Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia keperawatan memerlukan suatu manajemen yang baik dimana manajemen
tersebut manajemen tersebut merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan disuatu rumah sakit. Proses manajemen keperawatan
sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara profesional. Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi
individu, keluarga dan masyarakat (Sukmana 1999, dalam Nursalam 2011).
Permasalahan manajemen dalam suatu Rumah Sakit merupakan salah satu bagian
yang sangat penting karena RS juga harus dapat menyusun strategi-strategi pemasaran
sebaik mungkin dengan cara memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada disamping
itu RS harus dapat juga mengantisipasi gerakan pesaing dan ancaman. Penetapan strategi
pemasaran akan berpengaruh terhadap naik turunnya hasil dari pelayanan kesehatan yang
diberikan pada konsumen dengan demikian, suatu perusahaan perlu untuk menganalisis
dan menindak lanjut SWOT yang dimiliki. Analisa SWOT merupakan salah satu metode
untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep
bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths
(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunites (peluang) dan Threats (ancaman).
Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi
yang akan dilakukan.
Sasaran keselamatan pasien yang tertuang dalam hak dan kewajiban pasien dalam
UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Memperoleh layanan kesehatan yang
bermutu sesuai dengan kebutuhan medis, standar profesi dan standar operasional. Salah
satu bentuk keselamatan pasien adalah hand hygiene untuk mencegah terjadinya infeksi
atau penyebaran mikroorganisme.
Hand hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang paling penting
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (Potter & Perry, 2003) dalam (Zulpahiyana,
2013). Menurut Van dan Enk (2006) dalam Zulpahiyana (2013), hand hygiene adalah
cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial. Tujuan hand hygiene untuk
membuang kotoran dan organisme yang menempel ditangan dan untuk mengurangi
jumlah mikroba total pada saat itu.
Beberapa publikasi hasil penelitian menunjukkan bahwa hand hygiene pasien
yang belum optimal telah menyebabkan kerugian kepada pasien, keluarga, dan
masyarakat. Beberapa penyebab penyebaran mikroorganisme salah satunya dapat melalui
keluarga ke pasien hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyebaran mikroorganisme
yang dibawa oleh keluarga pasien dari luar masuk ke dalam lingkungan rumah sakit
(Hidayat, 2011).
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penulisan latar belakang permasalah diatas maka, penulis merumuskan


masalah belum optimalnya edukasi tentang hand hygiene pada keluarga pasien di Ruang
Lukas Rumah Sakit Immanuel Bandung ?
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Memperoleh atau mendapatkan dalam menganalisa masalah pada manajemen
keperawatan di ruang Lukas Rumah Sakit Immanuel Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan kajian situasi di ruang rawat inap
b. Mahasiswa mampu melakukan analisa SWOT pada masalah belum optimalnya
edukasi tentang hand hygiene pada keluarga pasien di Ruang Lukas Rumah Sakit
Immanuel Bandung
c. Mahasiswa mampu melakukan analisis fishbone pada masalah belum optimalnya
edukasi tentang hand hygiene pada keluarga pasien di Ruang Lukas Rumah Sakit
Immanuel Bandung
d. Mahasiswa mampu membuat intervensi pemecahan masalah belum optimalnya
edukasi tentang hand hygiene pada keluarga pasien di Ruang Lukas Rumah Sakit
Immanuel Bandung
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada masalah belum optimalnya
edukasi tentang hand hygiene pada keluarga pasien di Ruang Lukas Rumah Sakit
Immanuel Bandung
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada masalah belum optimalnya edukasi
tentang hand hygiene pada keluarga pasien di Ruang Lukas Rumah Sakit
Immanuel Bandung
g. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindak lanjut pada masalah belum
optimalnya edukasi tentang hand hygiene pada keluarga pasien di Ruang Lukas
Rumah Sakit Immanuel Bandung

D. Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan
Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan
2. BAB II Tinjauan Teoritis
Berisikan konsep manajemen keperawatan dan kepemimpinan, konsep hand hygiene,
konsep redemonstrasi
3. BAB III Tinjauan Kasus
Berisikan Weakness, Analisa SWOT, Fish Bone Analisis, Prioritas Masalah, Prioritas
penyelesaian masalah dan Planning of action (POA)
4. BAB IV Implementasi dan Evaluasi
Berisikan implementasi dari rencana tindakan dan evaluasi tindakan yang dilakukan
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Berisikan kesimpulan dan saran dari masalah belum optimalnya edukasi tentang hand
hygiene pada keluarga pasien di Ruang Lukas Rumah Sakit Immanuel Bandung
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Konsep Manajemen
A. Pengertian Manajemen
a. Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu
lingkungan yang berubah. Manajemen juga merupakan proses
pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai
tujuan (melalui kerjaan orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu
organisasi. (nursalam, 2011).
b. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
(Nursalam, 2011).
B. Tujuan Dan Sasaran Manajemen
a. Tujuan Menejemen
Menurut Gillies (2012) tujuan menejemen yakni:
1) Memiliki dan mengembangkan nilai serta sikap pengetahuan,
kecerdasan, keterampilan serta kemampuan sebagai tenaga
pembangunan di bidang manajemen.
2) Memiliki, keuletan, kesabaran, dan kemandirian dalam bekerja baik
secara individu maupun berkelompok.
3) Mengamati dan menganalisa suatu masalah serta menerapkan ilmu
pengetahuannya untuk melaksanakan praktek dibidang manajemen,
baik untuk kepentingan usahanya ataupun peran sertanya menjadi
seorang professional.
b. Sasaran Menajemen
Sasaran Manajemen (Gillies, 2012), adalah:
1) Human Resources.
Dalam setiap aktivitas manajemen yang dilakukan seharusnya selalu
memperhatikan tentang potensi-potensi yang ada pada sumber daya
manusia. Hal ini disebabkan sumber daya manusia merupakan faktor
yang paling penting dalam kegiatan manajemen. Tanpa adanya
pengelolaan sumber daya manusia yang baik, maka dapat dipastikan
kegiatan manajemen tidak dapat berjalan dengan maksimal.
Sasaran terhadap sumber daya manusia, bentuk kegiatanya dapat
berupa memimpin, memotivasi dan mengarahkan orang-orang agar
aktivitasnya mengarah pada tujuan yang akan dicapai.
2) Non Human Resources.
Sasaran manajemen yang kedua adalah non human resources atau
segala bentuk fasilitas yang ada untuk menunjang pencapaian tujuan
manajemen. Bentuk kegiatan non human resources adalah
mengadakan dan memelihara serta mengendalilan segala fasilitas
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan misalnya, tempat,
alat, metode kerja dan sebagainya.
C. Fungsi-fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian
kegiatan untuk mencapainya, melalui perencanaan yang akan dapat
ditetapkan tugas-tugas staf.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah kegiatan manajemen untuk menghimpun semua
sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi
c. Actuating (directing, commanding, coordinating)
Pergerakkan adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar
mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas-tugasnya
sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki sesuai dengan dukungan sumber
daya yang tersedia
d. Pengendalian, pengawasan (controlling)
Pengendalian adalah proses untuk mengamati secara terus menerus
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
terhadap penyimpangan yang terjadi. Merupakan fungsi pengawasan agar
tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara
dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat
segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan
yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu
setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan
ditunjukan pada fungsi organic administrasi dan manajemen.
D. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Menurut Nursalam (2011), prinsip–prinsip yang mendasari manajemen
keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seharusnya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai
tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien
lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama
dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat–perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau
upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip –prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan.
E. Proses Manajemen
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka
dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan
terdiri dari 5 elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme
umpan balik.
a. Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel,
peralatan dan fasilitas

b. Proses
Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawat pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pemgorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses manajemen
diperlukan keterampilan teknik, keterampilan hubungan antar manusia,
dan keterampilan konseptual.
c. Output
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
d. Kontrol
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk
budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat,
prosedur yang standar dan akreditasi
e. Mekanisme timbal balik
Berupa laporan financial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan
penampilan kerja perawat. Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para
manajer dan administrator dan bekerja sama – sama dalam perencanaan
dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
F. Teori Kepemimpinan Dan Gaya Kepemimpinan
Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri
perilakupemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan
menonjolkan latarbelakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan,
persyaratanpemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta
etikaprofesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 2013).
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk
suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang
demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan
Newstrom (2014).
G. Tipologi Kepemimpinan
Menurut Siagian, (2012), Gaya kepemimpinan berkembang menjadi beberapa
tipe kepemimpinan, diantaranya adalah sebagian berikut :
a. Tipe Otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria
atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik
pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima
kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan
formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
b. Tipe Militeristis.
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang
pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi
militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang
pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan
bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam
menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan
jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan
dari bawahannya, menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
c. Tipe Paternalistis.
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis
ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap
bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu
melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

d. Tipe Karismatik.
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-
sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma.Umumnya
diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang
amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin
itu.Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang
menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa
pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra
natural powers).
Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai
kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar
Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah
seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih
muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai
profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
e. Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe
pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi
modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki
karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu
bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang
termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan
tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada
bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork
dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang
kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang
sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan
berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

