Anda di halaman 1dari 82

ILMU DASAR KEPERAWATAN

“PROSES INFEKSI BERBAGAI AGEN INFEKSIUS DAN


MEKANISME MENYEBABKAN KERUSAKAN SEL PEJAMU”

KELOMPOK 1:

 AISYAH SALSABILA : 18301077


 DENORA SUTARI : 18301084
 DHEA RIZKI AUDINA : 18301085
 EMMI LESTARI : 18301087
 NAKITA PANGESTIKA : 18301097
 SANNIAH AQILLA NAMIRA : 18301106
 TSAMARA DHILA UTAMI : 18301112

Program Studi Ilmu Keperawatan


Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Dasar Keperawatan”. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman penulis, makalah ini masih banyak kekurangan dalam
pembuatan. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca.

Pekanbaru, 22 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 LatarBelakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3

2.1 Agen-Agen Infeksius.............................................................................. 3

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transmisi Agen-Agen Infeksius. . 3

2.3 Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius............................... 5

2.4 Kondisi Yang Melemahkan Pertahanan Pejamu Melawan

Mikroorganisme........................................................................................... 7

2.5 Infeksi Oportunistik ............................................................................... 9

2.6 Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme......................................... 9

2.7 Menurunkan Jumlah Mikroorganisme Kontaminan & Mencegah

Transmisi...................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP....................................................................................11

3.1 Kesimpulan.............................................................................................11

3.2 Saran.......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, dan parasit,
semuanya terjadi secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, mulut,
jalan napas, saluran cerna, membran yang melapisi mata, dan bahkan saluran
kemih. Banyak dari agen infeksius ini mampu menyebabkan kelainan fungsi
fisiologis yang serius atau bahkan kematian bila agen infeksius tersebut masuk ke
jaringan yang lebih dalam. Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai
macam sistem yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat
respon-respon tubuh terhadap benda asing yang bersifat merugikan. Apabila
terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh bakteri, trauma, bahan kimia,
panas, atau fenomena lainnya maka jaringan yang cedera itu akan melepaskan
berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangat dramatis
disekeliling jaringan yang tidak mengalami cedera.
Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana
Kedokteran telah mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian
tentang perkembangan, pencegahan dan pengobatan infeksi maupun penyakit-
penyakit, yang berhubungan dengan infeksi.
Patogen-patogenini merupakan penyebab epidemi penyakit, dalam artian
bahkan tanpa patogen, tidak ada epidemi infeksi terjadi. Penularan patogen terjadi
dengan berbagai cara yang meliputi kontak fisik,makanan yang terkontaminasi,
cairan tubuh, benda, inhalasi yang ada di udara atau melalui organism vektor.
Penyakit infeksi yang sangat infektif ada kalanya disebut menular dan dapat
dengan mudahditularkan melalui kontak dengan orang yangsakit. Penyakit infeksi
dengan infeksi yang lebih khusus, seperti penularan vektor, penularan seksual,
biasanya tidak dianggap sebagai menular karenanya korban tidak diharuskan
adanya karantina medis.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud agen-agen infeksius; virus, bakteri, jamur, parasite, dan
clamidia?
b. Apa saja faktor-faktor yang memperngaruhi tranmisi agrn-agen infeksius?
c. Apa perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius?
d. Bagaimana kondisi yang melemahkan pertahanan pejamu melawan
mikroorganisme?
e. Apa itu ifeksi opuortunistik?
f. Bagaimana pengontrolan pertumbuhan mikroorganisme?
g. Bagaimana cara menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan&mencegah
transmisi?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana proses infeksi, berbagai agen infeksius dan
mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel pejamu.
BAB II
PEMABAHASAN

A. Agen-Agen Infeksi
1. Virus
Virus adalah parasit obligat intraseluler yang menyerang dan
mengubah sifat-sifat sel. Perubahan pada sel yang terinfeksi itu mungkin
hanya sedikit, barangkali hanya dapat ditemukan karena adanya antigen baru
pada permukaan sel, atau perubahan dapat meluas dan mengakibatkan lisisnya
sel atau terjadinya transformasi malignan dan terbentuknya tumor. Secara
umum, beratnya suatu penyakit viral pada hewan berhubungan dengan
besarnya perubahan sel tersebut.
a) Sifat-sifat Virus
Mamalia berkembang biak dengan cara vivipar (melahirkan). Bangsa
Aves berkembangbiak dengan ovipar (bertelur). Seperti individu lainnya,
virus juga memiliki sifat-sifat khusus. Setidaknya, ada 5 (lima) sifat virus
yang menjadi ciri virus.
b) Sifat-sifat virus :
1. Hanya memiliki satu macam asam nukleat ADN/ARN dengan
selubung protein.
2. Ukuran virus sangat kecil, dalam ukuran milimikorn. Dengan ukuran
tersebut, virus hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop elektron.
3. Virus tidak memiliki membran sel, sitoplasma, dan inti sel karena
virus bukan termasuk sel.
4. Virus tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan organisme
hidup lain.
5. Virus memiliki bentuk dan ukuran yang bermacam-macam dan hanya
akan aktif pada organ/makhluk yang spesifik.
c) Struktur Virus
Bagian-bagian virus cukup sederhana untuk diurai. Strukturnya hanya
melipuri kepala dan ekor. Di dalam kepala virus terdapat DNA/RNA,
yang berperan sebagai material genetik. Sedangkan pada ekor tersusun
atas selubung ekor dan serabut ekor. Serabut ekor berpesan sebagai
penerima rangsang (reseptor). Selubung ekor berfungsi untuk menginfeksi
dan menghancurkan lapisan kulit bakteri atau sel supaya bisa memasukkan
RNA/DNA kepada sel inang untuk berkembangbiak.
d) struktur virus

e) Struktur penyusun virus dan keteranga beserta fungsinya.


1. Kepala Virus: bentuk berupa persegi delapan yang didalamnya
terdapat
2. materi genetik (asam nukleat) virus (DNA/RNA).
3. Ekor Virus: merupakan selubung memanjang (tubus), berfungsi
sebagai alat penginfeksi
4. Serabut Ekor: merupakan serabut yang tumbuh dibagian ujung ekor,
5. berfungsi sebagai penerima rangsang (reseptor).
6. Selubung Ekor: berfungsi untuk menginfeksi dan menghancurkan
lapisan kulit bakteri atau sel supaya bisa memasukkan RNA/DNA
kepada sel inang untuk berkembangbiak.
f) Ciri-ciri virus
Virus memiliki ciri dan struktur yang sangat berbeda sama sekali dengan
organisme lain, ini karena virus merupakan satu sistem yang paling
sederhana dari seluruh sistem genetika. Ciri virus yang telah diidentifikasi
oleh para ilmuwan, adalah sebagai berikut.
 Virus bersifat parasit. 
 Virus berukuran sangat kecil sekitar 20-300 milimikron. 
 Virus memiliki DNA dan RNA. 
 Virus tidak memiliki enzim metabolisme dan tidak memiliki
ribosom ataupun perangkat/organel sel lainnya. 
g) Cara Hidup Virus
Virus bersifat sebagai parasit obligat, jadi dia tidak dapat hidup di
alam secara bebas, tetapi harus berada di dalam makhluk hidup lain.
Apabila hidup di dalam makhluk hidup, maka virus akan berkembang
biak, misalnya di dalam sel bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan tingkat
tinggi. Dasar inilah yang digunakan untuk membedakan jenis-jenis virus.
Jenis virus ada tiga, yaitu virus bakteri, virus hewan, dan virus
tumbuhan. Pada virus hewan terdapat asam nukleat DNA dan RNA,
sedangkan virus tumbuhan berisi RNA. Pada DNA umumnya berantai
ganda terpilin (double helix), contoh virus ini antara lain virus influenza,
virus herpes, virus kutil, virus alat kelamin, virus belek, dan virus yang
menyebabkan kanker. DNA yang berantai tunggal, contohnya virus yang
berhubungan dengan cacar. Untuk virus RNA, baik yang berantai ganda
atau tunggal semuanya tidak terpilin, contoh virus RNA antara lain TMV
(Tobacco Mozaic Virus), virus polio, virus HIV.
h) Siklus Hidup Virus
Virus bukanlah sel yang dapat berkembang biak sendiri. Cara berkembang
biak virus berbeda dengan makhluk hidup lain. Virus tidak mampu
memperbanyak diri di luar sel-sel hidup sehingga dikatakan bahwa virus
bukanlah makhluk hidup yang dapat hidup mandiri. Ada beberapa tahapan
dalam replikasi virus, yaitu tahap adsorpsi (penempelan) virus pada inang,
tahap injeksi (masuknya) asam inti ke dalam sel inang, tahap sintesis
(pembentukan), tahap perakitan, dan tahap litik (pemecahan sel inang).
Berdasarkan tahapan tersebut, siklus hidup virus dapat dibedakan lagi
menjadi siklus litik dan siklus lisogenik.
Siklus Litik
Replikasi virus dalam sel inang merupakan peristiwa yang sangat
kompleks, tahap demi tahap dari proses sintesis, mulai dari terinfeksinya
sel inang sampai pembebasan partikel-partikel virus.

 Tahap Adsorpsi
 Tahap Injeksi
 Tahap Sintesis
 Tahap Perakitan
 Tahap Litik

Siklus Lisogenik

Pada siklus lisogenik, tahap yang dilalui lebih banyak daripada siklus litik.
Tahap adsorpsi dan tahap injeksi sama dengan siklus litik. Akan tetapi,
sebelum tahap sistesis, terlebih dahulu virus melewati tahap
penggabungan dan tahap pembelahan. Kemudian, dilanjutkan dengan
tahap perakitan dan tahap litik.

 Tahap Adsorpsi dan Tahap Injeksi


 Tahap Penggabungan
 Tahap Pembelahan
 Tahap Sintesis
 Tahap Perakitan
 Tahap Litik

2. Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu prokariotik yang hidup
bebas dan dapat ditemukan di beberapa lingkungan seperti udara, tanah,
debu, air, serta hidup di dalam tubuh hewan, tumbuhan, atau manusia.
Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani dari kata bacterion yang berarti
batang kecil.
Bakteri merupakan organisme terbanyak dan paling berkelimpahan
dari semua organisme. Meski ukurannya yang sangat kecil dan tidak bisa
dilihat tanpa bantuan mikroskop, bakteri ada di mana saja, di air, tanah,
dan tubuh makhluk hidup.
a) Klasifikasi Bakteri
Berdasarkan cara hidupnya
1. Heterotrof
Heterotrof adalah tidak bisa membuat makanan sendiri, dibagi
menjadi parasit (Hidup pada inang), dan saprofit (Menguraikan
sampah organik).
2. Autotrof
Autotrof adalah jenis bakteri yang mampu membuat makana
sendiri, terbagi menjadi fotoautotrof (Membuat makanan dengan
bantuan cahaya), dan kemoautotrof (Membuat makanan dengan
bantuan senyawa kimia).

kebutuhan oksigennya

1. Aerob
Aerob adalah membutuhkan oksigen, terbagi menjadi obligat
(Sangat membutuhkan oksigen), dan fakultatif (Bisa hidup
tanpa oksigen atau ada oksigen).
2. Anaerob
Anaerob adalah bakteri yang tidak membutuhkan oksigen

Berdasarkan bentuknya

1. Kokus 
Kokus adalah bakteri berbentuk bulat. Kokos terbagi lagi
diantaranya monokokus, diplokokus, streptokokus,
stafilokokus.
2. Basilus
Basilus yaitu bakteri berbentuk batang. Basilus terbagi menjadi
beberapa bentuk diantaranya monobasil, diplobasil,
streptobasil.
3. Koma
Koma yaitu bakteri yang berbentuk koma.
4. Spirilum
Spirilum yaitu bakteri berbentuk spiral.
b) Ciri-ciri Bakteri
 Bersel satu dan sangat sederhana.
 Prokariotik.
 Kandungan kromosomnya haploid (n).
 Hidup secara autotrof/heterotrof.
 Berkembang biak/ bereproduksi dengan cara seksual dan aseksual.
 Memiliki beberapa macam bentuk sel, yaitu bulat, batang, spiral, dan
variasinya.
 Ada yang memiliki alat gerak berupa flagel dan ada yang tidak.
 Memerlukan kelembapan yang tinggi, sekitar 85% untuk kehidupannya.

c) Struktur Bakteri

1. Kapsul
Kapsul adalah selubung pelindung bakteri yang tersusun atas polisakarida.
Kapsul terletak di luar dinding sel. Hanya bakteri bersifat patogen yang
mempunyai kapsul. Fungsi kapsul adalah untuk melindungi diri dari
kekeringan dan mempertahankan diri dari antitoksin yang dihasilkan oleh
sel inang.
2. Dinding Sel
Dinding sel bakteri tersusun atas protein yang berikatan dengan
polisakarida(Peptidoglikan). Dinding sel terletak di luar membran sel.
Adanya dinding sel menyebabkan bentuk bakteri menjadi tetap. Dinding
sel berfungsi untuk melindungi sel bakteri terhadap lingkungannya.
3. Membran Sel
Membran sel tersusun atas molekul lemak dan protein(Fosfollpid).
Membran sel bersifat semipermeabel. Membran sel mengandung enzim
respirasi. Fungsinya adalah untuk membungkus plasma dan mengatur
pertukaran mineral dari sel dan ke luar sel.
4. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan yang terdapat di dalam sel. Sitoplasma tersusun
atas koloid yang mengandung berbagai molekul organik seperti
karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Sitoplasma merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi metabolisme.
5. Bulu cambuk (flagel)
Flagel adalah alat gerak pada bakteri sehingga membantu bakteri untuk
mendekati makanan atau menjauh jika ada racun atau bahan kimia.
6. Materi genetik
AND (Disebut juga DNA) bakteri tidak tersebar dalam sitoplasma, tetapi
terdapat pada daerah tertentu yang disebut nukleoid. ADN berfungsi
mengendalikan sintesis protein bakteri dan merupakan zat pembawa sifat.
7. Ribosom
Ribosom berfungsi dalam sintesis protein. Ribosom tersusun dari protein,
jika dilihat dari mikroskop, ribosom terlihat seperti struktur kecil yang
melingkar.
8. Plasmid
Selain ADN, bakteri juga mempunyai plasmid. Plasmid mengandung gen-
gen tertentu, misalnya gen patogen dan gen kebal antibiotik. Plasmid juga
mampu memperbanyak diri. Dalam satu sel bakteri bisa terbentuk kurang
lebih 20 Plasmid.
d) Bakteri Gram positif dan negative
Bakteri gram positif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna
violet dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal. Contoh bakteri
Gram positif, yaitu Actinomyces, Lactobacillus, Propionibacterium,
Eubacterium, Bifidobacterium, Arachnia, Clostridium,
Peptostreptococcus, dan Staphylococcus.
Ciri-ciri Bakteri Gram Positif
1. Dinding sel
Homogen dan tebal (20-80 nm) sebagian besar tersusun dari
peptidoglikan sebagian lagi terdiri dari polisakarida lain dan asam
teikoat.
2. Bentuk sel
Bulat, batang atau filamen.
3. Reproduksi
Pembelahan biner.
4. Metabilosme
5. Alat gerak
Kebanyakan nonmotil, bila memiliki motil maka tipe falgelanya
adalah petritrikus.
Contoh Bakteri Gram Positif
a. Clostridium tetani
Bentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5 mikron, lebar
0,4-0,5 mikron, dapat bergerak, termasuk gram positif anaerob
berspora, membentuk exotoxin yang disebut tetanospasmin (tetanus
spasmin), dan ketika bakteri ini mengeluarkan eksotoxin maka akan
menghasilkan 2 eksotoxin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin.
salah.
b. Bacillus cereus.
Bacillus cereus merupakan golongan bakteri Gram-positif (bakteri
yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses
pewarnaan Gram), aerob fakultatif (dapat menggunakan oksigen tetapi
dapat juga menghasilkan energi secara anaerobik), dan dapat
membentuk spora (endospora).
c. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak
menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan
maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus
tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan
0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini
biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit.
d. Clostridium perfringens
Clostridium perfringens adalah spesies bakteri gram-positif yang
dapat membentuk spora dan menyebabkan keracunan makanan.
Beberapa karakteristik dari bakteri ini adalah non-motil (tidak
bergerak), sebagian besar memiliki kapsul polisakarida, dan dapat
memproduksi asam dari laktosa. C. perfringens dapat ditemukan pada
makanan mentah, terutama daging dan ayam karena kontaminasi
tanah atau tinja.
Bakteri Gram negatif
Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap
warna merah, dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Lapisan
peptidoglikan pada bakteri Gram negatif terletak di ruang periplasmik
antara membran plasma dengan membran luar. Contoh bakteri Gram
negatif, yaitu Azotobacter, Rhizobium leguminosarum, Neisseria
gonorrhoeae, Haemophilus influenzae, Pseudomonas aeruginosa,
Salmonella typhi, dan Helicobacter pylori.
Bakteri Gram negatif yang bersifat patogen lebih berbahaya daripada
bakteri Gram positif, karena membran luar pada dinding selnya dapat
melindungi bakteri dan sistem pertahanan inang dan menghalangi
masuknya obat-obatan antibiotik. Senyawa lipopolisakarida pada
membran luar bakteri Gram negatif dapat bersifat toksik (racun) bagi
inang.

Perbedaan Bakteri Gram Positif (+) dan Gram Negatif (-)


Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Bakteri gram positif memiliki membran
tunggal yang dilapisi peptidoglikan yang tebal sedangkan bakteri negatif
lapisan peptidoglikogennya tipis.
Beragam cara bakteri dapat menyebar
3. Jamur
Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak
berklorofil, namun memiliki potensi bisnis cukup besar. Tumbuhan ini
umumnya bersifat sebagai saprofit atau parasit untuk memenuhi
kebutuhan pangannya. Sebagai saprofit, jamur hidup pada sisa makhluk
hidup yang telah mati, seperti di tumpukan sampah organik, tumbuhan,
atau kotoran hewan. Sedangkan sebagai parasit, jamur hidup menempel
pada organisme lain dan biasanya merugikan media yang ditempelinya.
Pada dasarnya jamur bisa tumbuh di berbagai tempat, namun sebagian
besar jamur akan tumbuh subur bila berada di daerah yang lembab dan
bersuhu dingin. Reproduksi jamur dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif biasanya dilakukan
dengan membentuk spora, membelah diri, serta pembentukan kuncup.
Sementara perkembangbiakan generatif dilakukan melalui pembentukan
spora askus, konjugasi, dan menggunakan hifa yang akan menghasilkan
zigospora
a) Ciri Ciri Jamur
jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk
dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler
(bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya
dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan
reproduksinya.
b) Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur
yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler
membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter,
contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang
disebutmiselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu
menjadi tubuh buah.Hifa adalah struktur menyerupai benang yang
tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi
membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung
organel eukariotik. 
       Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang
atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati
ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel
ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa
senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. 
       Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadihaustoria yang merupakan organ penyerap
makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
c) Cara Makan dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan
organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan.
Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari
lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya
dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen
maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat,
protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh
dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat
parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
a. Parasit obligat
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,
sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup.
Misalnya,Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru
penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang
sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang
cocok.
c. Saprofit
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang
mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang
telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar
jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat
makanan untuk 
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana
sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga
langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana
yang dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis
mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap
makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang
bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan
tanaman dapat dilihat padamikoriza, yaitu jamur yang hidup di
akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.Jamur berhabitat
pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak
organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur
ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur
yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan
kebanyakan dari kelas Oomycetes.

d) Pertumbuhan dan Reproduksi


Reproduksi jamur dapat secara sek sual (generatif) dan asek
sual (vegetatif). Secara asek sual, jamur menghasilkan spora. Spora
jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler,
tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur
memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora asek
sual. Spora asek sual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan
tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh
menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara sek sual pada jamur melalui kontak
gametangium dan konjugasi.Kontak gametangium mengakibatkan
terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami
terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami(peleburan
sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti).
Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu
tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel
dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan
hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel
diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.
e) Peranan Jamur
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran
yang merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang
menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain sebagai berikut.
a) Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan
pangan berprotein tinggi.
b) Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan,
yaitu dalam pembuatan tempe dan oncom.
c) Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam
industri keju, roti, dan bir.
d) Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
e) Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai
dekomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga
mempunyai peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut.
a) Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan
penyakit rebah semai.
b) Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun
tanaman kentang.
c) Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air. Albugo
merupakan parasit pada tanaman pertanian.
d) Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada
paru-parumanusia.
e) Candida sp. penyebab keputihan dansariawan pada manusia
f) Klasifikasi jamur
Jamur dibagi menjadi 6divisi :
1. MYXOMYCOTINA(Jamur lendir)
a. Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana.
b. Mempunyai 2 fase hidup yaitu:
- fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti amuba,
disebut plasmodium.
- fase tubuh buah.
Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora kembara yang
disebut myxoflagelata.
Contoh spesies : Physarum polycephalum

2. OOMYCOTINA
a. Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang
dan mengandung    banyak inti.
b. Reproduksi:
- Vegetatif: yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di darat
dengan sporangium dan konidia.
- Generatif: bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora
yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies:
a) Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga darat
maupun serangga air.
b) Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang.
3. ZYGOMYCOTINA
a. Tubuh multiseluler.
b. Habitat umumnya di darat sebagai saprofit.
c. Hifa tidak bersekat.
d. Reproduksi:
e. Vegetatif: dengan spora.
f. Generatif: dengan konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan
menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi individu
baru.
Contoh spesies:
a. Mucor mucedo : biasa hidup di kotoran ternak dan roti.
b. Rhizopus oligosporus : jamur tempe.
4. ASCOMYCOTINA
a. Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi seluler.
b. Ascomycotina, multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak.
c. Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan
ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak).
Reproduksi:
a. Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada
yang multiseluler membentuk spora dari konidia.
b. Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora.
Contoh spesies:
a. Sacharomyces cerevisae: sehari-hari dikenal sebagai ragi.
Berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol. Mampu
mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses
fermentasi.
b. Neurospora sitophila: jamur oncom.
c. Peniciliium noJaJum danPenicillium chrysogenumpenghasil
antibiotika penisilin.
d. Penicillium camemberti danPenicillium roqueforti berguna untuk
mengharumkan keju.
e. Aspergillus oryzae untuk membuat sake dan kecap.
f. Aspergillus wentii untuk membuat kecap.
g. Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin yang hidup pada
biji-bijian. Flatoksin salah satu penyebab kanker hati.
h. Claviceps purpurea hidup sebagai parasit padabakal buah
Gramineae.
5. BASIDIOMYCOTINA
a. Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai
badan penghasil spora.
b. Kebanyalcan anggota spesies berukuran makroskopik.
Contoh spesies:
a. Volvariella volvacea: jamur merang, dapat dimakan dan sudah
dibudidayakan.
b. Auricularia polytricha: jamur kuping, dapat dimakan dan sudah
dibudidayakan.
c. Exobasidium vexans: parasit pada pohon teh penyebab penyakit
cacar daun teh atau blister blight.
d. Amanita muscaria dan Amanita phalloides: jamur beracun, habitat
di daerah subtropics
e. Ustilago maydis : jamur api, parasit pada jagung.
f. Puccinia graminis : jamur karat, parasit pada gandum
6. DEUTEROMYCOTIN
Nama lainnya Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan
demikian karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara
pembiakan secara generatif.
Contoh :
Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya
dinamakan Monilia sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan
generatifnya yang berupa askus namanya diganti menjadiNeurospora
sitophila dimasukkan ke dalam Ascomycotina.
Banyak penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis) disebabkan
oleh jamur dari golongan ini, misalnya :Epidermophyton
fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp., Trichophyton
sp. penyebab penyakit kurap.

c. Sifat sifat jamur

1. Sifat Parasit Obligat Jamur


Pengertian sifat parasit obligat jamur merupakan sifat jamur yang hanya dapat
hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya,
Pneumoniacarinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
2. Sifat Parasit Fakultatif Jamur
Sifat parasit fakultatif jamur adalah jamur yang bersifat parasit jika
mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak
mendapatkan inang yang cocok.
3. Sifat Saprofit Jamur
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati.
Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti
kayu tumbang dan buah jatuh.

Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat


makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul
sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga
langsung menyerap bahan bahan organik dalam bentuk sederhana yang
dikeluarkan oleh inangnya.

d. Struktur tubuh jamur

 Struktur tubuh fungi terdiri atas sel eukariotik yang tersusun oleh
dinding sel yang mengandung zat kitin. Uniknya zat kitin pada jamur
mirip dengan zat kitin pada kerangka luar athropoda sobat. Zat kitin
ini tersusun atas polisakarida, sifatnya kuat dan fleksibel.
 Benang-benang halus yang menyusun tubuh jamur disebut dengan
hifa.
 Hifa pada jamur dapat bercabang-cabang yang nantinya akan
membentuk jaringan yang disebut miselium.
 Miselium ini yang akan membentuk jalinan hingga terbentuknya tubuh
buah seperti pada jamur merang.
 Selain itu, hifa pada jamur juga memiliki pembatas atau sekat antar sel
yang disebut septa. Septa pada jamur memiliki pori yang cukup besar
sehingga organel sel dapat mengalir dari sel ke sel lainnya.
 Pada beberapa jenis jamur, hifa tidak memiliki sekat yang disebut
dengan hifa asepta. Hifa ini merupakan massa sitoplasma yang
panjang dan mengandung ratusan hingga ribuan nucleus yang disebut
dengan hifa senositik. Inti sel yang jumlahnya banyak disebabkan
pembelahan inti sel yang berulang tanpa disertai pembelahan
sitoplasma.
 Adapun hifa yang bercabang-cabang dan membentuk miselium
memungkinkan jamur mengabsorbsi nutrisi lebih banyak.
 Jamur yang sifatnya parasitisme memiliki hifa yang termodifikasi
yang dinamakan dengan haustorium.
 Nah, haustorium ini memiliki ujung yang fungsinya menembus
jaringan host dan mengabsorbsi nutrisi dari host.
 Adapun hifa pada sebagian miselium berdiferensiasi membentuk alat
reproduksi yang fungsinya menghasilkan spora. Miselium ini
dinamakan dengan miselium generative.
e. Siklus hidup jamur
Berikut ini adalah 7 contoh siklus hidup pada jamur:
1. Jamur aseksual uniseluler. Contoh: Candida albicans (askomiset)
adalah patogen hewan aseksual. Reproduksinya adalah dengan tunas dari sel
ragi.
2. Jamur seksual uniseluler. Contoh: Chytriomyces hyalinus
(chytridiomycete) adalah jamur air yang tumbuh pada kitin seperti pada
eksoskeleton serangga air. Jamur ini menghasilkan sel diploid tunggal yang
segera mengalami meosis. Zoospora bersel tunggal mengabadikan fase
haploid.
3. Jamur aseksual filamen. Contoh: oxysporum Fusarium (askomiset)
dan termasuk taksa banyak patogen tanaman yang paling serius. Reproduksi
dan penyebaran adalah melalui konidia.
4. Jamur berfilamen dengan reproduksi seksual dan aseksual, tetapi tidak
ada tubuh buah multiseluler. Contoh: Rhizopus stolonifer (zygomycete)
adalah umum, cepat tumbuh cetakan hitam roti, stroberi dan makanan
lainnya, yang memiliki hifa non-septate. Spora aseksual diproduksi di
sporangia. Reproduksi seksual melibatkan fusi hifa haploid, dan produksi
sel diploid tunggal, zygospore, yang mengalami meosis pada
perkecambahan untuk mendaur ulang pada fase haploid.
5. Jamur berfilamen dengan reproduksi seksual dan tubuh buah
multiseluler. Contoh: Agaricus bisporus (basidiomycete) adalah tombol
yang umum jamur. Spora seksual yang dihasilkan menimbulkan miselia
primer (haploid), untuk membentuk miselium sekunder. Karyogami (fusi
inti) tertunda, sehingga miselium sekunder dikatakan dikaryotic, atau hanya
dikaryon . Dikaryon menghasilkan koneksi penjepit diagnostik pada septa.
Ketika kondisi memungkinkan, dikaryon menghasilkan tubuh buah
multiseluler. Para meiosporangia berbentuk yang disebut basidia.
Karyogami terjadi di basidia dan segera diikuti oleh meosis dan produksi
spora. Seperti dalam jamur lain yang dibahas, hanya ada satu sel diploid
tunggal dalam siklus hidupnya.
6. Jamur berfilamen dengan reproduksi seksual dan aseksual. Contoh:
Peziza vesiculosa (askomiset) menghasilkan tubuh buah multiseluler
berbentuk cangkir, di mana reproduksi seksual terjadi. Para meosporangia
adalah berbentuk sel kantung disebut ASCI. Seperti dalam Basidiomycetes,
karyogami dan meosis terjadi pada ASCI. Ascospores haploid berkecambah
membentuk miselia primer, yang dapat menghasilkan struktur reproduksi
aseksual mikroskopis. Bentuk aseksual telah diberi nama sendiri,
Oedocephalum. Konidia yang dihasilkan pada tahap Oedocephalum dapat
mendaur ulang fase haploid. Fusi miselia primer menghasilkan dikaryon,
yang menimbulkan tubuh berbuah, seperti dalam Basidiomycetes. Dalam
jamur dengan fase seksual dan aseksual, fase seksual disebut teleomorph
dan fase aseksual disebut anamorph. Ini juga disebut fase meosporic dan
mitosporic.
7. Patogen tumbuhan dengan reproduksi seksual dan aseksual pada
beberapa host. Contoh: Puccinia graminis (karat barberry gandum;
basidiomycete). Basidiospora seksual dihasilkan dengan menginfeksi
Barberries. Spermogonium adalah struktur reproduksi yang dihasilkan pada
permukaan atas daun barberry. Spermogonium menghasilkan Spermatia
bersel tunggal dan hifa reseptif. Kontak hifa Spermatia menerima dan
bergabung membentuk dikaryon. Dikaryon menghasilkan struktur
reproduksi aseksual, aecium, di bawah daun barberry. Esiospora dikaryotic
menginfeksi gandum. miselium Dikaryotic pada gandum menghasilkan
struktur reproduksi yang disebut uredinium, yang menghasilkan aseksual,
urediniospora dikaryotic yang dapat menginfeksi ulang gandum. Akhirnya,
dikaryon pada gandum menghasilkan struktur reproduksi disebut Telia.
Teliospora diproduksi secara aseksual dan struktur overwintering dikaryotic.
Pada musim semi, inti dalam teliospora (karyogami), menghasilkan
basidium, menjalani meosis, dan menghasilkan basidiospora yang
menginfeksi barberry. Total ada dua host, empat jenis struktur penghasil
spora, dan satu sel diploid dalam siklus hidupnya

f. Bagaimana cara menginfeksi jamur


Penyebab infeksi jamur tergantung kepada jenis infeksi itu sendiri. Di bawah
ini akan dijelaskan beberapa jenis infeksi jamur, penyebabnya, serta faktor
risiko yang menyertainya.
1. Candidiasis
Candidiasis disebabkan oleh infeksi jamur Candida. Pada kondisi
normal, jamur tersebut hidup secara alami di permukaan kulit. Namun
bila perkembangannya tidak terkendali, jamur tersebut akan
menyebabkan infeksi.
Perkembangan jamur Candida yang tidak terkendali dapat dipicu oleh
sejumlah hal, antara lain kurangnya kebersihan diri, mengenakan
pakaian ketat, iklim yang hangat, serta kondisi kulit yang lembap atau
tidak dikeringkan dengan benar.
2. Infeksi Candida auris
Seperti namanya, infeksi ini disebabkan oleh jamur Candida auris.
Berbeda dari jamur Candida lain, Candida auris kebal terhadap obat
anti jamur yang biasa digunakan untuk mengobati candidiasis. Di
samping itu, jenis jamur ini juga dapat menyebabkan kematian pada
sebagian besar penderitanya.Candida auris menyebar dari orang ke
orang, melalui pemakaian bersama pada peralatan yang
terkontaminasi.
3. Kurap
Kurap disebabkan oleh jenis jamur yang hidup di tanah,
yaitu epidermophyton, microsporum, dan trichophyton. Seseorang bisa
terinfeksi bila menyentuh tanah yang terkontaminasi jamur tersebut.
Penyebaran dapat terjadi antara hewan ke manusia, atau dari manusia
ke manusia.

4. Infeksi jamur kuku


Infeksi jamur kuku terjadi ketika terdapat jamur di kuku yang tumbuh
tidak terkendali. Jenis jamur penyebab infeksi jamur kuku sama
dengan jamur penyebab kurap.
Meskipun dapat terjadi pada siapa saja, risiko infeksi jamur kuku lebih
tinggi pada penderita diabetes, lansia di atas 65 tahun, pengguna kuku
palsu, orang yang mengalami cedera kuku, dan individu dengan
kekebalan tubuh lemah.
5. Aspergillosis
Aspergillosis disebabkan oleh perpaduan antara sistem kekebalan
tubuh yang lemah dan paparan jamur Aspergillus. Jamur ini dapat
ditemukan di tumpukan kompos, tumpukan gandum, dan sayuran yang
membusuk.
Selain pada individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah (misalnya
kondisi sel darah putih rendah atau sedang mengonsumsi
obat kortikosteroid), risiko aspergillosis lebih tinggi pada penderita
asma atau cystic fibrosis.
6. Infeksi jamur mata
Infeksi jamur mata adalah kondisi yang jarang, namun tergolong
serius. Infeksi jamur mata paling sering disebabkan oleh jamur
Fusarium yang hidup di pohon atau tanaman. Jamur Fusarium bisa
masuk ke mata bila mata tidak sengaja tergores bagian tanaman
tersebut.
Selain akibat cedera mata, infeksi jamur mata dapat terjadi pada pasien
yang menjalani operasi katarak atau transplantasi kornea. Pada kasus
yang jarang, infeksi jamur mata juga terjadi akibat penggunaan obat
tetes mata atau cairan pembersih lensa kontak yang sudah
terkontaminasi, serta pengobatan dengan suntikan kortikosteroid pada
mata.

C. PARASIT

a. Defenisi Parasit

Parasit adalah Organisme hidup yang mendapatkan makanan dari organisme


hidup yang
lain dan hidupnya tergantung pada organisme tsb.

Parasitisme adalah hubungan timbal balik antara dua organisme. organisme


yang satu

mendapat keuntungan sedangkan organisme yg lain mendapat kerugian

Parasitologi adalah:Ilmu yang mempelajari organisme yang hidupnya


tergantung pada

organisme hidup yang lain.

b. Sifat sifat parasit

1. Organisme hidup yang mendapatkan makanan dari organisme hidup


yang lain dan

hidupnya tergantung pada organisme tsb

2. Hubungan timbal balik antara dua organisme-organisme yang satu


mendapat keuntungan sedangkan organisme yg lain mendapat kerugian.

3. Ilmu yang mempelajari organisme yang hidupnya tergantung pada


organisme hidup yang lain

c. Jenis-Jenis Parasit

Jenis parasit dibedakan menjadi 2 yaitu :

a). Ektoparasit

Ektoparasit adalah parasit yang terdapat pada bagian luar tubuh ikan
atau di bagian yang

masih terdapat udara dari luar, seperti bagian kulit, lendir, sisik,
sirip,rongga mulut,

operculum dan insang. Contoh ektoparasit adalah Argulus sp


b). Endoparasit

Endoparasit adalah parsit yang hidupnya di dalam tubuh inang, seperti


pada alat

pencernaan (usus), peredaran darah (sel darah), otak, otot daging, dan
organ tubuhseperti

ginjal, hati, dan gelembung renang. Contoh endoparasit adalah


Myxosomacerebralis

d. Penginfeksian Parasit

 Penularan penyakit parasitik ter#adi karena stadium in5ekti5


berpindah dari satu hospeske hospes yg lain
 Parasit dapat berpindah ke hospes lain dengan cara:

1. Hand to mouth

2. dibawa oleh vektor (binatang penular)nyamuk

3. dibawa oleh hospes perantara: Siput, Ikan, Sapi dan babi

Faktor yang mempengaruhi infeksi Parasit mengin7asi imunitas protekti5


dengan

mengurangi imunogenisitas dan menghambat respon imun host.

1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup


dalam host vertebrata.

2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama


berada dalam host

3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di


dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun.
Parasit dapat menyembunyikan mantel antigeniknya se-ara spontan
ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik.

4. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk


masing-masing

parasi

e. Cara infeksi

Stadium infektif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara

1. kontaminasi makanan dan minuman.

2. ontaminasi kulit atau selaput lendir

3. Gigitan serangga

Sumber infeksius
 Tanah, air, makanan dan minuman yg terkontaminasi oleh telur atau larva
cacing.
 binatang dan manusia yang terinfeksi parasit
 Serangga penghisap darah

E. RICKETSIA

a. Klasifikasi ricketsia

Kingdom : Bacteria

Phyllum : Proteobacteria

Classis : Alpha Proteobacteria

Ordo : Rickettsiales

Family : Rickettsiaceae
Genus : Rickettsia

Ricketsia adalah suatu mikroorganisme yang mempunyai sifat antara


bakteri atau

virus. Bentuknya pleomorfik, berbentuk coccus, coccobacillus, baccilus


atau filament;Gram negatif; ukuran; panjang antara 0,3-2,0 mikron dan
tebal antara 0,3-0,5 mikron. Mempunyai dinding sel yang jelas (seperti
bakteri).dapat dilihat dengan mikroskop biasa (seperti bakteri).

Ricketsia adalah parasit intra seluler (seperti virus), untuk


pembenihannya perlu sel yangmasih hidup.Berkembang biak dengan jalan
membelah diri (seperti bakteri).

b. Struktur Biologis Rickettsia

Bentuknya pleomorfik yang pada umumnya berukuran 1 – 0,3 mikron


dapat hadir

sebagai cocci (0,1 pM diameter), batang (1-4 pM panjang) atau benang


seperti (10 pM

panjang). Meskipun sangat kecil dan selalu terdapat didalam sel, Rickettsia
bukanlah

termasuk virus melainkan golongan bakteri. Rickettsia mempunyai sifat-


sifat yang sama dengan sifat-sifat bakteri yaitu mengandung asam nukleat
yang terdiri dari RNA dan DNA ,berkembang biak dengan pembelahan
biner, dinding sel mengandung mukopeptida,mempunyai ribosom,
mempunyai enzim yang aktif pada metabolisme, dihambat oleh obat-obat
anti bakteri dan dapat membentuk ATP sebagai sumber energi .Rickettsia
dapat berbentuk batang pendek, kokoid atau pleomorf (kokobasilus
pleomorfik). Rickettsiamempunyai struktur dinding sel gram negative
sehingga mempermudah untuk hidup didalam kuning telur embrio yang
terdiri dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat danasam
diaminopimelat. Pada rickettsia, bagian yang tumbuh berbeda-beda.

c. Jenis – jenis rickettsia yang dapat menyebabkan penyakit

Thypus

1. Rickettsia prowazekii

Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler


obligat

dan ditularkan ke manusia melalui arthropoda. Rickettsia jenis ini merupakan


suatu gram

negatif, serta merupakan bakteri aerob.Rickettsia prowazekii bukan termasuk


virus, melainkan tergolong bakteri,

F. KLAMIDIA

a. Klasifikasi clamedia

Klasifikasi ilmiah dari Chlamydia trachomatis adalah sebagai berikut:

. ordo :Chlamydiales,

famili: Chlamydiaceae,

genus :Chlamydia pesies:

Chlamydia trachomatis

Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat berkembang


biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau
mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia membelah secara benar
fision dalam badan intrasitoplasma. Chlamydia trachomatis berbeda dari
kebanyakan bakteri karena berkembang mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang
unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial yang terdiri dari
Elementary Body (EB) dan Reticulate Body (RB). Badan elementer ukurannya
lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk yang infeksius,
sedangkan badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraselular dan tidak
infeksius. Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya.
Chlamydia trachomatis peka terhadap sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah
immunotypenya adalah 15 yaitu A-C menyebabkan trachoma, D-K menyebabkan
infeksi saluran genital, dan L1-L3 menyebabkan lymphogranuloma venerum
(Debra, 2008; CDC, 2006; Karmila, 2001).

b. Siklus Hidup

Secara singkat, siklus perkembangan Chlamydia trachomatis dapat dilihat


dalam dibawah ini. Chlamydia mempunyai siklus hidup yang unik, dimana terjadi
pergantian antara siklus non-replicating elementary body yang infeksius dan siklus
replikasi retikulat body yang tidak infeksius.
Gambar 1. Siklus Perkembangan Chamydia trachomatis

Elementary body merupakan bentuk pathogen mirip seperti spora. Bakteri ini akan
merangsang endocytosisnya setelah kontak dengan sel host yang potensial. Sekali
memasuki sel, elementary body akan bertambah banyak sebagai hasil interaksinya
dengan glikogen, dan merubahnya menjadi bentuk vegetatif, relikulate body. Bentuk
retikulate membelah setiap 2-3 jam dan mempunyai masa inkubasi 7-21 hari dalam
sel hostnya. Setelah pembelahan, berubah kembali menjadi bentuk elementary dan
dilepaskan dari sel melalui exocytosis (Tolan, 2008; Karmila, 2001).

c. Infeksi Chlamydia

Chlamydia merupakan penyakit menular seksual yang dapat ditularkan melalui


hubungan seksual baik secara oral, anal dan vagina dengan pasangan yang terinfeksi
serta penularan dari seorang ibu kepada bayinya saat persalinan.

d. Manifestasi Infeksi Chlamydia

1. Infeksi Ocular

Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan trachoma dan inclusión

conjunctivitis. Trachoma ditandai dengan pengembangan folikel-folikel dan

peradangan conjungtiva. Kornea menjadi keruh disertai banyak pembuluh


darah.

Bila terjadi infeksi yang berulang-ulang umumnya dapat menyebabkan


kebutaan.

Inclusión conjunctivitis merupakan peradangan conjunctiva yang lebih ringan

disertai adanya discharge yang purulen. (Debra, 2008; CDC, 2006; Karmila,

2001).

2. Infeksi Genital
Beberapa strain Chlamydia trachomatis menyebabkan infeksi genital,

termasuk nongonococcal urethritis pada pria dan acute salphingitis dan


cervisitis

pada wanita. Strain lain menyebabkan lymphogranuloma venerum, suatu lesi

genital yang melibatkan kelenjar lymp regional (buboes) (Debra, 2008; CDC,

2006; Karmila, 2001).

3. Infeksi Saluran Pernafasan

Chlamydia psittaci biasanya menyebabkan psitacosis, suatu penyakit

seperti influenza. Chlamydia pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia


atipik

pada manusia.

4. Penularan Infeksi Chlamydia

Chlamydia merupakan penyakit menular seksual yang dapat ditularkan

melalui hubungan seksual baik secara oral, anal dan vagina dengan pasangan
yang

terinfeksi serta penularan dari seorang ibu kepada bayinya saat persalinan.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transmisi Agen-Agen Infeksius


Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen
infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara
penularannya yaitu:
1. Kontak (contact transmission): Direct/Langsung: kontak badan ke badan
transfer kuman penyebab secara fisik pada saat pemeriksaan fisik,
memandikan pasen.
2. Indirect/Tidaklangsung (paling sering): kontak melalui objek (benda/alat)
perantara: melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci.
3. Droplet: partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar
pendek, tidak bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva,
hidung, mulutcontoh: Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus
influenza type b (Hib), Virus Influenza, mumps, rubella c. Airborne:
partikel kecil ukuran<5 μm, bertahan lama di udara, jarak penyebaran
jauh, dapat terinhalasi,contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus campak,
Varisela (cacar air), sporajamur.
4. Melalui Vehikulum: Bahan yang dapat berperan dalam
mempertahankan kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan
atau terokulasi) pada pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, serum,
plasma, tinja, makanan.
5. Melalui Vektor: Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain
yang dapat menularkan kuman penyebab cara menggigit pejamu yang
rentan atau menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau
makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat.
A. Pengertian infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba pathogen,
yang bersifat sangat berinteraksi yaitu : factor penyebab penyakit (agen),
factor manusia atau pejamu (host), dan factor lingkungan.
B. Penyebab penyakit infeksi
Dalam garis besarnya mekanisme transmisi mikroba pathogen kepejamu yang
rentan melainkan dua cara :
1. Transmisi langsung
Penularan langsung mikroba pathogen kepintu masuk yang sesuai dari
pejamu. Sebagai contoh adalah adas entuhan, gigitan, ciuman, atau adanya
droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara, atau saat tranfusi darah dengan
darah yang terkontaminasi mikroba patogen.
2. Penularan mikroba patogen yang memerlukan media prantara baik berupa
barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vector.
a) Vehicle Borne
Sebagai media perantara adalah barang/bahan yang terkontaminasi
seperti peralatan makan, minum, alat-alat bedah/kebidanan,
peralatan laboratorium, peralatan infuse/transfuse.
b) Vector Borne
Sebagai media perantara adalah vector (serangga) yang
memindahkan mikroba pathogen kepejamu adalah sebagai
berikut:
 Cara mekanis
 Cara bologis
c) Food Borne
Makanan dan minuman adalah media prantara yang cukup efektif
untuk menyebarkan mikroba patogen kepejamu, yaitu melalui
saluran cerna .
d) Water Borne
Tersedianya air bersih secara kuantitatif maupun kualitatif,
terutama untuk kebutuhan rumah sakit adalah mutlak.
e) Air Borne
Udara sangat mutlak digunakan oleh setiap orang, namun adanya
udara yang terkontaminasi oleh mikroba pathogen sangat sulit
untuk di deteksi. Mikroba pathogen dalam udara masuk saluran
nafas pejamu dalam droplrt nucle yang dikeluarkan oleh penderita
saat batuk atau bersin, bicara atau bernafas, melalui mulut atau
hidung.

C. Sifat-sifat penyakit infeksi


Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba pathogen memiliki sifat-sifat
khusus yang sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya. Sebagai
makhluk hidup, mikroba pathogen memiliki cirri-ciri kehidupan, yaitu:
1. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembangbiak.
2. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya.
3. Bergerakdanberpindahtempat
Cara menyaring/invasi kepejamu/manusia melalui tahapan sebagai
berikut:
1. Sebelum pindah kepejamu (calon penderita), mikroba pathogen hidup dan
berkembangbiak pada reservoir (orang/ penderita, hewan, tanda-tanda
lain).
2. Untuk masuk ketubuh pejamu, mikroba pathogen memerlukan pintu
masuk (port dentree) seperti kulit/mukosa yang terluka/hidung, rongga
mulut, dan sebagainya.
3. Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat terserang oleh mikroba
patogen, namun berbeda pathogen secara selektif hanya menyerang
organ-organ tubuh tertentu.
4. Besarnya kemampuan merusak dan menmbulkan minifestasi klinis dari
mikroba pathogen terhadap pejamu dapat dari beberapa factor berikut.
a) Infeksiuitas
b) Patogenitas
c) Virulensi
d) Toksigenitas
e) Antigenitas

D. Upaya pencegahan penularan penyakit infeksi


Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah tindakan
yang harus diutamakan. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara
memutuskan rantai penularannya. Rantai penularan adalah suatu rangkaian
proses perpindahannya mikroba pathogen dari sumber penularan (reservoir)
kepejamu dengan/ tanda media prantara. Jadi, kunci untuk mencegah atau
mencegah atau mengendalikan penyakit infeksi adalah dengan mengeliminasi
mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta mengamati mekanis
metransmisinya, khususnya yang menggunakan media prantara sumber-
sumber penularan atau reservoir yang telah diketahui adalah orang (penderita),
hewan, serangga (arthropoda) seperti lalat, nyamuk, kecoa, yang sekaligus
dapat berfungsi sebagai media prantara. Contoh lain adalah sampah, limbah,
eksreta/sekreta dari penderita, sisa makanan, dan lain-lain. Apabila perilaku
hidup sehat sudah menjadi budaya dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-
hari, serta santiasi lingkungan yang sudah terjamin, diharapkan kejadian
penularan penyakit infeksi dapat ditekan serendah mungkin.
E. Faktor-faktor yang terlibat dalam infeksi rumah sakit
Kejadian, dan berbagai efek infeksi rumah sakit pada dasarnya bergantung
pada mikrooeganisme, taun rumah (pasien dan staf), lingkungan dan
pengobatan.
1. Mikroorganisme agen infeksi
2. Tuan rumah (pasien atau anggota staf)
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat toleransi, dari respon tubuh
pasien adalah:
a) Umur
b) Status imunitaspenderita
c) Penyakit yang diderita
d) Obesitas yang diderita
e) Orang yang menggunkan obat-obatan immunosupreson, dan steroid
f) Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnose
dantrapi
3. Lingkungan

C. Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius


Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di
dalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah
mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang
termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia,
dan clamidia. Masing-masing mikroorganisme memiliki proses infeksi yang
berbeda-beda.

A. Proses Infeksi Virus

Proses infeksi virus pada sel dimulai dengan menempelnya virus


infektif pada reseptor yang ada di permukaan sel. Ada tidaknya reseptor
tersebut pada sel tertentu ditentukan oleh faktor genetik, tingkat diferensiasi
sel dan lingkungan sel. Virus poliomielitis misalnya hanya mampu
menginfeksi sel hewan primata. Tidak semua sel primata dapat terinfeksi, sel-
sel ginjal dan sel-sel otak dapat terinfeksi sementara sel-sel epitel tidak.

Selanjutnya virus atau genomnya masuk ke dalam sel. Dengan bantuan


organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-komponennya, baik
komponen antara maupun komponen struktural virus. Setelah komponen-
komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses
perkembangbiakan virus ini terjadi pada sitoplasma, inti sel, ataupun
membran sel, tergantung pada jenis virusya. Secara umum interaksi sel dan
virus dapat diringkas dan digolonkan sebagai berikut :

1. Virus yang akibat efek sitosidalnya atau efek toksisnya menimbulkan


banyak kematian sel,

2. Virus yang proses berkembangbiaknya tidak menimbulkan kematian


sel langsung tetapi hanya menimbulkan kematian sel langsung tetapi
hanya menimbulkan kelainan kecil,

3. Virus yang proses infeksinya mengubah tumbuh kembang sel sehingga


sel tumbuh kembang berlebihan, pada keadaan terkhir seringkali
proses infeksinya pada mas aawalnya tidak mengganggu fungsi-fungsi
sel,

Infeksi Oleh Virus

a. Saluran Pernapasan

Banyak virus penyebab penyakit seperti, virus influenza,


parainfluenza, virus rubeola dan coronavirus (bersifat setempat).
Gejala ditempat lain seperti virus variola, virus varicella bahkan ada
yang bersifat tumorik seperti virus papilloma. Pada influenza, proses
infeksinya dimulai dari virus yang masuk harus berhadapan dengan
yang mampu menetralisir dan glikoprotein yang mampu menghambat
perlekatan virus pada reseptornya Virus-virus yang mampu
melampauinya akan berkembangbika pada sel dan merusaknya. Virus-
virus yang baru dilepaskan selanjutnya menyerang sel epitel lainnya.
Penyebaran ini dibantu cairan transudat. Proses kematian sel
menyebabkan saluran napas menjadi lebih rentan terhadap infeksi
bakterial.

b. Saluran Pencernaan

Hanya virus tak berselubung yang masih infektif setelah lewat


cairan empedu dan lambung. Virus tersebut hanya menyebabkan
penyakit setempat seperti; rotavirus, Norwalk agent, Hawaii agent,
pararotavirus. Adapula yang menyebar ketempat lain seperti virus
hepatitis dan virus imunodifisiensi manusia. Pada kasus infeksi
rotavius, gejala timbul akibat kerusakan sel-sel velii. Akibat kerusakan
tersebut terjadi defisiensi enzim-enzim penting seperti disakarida dan
gangguan absorpsi garam-garam dan air.

Perkembangbiakkan virus sering juga disebut dengan istilah


replikasi. Untuk berkembangbiak, virus memerlukan lingkungan sel
yang hidup. Oleh karena itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan,
sel tumbuhan dan sel manusia. Ada dua macam cara virus menginfeksi
bakteri, yaitu secara litik dan secara lisogenik. Pada infeksi secara
lisogenik, virus tidak menghancurkan sel, tetapi berintegrasi dengan
DNA sel induk. Dengan demikian, virus akan bertambah banyak pada
saat sel inang membelah. Pada prinsipnya cara perkembangbiakan
virus pada hewan maupun tumbuhan mirip dengan yang berlansung
pada bakteriofag seperti yang diuraikan berikut ini:
1. Infeksi secara litik melalui fase-fase berikut ini:

a. Fase Absorpsi, Pada fase Absorpsi, fage melekat di bagian tertentu


dari dinding sel bakteri dengan serabut ekornya. Daerah perlekatan
itu disebut daerah reseptor, daerah ini khas bagi fage sehingga fage
jenis lain tidak dapat melekat di tempat tersebut.

b. Fase Penetrasi, Meskipun tidak memilki enzim untuk metabolisme,


bakteriofage memiliki enzim lisosom yang berfungsi merusak
dinding sel bakteri. Setelah dinding sel bakteri terhidrolisi, maka
DNA fage masuk ke dalam sel bakteri.

c. Fase Replikasi dan Sintesis, Pada fase ini, fage merusak DNA
bakteri dan menggunakannya sebagai bahan untuk replikasi dan
sintesis. Pada fase replikasi, fage menyusun dan memperbanyak
DNAnya. Pada fase sintesis, fage membentuk selubung-selubung
protein (kapsid) baru. Bagian-bagian fage yang terdiri dari kepala,
ekor dan serabut ekor telah terbentuk.

d. Fase Perakitan, Komponen-komponen fage akan disusun


membentuk fage baru yang lengkap dengan molekul DNA dan
kapsidnya

e. Fase Pembebasan atau lisis, Setelah fage dewasa, sel bakteri akan
pecah (lisis), sehingga fage yang baru akan keluar. Jumlah virus
baru ini dapat mencapai 200 buah. Pembentukkan partikel
bakteriofage melalui siklus litik ini memerlukan waktu 20 menit.

6. Infeksi secara lisogenik Infeksi secara lisogenik melalui fase-fase


berikut ini:
a. Fase Absorpsi dan Infeksi, Pada fase absrpsi dan infeksi peristiwa yang
terjadi sama halnya dengan fase absropsi pada infeksi secara litik. Fage
menempel di tempat yang tepat yang spesifik pada sel bakteri.

b. Fase Penetrasi, Pada fase ini, fage melepas enzim lisozim sehingga
dinding sel bakteri berlubang. Selanjutnya, DNA fage masuk ke dalam sel
bakteri.

c. Fase Penggabungan, DNA virus bergabung dengan DNA bakteri


membentuk profage. Dalam bentuk profage, sebagian besar gen berada
dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen
aktif berfungsi untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga
agar sebagian gen profage tidak aktif.

d. Fase Replikasi, Saat profage akan bereplikasi, itu artinya DNA fage juga
turut bereplikasi. Kemudian ketika bakteri membelah diri, bakteri
menghasilkan dua sel anakan yang masing-masing mengandung profage.
DNA fage (dalam profage) akan terus bertambah banyak jika sel bakteri
terus menerus membelah. Bakteri lisogenik dapat diinduksi untuk
mengaktifkan profagenya. Pengaktifan ini mengakibatkan terjadinya
siklus litik.

B. Proses Infeksi Bakteri

Proses infeksi bakteri dimulai dari, dimana suatu bakteri harus


menempel dan melekat pada sel inang biasanya pada sel epitel. Setelah bakteri
mempunyai kedudukan yang tetap untuk menginfeksi, mereka mulai
memperbanyak diri dan menyebar secara langsung melalui jaringan atau
melalui sistem limfatik ke aliran darah. Infeksi ini (bakteremia) dapat
berlangsung sementara atupun menetap. Bakteremia mempunyai kesempatan
untuk menyebar ke dalam tubuh serta mencapai jaringan yang cocok untuk
memperbanyak diri.
Contoh Proses Infeksi Bakteri :

1. Pneumonia, Pneumococcal pneumonia adalah contoh infeksi S.


Pneumoniae dapat dibiakkan dari nasofaring 5-40 %orang sehat. Kadang
pneumococcus dari nasofaring diaspirasi ke dalam paru-paru : aspirasi
yang paling sering terjadi pada orang yang lemah seperti pada orang yang
koma, dimana refleks batuk yang normal hilang. Infeksi berkembang pada
rongga udara terminal paru-paru pada seseorang yang tidak mempunyai
antibodi pelindung melawan pneumococcus yang memiliki tipe
polisakarida kapsul. Multiplikasi pneumococci bersama dengan inflamasi
(keradangan) akan menimbulkan pneumonia. Pneumococci dapat
menyebar sehingga menyebabkan infeksi sekunder (misal cairan
cerebrospinal, katup jantung, ruang persendian). Komplikasi utama dari
pneumococcal pneumonia adalah miningitis, endocarditis dan septic
arthritis.

2. Kolera, Proses infeksi pada kolera meliputi ingesti vibrio cholerae, atraksi
khemotaktik bakteri pada epitelium usus, motilitas bakteri dengan
flagellum polar tunggal, dan penetrasi lapisan mukus pada permukaan
intensial. V. Cholerae tetap tinggal pada permukaan sel epitel dengan
diperantai oleh pili dan kemungkinan oleh adhesi lain. Prosuksi toksin
kolera mengakibatkan terjadinya aliran kllorida dan air ke dalam lumen
usus, menyebabkan diare dan ketidakseimbangan elektrolit.

3. Pes, Yersinia pestis adalah bakteri intrasel Gram-negatif- kultatif yang


ditularkan oleh gigitan fleabites atau aerosol dan menyebabkan infeksi
sistemik yang sangat invasif dan sering mematikan, disebut pes. Pes
menyebabkan Pes dapat ditemui di seluruh dunia, terutama di benua
Afrika. Sebagian besar penderita pes merupakan penduduk desa, lebih
banyak ditemui pada laki – laki, dan dapat terjadi pada semua umur. Pes
disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.
Bakteri ini pada awalnya menginfeksi kutu. Ketika kutu menggigit
tikus, maka tikus tersebut akan terinfeksi bakteri pes. Dengan demikian,
jika kutu lain menggigit tikus sakit tersebut, maka kutu tersebut juga akan
terinfeksi. Jika kutu – kutu ini menggigit manusia, maka bakteri dalam
tubuh kutu akan masuk ke dalam tubuh manusia, mengikuti aliran getah
bening dan menyebar melalui sirkulasi darah. Di kelenjar getah bening,
bakteri ini menimbulkan reaksi radang berupa bengkak, kemerahan dan
nanah.

Bakteri ini kemudian menyebar melalaui aliran darah ke organ-organ


lain seperti limpa, paru-paru, hati, ginjal dan otak. Ketika sampai paru-
paru, bakteri ini dapat menyebabkan radang (pneumonia) dan dapat
menularkan penyakit kepada orang lain melalui batuk atau bersin. Bakteri
yang dibatukkan dapat bertahan di udara dan dapat terhirup oleh orang
lain. Pes tidak hanya dapat menginfeksi tikus, namun juga bisa
menginfeksi kucing, anjing, dan tupai.

4. Mikobakteri, Bakteri dalam genus Mycobacterium adalah bakteri


berbentuk batang langsing aerob yang tumbuh membentuk rantai lurus
atau bercabang. Mycobacterium memiliki dinding sel berlemak yang
terdiri atas asam mikolat yang menyebabkan kuman ini tahan asam, yang
membuat bakteri ini asam dan alkohol. Mikobakteri memberi hasil positif
lemah pada warna garam.

5. Kusta atau lepra atau penyakit Hensen, adalah infeksi progresif lambat
akibat Mycobacterium leprae, yang mengenai kulit dan saraf perifer serta
menyebabkan deformitas. M. leprae yang terhirup, seperti M. tuberculosis,
diserap oleh makrofag alveolus dan menyebar melalui darah, tetapi
tumbuh di jaringan yang relatif dingin di kulit dan ekstremitas. Meskipun
tidak mudah menular, kusta tetap menyebabkan endemi pada sekitar 10
sampai 15 juta orang yang tinggal di negara miskin di daerah tropis.
Kusta memiliki dua pola penyakit yang mencolok. Pasien dengan
bentuk yang lebih ringan, kusta tuberkuloid,memperlihatkan lesi kulit
kering berskuama yang mengalami penurunan sensibilitas. Pasien ini
sering memperlihatkan keterlibatan saraf perifer besar yang asimetris.
Bentuk kusta yang lebih berat, kusta lepromatosa, menyebabkan
pembentukkan nodul dan penebalan kulit yang simetris. Bentuk ini juga
disebut sebagai Ikusta lempromatosa, menyebabkan pembentukkan nodul
dan penebalan kulit yang simetris.

6. Sifilis atau dikenal juga dengan raja singa, adalah penyakit infeksi
menular seksual yang bersifat kronis. Sifilis disebabkan oleh Treponema
pallidum. Sifilis dapat menyerang organ-organ dalam tubuh seperti
jantung, otak dan susunan saraf. Penyakit sifilis dapat menyerang laki-laki
maupun wanita, dan segala usia. Penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Penyebaran penyakit terjadi melalui sentuhan
langsung dengan luka yang mengandung Treponema pallidum, seperti
melalui hubungan seksual yang tidak aman ataupun kontak fisik lainnya,
seperti menyentuh luka pada penderita sifilis atau menggunakan pakaian
bergantian tanpa dicuci terlebih dahulu. Hubungan seksual tidak aman
yang dimaksud seperti berhubungan dengan PSK (Pekerja Seks Komersil)
yang sudah terlebih dahulu terinfeksi, atau berganti-ganti pasangan
seksual. Hubungan seksual yang dimaksud tidak hanya lewat vagina,
namun juga bisa melalui mulut, anus, ataupun jari. Berciuman juga dapat
menularkan sifilis bila pada kedua pasangan terdapat luka pada mulutnya
dan salah satunya sudah terinfeksi sifilis. Tanpa hubungan seksualpun,
penyakit sifilis dapat menular melalui kontak dengan benda yang
terkontaminasi dengan bakteri sifilis. Sifilis dapat ditularkan langsung dari
ibu yang sedang hamil ke janin yang dikandungnya, namun sifilis
bukanlah penyakit keturunan. Sifilis dapat menular juga melalui transfusi
darah yang tidak steril.
Media Infeksi Bakteri

a. Melalui makanan atau minuman

infeksi yang disebabkan oleh bakteri lebih sering ditularkan melalui makan
atau minuman yang dikonsumsi manusia. Akibatnya jika tertelan bakteri
melalui makanan atau air yang kotor tersebut manusia dapat menderita
berbagai macam penyakit yang menyerang pencernaan.

b. Melalui kontak langsung

Bersentuhan secara langsung dapat menularkanbakteri antara orang yang satu


dengan orang yang lain. Berhubungan seksual dengan orang yang memiliki
bakteri tersebut juga dapat beresiko terkena bakteri.

c. Melalui luka

Luka pada bagian tubuh tertentu dapat menjadi akses masuknya bakteri
bakteri ke dalam tubuh kita.

d. Melalui transfusi darah dan jarum suntik

Penggunaan jarum suntik pada saat melakukan transfusi darah baiknya


menjadi satu hal yang yang penting untuk diperhatikan, karena apabila saat
melakukan transfuse darah jarum suntik tersebut tidak diganti maka resiko
untuk tertular bakteri semakin besar.

e. Melalui udara

Melalui udara, pelepasan bakteri melalui bersin, nafas, dan ludah. jika udara
yang mengandung bakteri terhirup oleh orang yang sehat kemungkinan akan
menjadi penularan penyakit melalui pernafasan.

f. Melalui plasenta atau infeksi bawaan


Infeksi terjadi akibat beberapa jenis potogen yang mampu melewati
penghalang plasenta, sehingga bisa menginfeksi janin yang ada didalam
kandungan. infeksi tersebut mempunyai resiko berbagai kelainan-kelainan
yang mungkin terjadi pada bayi/kelainan bawaaan.

C. Proses Infksi Jamur

Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap
kuman dan jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya
flora bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis. Akan tetapi bila
lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikroorganisme
terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan
infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan
baik setelah mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu tertutup.
Penularan terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis
bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di
tanah, debu rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas dan lembab,
dan di tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan
spora paling sering terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga,
kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.

Kulit manusia memiliki lapisan pelindung yang terdapat flora bakteri,


lapisan tersebut dalam keadaan normal dapat memelihara dan menjaga
keseimbangan biologis kulit yang menyebabkan kulit memiliki daya tangkis
terhadap jamur dan kuman. Mekanisme infeksi jamur sebagai berikut.

1. Tahap Inkubasi

Ketika lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan


mikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan
mudah mengakibatkan infeksi pada kulit manusia terutama pada kulit
yang lembab. Beberapa aktivitas yang menyebabkan kulit menjadi lembab
adalah kulit tubuh yang tidak dikeringkan dengan baik setelah mandi,
berkeringat, dan menggunakan sepatu tertutup. Penularan jamur terjadi
oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis bersamaan dengan
serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di tanah, debu
rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas dan lembab, dan di
tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki. Infeksi dengan
spora paling sering terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga,
kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.

2. Tahap Produmal

Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh menjadi mycellium dengan


menggunakan serpihan kulit sebagai makanan.

3. Tahap Sakit

Benang mycellium menyebar ke seluruh arah sehingga lokasi infeksi


meluas. Enzim yang dimiliki fungi menembus ke bagian dalam kulit dan
mengakibatkan suatu reaksi peradangan. Peradangan tersebut terlihat
seperti bercak-bercak merah bundar dengan batas-batas tajam yang
melepaskan serpihan kulit sehingga menimbulkan rasa gatal-gatal dikulit.

D. Proses Infeksi Parasit

Penularan penyakit parasitik terjadi karena stadium infektif berpindah


dari satu hospes ke hospes yg lain. Parasit menginvasi imunitas protektif
dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat respon imun host:

a. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup


dalam host vertebrata

b. Menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada


dalam host
c. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di
dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor
imun. Dan kemudian parasit menyembunyikan mantel antigeniknya
secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik.

d. Lalu parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme


untuk masing-masing parasit.

Parasit dapat berpindah ke hospes lain dengan cara:

a. Hand to mouth

b. Dibawa oleh vektor (binatang penular): nyamuk

c. Dibawa oleh hospes perantara : Siput, Ikan, Sapi/babi

Stadium infektif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara:

a. Kontaminasi makanan dan minuman

b. Kontaminasi kulit atau selaput lendir

c. Gigitan serangga

E. Proses Infeksi Riketsia

Rickettsiiosis ditularkan melalui gigitan serangga pada kulit, hanya


penyebab Q fever yang ditularkan leawat udara (air borne),sehingga pada
penyakit ini tidak ditemukan kelainan kulit. Beberapa jenis mamalia dan
athropoda merupakan hospes alam untuk rickettsia, bahkan yang terakhir
dapat bertindak sebagai vektor dan resevoir. Infeksi pada manusia hanya
bersifat insidentil, kecuali pada tifus epidemik yang vektor utamanya kutu
manusia juga, yaitu Pediculus vestimenti.

Riketsia mempunyai enzim yang penting untuk metabolisme. Dapat


mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah asam
glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari
sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel.
Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel.
Riketsia dapat tumbuh subur jikametabolisme sel hospes dalam tingkat yang
rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 32o C. Pada umumnya
riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan dan pengeringan atau
oleh bahan-bahan bakterisid. Riketsia memasuki sel inang dengan
menginduksi fagositosis, lalu segera lolos dari fagosom untuk tumbuh dan
berkembang biak di dalam sitoplasma (atau nukleus) sel inang. Sel inang
biasanya akan lyse pada akhirnya, menyebabkan pelepasan organisme baru.
Sel inang juga dirugikan oleh efek racun dari dinding sel. Tahap-tahap
infeksi:

a. Riketsia typhi memperoleh bahan makanan dari darah yang diambil


dari spesies inang lalu masuk dan tumbuh didalam sel epitel usus dari
kutu dan keluar bersama dengan tinja yang dikeluarkan kutu.

b. Riketsia typhi yang beradapada tinja dari kutu tersebut menjangkiti


tikus dan manusia melalui inokulasi intrakutan dengan penggarukan
kulit, atau perpindahan oleh jari kedalam membran lendir.

c. Riketsia typhi tidak menyebar secara efektif ke sel-sel lainnya sampai


pembelahan binernya telah selesai, yang pada akhirnya membuat sel
inang retak dan pecah serta membebaskan sejumlah besar riketsia
typhi.

d. Penggandaan diri inilah yang menyebabkan kehancuran sel endothelial


yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan organ, jaringan, dan
kehilangan darah.

a. Gambaran Patologi
Rickettsia berkembangbiak di dalam sel endotel pembuluh darah kecil.
Sel membengkak dan nekrosis, terjadi trombosis pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan ruptur dan nekrosis. Di kulit nampak nyata adanya lesi
vaskuler. Vaskulitis yang terjadi pada bebrapa organ merupakan dasar
terjadinya gangguan hemostatik. Dalam jaringan otak dapat ditemukan
penumpukan limfosit, leukosit, polimorfonuklear dan makrofag yang bertalian
dengan kelainan pembuluh darah pada mas akelabu. Kelainan ini disebut
nodul tifus. Pada pembuluh darah kecil jantung dan organ-organ lainnyapun
dapat terkena kelainan yang serupa.

b. Imunitas

Infeksi rickettsia pada manusia diikuti dengan timbulnya kekebalan


yang tidak lengkap (hanya sebagian) terhadap infeksi yang berasal ari suatu
sumber luar. Selain itu seringkali terjadi relaps. Dalam suatu biakan sel
makrofag, ricketttsia juga difagositosis dan selanjutnya dapat berkembang
baik intraseluler meskipun ada antibodi. Jika kedalamnya dimasukkan limfosit
yang berasal dari inatang yang telah kebal, maka pembiakan tersebut akan
terhenti.

c. Gambaran Klinik

Semua infeksi rickettsia ditandai dengan adanya demam, sakit kepala,


malaise, lesu, kelainan dikulit (skin rash), pembesaran limpa dan hati, hanya
pada Q fever tidak disertai adanya kelainan dikulit. Kadang-kadang disertai
dengan adanya pendarahan di baeah kulit. Pada kasus-kasus yang berat dapat
dijumpai gejala stupor, delirium dan bahkan shock atau bercak-bercak
gangren di kulit atau jaringan subkutan. Mortalitasnya sangat variabel, mulai
kurang 1 % sampai stinggi 90 %. Setelah sembuh pada umumnya timbul
kekebalan. Masa tunas antara 1 smpai 4 minggu.
d. Penyakit yang disebabkan infeksi Rickettsia

1. Golongan Tifus, Rickettsia penyebab tifus epidemik dan tifus endemik,


yaitu Rickettsia prowazekii dan Rickettsia typhi. Kuman ini
berkembangbiak didalam sitoplasma sel hospes. Penyakit yang
ditimbulkan disebut demam tifus. Masa tunas antara 5-18 hari. Pada
dasarnya gambaran klinik demam tifus sama, hanya tifus endemik gejala
penyakitnya lebih ringan jika dibandingkan dengan tifus epidemik dan
jarang berakibat fatal.

2. Golangan Spotted Fever, Golongan ini termasuk penyakit demam oleh


rickettsia yang sulit dibedakan dari penyebab golongan tifus, tetapi dapat
berkembang biak di dalam sitoplasma ataupun inti sel hospes.
Penyakitnya terutama ditularkan oleh sengkenit (tick) dan bukan oleh
kutu atau pinjal. Dalam tubuh sengkenit, kuman tersebar di seluruh organ,
termasuk ovarium dan kelenjar ludah, sehingga dapat terjadi transmisi
secara transovarium dan lewat air ludah. Jadi selain sebagi vektor,
sengkenit juga berfungsi sebagai reservoir primer.

3. Golongan Demam Semak, Demam semak atau scrub typus disebabkan


oleh Rickettsia nipponica. Penyakit ini ditularkan oleh tungau trombiculid
dalam stadium larva (chigger). Tungau dapat berfungsi sebagai vektor
dan reservoir sekaligus. Gejala penyakit menyerupai tyfus endemik.
Sering ditemukan limfositosis dan limfadenopati, 1-2 minggu setelah
gigitan larva infeksius, timbul demam, menggigil, dan sakit kepala hebat.
Beberapa hari berikutnya timbul kelainan di kulit dan pneumonitis.

4. Demam query (Q fever), Demam ini disebabkan oleh Coxiella burnetii


yang termasuk keluarga rickettsiaceae. Berbeda dengan rickketsia lainnya
karena dapat tahan hidup di luar sel hospes, penularan pada manusia
lewat gigitan serangga, gejala penyakit yangditimbulkan berupa
pneumonitis tanpa kelainan kulit, dan tidak menimbulkan antibodi
terhadap Proteus strain OX. Penyakit yang ditimbulkan berlangsung
secara mendadak, demam dan menggigil tanpa kelainan kulit.

5. Demam Parit (trench fever), Demam ini disebut juga demam lima hari
yang disebabkan oleh Rochalimaea quintana berbeda dengan rickettsia
lainnya karena tidak dapat dikembangbiakkan dalam binatang percobaan
biasa, biakan sel ataupun dalam telur bertunas, tetapi dapat tumbuh dalam
agar darah dengan suasana udara kadar CO2 10 %. Tidak dikenal adanya
binatang sebagi reservior. Ditularkan oleh kutu manusia lewat tinja yang
dikeluarkannya. Kuman berkembangbiak di dalam lumen usus buka di
dalam sel epitel usus. Siklus infeksi hanya terbatas pada kutu manusia.
Demam ini berlangsung secara mendadak dan hilang timbbul dengan
siklus 3-5 hari. Gejala lainnya berupa sakit kepala, malaise, nyeri otot dan
nyeri tulang, terutama di daerah tulang kering.

F. Proses Infeksi Klamida

Infeksi kronik klamidia dapat memicu kerusakan tuba yang dari


beberapa penelitian in vitro diperkirakan dapat diakibatkan oleh:

1) Badan elementer Klamidia trakomatis yang terdapat pada semen pria


yang terinfeksi menularkan ke perempuan pasangan seksualnya.

2) Klamidia naik ke traktus reproduksi wanita dan menginfeksi sel epitel


padatuba falopii.

3) Didalam sel badan elementer berubah menjadi badan retikulat dan


mulai untuk bereplikasi.

4) Jalur apoptosis dihambat,yang menyebabkan sel yang terinfeksi dapat


bertahan.
5) Ketika jumlah badan elementer mencapai tingkat densitas tertentu,
maka badan elementer tersebut akan terlepas darisel epitel dan
menginfeksi sel disebelahnya.

6) Badan elementer ekstaseluler akan mengaktivasi sistem imun berupa


diproduksinya dan sitokin-sitokin proinflamasi lainnya.

7) Respon imun akan menurunkan jumlah badan elementer dan


menghambat replikasi intraseluler dari badan retikulat.

8) Interupsi replikasi badan retikulat menyebabkan klamidia tetap ada


dalam bentuk intaseluler sehingga dapat menimbulkan respon imun
yang bersifat destrruksif. Pada bentuk persisten ini, potein-60
(CHSP60) dilepaskan, yang dapat menyebabkan respon inflamasi.

9) Ketika jumlah badan elementer berada di bawah kadar kritis tertentu


maka aktivasi sistem imun berhenti dan replikasi badan retikulat mulai
kembali.

10) Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel
epitel baru dan persisten dalam intaseluler dengan pelepasan CHSP60
menyebabkan pembentukkan jaringan parut dan merusak patensi tuba
falopii.

Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius

Tubuh memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jaringan


dan mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama
diperankan oleh kulit yang utuh, membran mukosa permukaan dan sekret yang
diproduksi. Contohnya lisozym air mata merusak peptidoglikan dinding bakteri.

Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan
clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke dalam
sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik
yang di timbulkan seperti virus yang menyebabkan eksastema, dan sifat infeksi
infeksi laten virus. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi bersamaan
dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok pada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem
kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Masing-masing
faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur menimbulkan infeksi
umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai daerah-daerah
yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha, dan
lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan infeksi melalui
kontak langsung maupun tidak langsung.

D. Kondisi Yang Melemahkan Pertahanan Pejamu Melawan


Mikroorganisme

1. Mekanisme imunitas terhadap antigen yang berbahaya


Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen
berbahaya di lingkungan nya yaitu :
1. Pertahanan fisik dan kimiawi : kulit,sekresi asam lemak dan asam laktat
melalui kelenjar keringat dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia,
sekresi air mata, air liur, urin, asam lambung, serta disosim dalam air
mata.
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yg memproduksi zat yang dapat
mencegah infasi mikro organisme seperti laktobasilus pada epitel organ.
3. Innale immunity
4. Imunitas spesifik yang dapat

2. Kekebalan tubuh terhadap penyebab penyakit infeksi


Kekebalan atau imunitas yang terdapat pada tubuh , terdiri dari sistem imun
spesifik (acquire adaptive immunity) atau kekebalan tubuh buatan dan
sisitem imun non spesifik (inale immunity) atau kekebalan bawaan. Sistem
imun spesifik (acquire adaptive immunity) atau kekebalan buatan sebagian
besar muncul karena ada aktivitas pemicu spesifik. Imunitas spesifik akan
membentuk antibodi dan limfosit.
Antibodi dan limfosit akan di aktivasi apabila ada agen infeksius atau toksin
yang masuk kedalam tubuh . Aktivitas di lakukan untuk menyerang agen
infeksi maupun menetralkan toksin tertentu. Sistim imun spesifik mampu
mengenali patogen/benda asing yang masuk kedalam tubuh. Patogen yg
pertama kali menginfeksi tubuh akan menginislasi sensitifitas dari sel-sel
imun. Apabila tubuh kembali terpapar patogen yang sama maka tubuh
sudah mampu mengenali dan patogen akan mampu di
hancurkan(baratawidjaya,1991)

E. Infeksi Oportunistik
Infeksi Oportunistik atau biasanya disebut dengan “IO” adalah infeksi
yang sering terjadi pada individu yang lemah dalam mempertahankan
kekebalan tubuh, termasuk orang yang terkena HIV. Terjadinya Infeksi
Oportunistik karena disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit dimana
system kekebalan tubuh melemah yang dikarena penyakit HIV atau beberapa
obat, kuman ini mungkin tidak mengendalikan lagi dan menyebabkan masalah
kesehatan. Banyak orang HIV masih terkena IO karena mereka mungkin tidak
tahu bahwa mereka telah terinfeksi HIV.
Agar mengetahui kita terinfeksi Oportunistik, kita dapat melakukan tes
darah untuk antigen (potongan kuman yang menyebabkan IO) atau untuk
antibody (protein yang dibuat oleh system kekebalan untuk memerangi
antigen), jika ditemukan antigen berarti kita terinfeksi, sedangkan jika
ditemukan antibody berarti kita pernah membiarkan sesuatu terbuka pada
infeksi. Apabila kita terinfeksi kuman yang menyebabkan Infeksi
Oportunistik, maka limfositsel B dan sel T pada CD4 akan berkurang
sehingga mengalami kematian sel. Ketika CD4 mengalami kematian dan
terkena HIV, barulah Infeksi Oportunistik menyerang HIV sehingga tahap
infeksi menjadi AIDS. Kita dapat mengurangi risiko infeksi dengan tetap
menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman. Jika sudah terinfeksi IO,
maka kita dapat segera menggunakan obat yang mencegah perkembangan
penyakit aktif atau disebut profilaksis. Untuk mengobati Infeksi Oportunistik,
kita bias menggunakan antibiotic dan menjalani pemantauan kondisi secara
rutin dengan dokter untuk memastikan viral load berkurang atau system
kekebalan tubuh meningkat.

F. Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme


Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara
membunuh mikroorganisme, atau menghambat pertumbuhannya. Kontrol
terhadap pertumbuhan dapat dilakukan secara :
1. Fisik
2. Kimia
3. Biologi
Secara fisik, menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi, diperoleh panas
lembab, efektif dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan otoklaf
memerlukan suhu 1210C, tekanan 15 psi/1,5 kg/cm2, selama 15 menit.
Sterilisasi fisik dapat juga dengan panas kering menggunakan oven1600C, 2
jam. Sterilisasi dengan oven untuk alat-alat gelas dan bahan yang tidak
tembus air.
Secara kimia, menggunakan senyawa kimia untuk mengendalikan
pertumbuhan mikroorganisme , contoh :
HgCl (0,1%), menyebabkan koagulasi protein
NaOCl
Cl2 + H2 O  HCl + HOCl (asam hipoklorit, menyebabkan klorinasi protein
sel)
HOCl  HCl+ + O n (daya oksidasi kuat)
Senyawa kimia yang dapat mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme, dapat dibedakan memjadi antiseptic, desinfektan, dan bahan
kemoterapetik/antibiotic. Antiseptik : substansi kimia yang digunakan pada
jaringan hidup yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisma.
Desinfektan:substansi kimia yang dapat menghambat pertumbuhan sel
vegetatif pada materi yang tidak hidup. Bahan kemoterapetik :substansi kimia
yang dapat merusak/menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam
jaringan hidup, dihasilkan oleh mikroorganisme.
Secara mekanik, untuk bahan yang mudah rusak karena pemanasan,
misalnya vitamin, enzim, serum, antibiotik. Contoh : filtrasi, menggunakan
filter berupa membran dengan tebal tertentu, terbuat dari asbes, diatom,
porselen, kaca berpori, selulosa. membran selulosa : diameter pori 0,01-10 μm
Bahan/zat yang tidak dapat dipanaskan pada suhu lebih dari 1000C, dapat
dilakukan pasteurisasi dan tindalisasi. Pasteurisasi memerlukan pemanasan
63- 730C, digunakan untuk pengawetan air, susu, bir, anggur. Pasteurisasi
dapat membunuh mikroorganisme pathogen (Mycobacterium, Salmonella,
Coxiella) dan beberapa mikroorganisme normal. Pelaksanaan pasteurisasi
dapat dilakukan dengan cara :
LTH = low temperatur holding, menggunakan suhu 63 0C , selama 30 menit
HTST = high temperatur short time, menggunakan suhu 72 0C, selama 15
detik Tindalisasi adalah pemanasan dengan suhu 80-1000C, selama 30 menit,
3 hari berturut-turut. Pelaksanaan tindalisasi melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tindalisasi 1: sel vegetatif mati, kemudian diinkubasi, spora berkecambah
menjadi sel vegetatif.
2. Tindalisasi 2: sel vegetatif mati, spora yang tersisa berkecambah menjadi
sel vegetatif.
3. Tindalisasi 3: semua sel mati.

G. Menurunkan Jumlah Mikroorganisme Kontaminan & Mencegah


Transmisi
Infeksi atau jangkitan adalah kolonalisasi ( mengacu pada mikroorganisme
yang tidak bereplikasi pada jaringan yang ditempatinya. Sedangkan "infeksi"
mengacu pada keadaan di mana mikroorganisme bereplikasi dan jaringan
menjadi terganggu) yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi,
atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat
memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka
kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons
inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya
dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya
definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion,
dan viroid.
 Kebiasaan yang dapat membantu mencegah infeksi dalam sehari-hari, sebagai
berikut:
1. Rutin mencuci tangan
Tangan menjadi bagian tubuh yang paling sering digunakan dalam
aktivitas sehari-hari. Mulai dari mengeluarkan uang, berpegangan pada
sisi eskalator, hingga bersalaman dengan orang lain bisa membuat tangan
tidak lagi steril. Mikroba penyebab penyakit akan terus menempel di
tangan hingga kita membersihkannya. Parahnya, setelah melakukan
serangkaian kegiatan yang membuat tangan kotor, kita biasa dengan
santai mengambil makanan menggunakan tangan yang telah penuh
dengan mikroba yang tak terlihat. Akibatnya, sakit perut, diare, dan
masalah pencernaan lainnya bisa menyerang Kementerian Kesehatan RI
merekomendasikan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di waktu-
waktu penting seperti:

 Sebelum makan.
 Sebelum memegang, mengolah, dan menyiapkan makanan.
 Setelah buang air besar.
 Setelah melakukan kontak dengan hewan, tanah, dan fasilitas umum
seperti angkutan umum.
Usahakan untuk mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik.
Bersihkan seluruh bagian tangan dari mulai telapak dan punggung tangan
hingga sela-sela jari serta kuku. Bilas dengan air mengalir dan keringkan
tangan menggunakan tisu atau lap kering yang bersih.
2. Gunakan masker mulut 
Menutupi hidung dan mulut dengan menggunakan masker menjadi salah
satu cara efektif mencegah infeksi. Udara yang setiap hari kita hirup tidak
terlepas dari bakteri, virus, dan parasit yang bisa masuk dan menyerang
sistem kekebalan tubuh. Apalagi bagi mereka yang sering menggunakan
fasilitas umum. Penularan penyakit di angkutan umum misalnya, bisa
sangat cepat menyebar jika kita bersebelahan dengan orang yang sedang
flu atau batuk. Virus yang dikeluarkan saat batuk atau bersin dan
kemudian terhirup bisa membuat kita juga tertular penyakit yang sama.
Untuk itu, lindungi diri dengan menggunakan masker wajah.
3. Jangan berbagi barang pribadi
Sikat gigi, handuk, sapu tangan, dan alat makan termasuk barang pribadi
yang sebaiknya tidak dipinjamkan. Menggunakannya secara bergantian
dengan orang lain bisa membuat barang-barang tersebut menjadi sumber
penularan infeksi. Walaupun rekan yang dipinjami terlihat sehat, tetapi
kita tidak pernah tahu kondisi kesehatan seseorang dengan hanya melihat
tampilan luarnya saja. Tak hanya itu, kita juga tidak tahu apakah kita
yang justru bisa menularkan penyakit pada orang lain. Mencegah infeksi
dengan menggunakan barang pribadi tanpa meminjamkannya pada orang
lain menjadi cara yang bijak demi kesehatan kita dan orang di sekitar kita.
4. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan kotor
Menyentuh mata, hidung, mulut dan mulut dengan tangan kotor bisa
memindahkan kuman yang ada di tangan ke dalam tubuh. Hidung
merupakan bagian tubuh yang memiliki suhu hangat dan lembap yang
menjadi tempat favorit virus dan bakteri untuk berkembang biak. Selain
itu, mata dan mulut merupakan bagian tubuh yang dilapisi jaringan basah
(mukosa) yang dapat membuat bakteri mudah terperangkap untuk
kemudian hidup dan berkembang. Untuk itu, jangan sentuh ketiga bagian
ini dan juga bagian tubuh lainnya saat tangan dalam keadaan kotor.
Bahkan, tangan yang kelihatannya bersih sekalipun masih berisiko
menularkan kuman penyebab penyakit yang bisa menginfeksi tubuh.
5. Jangan jajan sembarangan
Makanan yang dibeli di luar tidak terjamin kebersihannya, baik dari
proses pembuatannya maupun penyimpanan. Untuk itu, pandai-pandailah
dalam memilih jajanan. Bukan tidak boleh, tetapi cobalah untuk membeli
makanan yang ditaruh di etalase yang tertutup, bukan yang dibiarkan
terbuka tanpa penutup apapun. Makanan yang dibiarkan terbuka akan
lebih mungkin terkontaminasi zat lain yang bisa menimbulkan infeksi.
Selain itu, coba perhatikan apakah penjual memerhatikan kebersihan
dagangannya yang terlihat dari kebersihan etalase dagangan dan
perlengkapan makan yang digunakannya.
6. Jangan keluar rumah saat sakit
Saat sakit, sistem kekebalan tubuh akan melemah. Bepergian ke luar
ruangan tak hanya menyebarkan penyakit yang kita miliki ke orang lain.
Namun juga berpotensi memperparah keadaan kita. Kondisi di luar
ruangan yang tidak dapat diprediksi bisa memperparah kondisi tubuh
yang sedang tidak fit. Selain itu, kita juga bisa tertular penyakit lainnya
jika orang-orang di sekitar ternyata sedang dalam kondisi sakit. Oleh
karena itu, ada baiknya untuk beristirahat di rumah hingga kondisi tubuh
kembali normal. Berbagai cara tersebut bisa kita lakukan sebagai langkah
sederhana untuk mencegah infeksi yang bisa menganggu kesehatan.
Untuk itu, jangan hanya membaca teori tanpa mempraktikkannya karena
mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.

 Pencegahan infeksi dalam fasilitas pelayanan kesehata, sebagai berikut:


1. Kebersihan tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh,
atau menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs)bila tangan tidak
tampak kotor. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek,
tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan
sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada
saat:

a) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu
darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti
verband, walaupun telah memakai sarung tangan.
b) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area
lainnya yang bersih, walaupun pada pasien yang sama.
Indikasi kebersihan tangan:

 Sebelum kontak pasien;


 Sebelum tindakan aseptik;
 Setelah kontak darah dan cairan tubuh;
 Setelah kontak pasien;
 Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Kriteria memilih antiseptik:

 Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak


mikroorganisme secara luas (gram positif dan gram negative,virus
lipofilik,bacillus dan tuberkulosis,fungiserta endospore)
 Efektifitas
 Kecepatan efektifitas awal
 Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam
pertumbuhan
 Tidak menyebabkan iritasi kulit
 Tidak menyebabkan alergi
Hasil yang ingin dicapai dalam kebersihan tangan adalah mencegah
agar tidak terjadi infeksi, kolonisasi pada pasien dan mencegah
kontaminasi dari pasien ke lingkungan termasuk lingkungan kerja
petugas.
Gambar 2. Cara Kebersihan tangan dengan Sabun dan Air

Gambar 3. Cara Kebersihan Tangan dengan Antisepsik Berbasis Alkohol


2. Alat pelindung diri (APD)
A) Umum
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam APD sebagai berikut:
1) Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di
pakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia,
biologi/bahan infeksius.
2) APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat,
pelindung mata (goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup
kepala, gaun pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup (Sepatu
Boot).
3) Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran
mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta,
kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan
sebaliknya.
4) Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau
terpercik darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien
terkontaminasi dari petugas.
5) Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di
lakukan.
6) Tidak dibenarkan menggantung masker di leher, memakai sarung
tangan sambil menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.
Gambar 4. Alat Pelindung Diri (APD)

B) Jenis-jenis apd
1) Sarung tangan Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:
 Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan
tindakan invasif atau pembedahan.
 Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi
petugas pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan
pemeriksaan atau pekerjaan rutin
 Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses
peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu
membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
Umumnya sarung tangan bedah terbuat dari bahan lateks karena
elastis, sensitif dan tahan lama serta dapat disesuaikan dengan
ukuran tangan. Bagi mereka yang alergi terhadap lateks, tersedia
dari bahan sintetik yang menyerupai lateks, disebut ‘nitril’.
Terdapat sediaan dari bahan sintesis yang lebih murah dari lateks
yaitu ‘vinil’ tetapi sayangnya tidak elastis, ketat dipakai dan
mudah robek. Sedangkan sarung tangan rumah tangga terbuat
dari karet tebal, tidak fleksibel dan sensitif, tetapi memberikan
perlindungan maksimum sebagai pelindung pembatas.
Jenis sarung
Pemakaian sarung
Kegiatan atau tindakan tangan yang
tangan
dianjurkan
Pengukuran tekanan darah Tidak
Pengukuran suhu Tidak
Menyuntik Tidak
Penanganan dan
Ya Rumah tangga
pembersihan alat
Penanganan limbah
Ya Rumah tangga
terkontaminasi
Membersihkan darah/cairan
Ya Rumah angga
tubuh
Pengambilan darah Ya Pemeriksaan
Pemasangan dan pencabutan
Ya Pemeriksaan
infus
Pemeriksaan dalam mukosa
Ya Bedah
(vagina, rectum,mulut)
Pemasangan dan pencabutan
implan, kateter urine,AKDR
dan lainnya (terbungkus
Ya Bedah
dalam paket steril dan
dipasang dengan teknik
tanpa sentuh)
Laparoskopi, persalinan
Ya Bedah
pervaginaan.
Pembedahan laparotomi,
Ya Bedah
seksio sesarea, atau tulang.
Gambar 5. Pemasangan sarung tangan

2) Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa
mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau
permukaan lingkungan udara yang kotor dan melindungi pasien atau
permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau
bersin. Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut
serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung). Terdapat tiga
jenis masker, yaitu:

 Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan


melalui droplet.
 Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui
airborne.
 Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur.
Gambar 6. Memakai Masker

Cara memakai masker:

 Memegang pada bagian tali (kaitkan pada telinga jika


menggunakan kaitan tali karet atau simpulkan tali di belakang
kepala jika menggunakan tali lepas).
 Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher.
 Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung
dengan kedua ujung jari tengah atau telunjuk.
 Membetulkan agar masker melekat erat pada wajah dan di bawah
dagu dengan baik.
 Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat
dengan benar.

Gambar 7. Menekan klip pada tulang hidung

Gambar 8. Masker respirator/partikulat


 Pemakaian Respirator Partikulat
Respirator partikulat untuk pelayanan kesehatan N95 atau FFP2
(health care particular respirator), merupakan masker khusus
dengan efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari partikel
berukuran mikron yang dibawa melalui udara. Pelindung ini
terdiri dari beberapa lapisan penyaring dan harus dipakai
menempel erat pada wajah tanpa ada kebocoran.Masker ini
membuat pernapasan pemakai menjadi lebih berat. Sebelum
memakai masker ini, petugas kesehatan perlu melakukan fit test.
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan fit test :

• Ukuran respirator perlu disesuaikan dengan ukuran wajah.


• Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk
melihat adanya cacat atau lapisan yang tidak utuh. Jika cacat
atau terdapat lapisan yang tidak utuh, maka tidak dapat
digunakan dan perlu diganti.
• Memastikan tali masker tersambung dan menempel dengan
baik di semua titik sambungan.
• Memastikan klip hidung yang terbuat dari logam dapat
disesuaikan bentuk hidung petugas. Fungsi alat ini akan
menjadi kurang efektif dan kurang aman bila tidak
menempel erat pada wajah. Beberapa keadaan yang dapat
menimbulkan keadaan demikian, yaitu:
• Adanya janggut dan jambang
• Adanya gagang kacamata
• Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi yang dapat
mempengaruhi perlekatan bagian wajah masker.
Gambar 9.Langkah-langkah menggunakan respirator

 Pemeriksaan Segel
Positif Hembuskan napas kuat-kuat. Tekanan positif di dalam
respirator berarti tidak ada kebocoran.Bila terjadi kebocoran atur
posisi dan/atau ketegangan tali.Uji kembali kerapatan respirator.
Ulangi langkah tersebut sampai respirator benar-benar tertutup
rapat. Pemeriksaan Segel Negatif

• Tarik napas dalam-dalam. Bila tidak ada kebocoran, tekanan


negatif di dalam respirator akan membuat respirator
menempel ke wajah. Kebocoran akan menyebabkan
hilangnya tekanan negatif di dalam respirator akibat udara
masuk melalui celahcelah segelnya.
• Lamanya penggunaan maksimal 1 (satu) minggu dengan
pemeliharaan yang benar.
• Cara pemeliharaan dan penyimpanan yang benar (setelah
dipakai diletakkan di tempat yang kering dan dimasukkan
dalam kantong berlubang berbahan kertas).
3) Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari
kemungkinan paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi,
ekskresi atau melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada
tindakan steril.

Jenis-jenis gaun pelindung:

 Gaun pelindung tidak kedap air


 Gaun pelindung kedap air
 Gaun steril
 Gaun non steril

Indikasi penggunaan gaun pelindung:

Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran


atau kontaminasi pada pakaian petugas, seperti:

 Membersihkan luka
 Tindakan drainase
 Menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan
atau WC/toilet
 Menangani pasien perdarahan masif
 Tindakan bedah
 Perawatan gigi
Segera ganti gaun atau pakaian kerja jika terkontaminasi cairan tubuh
pasien (darah).

Cara memakai gaun pelindung: Tutupi badan sepenuhnya dari leher


hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan tangan dan
selubungkan ke belakang punggung. Ikat di bagian belakang leher
dan pinggang.

Gambar 10. Gaun pelindung

4) Goggle dan perisai wajah


Harus terpasang dengan baik
dan benar agar dapat melindungi wajah dan mata. Tujuan pemakaian
Goggle dan perisai wajah: Melindungi mata dan wajah dari percikan
darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.

Indikasi: Pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan dan


tindakan persalinan, tindakan perawatan gigi dan mulut,
pencampuran B3 cair, pemulasaraan jenazah, penanganan linen
terkontaminasidi laundry, di ruang dekontaminasi CSSD.

Gambar 11. Penutup Wajah


Gambar 12. Memakai Goggle

5) Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas
dari tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan
mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang agar berfungsi optimal.

Jenis sepatu pelindung seperti sepatu boot atau sepatu yang menutup
seluruh permukaan kaki. Indikasi pemakaian sepatu pelindung:

 Penanganan pemulasaraan jenazah


 Penanganan limbah
 Tindakan operasi
 Pertolongan dan Tindakan persalinan
 Penanganan linen
 Pencucian peralatan di ruang gizi
 Ruang dekontaminasi CSSD

Gambar 13. Sepatu Pelindung


6) Topi pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat-alat/daerah steril atau membran mukosa pasien dan juga
sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan
darah atau cairan tubuh dari pasien.

Indikasi pemakaian topi pelindung:

 Tindakan operasi
 Pertolongan dan tindakan persalinan
 Tindakan insersi CVL
 Intubasi Trachea
 Penghisapan lendir massive
 Pembersihan peralatan kesehatan
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Terdapat beberapa jenis dari agen infeksius yakni, virus, bakteri, jamur,
parasit, ricketsia, dan klamida.
2. Terdapat beberapa mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari
reservoir ke penderita yaitu kontak langsung/tidak langsung dan
droplet.
3. Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme
di dalam tubuh pejamu. Sedangkan agen infeksius adalah
mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi.
4. Mekanisme imunitas terhadap antigen yang berbahaya dan kekebalan
tubuh terhadap penyebab penyakit infeksi
5. Infeksi Oportunistik atau biasanya disebut dengan “IO” adalah infeksi
yang sering terjadi pada individu yang lemah dalam mempertahankan
kekebalan tubuh, termasuk orang yang terkena HIV.
6. Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan
dengan cara membunuh mikroorganisme, atau menghambat
pertumbuhannya.
7. Kebiasaan yang dapat membantu mencegah infeksi dalam sehari-hari
yakni rutin mencuci tangan, gunakan masker mulut, jangan berbagi
barang pribadi, Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan
tangan kotor, jangan jajan sembarangan dan jangan keluar rumah saat
sakit.

3.2 Saran
Setelah mempelajari tentang agen infeksius, kiranya kita dapat
memanfaatkan semaksimal mungkin materi ini sehingga kita dapat
mengerti dan memahami tentang agen infeksi. Makalah ini masih banyak
kurangnya, sehingga penulis harapkan kritik dan saran untuk makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007. Jakarta

Gillespie, Stephen H. dan Kathleen B. Bamford. 2008. Penyakit Infeksi Edisi Enam.
Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, Ninuk Dian. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi


HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika

Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2012). Buku AjarPatologi I (Umum).


Jakarta: Sagung Seto.

Tamher, Sayuti. 2008. Patologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media

Sabiston, David. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai