan oleh seorang perawat yang

bertanggung jawab dalam merencanakan, melakukan, dan

mengoordinasi pasien selama pasien di rawat di ruang

perawatan. Perawat yang bertanggung jawab 24 jam atas

pasien-pasiennya tadi disebut “perawt primer”. Perawa primer

44
biasanya bertanggung jawab antara 4-6 pasien. Berikut akan

dijelaskan secara rinci tugas pokok dan fungsi masing-masing

posisi pada struktur organisasi metode keperawatan primer.

1) Tugas pokok dan fungsi perawat primer

a) Perawat primer menerima dan mengorientasikan pasien

yang masuk di ruang perawatan.

b) Perawat primer mengkaji secara komprehensif dan

merumuskan diagnosis keperawatan.

c) Perawat primermembuat rencana keperawatan (tujuan,

kriteria hasil, rencana tindakan, dan rasional).

d) Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi

dengan perawat lain dengan tenaga kesehatan yang lain

atau rencana yang telah dibuat.

e) Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi

dengan perawat

f) Perawat primer melakukan evaluasi terhadap hasil yang

telah dicapai.

g) Perawat primer membuat rencana pulang pasien

(termasuk rencana penyuluhan).

h) Perawat primer melakukan rujukan kepada pekerja

sosial dan kontak dengan lembaga sosial di masyarakat.

i) Perawat primer membuat jadwal perjanjian klinik.

j) Perawat primer mengadakan kunjungan rumah.

45
2) Tugas pokok dan fungsi kepala ruang

Menurut Asmuji (2012), tugas pokok dan fungsi kepala

ruang pada metode primer tidak jauh berbeda dengan yang

dilakukan pada metode penugasan tim seperti yang

disampaikan Keliat, dkk, (2006) sebagai berikut :

a) Pendekatan Manajemen

Fungsi Perencanaan

 Menyusun visi, misi, dan filosofi.

 Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan,

dan tahunan).

Fungsi Pengorganisasian

 Menyusun struktur organisasi.

 Menyusun jadwal dinas.

 Mambuat daftar alokasi pasien.

Fungsi Pengarahan

 Memimpin operan.

 Menciptakan iklim motivasi.

 Mengatur pendelegasian.

 Melakukan supervisi.

Fungsi Pengendalian

 Mengevaluasi indikator mutu.

 Melakukan audit dokumentasi.

46
 Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga pasien,

perawat, dan nakes lain.

 Melakukan survei masalah kesehatan/keperawatan.

b) Compensatory Rewand

 Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat

pelaksana.

 Merencanakan dan melaksanakan pengembangan

staf.

c) Hubungan profesional

 Memimpin rapat keperawatan.

 Melakukan rapat tim kesehatan

Selain menjalankan tugas di atas, ada salah satu tugas

yang harus dijalankan oleh kepala ruang adalah menjadi

konsultan jika perawat primer mengalami kendala dalam

menjalankan tugasnya.

4) Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Asosiat

a) Melaksanakan tindakan keperawatan

b) Menerima delegasi dari perawat primer

Kelebihan Dan Kelemahan Metode Keperawatan Primer

Kelebihan kelemahan

1. Akuntabilitas Dibutuhkan perawat yang


2. Otonomi benar-benar mempunyai
3. Advokasi pengalaman, pengetahuan,
sikap, kemampuan (skill)

47
4. Kontinuitas yang mumpuni.
5. Komprehensif
6. Komunikasi
7. Koordinasi
8. Kolaborasi
9. Komitmen
10. Kepuasan pasien
11. Kepuasan perawta
12. Kepuasan dokter
13. Kepuasan rumah sakit
14. Penghargaan
15. Kesempatan untuk
mengembangkan diri

Tabel 6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Keperawatan

Primer

Selain pembuatan struktur organisasi, menurut Kelliat, dkk.

(2006) kegiatan lain fungsi pengorganisasian dalam ruang

perawatan adalah sebagai berikut :

1) Pembuatan Daftar Dinas

Daftar dinas merupakan bagian penting dalam

pengorganisasian yang berisi jadwal dinas (shift pagi, siang,

dan malam), perawat yang liburdan perawat yang cuti.

Dafta dinas ini biasanya dibuat untuk kurun waktu dinas

selama satu bulan. Pembuat daftar dinas adalah kepala

ruang yang dibantu ketua tim/perawat primer.

48
2) Pembuatan Daftar Alokasi Pasien

Daftar alokasi pasien dibuat guna untuk mengetahui

jumlah dan nama pasien, jenis penyakit, dokter, serta

distribusi perawat terhadap pasien yang ada dalam ruangan.

Daftar pasien berisi nama pasien, dokter yang bertanggung

jawab, perawat dalam tim (jika menerapkan metode

penugasan tim), perawat yang dinas, dan perawat yang

bertanggung jawab tiap shift.

49
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemimpinan merupakan inti manajemen, oleh karena itu setiap

manajer keperawatan berkewajiban mempengaruhi perawat-perawat dibawah

pengawasannya untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya secara

bersama sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai. perawat dalam

melaksanakan tugasnya diharapkan tidak saja menjadi manajer tetapi juga

menjadi pemimpin yang efektif.Untuk menjadi pemimpin yang efektif seorang

perawat perlu memiliki inteligensi, dalam arti harus cerdas, mempunyai

kepribadian yang mantap artinya percaya diri, kreatif dan tidak tergantung

pada orang lain. Disamping itu juga mempunyai kemampuan bekerja sama

dan hubungan antar manusia yang baik.

B. Saran

1. Institusi Pendidikan

Agar institusi dapat menyediakan bahan bacaan/ review tentang

Manajemen Keperawatan guna meningkatkan pengetahuan mahasiswa

2. Mahasiswa

Agar lebih proaktif dalam mempelajari dan memahami materi terkait

Manajemen Keperawatan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing

Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

______. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika

Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Bogor: In

Media

Triwibowo, Cecep. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.

Jakarta: CV Trans Info Media

51

Anda mungkin juga menyukai