II. Konsep Hand Hygiene


A. Pengertian Hand Hygiene
Hand hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (Potter & Perry, 2003)
dalam (Zulpahiyana, 2013). Menurut Van dan Enk (2006) dalam Zulpahiyana
(2013), hand hygiene adalah cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi
nosokomial. Tujuan hand hygiene untuk membuang kotoran dan organisme
yang menempel ditangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada
saat itu.
Hand Hygienen merupakan istilah umum yang biasa digunakan untuk
menyatakan kegiatan yang terkait membersihkan tangan (WHO, 2009). Salah
satu cara untuk mencegah kontaminasi silang dari miikroorganisme sehingga
dapat menurunkan dan mencegah insiden kejadian infeksi nosocomial yaitu
hand hygiene, baik itu melakukan proses cuci tangan atau disinfeksi tangan
(Akyol, 2007). Salah satu cara terpenting dalam rangka pengontrolan infeksi
agar dapat mencegah infeksi nosocomial yaitu dengan cara melaksanakan
hand hygiene baik melakukan cuci tangan ataupun hand rubbing (mani dkk,
2010).
B. Tujuan Hand Hygiene
Tujuan dilakukan hand hygiene adalah untuk menghilangkan mikroorganisme
(Kozier, 2003 cit. Zulpahiyana, 2013). Hand hygiene dilakukan untuk
menghilangkan kotoran bahan organik dan membunuh mikroorganisme yang
terkontaminasi di tangan yang diperoleh karena kontak dengan pasien
terinfeksi/kolonisasi dan kontak dengan permukaan lingkungan. Menurut
Susianti (2008) dalam Zulpahiyana (2013), tujuan dilakukannya hand hygiene
yaitu :
1. Menekan atau mengurangi jumlah dan pertumbuhan bakteri pada tangan
2. Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh dibawah sarung tangan
3. Mengurangi risiko transmisi mikroorganisme ke perawat dan pasien serta
kontaminasi silang kepada pasien lain, anggota keluarga, dan tenaga
kesehatan lain.
4. Memberikan perasaan segar dan bersih.
Menurut Hidayat, et al (2011) dalam Zulpahiyana (2013), tujuan hand
hygiene antara lain:
1) Untuk memutus transmisi mikroba melalui tangan, diantaranya :
a) diantara area perawatan dan zona pasien
b) diantara zona pasien dan area perawatan
c) pada daerah tubuh pasien yang berisiko infeksi (contoh:
membran mukosa, kulit non-intak, alat invasif)
d) dari darah dan cairan tubuh.
2) Untuk mencegah:
a) kolonisasi patogen pada pasien (termasuk yang multiresisten)
b) penyebaran patogen ke area perawatan
c) infeksi yang disebabkan oleh mikroba endogen
d) kolonisasi dan infeksi pada tenaga kesehatan.
C. Indikasi Hand Hygiene
Menurut CDC (2002), indikasi dilakukannya cuci tangan (handwashing) yaitu
jika tangan terlihat kotor, sedangkan jika tangan tidak terlihat kotor namun
sudah melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan mikrobial pindah
ketangan maka dilakukan handrubbing dengan bahan berbasis alkohol.
Indikasi khusus untuk hand hygiene antara lain: Sebelum: kontak dengan
pasien, menggunakan sarung tangan pada pemasangan CVC, pemasangan
kateter urin, atau semua tindakan invasif lainnya.Setelah: kontak dengan kulit
pasien, kontak dengan cairan tubuh, perawatan luka, dan setelah melepas
handscoon. WHO (2009), menyatakan bahwa hand hygiene yang efektif
melibatkan kesadaran kesehatan pekerja, indikasi, dan kapan waktu
melakukan hand hygiene.
Aksi hand hygiene dapat dilakukan dengan handrubbing dengan produk
berbasis alkohol atau dengan mencuci tangan dengan sabun dan air
(handwashing). Terdapat “5 momen” dimana tenaga kesehatan harus
melakukan hand hygiene yaitu:
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukan prosedur asepsis
c. Setelah terpapar dengan cairan tubuh
d. Setelah bersentuhan dengan pasien
e. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.
D. Ketersediaan Fasilitas Untuk Hand Hygiene
Kurangnya ketersedian fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan hand
hygiene keluarga pasien meliputi keterbatasan handscrub di setiap kamar
pasien (Damanik, 2010). Menyatakan bahwa salah satu kendala dalam
ketidakpatuhan terhadap pelaksanaan hand hygiene adalah sulitnya mengakses
cuci tangan atau persediaan alat lainnya yang digunakan untuk melakukan
hand hygiene. Kemudahan dalam mengakses alat-alat untuk melakukan hand
hygiene, handscrub, wastafel beserta sabun adalah sangat penting untuk
membuat kepatuhan menjadi optimal sesuai standar.
E. Teknik Hand Hygiene
Hand hygiene menjadi lebih efektif bila tangan bebas luka, kuku bersih,
pendek dan tangan dan pergelangan bebas dari perhiasan dan pakaian. CDC
(2002) merekomendasikan teknik hand hygiene antara lain:
1. Untuk handrubbing: berikan bahan berbasis alcohol pada telapak
tangan, gosok seluruh permukaan telapak tangan sampai kering
2. Untuk handwashing: basahkan tangan menggunakan air, berikan sabun
dan gosokkan merata keseluruh telapak tangan selama 15 detik, bilas,
dan keringkan dengan menggunakan handuk. Gunakan handuk untuk
menutup keran.
Menurut WHO (2009) langkah-langkah hand hygiene, sebagai berikut:
1. Teknik hand hygiene dengan mencuci tangan (handwashing)
a) Basahkan tangan dengan air
b) Berikan sabun secukupnya, dan ratakan ke seluruh permukaan tangan
c) Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
d) Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung tangan kiri beserta
ruas-ruas jari, begitu juga sebaliknya.
e) Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-
jari saling terkait
f) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling
mengunci
g) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri, begitu
sebaliknya
h) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri pada telapak
kanan dan sebaliknya
i) Keringkan tangan
Mencuci tangan memerlukan waktu sekitar 40-60 detik, sedangkan
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan langkah c sampai h sekitar
15-30 detik.
2. Teknik hand hygiene dengan handrubbing menggunakan bahan berbasis
akohol
1. Berikan alkohol secukupnya pada tangan
2. Ratakan alkohol keseluruh permukaan tangan
3. Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
4. Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung tangan kiri beserta
ruas-ruas jari, begitu juga sebaliknya
5. Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-
jari saling terkait
6. Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling
mengunci
7. Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri, begitu
sebaliknya
8. Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri pada telapak
kanan dan sebaliknya
9. Keringkan tangan.
Waktu yang diperlukan yaitu sekitar 20-30 detik.
III. Demonstrasi
A. Pengertian
Demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau
benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat
diketahui dan dipahami oleh suatu kelompok secara nyata atau tiruannya
(Syaiful, 2008).
Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukan kepada orang lain tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam
bentuk tiruan yang dipertujukan
B. Tujuan
a) Untuk memudahkan penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas
b) Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu
proses dengan penuh perhatian
c) Untuk menghindari verbalisme
d) Cocok digunakan apabila akan memberikan ketrampilan tertentu
C. Proses Tahapan
a) Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
 Rumuskan tujuan yang harus dicapai
 Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan
 Lakukan uji coba demonstrasi.
b) Tahap pelaksanaan
 Langkah pembukaan
 Langkah pelaksanaan demonstrasi
 Langkah mengakhiri demonstrasi
D. Strategi Pelaksanaan
a. Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya:
 Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
 Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai.
 Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan.
b. Langkah pelaksanaan demonstrasi
 Mulailah demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang peserta
untuk berpikir.
 Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana
yang menegangkan.
 Yakinkan bahwa semua yang mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memerhatikan reaksi seluruh peserta.
 Berikan kesempatan kepada peserta untuk secara aktif memikirkan
lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi.
c. Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri
dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan
pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.
BAB III

KAJIAN SITUASI

A. Profil Rumah Sakit Immanuel Bandung


Arti yang tersirat dalam Logo Yayasan Badan RS Gereja
Kristen Pasundan
Heman : Penuh Kasih Sayang
Geten : Penuh Perhatian dan Telaten
Ka : Kepada
Papancen : Tugas dan Kewajiban

Arti warna pada lambang Rumah Sakit Immanuel menunjukan :


Warna Merah : Darah Yesus yang menyelamatkan
Warna Biru : Kedamaian, Kejujuran, Ketulusan
Warna Kuning : Keagungan karya penyaliban Yesus Kristus Juru Selamat Dunia.
Rumah Sakit Immanuel Bandung merupakan rumah sakit tipe B yang memiliki kebijakan
mutu dalam berupaya memenuhi kepuasan dan keselamatan pasien dengan senantiasa
memperbaiki sistem manajemen mutu, manajemen resiko, pendidikan dan penelitian
kesehatan berbasis bukti secara konsisten dan berkesinambungan (Iskandar, 2014).
Rumah sakit Immanuel merupakan Rumah Sakit Swasta yang diselenggarakan oleh Yayasan
Badan Rumah Sakit Gereja Kristen Pasundan. Rumah Sakit Immanuel mempunyai tugas
upaya kesehatan, pendidikan serta penelitian di bidang kedokteran, keperawatan, dan
kesehatan serta berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan
dan pemulihan serta melaksanakan upaya rujukan, yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan dengan tidak menyampingkan kualitas
mutu pelayanan dengan melihat terpenuhinya pelanggan dengan senantiasa menyempurnakan
serta kesinambungan system manajemen mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit Immanuel
secara konsisten.
Rumah Sakit Immanuel Bandung merupakan Rumah Sakit Swasta setara tipe B telah
terakreditasi 16 jenis pelayanan dan telah mengikuti ISO 9001:2008. Serta telah lulus
akreditasi Rumah Sakit dengan kelulusan Paripurna. Rumah Sakit Immanuel Bandung
mempunyai 3 area rawat inap yaitu rawat inap Prima 1, rawat inap Prima 2, dan IPI (Instalasi
Perawatan Intensif). Area rawat inap Prima 1 terdiri dari kelas 3B sampai 1C, rawat inap
Prima 2 terdiri dari kelas 1, VIP dan VVIP. Sedangkan ruang IPI terdiri dari ruang HCU,
ICU, NICU-PICU, Cath Lab, atau bisa disebut juga ruang Cateterisasi Jantung.
1. Visi Misi Rumah Sakit Immanuel Bandung
a. Visi Rumah Sakit Immanuel Bandung
Memberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan yang prima dan inovatif berfokus
kepada pasien sebagai perwujudan cinta kasih Allah
b. Misi Rumah Sakit Immanuel Bandung
a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang prima dan berbasis
keselamatan pasien
b) Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan mengembangkan budaya ilmiah di
bidang kesehatan
c) Mengembangkan layanan tersier, unggul dan berkembang
d) Membangun budaya kerja dan karakter sumber daya manusia yang berlandaskan
nilai-nilai kristiani agar memberikan pelayanan terbaik, handal dan beretika dalam
menjalankan kompetensinya
e) Menjalani kemitraan dengan berbagai pihak dalam upaya memperkuat peran
rumah sakit dalam pelayanan dan pendidikan kesehatan
2. Tujuan Rumah Sakit Immanuel Bandung
a. Terwujudnya layanan dan pendidikan kesehatan yang memberikan kepuasan dan
kepercayaan pelanggan.
b. Adanya penelitian dan pengembangan di bidang pelayanan dan pendidikan kesehatan
yang menghasilkan produk inovatif.
c. Terwujudnya sinergitas kerja sama dengan semua pihak dalam rangka memperkuat
peran rumah sakit dalam pelayanan pendidikan kesehatan.
3. Falsafah keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung
Falsafah keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung yakni EMPATI artinya
melakukan tindakan nyata untuk mengatasi penderitaan dan kesulitan orang lain yang
dijabarkan sebagai berikut :
a. Energik : bersemangat untuk melaksanakan tugas
b. Mutu : memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan dengan
kualitas terbaik yang memenuhi kebutuhan harapan pelanggan.
c. Professional : memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan
berdasarkan standar profesi dan kode etika profesi.
d. Aman : memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan yang
bebas berbahaya atau resiko bagi pasien, diri sendiri, staf lain dan rumah sakit.
e. Tekun : senantiasa memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan
dengan sungguh-sungguh.
f. Integritas : bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai kebijakan, pedoman,
panduan dan standar yang berlaku di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
4. Visi Keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung
Menjadi keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung sebagai pilihan layanan
keperawatan professional atas dasar Kasih Kristus.
5. Misi Keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung
a. Meningkatkan komitmen perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
professional.
b. Menerapkan system pemberian pelayanan keperawatan professional.
c. Meningkatkan budaya pembelajaran ilmu keperawatan serta berkesinambungan.
6. Tujuan Keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung
a. Terselangaranya pelayanan keperawatan yang holistic, bermutu dan terintergrasi.
b. Terwujudnya iklim kerja akademis dan professional di pelayanan keperawatan.
c. Tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung penyelenggaraan pelayanan
keperawatan.
7. Kebijakan Mutu Rumah Sakit Immanuel Bandung
Kebijakan Mutu Rumah Sakit Immanuel Bandung adalah “Rumah Sakit Immanuel
senantiasa berupaya memenuhi kepuasaan pelanggan dengan perbaikan-perbaikan dan
penyempurnaan yang berkesinambungan serta konsisten dalam system manajemen mutu
pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan yang berbasis bukti”.
Rumah Sakit Immanuel dilengkapi beberapa saranan pelayanan yang dapat menunjang
pelayanan kesehatan. Saranan pelayanan rawat inap mencangkup rawat inap untuk anak,
dewasa dengan penyakit bedah, dewasa dengan penyakit dalam, ruang maternitas,
ruangan ODC, ruang intensif (terdiri dari Kelas I, II, III, VIP, VVIP). Saranan pelayanan
rawat jalan mencangkup polo klinik anak, umum, gizi, penyakit dalam, penyakit jantung,
syaraf, THT, mata, kandungan dan KB poli klinik paru, KIA, kulit dan kelamin,
konsultasi gizi dan jiwa, serta terdapat fasilitas kesehatan lain seperti CT-Scan, USG,
EEG, EKG, Medical Check-Up, Radiologi, Laboratorium, Kamar Bedah, Wound care,
Rehabilitas Medic dan Fisioterapi dan mempunyai ruang tindakan Angiografi (Chathlab).
RS Immanuel Bandung :

Rumah Sakit Immanuel Bandung memiliki ruang rawat inap salah satunya adalah ruang
Lukas sebagai ruang rawat multi.
Ruang Lukas memiliki tenaga medis, perawat dan nonmedis.tenaga perawat di ruang lukas
ada 22 orang dengan tingkat pendidikan Ners dan DIII Keperawatan dengan masa kerja 1
tahun sampai 22,3 tahun. Selain tenaga medis dan perawat. Pembagian jadwal dinas terbagi
menjadi 3 shift yaitu dinas pagi, dinas sore dan dinas malam yang telah disusun dan diatur
oleh kepala ruangan.
Ruang Lukas memiliki 26 bed dengan BOR, terdiri dari ruang kelas IIA, IIB, dan ruang VIP-
B. Memiliki fasilitas kamar mandi disetiap kamar.
Adapun rincian Program kerja Ruang Rawat Inap Lukas 2018 dari :
a. Kegiatan Pelayanan
b. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
c. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
d. Peningkatan SDM
e. Peningkatan Sarana dan Prasarana
f. Peningkatan Keselamatan dan kesehatan kerja
(Buku Program Kerja Tahun 2018 Ruang Rawat Inap Lukas, 2018)

Denah Ruangan Lukas :

V NURSE
K 11 K 12 K 14 K 15
STATION

K1

K2

GAZEBOO

K3

K5

K6 K7 K8 K9 K10

Keterangan:
1. K = KAMAR

1. Sumber Daya Manusia Ruang Lukas


a. Struktur organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
RUANG RAWAT INAP LUKAS

KEPALA PRIMA I
RUDI AK S.Kep.Ners

PENGATUR RUANG LUKAS


SATRIA TARIGAN S.Kep.Ners

PERAWAT PELAKSANA
PENANGGUNG JAWAB SHIFT
Hendra W. M.,
Widjaya., AMK Herlina,, Amd.Kep
Yulianti Amd.Kep
Elzen S.Kep.Ners
Yulianti M., Amd.Kep
Nanang H, Amd.Kep
Emilia B Tokan., S.Kep.Ners
Nurwinda Apriani, Amd.Kep
Margadara B., S.Kep.Ners
Nurmala, S.Kep.Ners
Hany Juwita., AMK
Arya Bramantya,S.Kep,Ners
Selvi Sulistiawati., AMK
Sandi Indra, Amd.Kep

Eva Rosalina L, Amd.Kep

Yulianty Amk,Kep
Anggun Amk,Kep
Larasati Mutiara A S.Kep,Ners
Neng Nurhalimah Amk,Kep
Kristoporus., S.Kep., Ners
Jefry Roniansa Amk.,Kep
Tini Ulfah Amk., Kep
Nurhazanah S.Kep., Ners

b. Ketenagaan
Ketenagaan diruang Lukas terdiri dari keperawatan maupun non keperawatan
Tabel 3.1
Distribusi Tenaga Perawat
No. Nama Pendidikan PK Lama kerja
1. Satria Tarigan S1 3 17,1 tahun

2. Hendra W Wijaya D3 2 9,8 tahun


3. Margadara Baptista S1 2 6,5 tahun
4. Selvi Sulistiawati D3 2 6,5 tahun
5. Herlina D3 2 22,3 tahun
6. Arya Brahmantya S1 2 4,8 tahun
7. Nurmala S1 2 3,5 tahun
8. Nanang Hidayat D3 1 2,9 tahun
9. Nurkasanah S1 1 2,2 tahun
10. Anggun D3 2 -
11. Larasati Mutiara. A S1 1 1,8 tahun
12. Hany Juwita D3 2 21,7 tahun
13. Emilia B Tokan S1 2 4,0 tahun
14. Yulianti M D3 2 5,7 tahun
15. Sandi Indra G D3 2 4,9 tahun
16. Cristoforus K S1 2 3,7 tahun
17. Elzen Pratama S1 2 3,9 tahun
18. Jefry D3 1 2,9 tahun
19. Nurwinda D3 1 2,6 tahun
20. Tini Ulfa D3 1 2,5 tahun
21. Eva Rasalina D3 1 3,9 tahun
22 Neng Nurhalima D3 1 2,5 Tahun

Tabel 3.2
Kualifikasi Pendidikan Tenaga Perawat di Ruang Lukas
No Tenaga Perawat di Ruang Kutilang
Pendidikan Jumlah
1. Sarjana Keperawatan + Ners 9 orang
2. Diploma Keperawatan 13 orang
Total 22 orang
Sumber : Kepala Ruangan R. Lukas 2018

Tabel 3.3
Kapasitas Tempat Tidur Ruang Lukas
Ruang Kelas Kapasitas
Lukas 2A 14
2B 8
VIP 4
Sumber : Ruang lukas Rumah Sakit Immanuel Bandunng 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah tempat tidur di ruang Lukas Rumah
Sakit Immanuel Bandung berjumlah 26 tempat tidur.
BAB IV

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai