Oleh:
KELOMPOK 5
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karunianya makalah yang berjudul “MAKALAH PENGORGANISASIAN MANAJEMEN
KEPERAWATAN :KONSEP DASAR, TUJUAN,DAN PRINSIP PERORGANISASIAN,
JENIS STRUKTUR ORGANISASI DALAM KEPERAWATAN, PERBEDAAN BUDAYA,
DAN IKLIM ORGANISASI” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dikarenakan pengalaman dan keterbatasan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Maka dari itu, saya menerima kritikan dan saran yang membantu dalam
penyempurnaan makalah ini.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bimbingan,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan rahmatnya atas
bantuan yang telah diberikan kepada kami dalam penyusunan makalah ini, akhirnya semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Perorganisasian Manajemen Keperawatan ?
2. Apa Tujuan Perorganisasian Manajemen Keperawatan ?
3. Apa Saja Prinsip-Prinsip Perorganisasian ?
4. Apa Saja Jenis Struktur Organisasi Dalam Keperawatan ?
5. Bagaimana Struktur Organisasi Diruang Rawat Rumah Sakit ?
6. Bagaimana Struktur Organisasi Di Puskesmas ?
7. Apa Perbedaan Budaya Dan Iklim Organisasi ?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Perorganisasian Manajemen Keperawatan
2. Untuk Mengetahui Tujuan Perorganisasian Manajemen Keperawatan
3. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Perorganisasian
4. Untuk Mengetahui Jenis Struktur Organisasi Dalma Keperawatan
5. Untuk Mengetahui Struktur Organisasi Diruang Rawat Rumah Sakit
6. Untuk Mengetahui Struktur Organisasi Di Puskesmas
7. Untuk Mengetahui Budaya Dan Iklim Organisasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
4. Manajemen waktu
5
keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil dalam mengelola waktu maka
diperlukan pemanfaatan waktu yang efektif dengan cara :
a. Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori
kegiatan
b. Memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada
c. Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan
tidak mendesak/rutin
d. Mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan
6
keputusan berada di tangan pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan
keputusan akan lebih baik, kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan
waktu yang lebih lama.
3. Organisasi Lini dan Staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf
tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan tanggung jawab
untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika
permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan
ide tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah
pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab
pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatian pada
masalah yang lebih penting serta pengembangan bakat dan kemampuan dapat
dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya
adalah pengambilan keputusan memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan
kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui batas batas wewenangnya.
7
1. Struktur organisasi rumah sakit: Direktur
Direktur merupakan jabatan tertinggi yang diemban di rumah sakit. Selain itu, jabatan
ini juga merupakan jabatan yang memiliki tanggung jawab paling besar karena
berhubungan langsung dengan kelanjutan atau kualitas dari rumah sakit itu sendiri. Tugas
dari Direktur adalah untuk memberikan atau menyelenggarakan sebuah layanan kesehatan
yang ada di rumah sakit, sebaik dan senyaman mungkin.
Direktur juga yang memutuskan kedepannya rumah sakit akan dibuat seperti apa, seperti
apa akan ada bangunan baru atau ada peralatan baru untuk semakin menunjang
kenyamanan dan kesembuhan para pasien yang berobat di rumah sakit.
Selain itu, di dalam TU itu sendiri masih ada beberapa jabatan umum yang juga harus
anda ketahui, antara lain:
1. Bagian Administrasi Umum
2. Bagian administrasi Keuangan
3. Bagian Kepegawaian dan SDM
8
Struktur organisasi yang juga harus anda pahami, khususnya bagi anda bergelut di dunia
kesehatan atau perawatan adalah Bagian Perencanaan dan juga Pengembangan. Dari
namanya kami yakin anda sudah tahu apa sebenarnya tugas dan tanggung jawab yang
harus diemban oleh seseorang yang menjabat bagian ini.
Stuktur ini nantinya akan dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut sebagai Kepala
Bagian Perencanaan dan juga Pengembangan. Adapun tugas dari jabatan ini adalah untuk
membuat sebuah perencanaan dan juga membuat program. Selain itu, nanti bagian inilah
yang bertanggung jawab di dalam membuat laporan yang berhubungan dengan
perkembangan rumah sakit.
Sama dengan jabatan yang ada di dalam TU, Bagian Perencanaan dan Pengembangan
pun juga ada beberapa jabatan di dalamnya. Adapun jabatan tersebut ada dua macam,
yakni bagian Perencanaan dan Pelaporan dan juga bagian Pemasaran dan Humas. Kedua
bagian inilah nantinya yang harus membuat laporan dan dilaporkan kepada pemimpinnya
dan kemudian pemimpin melaporkannya ke bagian TU atau langsung ke Direktur.
Pada bagian ini pun setidaknya ada dua jabatan. Jabatan tersebut adalah bagian
Pelayanan Medis dan juga Bagian Keperawatan. Kedua bagian ini bertanggung jawab
kepada Kepala Bagian Pelayanan Kesehatan dan kemudian pemimpinnya langsung
berada di bawah naungan Direktur. Demikian penjelasan dari kami mengenai struktur
organisasi rumah sakit. Sebenarnya masih ada bagian lain yang belum kami sebutkan
yaitu Bagian Rekam dan juga Penunjang Medis yang di dalamnya ada bagian Rekam
Medis dan juga Penunjang Medis.
9
2.6 STRUKTUR ORGANISASI DIPUSKESMAS
Kepala Puskesmas
Kriteria Kepala Puskesmas yaitu tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan paling
rendah sarjana, memiliki kompetensi manajemen kesehatan masyarakat, masa kerja di
Puskesmas minimal 2 (dua) tahun, dan telah mengikuti pelatihan manajemen
Puskesmas.
1. Puskesmas Pembantu
2. Puskesmas Keliling
3. Bidan Desa
4. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
1) Budaya Organisasi
Istilah budaya berasal dari bahasa Latin yaitu colere yang berarti mengolah,
mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Kemudian dalam bahasa
11
Inggris menjadi culture. Menurut Kotter dan Haskett (1922:3), perhatian
masyarakat akademik terhadap budaya berasal dari studi antropologi sosial yang
pada akhir abad ke-19 melakukan studi terhadap masyarakat “primitif”, seperti
Eskimo, Afrika dan penduduk asli Amerika. Studi tersebut mengungkapkan
bahwa cara hidup anggota-anggota masyarakat ini tidak hanya berbeda cara hidup
masyarakat maju di Eropa danAmerika Utara tetapi juga berbeda di antara
masing- masing masyarakat primitif tersebut.
Menurut Edgar H. Schein dalam Umam (2010) berpendapat bahwa “budaya
adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan
oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik”. Oleh
karena itu, budaya diajarkan (diwariskan) kepada anggota-anggota baru sebagai
12
cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan terkait masalah-masalah
tersebut.
Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari
suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-
orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan
keyakinan (Owens, 1991). Sedangkan Sonhadji dalam Soetopo (2010)
mengatakan bahwa budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi
untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan terhadap organisasi untuk
mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan terhadap organisasi. Sementara
Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi berkenaan dengan
keyakinan, asumsi, nilai, norma-norma prilaku, ideology, sikap, kebiasaan dan
harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi (dalam hal ini termasuk organisasi
universitas swasta).
Gibson, Ivanichevich & Donelly dalam Soetopo (2010) berpendapat bahwa
budaya organisasi adalah “kepribadian organisasi yang mempengaruhi cara
bertindak individu dalam organisasi”. Budaya mengandung pola eksplisit dan
implisit dari dan untuk prilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan hasil kelompok
manusia secara berbeda termasuk benda-benda ciptaan manusia.
Budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai dan norma yang dianut
dan dijalankan oleh organisasi terkait dengan lingkungan tempat organisasi
tersebut menjalankan kegiatannya. (Simamora, 2012).
Dari semua definisi tentang budaya organisasi diatas, secara umum dapat
ditetapkan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan makna bersama, nilai, sikap
dan keyakinan. Dapat dikatakan bahwa jantung dari suatu organisasi adalah sikap,
keyakinan, kebiasaan dan harapan dari seluruh individu anggota organisasi mulai
dari manajemen puncak hingga manajemen yang paling rendah, sehingga tidak
ada aktifitas manajemen yang dapat melepaskan diri dari budaya.
Komponen-Komponen budaya organisasi Robbins dalam Soetopo (2010)
mengemukakan tujuh karakteristik budaya organisasi yaitu:
a. Otonomi individu yaitu kadar kebebasan, tanggung jawab dan kesempatan
individu untuk berinisiatif dalam organisasi
b. Struktur yaitu kadar peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk mengontrol
prilaku pegawai
c. Dukungan yaitu kadar bantuan dan keramahan manajer kepada pegawai
13
d. Identitas yaitu kadar kenalnya anggota terhadap organisasinya secara keseluruhan,
terutama informasi kelompok kerja dan keahlian profesionalnya
e. Hadiah performansi yaitu kadar alokasi hadiah yang didasarkan pada criteria
performansi pegawai
f. Toleransi konflik yaitu kadar konflik dalam hubungan antar sejawat dan kemauan
untuk jujur dan terbuka terhadap perbedaan
g. Toleransi resiko yaitu kadar dorongan terhadap pegawai untuk agresif, inovatif
dan berani menanggung resiko.
Fungsi budaya organisasi Soetopo (2010) mengemukan bahwa fungsi budaya
organisasi bergayut dengan fungsi eksternal dan fungsi internal. Fungsi eksternal
budaya organisasi adalah melakukan adaptasi terhadap lingkungan diluar
organisasi, sementara fungsi internal berkaitan dengan integrasi berbagai sumber
daya yang ada didalamnya termasuk sumber daya manusia. Jadi secara eksternal
budaya organisasi akan selalu beradaptasi dengan budaya-budaya yang ada diluar
organisasi, begitu seterusnya sehingga budaya organisasi tetap akan selalu ada
penyesuaian-penyesuaian. Lebih lanjut Soetopo menjelaskan bahwa makin kuat
budaya organisasi, makin tidak mudah organisasi itu akan terpengaruh oleh budaya
luar yang berkembang di lingkungannya. Sementara kekentalan fungsi internal
makin dirasakan menguat jika didalam organisasi itu semakin berkembang norma-
norma, peraturan, treadisi, adat istiadat organisasi yang terus menerus dipupuk oleh
para anggotanya sehingga berangsur-angsur budaya itu akan menajdi semakin kuat.
Karakteristik budaya organisasi O’Reilly dan Jehn dalam Soetopo (2010)
mengemukakan tujuh karakteristik utama yang menjadi inti dari suatu organisasi,
yaitu :
1. Innovation and risk taking, yaitu derajat sejauh mana pekerja didorong untuk
inovatif dan berani mengambil resiko.
2. Attention to detail,yaitu derajat seajuh mana para pekerja diharapkan
menunjukkan presisi, analisis, dan perhatian pada detail-detail.
3. Outcome orientation, yaitu sejauh mana pimpinan berfokus pada hasil, bukan pada
teknis dari proses yang dipakai untuk menjadi hasil.
4. People orientation, yaitu sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan
efek hasil-hasil pada orang dalam fungsi budaya organisasi menjadi inti dari suatu
budaya organisasi.
14
5. Team orientation, yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan atas dasar tim
kerja daripada individu.
6. Aggressiveness, yaitu sejaunmana orang-orang dalam organisasi bersifat agresif
dan kompeteitif.
7. Stability, yaitu sejauh mana aktifitas organisasi menekankan pemeliharaan status
quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
15
2. Kelompok kedua tertarik dengan mitos, cerita, dan bahasa sebagai manifestasi
budaya
3. Memandang tata cara dan seremonial sebagai manifestasi budaya
4. Mempelajari interaksi antar anggota dan symbol-simbol
1. Artefak dan kreasi berupa teknologi, seni, pola prilaku yang dapat dilihat dan
didengar. Terlihat oleh mata tetapi sering tidak dapat diartikan dan diuraikan
2. Nilai, dapat diuji dalam lingkungan fisik, dapat diuji hanya oleh konsensus
social. Tingkat yang lebih tinggi mengenai kesadaran
3. Asumsi dasar, yaitu menegnai hubungan manusia-lingkungan, hakikat dasar
manusia, hakikat hubungan manusia.
16
terhadap
17
perhatian, jarak dari fungsi internal ke fungsi eksternal. Sudut-sudut dari empat
persegi mewakili empat tipe murni dari budaya organisasi yaitu birokratik, clan,
entrepreneurial dan pasar.
a) Budaya Birokratik
Suatu organisasi dengan karyawan yang mempunyai formalisasi nilai
peraturan standar prosedur operasi dan koordinasi hierarkis. Perhatian jangka
panjang dalam birokrasi, efisiensi, dan stabilitas dapat diperkirakan. Karyawannya
mempunyai standar nilai yang tinggi terhadap pelayanan pelanggan. Manajer
memandang peran mereka sebagai koordinator yang baik, organisator dan
memperkuat standard dan aturan tertulis.
b) Budaya Clan
Mempunyai atribusi tradisi, kesetiaan, komitmen pribadi, sosialisasi ekstensif,
tim kerja, manajemen diri dan pengaruh social. Komitmen individual jangka
panjang pada organisasi diganjar dengan komitmen jangka panjang organisasi
terhadap karyawan.
c) Budaya entrepreneurial
Menunjukkan tingkat pengambilan resiko yang tinggi, dinamis dan kreatifitas.
Ada komitmen terhadap eksperimentasi, inovasi. Budaya ini tidak hanya cepat
bereaksi terhadap perubahan lingkungan, tetapi menciptakan perubahan.
d) Budaya Pasar
Nilai yang akan dicapai terukur, dan karyawan dituntut untuk mencapai
sasaran, terutama yang berbasis financial dan pasar.
2) Iklim Organisasi
Owens (1991) menyatakan bahwa “organizational climate is the study of
perceptions that individual have of various aspect of the environment in the
organization”. Dengan demikian pengkajian iklim organisasi dapat dilakukan dengan
menggali data dari persepsi individu yang ada dalam organisasi. Taguiri dan Litwin
dalam Soetopo (2010) mengartikan iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan
internal organisasi yang dialami oleh anggotanya, mempengaruhi prilakunya dan
dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi. Dengan penegrtian
ini, Miner (1998) menyarikan aspek-aspek definisi iklim organisasi sebagai berikut :
a) Iklim organisasi berkaitan dengan unit yang besar yang mengandung cirri
karakteristik tertentu.
18
b) Iklim organisasi lebih mendiskripsikan suatu unit organisasi daripada menilainya.
c) Iklim organisasi berasal dari praktik organisasi.
d) Iklim organiasasi mempengaruhi prilaku dan sikap aggota organisasi.
Dalam kaitannya dengan iklim organisasi, Steers dalam Soetopo (2010)
menyatakan bahwa iklim organisasi dapat dilihat dari dua sisi pandang yaitu (1) iklim
organisasi dilihat dari persepsi para anggota terhadap organisasinya, (2) iklim
organisasi dilihat dari hubungan antara kegiatan-kegiatan organisasi dan perilaku
manajemennya.
Klasifikasi iklim organisasi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Halpin (1971) yang menggunakan Organizational Climate Description Quesionare
(OCDC), terdapat enam klasifikasi iklim organiasi yaitu:
1. Open Climate yang menggambarkan tentang situasi dimana anggota organisasi
merasa senang untuk bekerja, saling kerjasama serta adanya keterbukaan.
2. Outonomous Climate yaitu situasi dimana adanya kebebasan, adanya peluang
kreatif, sehingga para anggota memiliki peluang untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan mereka.
3. The Controlled Climate yang ditandai adanya penekanan atas prestasi dalam
mewujudkan kepuasan kebutuhan social, setiap orang bekerja keras serta
kurangnya hubungan antar sesama anggota.
4. The Familiar Climate yaitu adanya rasa kesejawatan tinggi antara pimpinan dan
anggota.
5. The Paternal Climate yang bercirikan adanya pengontrolan pimpinan terhadap
anggota.
6. The Closed Climate yang ditandai suatu situasi rendahnya kepuasan dan prestasi
tugas serta kebutuhan social para anggota, pimpinan sangat tertutup terhadap para
anggotanya.
Halpin sebagaimana dikutip Soetopo (2010) membagi komponen iklim organisasi
berdasarkan karakteristik kelompok sebagai berikut :
a. Disengagement atau ketidakikutsertaan, yaitu suatu kadar dimana staf atau
bawahan cenderung tidak terlibat dan tidak commite terhadap pencapaian tujuan
organisasi.
b. Hindrance atau halangan, yaitu mengacu pada perasaan para staf bahwa pimpinan
membebani mereka dengan tugas yang memberatkan pekerjaan mereka.
19
c. Esprit atau semangat, yaitu mengacu pada semangat kerja karena terpenuhinya
kebutuhan social dan rasa punya prestasi dalam pekerjaan.
d. Intimacy atau keintiman, yaitu kadar kekohesifan antar staf dalam
organisasi. Sedangkan berdasarkan kategori prilaku pemimpin sebagai
berikut :
1) Aloofness atau keberjarakan, yaitu menggambarkan kadar prilaku pemimpin yang
formal dan impersonal yang menunjukkan jarak social dengan staf.
2) Production Emphasis atau penekanan pada hasil yaitu mengacu pada prilaku
pemimpin agar staf bekerja keras, misalnya dengan pengawasan ketat, direktifdan
menuntut hasil maskimal.
3) Thrust atau rasa yakin, yaitu mengacu pada kadar prilaku pemimpin yang ditandai
kerja kerasnya agar dicontoh oleh staf.
4) Consideration atau perhatian, yaitu mengacu pada kadar prilaku pemimpin dengan
memperlakukan staf secara manusiawi sesuai dengan martabatnya (Owens, 1991;
Halpin, 1971)
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang menyusun
perencanaan manajemen keperawatan suatu unit ruang rawat dan puskesmas. Agar
dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat.
Untuk kesempurnaan dari makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman maupun dosen mata kuliah manajemen dan kepemimpinan
keperawatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Kuntoro, Arif. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Manajemen-dan-
Kepemimpinan-dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf diakses tanggal 14 Januari 2022
22