FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2020 Saudara diminta untuk menyelesaikan kasus dilema etik dengan menggunakan kerangka pemecahan dilema etik sesuai yang diajarkan! Kasus Ibu A berusia 37 tahun, menginginkan untuk mengakhiri hidupnya. Ibu A mengalami Kanker cerviks stadium akhir, suaminya meninggalkannya. Ketika ibu A mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut. Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan memperhatikan antara keinginan/hak meninggal Ibu A dengan prinsip moral dan tugas legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan di rumah sakit. Perawat X mendukung dan menghormati keputusan Ibu A yang memilih untuk mati. Perawat Y menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada di rumah sakit tidak mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat Z mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah dokter. Tugas saudara adalah, membuat pemecahan masalah dilema etik berdasarkan kerangka pemecahan masalah dilema etik. PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK : Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
1. Mengembangkan data dasar :
Mengembangkan data dasar disini adalah dengan mencari lebih lanjut informasi yang ada mengenai dilema etik yang sedang dihadapi. Mengembangkan data dasar melalui: a) Menggali informasi lebih dalam terhadap pihak pihak yang terlibat meliputi : Klien, keluarga, dokter, dan perawat. b) Identifikasi mengenai tindakan yang diusulkan : Memberi informasi, dan meminta persetujuan untuk dilakukan resusitasi sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut. c) Maksud dari tindakan tersebut : untuk mempertahankan hidup klien dan tidak melanggar peraturan yang berlaku. d) Konsekuensi tindakan yang diusulkan : bila dilakukan resusitasi dan kondisi klien kembali normal kemungkinan keluarga dapat menerima tindakan tersebut, namun jika tindakan resusitasi tidak berhasil dan klien meninggal dunia keluarganya dapat menyalahkan perawat karena dianggap melanggar hak meninggal klien. Apabila keluarga klien kecewa terhadap pelayanan di di rumah sakit mereka bisa menuntut rumah sakit.
2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :
Penderitaan klien dengan kanker cerviks stadium akhir yang syang ditinggalkan oleh suaminya menginginkan untuk mengakhiri hidupnya. Saat henti jentung keluarganya menolak untuk dilakukan resusitasi karena dianggap melanggar kepentingan hak meninggal klien. Konflik yang terjadi adalah : a) Bila tidak memberikan tindakan resusitasi dapat menyebabkan kematian klien yang berarti melanggar prinsip etik Beneficience- Nonmaleficience, dan melanggar prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut. b) Bila tidak memenuhi keinginan klien dan keluarga terkait dengan pelanggaran hak klien yang dapat melanggar nilai autonomy. Dan beresiko keluarga klien dapat menuntut perawat dan rumah sakit terhadap tindakan yang telah dilakukan. 3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut. a) Tetap melakukan resusitasi dengan memberikan informasi terlebih dahulu mengenai tindakan dan prognosisnya Konsekuensinya : 1) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri 2) Keluarga cemas dengan situasi tersebut 3) Keluarga dapat menuntut atas pelanggaran tersebut 4) Tidak mempercepat kematian klien b) Menuruti keinginan keluarga klien untuk tidak melakukan tindakan resusitasi Konsekuensi : 1) Risiko mempercepat kematian klien 2) Hak klien sebagian dapat terpenuhi karena memnentukan nasibnya sendiri 3) Beresiko melanggar peraturan dan kebijakan yang berlaku di rumah sakit.
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :
Perawat tidak membuat keputusan untuk pasien, tetapi perawat membantu dalam membuat keputusan bagi klien dan keluarganya, tetapi dalam hal ini perlu dipikirkan, beberapa hal: a) Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka ditunjuk. b) Untuk siapa saja keputusan itu dibuat c) Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social, ekonomi, fisiologi, psikologi dan peraturan/hukum). d) Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkan e) Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang diusulkan. Dalam kasus Ny.A. keluarganya lah yang membuat keputusan, jadi atau tidaknya untuk dilakukan tindakan resusitasi. Perawat seharusnya bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga dapat membuat keputusan yang tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan. Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang penolakan tindakan resusitasi dapat diselesaikan atau diterima oleh pasien setelah mendiskusikan dan memberikan informasi yang lengkap dan valid tentang kondisinya, dilakukan tindakan resusitasi ataupun tidak yang jelas keluarga telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap sehingga hak autonomi pasien dan keluarga dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik pasien, keluarga, perawat dan dokter.
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
1) Perawat berkewajiban untuk menerapkan prinsip autonomi yaitu menghargai keputusan klien dan keluarga untuk menentukan pilihannya sendiri 2) Melaksanakan peran perawat sebagai advokasi dalam memberikan informasi tentang kondisi klien secara rinci, melakukan konsultasi dengan tim medis mengenai tindakan resusitasi yang akan dilakukan mengenai dampak dan manfaat terhadap klien. 3) Perawat berkewajiban untuk melaksanakan kode etik profesinya dan menjalankan semua kewajiban yang didasari oleh nilai-nilai moral yang telah diatur dalam profesinya 4) Melindungi dan melaksanakan standar keperawatan yang disesuikan dengan kompetensi keperawatan professional dan SOP yang berlaku diruangan 6. Membuat keputusan Pada kondisi kasus Ny.A dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan tindakan resusitasi atau tidak. Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.A. Tetapi harus juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu beberapa alternatif tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.A sebagai bentuk tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi pasien dan keluarga. Kemudian harus ada pernyataan atau inform consent mengenai penolakan ataupun penerimaan tindakan yang akan diberikan terhadap pasien.