Anda di halaman 1dari 74

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat mengajukan skripsi ini yang berjudul

“Hubungan Karakteristik Responden Dengan Tingkat Kecemasan Pasien

Pre Operatif yang menjalani Tindakan Operasi “

Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana

Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang. Selama

penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, dukungan, dan

kerja sama dari berbagai pihak, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Ibu Ns. Asmawati, M.Kep Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah

Padang

2. Bapak Ns. Edo Gusdiansyah, M.Kep selaku pembimbing I

3. Ibu Ns. Asmawati, M.Kep selaku pembimbing II

4. Ibu Ns. Ledia Restipa, M.Kep Ketua Prodi Keperawatan STIKes Alifah

Padang

5. Bapak dan ibu Dosen program studi keperawatan yang telah membantu

memberi saran dan masukan demi kelancaran menulis literatur review ini.

6. Seluruh Staf dan Dosen pengajar dari program studi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Alifah Padang yang telah memberikan ilmu kepada peneliti

selama perkuliahan.
7. Orang tua tercinta dan yang selalu senantiasa mendoakan yang terbaik,

memotivasi, memberi semangat, membaantu baik secara moril dan mareril

dari awal kuliah sampai dengan penyelesaian literature review ini.

8. Teman-teman seperjuangan Prodi Keperawatan angkatan 2019 yang telah

memberikan dukungan dan do’a kepada peneliti dalam penyusunan

literature review ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan, motivasi, dan doa-doa yang diberi selama ini.

Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada

peneliti, mendapatkan balasan, kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa. Peneliti

menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang

di harapkan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti menerima masukan,

kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dan bisa bermanfaat untuk peneliti lainnya.

Padang, Maret 2021

Peneliti
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN …………………………………………...... i


PERRNYATAAN TIDAK PLAGIAT...................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iv
DAFTAR SKEMA...................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 7
1. Tujuan Umum............................................................................................... 7
2. Tujuan Khusus.............................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian............................................................................................ 8
1. Teoritis.......................................................................................................... 8
2. Praktis........................................................................................................... 9
E. Ruang Lingkup penelitian................................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Operasi................................................................................................. 10
B. Kecemasan ....................................................................................................... 13
C. Kerangka Teori................................................................................................. 25
D. Kerangka Konsep.............................................................................................. 27
E. Kerangka Definisi Operasional......................................................................... 27
F. Hipotesis........................................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Strategi Literatur Review............................................................... 29


B. Kriteria Literatur Review.................................................................................. 30
C. Tahapan Literatur Riview................................................................................. 31

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Hasil Kajian Literatur Review......................................................................... 32


B. Pembahsan....................................................................................................... 45

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 57
B. Saran ............................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA

2.1 Skema kerangka Teori………………………………………………… 25

2.2 Skema kerangka konsep…………………………………………….… 26


DAFTAR TABEL

4.1 Definisi Operasional………………………………………………… 28


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Ganchart

2. Lembaran Konsultasi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH
Skripsi, Maret 2021

Sriwahyuni
Hubungan Karakteristik Responden Dengan Tingkat Kecemasan Yang
Menjalani Tindakan Operasi
Vii + 58 halaman + 2 tabel + 1 skema + 2 lampiran

ABSTRAK

Kecemasan merupakan emosi subjektif yang membuat individu tidak


nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon otonom. Salah
satu dari respon psikologis dari pasien yang mengalami pada pre operasi dan post
operasi dapat berupa kecemasan. Respon psikologis karena tindakan pembedahan
dapat berkisar cemas ringan, sedang, berat sampai panik tergantung masing-
masing individu hal itu merupakan respon maladaptif yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi fisiologis. Tujuan penelitian ini adalah melihat adanya
hubungan karakteristik responden dengan tingkat kecemasan yang menjalani
tindakan operasi. Metode penelitian yang digunakan adalah
Literatur Review dengan menggunakan elektronik based pada jurnal Nasional
yang sudah terakreditasi maupun yang belum terakreditasi. Kriteria literatur
review disaring berdasarkan judul, abstrak menggunakan katak kunci jenis
kelamin, umur, pendidikan, kecemasan operasi mayor yang kemudian disaring
kembali dengan melihat isi keseluruhan teks. Jumlah artikel yang akan dikaji
sebanyak 10 artikel dengan daftar referensi tahun 2015 – 2020. Hasil
penelitian dari 10 artikel literatur review didapatkan hasil literasi ditemukan
literasi jenis kelamin, umum, pendidikan, kecemasan operasi mayor. Dari semua
literasi di dapatkan hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pada
pasien menjalankan operasi, hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan
pada pasien menjalankan operasi, hubungan umur dengan tingkat kecemasan pada
pasien menjalankan operasi, hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan
pada pasien menjalankan operasi dengan nilai p value= 0,05.
Karateristik responden yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan,
mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien yang akan melakukan tindakan
operasi. Untuk itu diharapkan kepada pimpinan dan perawat untuk lebih
memotivasi dan memberikan edukasi kepada pasien sehingga tidak cemas dalam
melakukan tindakan operasi. Diharapkan peneliti selanjutnya agar dapat
melanjutkan penelitian ini dengan melihat variabel lain yang berhubungan dengan
faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien operasi.

Daftar Bacaan : 45 (2012-2020)

Kata Kunci : Jenis kelamin, umur, pendidikan, kecemasan operasi mayor


ALIFAH HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE
Thesis, March 2021

Sri Wahyuni
The Relationship between Characteristics of Respondents and Anxiety Levels
Who Underwent Operation Actions
Vii + 58 pages + 2 tables + 1 schematic + 2 attachments

ABSTRACT
Anxiety is a subjective emotion that makes individuals uncomfortable,
fears that are unclear and anxious, and accompanied by autonomic responses.
One of the psychological responses from patients who experience pre surgery and
post surgery can be anxiety. The psychological response due to surgery can range
from mild, moderate, severe anxiety to panic depending on each individual, it is a
maladaptive response that can cause disruption of physiological functions.
The purpose of this study was to see the relationship between the
characteristics of the respondent and the level of anxiety who underwent surgery.
The research method used is Literature Review by using an electronic based on
accredited and unaccredited National journals. The criteria for literature review
were filtered based on title, abstract using key frogs, gender, age, education,
major surgery anxiety which were then filtered again by looking at the entire text.
The number of articles that will be reviewed is 10 articles with a list of references
for 2015 - 2020.
The results of the study of 10 literature review articles show that literacy
results are gender, general, educational, major surgery anxiety. Of all literacy,
there is a relationship between gender and anxiety levels in patients undergoing
surgery, gender relations with anxiety levels in patients undergoing surgery, the
relationship between age and anxiety levels in patients undergoing surgery, the
relationship between education and anxiety levels in patients undergoing surgery
with p value = 0.05.
Characteristics of respondents, namely age, gender, education, affect
the level of anxiety in patients who will perform surgery. For this reason, it is
hoped that leaders and nurses will be more motivated and educated to patients so
that they are not anxious about performing surgery. It is hoped that the next
researchers will be able to continue this research by looking at other variables
related to factors related to the level of anxiety in surgery patients.

Reading List: 45 (2012-2020)


Keywords: Gender, age, education, major surgery anxiety
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan bentuk organisasi yang mengelola jasa layanan

kesehatan secara menyeluruh yang didalamnya terdapat aktivitas yang dikerjakan oleh

profesi medis, keperawatan dan non medis, salah satu layanan yang ada di rumah sakit

adalah layanan pengobatan melalui operasi (Arif, 2017). Operasi adalah semua

tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasive dengan membuka atau

menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini

umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani

ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan

penjahitan luka, tindakan operasi ini banyak menimbulkan kecemasan kepada pasien

(Ricky, 2018).

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2019 dalam Sartika

(2020), jumlah pasien dengan tindakan operasi dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Tahun 2018 terdapat 148 juta jiwa pasien diseluruh Rumah Sakit di dunia

dengan tindakan operasi, sedangkan di Indonesia tindakan pembedahan menempati

urutan ke-11 dari 50 pertama penanganan penyakit di Rumah Sakit se Indonesia

dengan pasien operasi sebanyak 1,2 juta jiwa. Pada tahun 2019 diperkiraan 11% dari

beban penyakit di dunia dapat di tanggulangi dengan pembedahan dan WHO

menyatakan bahwa kasus bedah adalah masalah kesehatan bagi masyarakat

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).


12

Pembedahan atau tindakan operasi dilakukan karena beberapa alasan seperti

diagnostik (biopsi, laparotomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor, pengangkatan

apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multiplek),

rekonstruksi dan paliatif. Indikasi yang dilakukan dengan tindakan bedah antara lain

kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi, mastektomi, amputasi, operasi

akibat trauma, laparatomi dan sectio caesarea (Kemenkes RI, 2017). Operasi

laparatomi Laparatomi merupakan salah operasi besar, dengan melakukan

penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan

bagian organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan

obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus seperti apendiksitis, perforasi,

hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rectum, obstruksi usus,

inflamasi usus kronis, kolestisitis danperitonitis (Oswari, 2015)

Persiapan pre operasi atau persiapan pasien sebelum tindakan operasi

dilakukan, perawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari kesuksesan tindakan

operasi secara keseluruhan. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat

fatal pada tahap berikutnya. Pengkajian secara integral dari fungsi klien meliputi

fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan

kesuksesan suatu tindakan operasi diawali pada fase pre operasi (E. Oswari, 2015).

Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

perioperative. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada upaya untuk

menstabilkan kondisi pasien pada keadaan keseimbangan fisiologis pasien,

menghilangkan nyeri dan


13

pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi cepat dan

akurat dapat membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman

dan nyaman sehinga pasien tidak cemas (Sugeng, 2010).

Salah satu dari respon psikologis dari pasien yang mengalami pada pre operasi

dan post operasi dapat berupa kecemasan. Respon psikologis karena tindakan

pembedahan dapat berkisar cemas ringan, sedang, berat sampai panik tergantung

masing-masing individu (Vebriana, 2019). Beberapa individu terkadang tidak mampu

mengontrol kecemasan yang dihadapi, sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh. Pada

pasien pre operasi apabila mengalami tingkat kecemasan tinggi, maka hal itu

merupakan respon maladaptif yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi fisiologis,

dan mengganggu konsentrasi (Vellyana, 2017).

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh setiap makhluk hidup dalam keadaan sehari-hari.

Kecemasan memiliki 4 tingkatan, yakni : kecemasan ringan (membantu dalam

pembelajaran, tumbuh dan berubah), kecemasan sedang (meningkatkan fokus pada

tanda bahaya belajar masih memungkinkan, gejala objektif dapat divalidasi),

kecemasan berat (kognitif sangat menurun, respon fisik meningkat, kebutuhan akan

meningkat), kecemasan sangat berat/panik (respon fight, flight atau freeze, tidak

mungkin untuk belajar) (Heru, 2019).

Rentang respon kecemasan sebelum operasi tergantung pada individu,

pengalaman masa lalu, kekuatan dan keterbatasan. Kecemasan yang terjadi pada

pasien yang akan dilakukan tindakan operasi dapat diantisipasi dengan


14

memahami bagaimana cara mengatasi penyebab kecemasan secara tepat dan

kecemasan ini sangat di pengaruhi oleh karakteristik dari responden itu sendiri

(Septiana, 2018). Selain itu penyampaian prosedur atau informasi merupakan salah

satu tindakan yang digunakan dalam mengatasi atau mengurangi pada kecemasan

sebelum operasi pasien (Sukarini, 2018).

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam

menghadapi tindakan pembedahan antara lain yaitu takut nyeri setelah pembedahan,

takut terjadi perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi mengalami

kondisi yang sama, takut mengahadapi ruang operasi, peralatan bedah dan petugas,

takut mati saat dilakukan anastesi, dan takut akan gagal, takut akan perubahan fisik

(menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal), keganasan (bila diagnosa yang

ditegakkan belum pasti), mati saat dilakukan anestesi, mengalami kondisi yang sama

dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, menghadapi ruang operasi,

peralatan bedah dan petugas (Efendi, 2016)

Terdapat beberapa karakteristik responden yang dapat meningkatkan

kecemasan pada pasien pre operasi diantaranya umur tingkat kecemasan pasien yang

usia yang lansia juga memiliki tingkat kecemasan yang tinggi terhadap tindakana

operasi karena memikirkan hal yang akan terjadi seperti saat pembiusan, takut dengan

tindakan pembedahan. Selain itu dilihat dari pendidikan pendidikan pasien yang

rendah seperti SD, SMP, SMA berbeda tingkat kecemasan pasien yang berpendidikan

tinggi seperti D3 dan S1 karena semangkin tinggi pendidikan seseorang makan akan

bisa mengontrol tingkat kecemasan yang akan dialami (Kistan, 2019) . Kalau di lihat

dari jenis kelamin tingkat kecemasan pasien yang jenis kelamin perempuan lebih

tinggi dibandingkan dengan tingkat kecemasan pasien laki-laki (Suriani, 2019).


15

Data Indonesia tentang kecemasan yang dialami pasien dapat

berdampak terhadap berlangsungnya pelaksanaan operasi. Pada tahun 2017 401

Rumah sakit dan peritah daerah yang dilaksanakan sebanyak 642.632, yang dirinci

menurut tingkat kelas A, B, C, dan D, data tersebut dikasifikasikan berdasarkan jenis

opeasi. Pada kelas A jumlah operasi besar adalah 8.364, kelas B operasi besar 76.969,

pada kelas C jumlah operasi besar adalah 65.987, pada kelas D jumlah operasi besar

adalah 3.307 (Kemekes RI, 2018).

Data WHO tentang tingkat kecemasan pasien pre operasi terdapat 35 juta

orang terkena kecemasan dan depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena

skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia dalam menghadapi persiapan pre operasi.

Sementara di Indonesia gangguan mental emosional (depresi dan kecemasan) dialami

sekitar 11,6% populasi Indonesia (27.708.000 orang) yang usianya diatas 15 tahun dan

di Provinsi Sumatra Barat terdapat 155.208 jiwa penduduk dan sebanyak 47.692

penduduk mengalami gangguan mental emosional seperti kecemasan terhadap

tindakan operasi (Maulana et al., 2019)

Hasil penelitian Septiana (2018) analisa faktor-faktor terhadap tingkat

kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap Melati RSUD

Bangil terdapat hubungan yang signifikan terhadap faktor-faktor kecemasan

berupa, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman operasi serta dukungan

keluarga pada pasien yang akan menjalani tindakan operasi. Hasil penelitian Rizka

(2019) Gambaran tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor di RSUD dr

Pirngadi Medan di dapatkan mayoritas responden yang tidak memiliki kecemasan

yaitu sebanyak 15 orang (27,5%) pada usia mayoritas 29-35 tahun yaitu 14 orang

(35,0%). Mayoritas responden tidak memiliki kecemasan yaitu sebanyak 15 orang

(37,5%) dan berjenis kelamin yang sama banyak antara laki-laki dan perempuan yaitu
16

sebanyak 20 orang (50,0%). Mayoritas responden tidak memiliki kecemasan yaitu

sebanyak 15 orang (37,5%) dan berpendidikan SMA sebanyak 23 orang (57,5%).

Mayoritas responden tidak memiliki kecemasan yaitu sebanyak 15 orang (37,5%) dan

bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 19 orang (47,5%).

Hasil penelitian Duwi (2017) mengenai Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Rs Pku Muhammadiyah Gombong

menunjukkan hasil bahwa 43,0% responden mengalami kecemasan sedang, 65,1%

responden memiliki pengalaman baru, 52,3% responden berpendidikan tinggi, 59,3%

responden memiliki pendapatan yang tinggi. Terdapat hubungan antara pengalaman

dengan tingkat kecemasan (p = 0,043), terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

dengan tingkat kecemasan (p = 0,001) dan terdapat hubungan antara pendapatan

dengan tingkat kecemasan (p = 0,010).

Berdasarkan hal inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

hubungan karakteristik responden dengan tingkat kecemasan yang menjalani tindakan

operasi dengan telaah jurnal yaitu literatur review.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalahnya adalah apakah ada hubungan karakteristik responden dengan tingkat

kecemasan yang menjalani tindakan operasi ?

C. Tujuan Penelitian
17

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan karakteristik responden dengan tingkat kecemasan pasien

yang menjalani tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui literasi tingkat kecemasan pasien pre operasi terhadap

tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

b. Mengetahui literasi umur pasien pre operasi terhadap tindakan operasi

berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

c. Mengetahui literasi jenis kelamin pasien pre operasi terhadap tindakan

operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

d. Mengetahui literasi pendidikan pasien pre operasi terhadap tindakan

operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

e. Mengetahui literasi hubungan umur pasien dengan kecemasan pasien

pre operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel

ilmiah
f. Mengetahui literasi hubungan jenis kelamin pasien dengan kecemasan

pasien pre operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran

artikel ilmiah

g. Mengetahui literasi hubungan pendidikan pasien dengan kecemasan

pasien pre operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran

artikel ilmiah

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan serta

keterampilan peneliti dalam penerapan ilmu di bidang studi riset

keperawatan, serta menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan

karakteristik dengan tingkat kecemasan pasien pre opertif terhadap

tindakan operasi

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan acuan dan pengembangan penelitian selanjutnya

dengan variabel yang lain faktor yang mempengaruhi tingkat

kecemasan pasien pre operatif


2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan koleksi pustaka dan untuk

meningkatkan mutu pendidikan dalam hal pengembangan potensi

tenaga perawatan serta sebagai data dan hasil penelitian yang dapat

dijadikan dasar atau data pendukung untuk penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik

dengan tingkat kecemasan pasien pre opertif terhadap tindakan operasi.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemaan sedangkan variabel

dependen dalam penelitian ini karakteristik

Metode penelitian yang dilakukan adalah literatur review . Metode

literatur review merupakan bentuk penelitian yang dilakukan melalui

penelusuran dengan membaca berbagai sumber link, buku, jurnal yang terdiri

dari google scholar, SINTA, Elsevier, dan terbitan-terbitan lain yang berkaitan

dengan topik penelitian untuk menjawab isu dan permasalahan yang ada.
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pre Operasi

1. Pengertian

Pre operasi adalah waktu dimulai ketika keputusan untuk informasi

bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi.Tindakan

operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah

peristiwa kompleks yang menegangkan. Sehingga pasien memerlukan

pendekatanuntuk mendapatkan ketenangan dalam menghadapi

operasi(Brunner & Suddarth, 2015).

2. Gambaran Pre Operasi

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun

mental aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi

stres fisiologis maupun psikologis. Menurut Kistan (2019) terdapat

beberapa karakteristik responden yang dapat meningkatkan kecemasan

pada pasien pre operasi diantaranya umur tingkat kecemasan pasien yang

usia yang lansia juga memiliki tingkat kecemasan yang tinggi terhadap

tindakana operasi karena memikirkan hal yang akan terjadi seperti saat

pembiusan, takut dengan tindakan pembedahan. Selain itu dilihat dari


pendidikan pendidikan pasien yang rendah seperti SD, SMP, SMA

berbeda tingkat kecemasan pasien yang berpendidikan tinggi seperti D3

dan S1 karena semangkin tinggi pendidikan seseorang makan akan bisa

mengontrol tingkat kecemasan yang akan dialami (Kistan, 2019) .

B. Operasi Laparatomi

1. Pengertian Operasi

Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan

cara invasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan,

dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan

luka (Syamsu hidayat dan Jong, 2016).

Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor,

dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding

abdomen untukmendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami

masalah (hemoragi,perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi

dilakukan pada kasus-kasus seperti apendiksitis, perforasi, hernia

inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rectum, obstruksi usus,

inflamasi usus kronis, kolestisitis danperitonitis (Oswari, 2015)

3. Klasifikasi Tindakan Pembedahan (Operasi)

Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2016) bahwa klasifikasi tindakan

pembedahan (operasi) adalah :


a. Kedaruratan/Emergency

Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin

mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda.

Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus,

fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat

luas.

b. Urgen

Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan

dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal

atau batu pada uretra.

c. Diperlukan

Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat

direncanakan dalam bebeapa minggu atau bulan. Contoh :

Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih, gangguan

tyroid, katarak.

d. Elektif

Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan,

bila tidak dilakukan pembedahan juga tidak terlalu membahayakan.

Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.

e. Pilihan

Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya

pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan

biasanya terkait dengan estetika, Contoh: bedah kosmetik.


Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi

menjadi :

1) Minor

Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang

minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi.

2) Mayor

Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius.

Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dll

C. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan emosi subjektif yang membuat individu

tidak nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon

otonom. Kecemasan juga merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya

(Siniwati, 2015).

Kecemasan pasien pre operasi merupakan kecemasan yang spesifik

yakni terhadap kekhawatiran terhadap prosedur operasi, prosedur anatesi,

defisit informasi atau kesalahpahaman konsep, kekhawatiran tentang

masalah finansial keluarga (Potter & Perry 2010).


Gail W Stuart (2016) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan

kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang sangat berkaitan dengan

peraaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki

objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subektif dan dikomunikasikan

dalam hubungan interpersonal. Kecemasan (ansietas) berbeda dengan rasa

takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang

berbahaya.

Ansietas merupakan keadaan emosi dan pengalaman subyektif

individu. Keduanya adalah energi dan tidak dapat diamati secara

langsung. Seorang perawat menilai pasien ansietas berdasarkan perilaku

tertentu. Penting untuk diingat bahwa ansietas adalah bagian dari

kehidupan sehari-hari. Ansietas adalah dasar kondisi manusia dan

memberikan peringatan berharga. Bahkan, kapasitas untuk menjadi

ansietas diperlukan untuk bertahan hidup. Selain itu, seseorang dapat

tumbuh dari ansietasjika seseorang berhasil berhadapan, berkaitan

dengan, dan belajar dari menciptakan pengalaman ansietas (Stuart,

2016).

2. Respon Ansietas dan Gangguan Ansietas

Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan

hidup, tetapi tingkat ansietasnya yang parah tidak berjalan sejalan

dengan kehidupan. Adapun tingkat ansietas menurut (Stuart, 2016 ):


a. Ansietas ringan

Ansietas ringan adalah berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang

menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas.

b. Ansietas sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting

dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah.

c. Ansietas berat

Sangat mengurangi lahan persepsi persepsi seseorang.

Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terlihat

dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal ini. Semua

perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada

suatu area lain.

d. Tingkat panik dari ansietas

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.

Rincian terpecah dari proporsinya, karena mengalami kehilangan


kendal rang yang mengalami panik tidak mampu melakukan

sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan

disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan

dengan orang lain, persepsinya yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak

sejalan dengan kehidupan. Jika berlangsung terus dalam waktu

yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

3. Gejala psikologis dan kognitif

Pengalaman ansietas memiliki 2 komponen, yaitu kesadaran

adanya sensasi fisiologis (seperti berdebar-debar dan berkeringat)

dan kesadaran sedang gugup atau ketakutan.Disamping efek motorik

dan visceral, kecemasan mempengaruhi berpikir, persepsi, dan

belajar. Kecemasan cenderung menghasilkan kebingungan dan

distorsi persepsi, tidak hanya pada ruang dan waktu tetapi pada

pada orang dan arti peristiwa. Distorsi tersebut dapat mengganggu

belajar dengan menurunkan kemampuan, memuaskan perhatian,

menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan untuk

menghubungan sesuatu hal dengan yang lain yaitu untuk

membuat asosiasi.
Rentang Respon Ansietas

Respon adaptif Respon maladaptif

(Stuart, 2016 ).

3. Sumber Koping

Individu dapat mengatasi stress dan kecemasan dengan

menggerakan sumber koping dalam lingkungan .sumber koping tersebut

berupa modal elektronik. Kemampuan menyelesaikan masalah,

dukungan sosial dan keyakinan budaya, membantum seseorang

mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan

mengadopsi strategi koping yang berhasil ( Gail W Stuart, 2016)

4. Mekanisme Koping (Penanganan Masalah)

Menurut (Gail W Stuart, (2016) bahwa ada 2 mekanisme koping

yang dapat dikategorikan untuk megatasi ansietas:

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction)

Adalah pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk

menanggulangi ancaman stresor yang ada secara realitis,yaitu :

a) Perilaku Menyerang (Agresif)


Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar

memenuhi kebutuhan.

b) Perilaku Menarik Diri

Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara

fisik maupun psychologis.

c) Perilaku kompromi

Digunakan untuk merubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan

atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mecapai tujuan.

2) Mekanisme Pertahanan Ego (Ego Oriented reaction)

Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan

dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan

secara tidak sadar untuk mempertahankan keseimbangan.

5. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan

Menurut Yusmaidi (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan pada pasien pre operasi elektif. Menurut Stuart (2013).

Menurut Sutejo (2017), kecemasan adalah suatu perasaan takut akan

terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan

merupakan sinyal yang membantu individu untuk bersiap

mengambil tindakan untuk menghadapi bahaya. Kecemasan pre

operasi adalah kecemasan yang umumnya tejadi pada pasien pre

operasi di sebabkan oleh perasaan takut akan terjadinya sesuatu saat

proses berlangsungnya operasi. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

pre-operasi dan ketakutan terhadap pembedahan sebagai berikut ini.


a. Tingkat Kesulitan Operasi

Tingkat kesulitan yang akan dilakukan tindakan operasi akan

mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang yang akan dilakukan

tindakan operasi

b. Kemampuan individu menghadapi masalah

Kemampuan individu dalam menghadapi masalah yang di alami

sehingga tidak menganggu dengan kecemasan pasien sebelum

dilakukan tindakan operasi

c. Ekspresi kulturan

Kecemasan seseorang juga bisa dipengaruhi dari ekspresi kulturan

suatu perbedaan antara antara kebudayaan di masyarakat.

d. Pengalaman operasi sebelumnya

Pengalam seseorang yang telah pernah melakukan tindakan operasi

akan mempengaruhi tingkat stres seseorang karena membayangkan

apa kejadian yang akan terjadi setelah dilakukan tindakan operasi.

e. Umur

Menurut Suliswati dalam Yusmaidi (2016) bahwa umur adalah

satuan waktu yang mengukur suatu benda atau makhluk, baik ang

hidup maupun yang mati. Semakin dewasa umur akan semakin siap

dalam menghadapi operasi.


f. Tingkat Pendidikan

1) Pengertian

Menurut Suliswati dalam Yusmaidi (2016), pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirina dan masyarakat.

Tingkat pendidikan yang baik berhubungan dengan tingkat

pengetahuan tentang penyakit yang diderita.

Menurut Notoatmojo (2018), pendidikan sebagai salah

satu proses untuk mencapai tujuan. Suatu proses di sini

maksudnya adalah penyampaian bahan atau materi pendidikan

guna mencapai perubahan tingkah laku.

2) Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan Indonesia didasarkan atas Pancasila,

UUD 1945 dan GBHN adalah: mengubah tingkah laku kearah

yang diinginkan dan akhirnya pendidikan itu menuju kepada

suatu perubahan yakni: perubahan tingkah laku individu

maupun masyarakat (Notoatmojo, 2018).

3) Jenis-jenis Pendidikan

(a) Pendidikan informal adalah: pendidikan yang berlangsung

di dalam keluarga.
(b) Pendidikan formal yaitu: pendidikan yang di berikan

sekolah.

(c) Pendidikan non formal: Pendidikan yang berlangsung

dalam masyarakat umum yang biasanya bertujuan untuk

melengkapi pendidikan disekolah dan pendidikan di dalam

keluarga.

4) Tingkat pendidikan

Tinggi : > SMA

Rendah : ≤ SMA ( Notoadmojo, 2018 )

g. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan karakteristik demografik yang

berhubungan dengan kecemasan preoperasi adalah jenis kelamin dan

jenis kelamin perempuan lebih besar resiko untuk terkena kecemasan

pre operasi (Sopha, 2016). Diperkuat dengan teori berkaitan dengan

kecemasan pada pria dan wanita oleh (Sunaryo, 2017) dalam yang

menulis dalam bukunnya bahwa pada umummnya seorang laki-laki

dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang

dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan

6. Akibat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi

Pasien preoperasi biasanya akan mengalami kecemasan itu

merupakan hal yang wajar tetapi jika kecemasan terus berlarut hingga

mencapai tingkat kecemasan yang berat itu merupakan hal yang tidak

wajar karena bisa menghambat proses jalannya operasi akibat peningkatan


kerja jantung yang ditandai dengan tremor, gelisah, sesak nafas,

peningkatan tekanan darah dan lainnya. Kecemasan pada pasien sebelum

operasi dapat mengakibatkan operasi tidak terlaksana atau dibatalkan,

selain itu kecemasan dapat meningkatkan tekanan darah pasien. Apabila

tekanan darah pasien naik dan tetap dilakukan operasi dapat mengganggu

efek dari obat anastesi dan dapat menyebabkan pasien terbangun kembali

ditengah-tengah operasi (Duwitantri, 2017).

Kecemasan pada pasien pre operasi harus diatasi, karena dapat

menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis yang akan menghambat

dilakukannya tindakan operasi. Perubahan-perubahan fisiologis tersebut

terkait pada beberapa system, yaitu :kardiovaskuler, neuromuskuler,

gastrointestinal, saluran perkemihan dan kulit

Menurut Efendy (2016) mengungkapkan bahwa dalam keadaan

cemas, tubuh akan memproduksi hormon kortisol secara berlebihan yang

akan berakibat meningkatkan tekanan darah, dada sesak, serta emosi tidak

stabil. Akibat dari kecemasan pasien pre operasi yang sangat hebat maka

ada kemungkinan operasi tidak bisa dilaksanakan, karena pada pasien yang

mengalami kecemasan. Sebelum operasi akan muncul kelainan seperti

tekanan darah yang meningkat, sehingga apabila tetap dilakukan operasi

akan dapat mengakibatkan penyulit terutama dalam menghentikan

perdarahan, dan bahkan setelah operasipun akan mengganggu proses

penyembuhan.
7. Sepuluh Tips Mengurangi Kecemasan Andrew Sheerwood

1) Pusatkan perhatian pada yang ada dan lakukan sebaik

mungkin.Jangan memperburuk keadaan dengan memikirkan hal-

hal masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan.

2) Tangani setiap masalah satu persatu,atasi satu masalah sebelum

menangani masalah yang lain.

3) Bahaslah suatu masalah dengan rekan kerja, keluarga dan teman

yang mungkin dapat memberikan dan saran.

4) Bila telah menetapkan suatu pemecahan lakukan dengan segeara

jangan membuang energi dengan rasa was-was.

5) Usahakan agar produktif, waktu yang kosong dapat menambah

keresahan dan keterangan.

6) Jangan menyalahkan orang lain. Hal ini akan menimbulkan frustasi

berkepanjangan dan rasa permusuhan terhadap semua yang terlibat.

7) Setiap hari istirahatlah beberapa saat untuk menenangkan fisik dan

mental. Pikirkan hal-hal yang menggembirakan/jangan jangan

pikirkan sama sekali.

8) Pertahankan hal-hal yang biasa dilakukan sebaik mungkinjam kerja,

waktu makan,dan aktifitas yang teratur membantu terciptanya rasa

aman.
9) Atasi setiap masalah sebelum tidur, masalah yang tidak teratasi akan

mengganggu tidur sehingga tidak mungkin bangun dalam keadaan

segar.

10) Biasakan untuk menerima situasi yang kritis yang selalu saja terjadi

dan mungkin dihindarkan. Jangan ragu untuk berobat ke dokter,

kalau kecemasan yang dirasakan terjadi terlalu berat untuk diatasi

(Abdullah, 2015).

8. Pengukuran Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Halmilton

Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang dikemukakan oleh Halmilton.

Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing

kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala spesifik. Masing-masing

Kelompok gejala diberi penilain angka (score) antara 0 – 4,

yang artinya adalah :

0 = tidak ada keluhan

1 = hanya sedikit

2 = kadang-kadang

3 = sering

4 = selalu

Total nilai score:


 Kurang dari 14 : tidak cemas

 14-20 : Kecemasan ringan

 21-27 : Kecemasan sedang

 28-41 : Kecemasan berat

 ≥42 : Kecemasan berat sekali/panik

(Hawari, 2011)

C. Kerangka Teori

Kecemasan merupakan emosi subjektif yang membuat individu tidak

nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon otonom.

Kecemasan juga merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2016).

Menurut Stuart, 2016 faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada

pasien pre operasi elektif yaitu faktor umur dimana umur semakin dewasa akan

semakin siap dalam menghadapi operasi. Menurut Notoatmodjo, 2017

eseorang dengan pendidikan yang baik berhubungan dengan tingkat

pengetahuannya tentang penyakit yang diderita, status ekonomi (pendapatan)

merupakan salah satu yang berperan besar terhadap kecemsan pasien dalam

persiapan operasi dan kecemasan pasien dalam menghadapi operasi yang akan

dilaksanakan selain itu faktor sosial budaya dan lingkungan berdampak dan

saling berhubungan dengan timbulnya suatu tingkat kecemasan pada pasien

dengan pre operasi elektif. Tipe kepribadian sebagai suatu bentuk pola pikiran,
emosi, dan perilaku yang berbeda mempunyai karakteristik yang menentukan

gaya personal individu dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan, hal

ini khususnya dapat terjadi pada pasien pre operasi elektif berbeda-beda.

Berdasarkan teori diatas maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai

berikut :
Operasi:
Pre operasi
1. Operasi Besar
2. Operasi Kecil Post Operasi

Ansietas: Faktor yang mempengaruhi


kecemasan :
1. Ansietas ringan
1. Pengetahuan
2. Ansietas sedang
2. Umur
3. Ansietas berat
3. Tingkat Pendidikan
4. Tingakat panik dari ansietas
4. Jenis Kelamin
5. Tingkat kesulitan operasi.
6. Kemampuan individu
menghadapi masalah
7. Ekspektasi kultural.
8. Pengalaman operasi
sebelumnya.

Skema 2.1 Kerangka teori

Sumber : Stuart (2016), Notoadmodjo (2017), Yusmaidi (2017


D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam literatur review ini adalah sebagai berikut:

Variabel Dependen Variabel Independen

Umur

Tingkat kecemasan Jenis kelamin

Pendidikan

Skema 2.2 Kerangka Konsep

E. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

1 Variabel

Independen

a. Umur Lama hidup responden dari lahir Telaah dan Review

sampai saat penelitian yang artikel ilmiah

peneliti lakukan

b. Jenis Karakteristik biologis yang Telaah dan Review

Kelamin dilihat dari penampilan luar. Ciri artikel ilmiah

fisik yang membedakan

responden laki-laki dan

responden perempuan
c. Pendidikan Jenjang pendidikan yang yang di Telaah dan Review

dapatkan oleh seseorang artikel ilmiah

2 Variabel Kecemasan merupakan reaksi Telaah dan Review

Dependen normal terhadap situasi yang artikel ilmiah

Kecemasan sangat menekan kehidupan

seseorang.

F. Hipotesis

Ha: Ada hubungan umur pasien dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi

terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

Ha: Ada hubungan jenis kelamin pasien dengan tingkat kecemasan pasien pre

operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

Ha: Ada hubungan pendidikan pasien dengan tingkat kecemasan pasien pre

operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Strategi Pencarian Literatur Review

Metode penelitian yang digunakan adalah literatur review. Metode

literatur review merupakan bentuk penelitian yang digunakan melalui

penelusuran dengan membaca berbagai sumber baik buku, jurnal, dan

terbitan – terbitan lain yang berkaitan dengan topik penelitian, untuk

menjawab isu dan permasalahan yang ada ( Neuman, 2011 ).

Literature review penting karena dapat menjelaskan latar belakang

penelitian tentang suatu topik, menunjukkan mengapa suatu topik pentimg

untuk diteliti, menentukan hubungan antara study / ide penelitian,

mengidentifikasi tema, konsep, dan peneliti utama pada suatu topik,

identifikasi kesenjangan utama dan membahas pertanyaan penelitian lebih

lanjut berdasarkan study sebelumnya (University of West Florida, 2020).

Sumber pencarian literatur dengan menggunakan elektronik based

pada jurnal Nasional yang terakreditasi / terindeks sinta maupun yang

tidak terakreditasi. Sumber literatur yang digunakan dalam penelitian ini

diteliti melalui google scholar dengan menggunakan kata kunci

kecemasan pre operasi,pengetahuan, pendidikan. Rentang penelusuran

literatur yang dilakukan dari tahun 2016 – 2021.


B. Kriteria Literature Riview

1. Kriteria inklusi dalam literature rieviewini adalah:

a. Diakses dari database google Scholar, portal Garuda, PubMed

b. Naskah fulltext

c. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

d. Tahun terbit 1 Januari 2016 sampai 30 Desember 2021

e. Sesuai dengan topik penelitian

f. Selanjutnya menyesuaikan tujuan penelitian

2. Kriteria eklusi dalam literature review ini adalah:

a. Naskah dalam bentuk abstrak atau tidak dapat diakses.

b. Artikel tidak sesuai topik penelitian

c. Selanjutnya menyesuaikan tujuan penelitian

C. Tahapan Literature Review

Tahapan pada literatur review terdiri dari investification yaitu artikel

diinvestigasi dan di akses dari database Goggle Scholar, PubMed, DOAJ,

Elsevier, dan Portal garuda. Screning yaitu artikel disaring atas dasar judul,

abstrak dan kata kunci tingkat kecemasan, umur, jenis kelamin, pendidikan,.

Eligibility yaitu artikel yang layak digunakan dengan melihat keseluruhan

teks yang sesuai dengan topik penelitian, dan Included yaitu artikel yang

relevan dengan tujuan penelitian menggunkan daftar referensi minimal 5

tahun terakhir.’[
Pencarian Literatur

Basic data: Google Scholar, PubMed, DOAJ, Elsevier, Portal


Identification

Garuda

Hasil Pencarian (n) = 30

Artikel yang disaring atas dasar judul, abstrak dan


Screening

kata kunci

Hasil pencarian yang akan diproses Hasil pencarian yang tidak diproses
kembali n = 15 kembali n = 15

Artikel yang disaring kembali atas dengan melihat


Eligibility

keseluruhan teks

Hasil pencarian yang akan diproses Hasil pencarian yang tidak diproses
kembali n = 10 kembali n = 5
included

Artikel yang relevan dg penelitian n


Dengan daftar referensi minimal 5 tahun terakhir (tahun 2015-2020)

Gambar 2.3 Tahapan literature review


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kajian Literatur Review

Proses pengumpulan literature dilakukan dengan cara melakukan

pemilihan jumlah jurnal atau artikel dari 30 literatur menjadi 12 literature,

yang terdiri dari 10 jurnal nasional dan 2 jurnal internasional tentang

hubungan karakteristik dengan tingkat kecemasan pasien yang akan

menjalankan operasi. Proses pancarian dilakukan melalui elektronik based

yang terindeks seperti Google Scholar, Garuda, PubMed dan Elsevier dari

tahun terbit 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2020.

Peneliti Bahasa Sumber Judul Metode Hasil /


/ Tahun artikel link Penelitian (Desain Temuan
Terbit studi,Sampel,
Variabel,
Instrumen,
Analisis)
Yuli Indonesia Goggle Analisis Jenis Hasil Penelitian
Perdana Scholar faktor-faktor penelitianada
Didapatkan
Sari yang lah
https://jurn berhubungan deskriptif sesuai dengan
(2020)
al.umsb.ac Dengan karakteristik
analitik
UmurTua (> 35
.id/index.p tingkat dengan
tahun) sebanyak
hp/menara kecemasan rancangan
(53,5) Muda
ilmu/articl pada pasien “cross (<35 tahun)
e/view/21 preoperasi sectional sebanyak (46,5).
76 bedah mayor study”.
di Ruang Jenis Kelamin
E-ISSN teratai Laki-laki
2528-7613 RSUD dr. (42,5)
Adnan WD Perempuan
Payakumbuh (57,6)
Pendidikan
Rendah (52,5)
Tinggi (47,5)
Terdapat ada
hubungan yang
signifikan
antara umur,
pendidikan,
jenis kelamin
dengan tingkat
kecemasan
pasien pre
operasi bedah
mayor dengan
niali p value =
0,000.

Duwi Indonesia Goggle Faktor- Penelitian ini Hasil


tantri Scholar faktor Yang menggunakan penelitian
(2017) http://elib. Mempengar metode didapatkan
stikesmuh uhi Tingkat analitik sebagian
gombong. Kecemasan korelasi besar
ac.id/id/ep Pasien Pre pendekatan karakteristik
rint/714 Operasi di cross responden
RS PKU sectional yaitu
Muhamadiya study. sejumlah 26
h Gombang orang
(69,6%),
kecemasan
sedang
sejumlah 7
orang (30,4%)
Hasil
penelitian di
dapatkan
fhubungan
jenis kelamin
dengan tingkat
kecemasan
pasien pre
operasi p=
0,016 (<0,05)
dan terdapat
hubungan
yang
bermakna
antara
dukungan
keluarga
dengan tingkat
kecemasan
dengan niali
p= 0,011
(<0,05).
Yomm Indonesia Goggle faktor-faktor cross Hasil
y Elsa scholar yang sectional penelitian
(2014) berhubungan study menunjukan
http://scho (usia, jenis bahwa lebih
lar.unand. kelamin, dari separuh
ac.id/id/ep pengalaman (74,7%) pasien
rint/9685 dan pre operasi
pengetahuan berusia dewasa
) dengan (21-60 tahun),
tingkat (56 %) jenis
kecemasan kelamin laki-
pasien pre laki, (72 %)
operasi di dan hampir
Irna bedah separuh (40%)
RSUP DR. pasien pre
M. Djamil operasi
Padang mengalami
tahun 2014. cemas sedang,
(36%) cemas
ringan,
(14,7%) cemas
berat dan
(9,3%) pasien
tidak cemas.
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa terdapat
hubungan
yang
bermakna
antara usia dan
pengetahuan
dengan tingkat
kecemasan
pasien pre
operasi di Irna
bedah RSUP
DR. M. Djamil
Padang dengan
nilai p (0,011)
Terdapat
hubungan
bermakna
antara jenis
kelamin
dengan tingkat
kecemasan
pasien pre
operasi dengan
nilai p (0,204)
dan terdapat
hubungan
yang
bermakna
antara
pengalaman
operasi dengan
tingkat
kecemasan
pasien pre
operasi dengan
nilai p (0,044)
Rizka indonesia DSPACE Gambaran Jenis Hasil
(2019) http://polte Tingkat penelitian penelitian
kkes.aplik Kecemasan yang didapatkan
asi- Pada Pasien digunakan sebanyak 15
akademik. Pre Operasi pada orang (27,5%)
com/xmlui Bedah penelitian ini pada usia
/handle/12 Mayor di bersifat mayoritas 29-
3456789/2 RSUD dr deskriptif dan 35 tahun yaitu
194 Pirngadi menggunakan 14 orang
Medan desain (35,0%).
penelitian Mayoritas
cross responden
sectional, tidak memiliki
kecemasan
yaitu sebanyak
15 orang
(37,5%) dan
berjenis
kelamin yang
sama banyak
antara laki-laki
dan
perempuan
yaitu sebanyak
20 orang
(50,0%).
Mayoritas
responden
tidak memiliki
kecemasan
yaitu sebanyak
15 orang
(37,5%) dan
berpendidikan
SMA
sebanyak 23
orang (57,5%).
Mayoritas
responden
tidak memiliki
kecemasan
yaitu sebanyak
15 orang
(37,5%) dan
bekerja
sebagai
wiraswasta
sebanyak 19
orang (47,5%).
Seniwati Indonesia Goggle Hubungan Crosetional Hasil
(2018) scholar Pengetahuan study penelitian di
dan dapatkan
Karakteristik berdasarkan
Pasien memilki
Terhadap karakteristik
Kecemasan mayoritas
Dalam berusia
Menghadapi ≥ 30 tahun
Operasi di sebesar 53,1%,
RSUD Kota dengan
Bekasi berjenis
kelamin
laki - laki
sebesar
31,2%,
berpendidikan
rendah
sebesar
68,8%.
Maka dengan
itu pasien
dalam
menghadapi
operasi
mayoritas
mengalami
cemas sebesar
62,5%.
Hasil
penelitian
ada
hubungan
antara
pengetahuan
pasien
terhadap
kecemasan
dalam
menghadapi
operasi dengan
nilai pvalue
0,007
(p<0,05). ada
hubungan
antara
umur terhadap
kecemasan
dalam
menghadapi
operasi dengan
nilai pvalue
0,022 (p<
0,05). ada
hubungan
antara jenis
kelamin
terhadap
kecemasan
dalam
menghadapi
operasi nilai
pvalue 0,035
(p< 0,05), dan
ada
hubungan
antara
pendidikan
terhadap
kecemasan
dalam
menghadapi
operasi
dengan nilai
pvalue 0,
017
(p< 0,05)

Septian Indonesia Goggle Analisa Crosectional Hasil


a. scholar Faktor- study penelitian
(2018.) http://repo Faktor menunjukkan
.stikesicm Terhadap bahwa hampir
e- Tingkat seluruhnya
jbg.ac.id/i Kecemasan dari responden
d/eprint/17 Pasien Yang berusia 46-60
22 Akan tahun dengan
Menjalani jumlah
Operasi di 37responden
Ruang (82%).
Rawat Inap responden
Melati berjenis
RSUD kelamin
Bangil perempuan
dengan
jumlah 25
responden
(56%).
responden
berpendidikan
menengag
dengan
jumlah 24
responden
(53%).
Hasil
penelitian
terdapat
hubungan
yang
signifikan
terhadap
faktor-faktor
kecemasan
berupa, usia,
jenis kelamin,
penididkan,
pengalaman
operasi serta
dukungan
keluarga pada
pasien yang
akan
menjalani di
ruang Melati
RSUD Bangil
dengan nilai p
value 0,000

Melike Inggis Pub Med Evaluation Crosectional Hasil


Elif https://pub of study penelitian
Teker med.ncbi. depression didapakan
(2019) nlm.nih.go and anxiety bahwa
v/3136434 in coronary berdasarkan
7/ artery by karateristik
pss surgery umur (56,2%)
Doi: patients A jenis kelamin
10.21470/ prospective (63%), dan
1678- clinical pendidikan
9741- study (52,4%).
2018-0426 Hasil
penelitian
didapatkan
ada hubungan
yang
bermakna
antara usia,
pendidikan,
pengetahuan
jenis kelamin
dengan tingkat
kecemasan
pasien pra
operasi
dengan nilai p
value 0,005
Niken Indonesia Google Waiting tim Crosectional Hasil
Anggra Scholar pre anastesi study penelitian di
ini http://e- berhubungan dapatkan
(2020) journal.pol
dengan karateristik
tekkesjogjtingkat responden
a.ac.id/ind
kecemasan berdasarakan
ex.php/JT pasien pre umur (56,2%)
K opererasi di Jenis kelamin
Instalasi (61,3%)
DOI: Bedah dan
102938 Sentral RS pendidikan
ISSN: PKU (57,4%).
2613-9944 Muhamadiya Hasil
h Yogjakarta penelitian di
dapatkan
hubungan
antara waktu
tunggu pra
anastesi
dengan tingkat
kecemasan
pada pasien
yang akan
dilakukan
tindakan
operasidengan
nilai p value
0,004
Ridwan Indonesia Google Gambaran acidental Hasil
Kustia Scholar kecemasan sampling penelitian
wan DOI: pasien pre didapatkan
(2020) https://doi. operasi kecemasan
org/10.371 bedah mayor
60/bmi.v1 di Ruang 3a, pasien pre
3i1.83 3b, dan 4 operasi
RSU Kota
http://ejur Tasikmalaya berdasarkan
nal.poltek jenis kelamin
kestasikm menunjukkan
alaya.ac.id
tingkat
/index.php
/BMI/artic kecemasan
le/view/83
sedang
(52.40%),
berdasarkan
pendidikan
(52.40%),
berdasarkan
jenis
pekerjaan
(33.30%),
berdasarkan
usia > 35
tahun
(52.40%).
Tingkat
kecemasan
pasien pre
operasi di
Ruang 3a, 3b,
dan 4 RSU
Kota
Tasikmalaya
Wawan Indonesia Google Perbedaan Crosectional Hasil
Erawan Scholar tingkat study berdasarkan
(2017) https://ejo kecemasan karateristik
urnal.unsr antara laki- responden
at.ac.id/in laki dan berdasarkan
dex.php/e perempuan umur (56,2%)
biomedik/ pada pre jenis kelamin
article/vie operasi (60%) dan
w/4612/41 laparatomi pndidikan
40 di (45,8%). Hasil
RSUP.Prof. penelitian
Dr.R.D terdapat
Kandou perbedaan
Manado tingkat
kecemasan
pasien laki-
laki dengan
perempuan
terhadap pre
operasi
laparatomi
diantaranya
kecemasan
pada laki laki
cemas sedang
(26,67%)
cemas berat
( 33,33%) dan
pada pasien
perempuan
cemas sedang
(35,29%) dan
cemas berat
(23,53%)
dengan nilai p
value= 0,024
Siti Indonesia Goggle Karakteristik Quasy Hasil
Romad Scholar dan eksperiment penelitian
oni SSN2338- dukungan berdasarkan
(2016) 2090 keluarga karateristik
https://cor dengan umur (60%)
e.ac.uk/do tingkat jenis kelamin
wnload/pd kecemasan (58,7%) dan
f/2340374 pasien pre pendidikan
97.pdf operasi (64%). Dari
mayor di Hasil
Rumah Sakit penelitian
Muhammadi didapatkan ada
yah hubungan
Palembang antara usia
responden
dengan
tingkat
kecemasan
(p=0.001), ada
hubungan
antara jenis
kelamin
dengan tingkat
kecemasan
(p=0.020),
tidak ada
hubungan
antara tingkat
pendidikan
dengan tingkat
kecemasan
(p=0.914),
dan ada
hubungan
antara
dukungan
keluarga
dengan tingkat
kecemasan
(p=0.002)

Yesty Indonesia Google Faktor yang Crosectional Hasil


Gangka scholar berhubungan study penelitian
(2013) ISSN : dengan didapatkan
2302-1721 tingkat bahwa pasien
kecemasan yang paling
http://ejou pasien banyak adalah
rnal.stikes preoperasi pasien dengan
nh.ac.id/in bedah mayor jenis
dex.php/ji digestifdi
kd/article/ RSUP dr kelamin
view/420 Wahidin perempuan
Sudirohusod yang
oma Kassar mengalami
kecemasan
sedang
sebanyak 6
orang
(20%), dan
yang
mengalami
kecemasan
berat adalah
sebanyak 10
orang
(33,33%).
Dan pada jenis
kelamin laki –
laki yang
mengalami
kecemasan
ringan
sebanyak
orang (10%)
dan yang
cemas sedang
sebanyak 8
orang
(26,67%), dan
yang
mengalami
kecemasan
berat 3 orang
(10%).
Didapatkan
pasien dengan
tingkat
pendidikan
rendah
yang
mengalami
kecemasan
sedang
sebanyak 10
orang dan
yang
mengalami
kecemasan
berat sebanyak
11 orang
(36,67%). Dan
pasien dengan
tingkat
pendidikan
tinggi yang
mengalami
kecemasan
ringan
sebanyak 3
orang (10%)
kecemasan
sedang
sebanyak 4
orang
(13,33%).

B. Pembahasan

1. Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Terhadap Tindakan

Operasi

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yuli Permata sari

tahun 2020 terdapat hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Pre Operasi Bedah Mayor diperoleh hasil analisis bahwa pasien

preoperasi bedah mayor yang mengalami tingkat kecemasan sedang lebih

banyak pada pasien yang berpendidikan rendah (69,2%) dibandingkan

dengan yang berpendidikan tinggi (31,9%). Hasil uji statistik chi square

diperoleh nilai pvalue < 0,05 yaitu 0,000, maka dapat disimpulkan ada

hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan

pasien pre operasi bedah mayor.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yommy Elsa

(2014) di dapatkan dari sampel sebanyak 75 orang dengan teknik

accindental sampling. Analisa data terdiri dari analisa univariat dan bivariat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir separuh (40%) pasien pre

operasi mengalami cemas sedang, (36%) cemas ringan, (14,7%) cemas

berat dan (9,3%) pasien tidak cemas. Lebih dari separuh (74,7%) pasien

pre operasi berusia dewasa (21-60 tahun), (56 %) jenis kelamin laki-laki,
(72 %) mempunyai pengalaman operasi dan (61,3%) memiliki

pengetahuan tinggi tentang persiapan sebelum operasi. Dari hasil penelitian

tersebut terlihat ada hubungan tingkat pengetahuan seseorang terhadap

tingkat kecemasan sebelum tindakan operasi dengan nilai p value= 0,003

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan

yang tidak menyenangkan dan dialami oleh setiap makhluk hidup dalam

keadaan sehari-hari. Kecemasan memiliki 4 tingkatan, yakni : kecemasan

ringan (membantu dalam pembelajaran, tumbuh dan berubah), kecemasan

sedang (meningkatkan fokus pada tanda bahaya belajar masih

memungkinkan, gejala objektif dapat divalidasi), kecemasan berat (kognitif

sangat menurun, respon fisik meningkat, kebutuhan akan meningkat),

kecemasan sangat berat/panik (respon fight, flight atau freeze, tidak

mungkin untuk belajar) (Heru, 2019).

Pasien pre operatif mengalami perasaan cemas dan ketegangan yang

ditandai dengan rasa cemas, takut, tegang, lesu, tidak dapat istirahat

dengan tenang. Bagi hampir semua pasien, pembedahan

merupakan sebuah tindakan medis yang sangat berat karena harus

berhadapan dengan meja dan pisau operasi. Pasien tidak mempunyai

pengalaman terhadap hal-hal yang akan dihadapi saat pembedahan,

seperti anestesi, nyeri, perubahan bentuk dan ketidakmampuan

mobilisasi post operasi (Efendi, 2016).

Pembedahan atau tindakan operasi dilakukan karena beberapa alasan

seperti diagnostik (biopsi, laparotomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa


tumor, pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif

(memperbaiki luka multiplek), rekonstruksi dan paliatif. Indikasi yang

dilakukan dengan tindakan bedah antara lain kolesistektomi, nefrektomi,

kolostomi, histerektomi, mastektomi, amputasi, operasi akibat trauma,

laparatomi dan sectio caesarea (Kemenkes RI, 2017).

Menurut asumsi peneliti bahwa kecemasan yang dialami oleh

pasien disebabkan pasien mengalami ancaman terhadap integritas fisik

yang disebabkan oleh faktor internal, seperti komplikasi yang terjadi

dalam operasi berlangsung, meninggal di meja operasi, cacat steleah

operasi dan lain-lain. Responden pasien yang akan menghadapi

pembedahan secara tidak langsung memberikan respon tentang

gangguan fisik akibat pembedahan dan frustasi kepada

ketidakberdayaan responden post operasi. Selain itu pasien memikirkan

ketika telah dilakukan operasi akan menimbulkan rasa nyeri dan

membuat responden menjadi cemas, Kecemasan tersebut bisa membuat

pasien menjadi stres dalam melakukan persiapan operasi.

2. Umur Terhadap Tindakan Operasi

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yesty Gangka

(2013) didapatkan bahwa pasien yang berumur 14-40 tahun yang

mengalami kecemasan sedang sebanyak 4 orang (13,33%) dan yang

mengalami kecemasan berat sebanyak 9 orang (30%) dan yang

berumur >40 tahun yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 3 orang


(10%), yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 10 orang (33,33%)

dan yang mengalami kecemasan berat sebanyak 4 orang (13,33%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rizka (2019)

Gambaran tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor di

RSUD dr Pirngadi Medan di dapatkan mayoritas responden yang tidak

memiliki kecemasan yaitu sebanyak 15 orang (27,5%) pada usia

mayoritas 29-35 tahun yaitu 14 orang (35,0%).

Menurut Suliswati dalam Yusmaidi (2016) bahwa umur adalah

satuan waktu yang mengukur suatu benda atau makhluk, baik ang hidup

maupun yang mati. Semakin dewasa umur akan semakin siap dalam

menghadapi operasi. Dalam kategori usia yang terbanyak mengalami

kecemasan adalah usia 18-25 tahun. Gangguan kecemasan dapat terjadi

pada semua usia, namun lebih sering pada usia dewasa muda karena

banyak masalah yang dihadapinya. Kematangan usia berpengaruh

terhadap seseorang dalam menyikapi situasi/penyakitnya terhadap

kecemasan yang dialaminya.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan perbandingan dengan literatur

jurnal maka umur sangat erat kaitan nya dengan tingkat kecemasan pasien

yang akan melakukan operasi karena semangkin tinggi umur seseorang

maka tingkat kecemasan akan semangkin tinggi.

3. Jenis kelamin Terhadap Tindakan Operasi

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ridwa Kustiawan

(2020) Kecemasan pasien pre operasi berdasarkan jenis kelamin


menunjukkan tingkat kecemasan sedang (52.40%), berdasarkan

pendidikan (52.40%), berdasarkan jenis pekerjaan (33.30%),

berdasarkan usia > 35 tahun (52.40%). Tingkat kecemasan pasien pre

operasi di Ruang 3a, 3b, dan 4 RSU Kota Tasikmalaya yang paling banyak

adalah kecemasan sedang, ada juga yang mengalami kecemasan ringan dan

sebagian kecil mengalami kecemasan berat.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rizka (2019)

Gambaran tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor di

RSUD dr Pirngadi Medan di dapatkan mayoritas responden yang tidak

memiliki kecemasan yaitu ebanyak 15 orang (37,5%) dan berjenis

kelamin yang sama banyak antara laki-laki dan perempuan yaitu sebanyak

20 orang (50,0%). Mayoritas responden tidak memiliki kecemasan yaitu

sebanyak 15 orang (37,5%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Melike Elif Teker

(2019) didapakan bahwa tingkat depresi dan kecemasan lebih tinggi pasca

operasi dibandingkan dengan periode pra operasi dengn nilap p value 0,001

hal ini di sebabkan oleh faktor usia, pendidikan, pengetahuan jenis kelamin

terdapat hubungan yang bermakna dengan nilai p value 0,005.

Jenis kelamin merupakan karakteristik demografik yang

berhubungan dengan kecemasan preoperasi adalah jenis kelamin dan jenis

kelamin perempuan lebih besar resiko untuk terkena kecemasan pre operasi

(Sopha, 2016). Diperkuat dengan teori berkaitan dengan kecemasan pada

pria dan wanita oleh (Sunaryo, 2017) dalam yang menulis dalam bukunnya
bahwa pada umummnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang

kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya

dibandingkan perempuan.

Menurut asumsi peneliti sesuai dengan lietarur jurnal dan di kaitkan

dengan teori maka tingkat kecemasan dalam menghadapi operasi lebih

tinggi pada pasien yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini

mengakibatkan karena perempuan lebih memikirkan efek dan hal hal yang

akan terjadi setelah dialakukan tindakan operasi.

4. Pendidikan Terhadap Tindakan Operasi

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rizka (2019)

Gambaran tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor di

RSUD dr Pirngadi Medan di dapatkan mayoritas responden memiliki

kecemasan yaitu sebanyak 15 orang (37,5%) dan berpendidikan

SMA sebanyak 23 orang (57,5%). Mayoritas responden tidak memiliki

kecemasan yaitu sebanyak 15 orang (37,5%) dan bekerja sebagai

wiraswasta sebanyak 19 orang (47,5%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Abdullah, Rajib.

2015 diketahui bahwa tigkat kecemasan pasien operasi di pengaruhi oleh

jenis operasi terbanyak adalah operasi minor yaitu sebanyak 22 responden

(68.8%). Jenis kelamin respoden terbanyak adalah perempuan yaitu

sebanyak 21 responden (65.6%). Usia terbanyak adalah usia 41-65 tahun

sebanyak 14 responden (43.8%). Pendidikan responden terbanyak adalah

SMP yaitu sebanyak 16 responden (50.0%). Semua responden termasuk


kategori tidak pernah mendapatkan operasi sebelumnya yaitu 32

responden (100%).

Menurut Suliswati dalam Yusmaidi (2016), pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan

dirina dan masyarakat. Tingkat pendidikan yang baik berhubungan

dengan tingkat pengetahuan tentang penyakit yang diderita.

Menurut Notoatmojo (2018), pendidikan sebagai salah satu proses

untuk mencapai tujuan. Suatu proses di sini maksudnya adalah

penyampaian bahan atau materi pendidikan guna mencapai perubahan

tingkah laku.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan literatur jurnal dan

membandingkan dengan teori maka tingkat pendidikan sangat erat

hubungan degan tingkat kecemasan pasien yang akan dilakukan tindakan

operasi. Pendidikan SMA akan memiliki tingakat kecemasan berat di

bandingkat dengan tingkat kecemasan S1. Responden yang tamatan SMA

mereka tidak akan bisa untuk mengalihkan permaslah yang ada sehingga

tidak ada kecemsan.

5. Hubungan Umur Pasien Dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi

Terhadap Tindakan Operasi

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yuli Permata sari

tahun 2020 terdapat hubungan Umur Dengan Tingkat Kecemasan Pasien


Pre Operasi Bedah Mayor diperoleh hasil analisis bahwa pasien preoperasi

bedah mayor yang mengalami tingkat kecemasan sedang lebih banyak

pada yang berumur tua yaitu > 35 tahun (54,7%) dibandingkan dengan

yang berumur muda (47,8%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai

pvalue > 0,05 yaitu 0,629, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan

yang signifikan antara umur dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi

bedah mayor.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rizka (2019)

Gambaran tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor di

RSUD dr Pirngadi Medan di dapatkan mayoritas responden yang tidak

memiliki kecemasan yaitu sebanyak 15 orang (27,5%) pada usia

mayoritas 29-35 tahun yaitu 14 orang (35,0%). Mayoritas responden tidak

memiliki kecemasan yaitu sebanyak 15 orang (37,5%) dan berjenis

kelamin yang sama banyak antara laki-laki dan perempuan yaitu sebanyak

20 orang (50,0%). Mayoritas responden tidak memiliki kecemasan yaitu

sebanyak 15 orang (37,5%) dan berpendidikan SMA sebanyak 23

orang (57,5%). Mayoritas responden tidak memiliki kecemasan yaitu

sebanyak 15 orang (37,5%) dan bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 19

orang (47,5%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Septiana (2018)

analisa faktor-faktor terhadap tingkat kecemasan pasien yang akan

menjalani operasi di Ruang Rawat Inap Melati RSUD Bangil terdapat

hubungan yang signifikan terhadap faktor-faktor kecemasan berupa,


usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman operasi serta dukungan

keluarga pada pasien yang akan menjalani tindakan operasi.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Duwi (2017)

mengenai Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien

Pre Operasi Di Rs Pku Muhammadiyah Gombong menunjukkan hasil

bahwa 43,0% responden mengalami kecemasan sedang, 65,1% responden

memiliki pengalaman baru, 52,3% responden berpendidikan tinggi, 59,3%

responden memiliki pendapatan yang tinggi. Terdapat hubungan antara

pengalaman dengan tingkat kecemasan (p = 0,043), terdapat hubungan

antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan (p = 0,001) dan

terdapat hubungan antara pendapatan dengan tingkat kecemasan (p =

0,010).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Seniwati (2018)

dari 32 orang sampel penelitian di dapatkan ada hubungan antara

pengetahuan pasien terhadap kecemasan dalam menghadapi operasi

dengan nilai pvalue 0,007 (p<0,05). ada hubungan antara umur terhadap

kecemasan dalam menghadapi operasi dengan nilai pvalue 0,022 (p<

0,05). ada hubungan antara jenis kelamin terhadap kecemasan dalam

menghadapi operasi nilai pvalue 0,035 (p< 0,05), dan ada hubungan

antara pendidikan terhadap kecemasan dalam menghadapi operasi

dengan nilai pvalue 0,017.


Menurut Suliswati dalam Yusmaidi (2016) bahwa umur adalah

satuan waktu yang mengukur suatu benda atau makhluk, baik ang hidup

maupun yang mati. Semakin dewasa umur akan semakin siap dalam

menghadapi operasi. Dalam kategori usia yang terbanyak mengalami

kecemasan adalah usia 18-25 tahun. Gangguan kecemasan dapat terjadi

pada semua usia, namun lebih sering pada usia dewasa muda karena

banyak masalah yang dihadapinya. Kematangan usia berpengaruh

terhadap seseorang dalam menyikapi situasi/penyakitnya terhadap

kecemasan yang dialaminya.

Menurut asumsi peneliti hubungan umur pasien dengan tingkat

kecemasan pasien yang akan dilakukan tindakan operasi serta di

bandingkan dengan teori maka di dapatkan bahwa kecemasan dapat

dipengaruhi oleh faktor umur. Semakin muda umur seseorang

dalam menghadapi masalah maka akan sangat mempengaruhi

konsep dirinya. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang

menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang.

Kematangan individu dapat dilihat langsung secara objektif dengan

periode umur, sehingga berbagai proses pengalaman, pengetahuan,

keterampilan, kemandirian terkait sejalan dengan bertambahnya umur

individu. Umur yang jauh lebih tua, akan cenderung memiliki

pengalaman yang lebih dalam menghadapi masalah kecemasan.


6. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi

Terhadap Tindakan Operasi

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yuli Permata

sari tahun 2020 terdapat hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat

Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Mayor diperoleh hasil analisis

bahwa pasien preoperasi bedah mayor yang mengalami tingkat

kecemasan sedang lebih banyak pada perempuan (54,4%) dibandingkan

dengan laki-laki (47,6%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai

pvalue > 0,05 yaitu 0,644, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan

yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien pre

operasi bedah mayor.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yesty Gangka

(2013) didapatkan bahwa pasien yang paling banyak adalah pasien

dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami kecemasan sedang

sebanyak 6 orang (20%), dan yang mengalami kecemasan berat adalah

sebanyak 10 orang (33,33%). dan pada jenis kelamin laki –laki yang

mengalami kecemasan ringan sebanyak orang (10%) dan yang cemas

sedang sebanyak 8 orang (26,67%), dan yang mengalami kecemasan

berat 3 orang (10%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Wawan Erawan

(2017) Terdapat perbedaan tingkat kecemasan pasien laki-laki dengan

perempuan terhadap pre operasi laparatomi diantaranya kecemasan pada


laki laki cemas sedang (26,67%) cemas berat ( 33,33%) dan pada pasien

perempuan cemas sedang (35,29%) dan cemas berat (23,53%) dengan

nilai p value= 0,024.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Niken Anggraini

(2020) Terdapat hubungan antara waktu tunggu pra anastesi dengan

tingkat kecemasan pada pasien yang akan dilakukan tindakan

operasidengan nilai p value 0,004. Hasil penelitian Andi Palla (2020)

Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga, jenis

kelamin dengan nilai p value 0,030.

Jenis kelamin merupakan karakteristik demografik yang

berhubungan dengan kecemasan preoperasi adalah jenis kelamin dan

jenis kelamin perempuan lebih besar resiko untuk terkena kecemasan pre

operasi (Sopha, 2016). Diperkuat dengan teori berkaitan dengan

kecemasan pada pria dan wanita oleh (Sunaryo, 2017) dalam yang

menulis dalam bukunnya bahwa pada umummnya seorang laki-laki

dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap

mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan.

Menurut asumsi peneliti sesuai dengan literatur jurnal penelitian

dan di bandingkan dengan teori maka dapat di simpulkan bahwa

kecemasan seseorang juga dapat di pengaruhi oleh jenis kelamin.

Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, perempuan lebih

cemas akan ketidakmampuannya dibandingkan dengan laki-laki, laki-

laki cenderung lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih


sensitif. Sehingga kalu di lihat dari cara mengatasi kecemasan seorang

laki-laki-laki lebih rileks dibanding perempuan. Apalagi dalam

menghadapi kecemasan terhadap tindakan operasi, perempuan akan lebih

cemas terhadap tindakan yang akan dilakukan saat operasi berlangsung

ataupun stelah dilakukan tindakan operasi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil literatur review terhadap jurnal yang didapat dari

Google Scholar, dari hasil pencarian didapatkan 35 jurnal yang berkaitan

dengan tingkat kecemasan pasien operasi, 10 jurnal diantaranya mendapatkan

hasil penelitian yang signifikan dimana adanya hubungan karateristik

responden dengan tingkat kecemasan pasien pre operatif yang menjalani

tindakan operasi.

1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi terhadap tindakan

operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

2. Mengetahui umur pasien pre operasi terhadap tindakan operasi

3. Mengetahui jenis kelamin pasien pre operasi terhadap tindakan operasi

berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

4. Mengetahui pendidikan pasien pre operasi terhadap tindakan operasi

berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

5. Mengetahui hubungan umur pasien dengan kecemasan pasien pre

operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel

ilmiah
6. Mengetahui hubungan jenis kelamin pasien dengan kecemasan pasien

pre operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel

ilmiah

7. Mengetahui hubungan pendidikan pasien dengan kecemasan pasien

pre operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel

ilmiah.

B. SARAN

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan institut pendidikan khususnya Serjana keperawatan agar dapat

memanfaatkan hasil penelitian ini dapat meneruskan kembali penelitian ini

untuk hasil yang maksimal dengan meneliti variabel yang berbeda.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan dan

melanjutkan penelitian ini pada penelitian yang lebih baik dengan meneliti

teknik-teknik yang lain seperti memberikan stimulasi elektrik karena dapat

mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rajib. 2015. Gambaran Tingkat Kecemasan dan Intervensi


Keperawatan Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pasien Pada Pre
Operasi di Bangsal Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul

Andi Palla. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan


pasien pre operasi di Rumah sakit Massenrempulu kabupaten Enrekang

Arif T.I & Dewi Lena, 2017. Pusat Pendidikan Dan Sumber Daya Kesehatan
Indonesia. Jakarta: Salemba Medika: 2010

Azizah, M. L., Zainuri, I., & Akbar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa., Sleman, Yogyakarta.: Indomedia Pustaka. Retrieved from
www.indomediapustaka.com

Braz J. (2018). Evaluation of depression and anxiety in coronary artery by pss


surgery patients A prospective clinical study.

Brunner & Sudarth. 2015. Penatalaksanaan Keperawatan Pra Operatif. Edisi 12


Vol 1. Jakarta. EGC.

Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC

Duwi tantri. (2017). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan


Pasien Pre Operasi di RS PKU Muhamadiyah Gombang

Efendy, (2016). Kiat sukses menghadapi operasi. Yokyakarta : Sahabat Setia


Erpendi. (2017). faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien pra
operatif di IRNA B Bedah Pria RSUP DR.M Djamil Padang Skripsi

Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi. Jakarta: FKUI.

Heru Noor Ramadhan. Dkk. (2019). Gambaran Tingkat Kecemasan pada Pasien
yang Akan Menjalani Operasi Bedah Jantung di RSUP Dr. Kariadi Semarang
https://doi.org/10.36408/mhjcm.v6i1.378
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 20Desember 2020 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2018.pdf

Kistan. 2019. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecemasan pasien pra

operasi di RSUD Pangkep.

Maulana, I., S, S., Sriati, A., Sutini, T., Widianti, E., Rafiah, I., Senjaya, S. (2019).
Penyuluhan Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat
tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan Sekitarnya. Media Karya
Kesehatan.https://doi.org/10.24198/mkk.v2i2.22175

Melike Elif Teker. (2019). Evaluation of Depression and Anxiety in Coronary


Artery Bypass Surgery Patients: A Prospective Clinical Study

Niken Anggraini. (2020). Waiting tim pre anastesi berhubungan dengan tingkat
kecemasan pasien pre opererasi di Instalasi Bedah Sentral RS PKU
Muhamadiyah Yogjakarta.

Notoatmodjo,S.2018.Metodologi Penelitian Kesehatan.Cetakan Ketiga. Jakarta:


PT Rineka Cipta

Nurul’Ain Ahayalimudin (2016). Disaster Management: Emergency Nursing


and Medical Personnel’s Knowledge, Attitude and Practices of The
East Coast Region Hospitals of Malaysia.

Oswari, E. 2015, Bedah dan Perawatannya, FKUI: Jakarta

Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik,
Edisi 7. EGC. Jakarta: Salemba Medika: 2010

Ricky Virona Martono. 2018. Manajemen Operasi dan Konsep Operasi.


Yogjakarta.
Ridawan Kustiawan. Dkk. (2020) Gambaran kecemasan pasien pre operasi bedah
mayor di Ruang 3a, 3b, dan 4 RSU Kota Tasikmalaya

Rizka (2019) Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Bedah
Mayor di RSUD dr Pirngadi Medan

Seniwati . (2018). Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Pasien Terhadap


Kecemasan Dalam Menghadapi Operasi di RSUD Kota Bekasi https://uia.e-
journal.id/afiat/article/view/712/413

Septiana. (2018). Analisa faktor-faktor Terhadap Tingkat kecemasan pasien


yang akan menjalani operasiDi RSUD Bangil, Kabupaten Pasuruan.
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id

Septiana. (2018.) Analisa Faktor-Faktor Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien


Yang Akan Menjalani Operasi di Ruang Rawat Inap Melati RSUD Bangil

Serri, H., Nancy, F., Lia, A. (2019). Penerapan Prosedur TeknikRelaksasi


Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi LaparatomyDi
RSUD Kota Jakarta Utara. JAKHKJ Vol. 5, No. 1

Siti Romadoni. Dkk. (2016). Karakteristik dan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi mayor di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang

Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2016. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC

Sopha, R. F., & Wardhani, I. Y. (2016). Stres dan Tingkat Kecemasan saat
Ditetapkan Perlu Hemodialisis Berhubungan dengan Karakteristik Pasien.
Jurnal Keperawatan Indonesia, 19(1), 55–61.
https://doi.org/10.7454/jki.v19i1.431

Stuart, W, Gail, 2016,Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart


Buku II,Edisi Indonesia,Singapore : Elsevie
Sugeng Jitowiyono, S. d. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi.Yogyakarta:
Juha Medika.

Sukarni. (2018). PengaruhPemberianEdukasi Pre Operasi Dengan media booklet


terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di bangsal Cendrawasih 2
RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. http://elibrary.almaata.ac.id

Suliswati. (2015). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, cetakan 1. Jakarta : EGC

Suriani. (2019). Perbedaan TingkatKecemasan Antara Pasien Laki-Laki


DanPerempuan Pada Pre Operasi DiRuang Rawat Inap Bedah Rumah
Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten AcehUtara
https://stikesgetsempena.ac.id

Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:


Ganguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru

Vebriana Pane. (2019). Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di
Ruang Bedah RSUD DR. Pirngadi Medan http://repo.poltekkes-medan.ac.id/

Vellyana D, dkk 2017. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat


Kecemasan pada Pasien Pre Operative di RS Mitra Husada Pringsewu.
Volume VIII. No 1. Muhammadiyah Pringsewu
Lampunghttps://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/403/392

Wawan Erawan . dkk. (2017). Perbedaan tingkat kecemasan antara laki-laki dan
perempuan pada pre operasi laparatomi di RSUP.Prof. Dr.R.D Kandou
Manado

Wawan Erawan. (2017). Perbedaan tingkat kecemasan antara laki-laki dan


perempuan pada pre operasi laparatomi di RSUP.Prof. Dr.R.D Kandou
Manado

WHO.Global Operasi Report2019.Geneva:WorldHealthOrganization


Yesty Gangka. Dkk. (2013). Faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien preoperasi bedah mayor digestifdi RSUP dr Wahidin Sudirohusodoma
Kassar

Yuli Perdana Sari. dkk. (2020). Analisis faktor-faktor yang berhubungan Dengan
tingkat kecemasan pada pasien preoperasi bedah mayor di Ruang teratai
RSUD dr. Adnan WD Payakumbuh.

Anda mungkin juga menyukai