KELOMPOK 1:
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Dasar Keperawatan”. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman penulis, makalah ini masih banyak kekurangan dalam
pembuatan. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 LatarBelakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
Mikroorganisme........................................................................................... 7
Transmisi...................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan.............................................................................................11
3.2 Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana proses infeksi, berbagai agen infeksius dan
mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel pejamu.
BAB II
PEMABAHASAN
A. Agen-Agen Infeksi
1. Virus
Virus adalah parasit obligat intraseluler yang menyerang dan
mengubah sifat-sifat sel. Perubahan pada sel yang terinfeksi itu mungkin
hanya sedikit, barangkali hanya dapat ditemukan karena adanya antigen baru
pada permukaan sel, atau perubahan dapat meluas dan mengakibatkan lisisnya
sel atau terjadinya transformasi malignan dan terbentuknya tumor. Secara
umum, beratnya suatu penyakit viral pada hewan berhubungan dengan
besarnya perubahan sel tersebut.
a) Sifat-sifat Virus
Mamalia berkembang biak dengan cara vivipar (melahirkan). Bangsa
Aves berkembangbiak dengan ovipar (bertelur). Seperti individu lainnya,
virus juga memiliki sifat-sifat khusus. Setidaknya, ada 5 (lima) sifat virus
yang menjadi ciri virus.
b) Sifat-sifat virus :
1. Hanya memiliki satu macam asam nukleat ADN/ARN dengan
selubung protein.
2. Ukuran virus sangat kecil, dalam ukuran milimikorn. Dengan ukuran
tersebut, virus hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop elektron.
3. Virus tidak memiliki membran sel, sitoplasma, dan inti sel karena
virus bukan termasuk sel.
4. Virus tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan organisme
hidup lain.
5. Virus memiliki bentuk dan ukuran yang bermacam-macam dan hanya
akan aktif pada organ/makhluk yang spesifik.
c) Struktur Virus
Bagian-bagian virus cukup sederhana untuk diurai. Strukturnya hanya
melipuri kepala dan ekor. Di dalam kepala virus terdapat DNA/RNA,
yang berperan sebagai material genetik. Sedangkan pada ekor tersusun
atas selubung ekor dan serabut ekor. Serabut ekor berpesan sebagai
penerima rangsang (reseptor). Selubung ekor berfungsi untuk menginfeksi
dan menghancurkan lapisan kulit bakteri atau sel supaya bisa memasukkan
RNA/DNA kepada sel inang untuk berkembangbiak.
d) struktur virus
Tahap Adsorpsi
Tahap Injeksi
Tahap Sintesis
Tahap Perakitan
Tahap Litik
Siklus Lisogenik
Pada siklus lisogenik, tahap yang dilalui lebih banyak daripada siklus litik.
Tahap adsorpsi dan tahap injeksi sama dengan siklus litik. Akan tetapi,
sebelum tahap sistesis, terlebih dahulu virus melewati tahap
penggabungan dan tahap pembelahan. Kemudian, dilanjutkan dengan
tahap perakitan dan tahap litik.
2. Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu prokariotik yang hidup
bebas dan dapat ditemukan di beberapa lingkungan seperti udara, tanah,
debu, air, serta hidup di dalam tubuh hewan, tumbuhan, atau manusia.
Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani dari kata bacterion yang berarti
batang kecil.
Bakteri merupakan organisme terbanyak dan paling berkelimpahan
dari semua organisme. Meski ukurannya yang sangat kecil dan tidak bisa
dilihat tanpa bantuan mikroskop, bakteri ada di mana saja, di air, tanah,
dan tubuh makhluk hidup.
a) Klasifikasi Bakteri
Berdasarkan cara hidupnya
1. Heterotrof
Heterotrof adalah tidak bisa membuat makanan sendiri, dibagi
menjadi parasit (Hidup pada inang), dan saprofit (Menguraikan
sampah organik).
2. Autotrof
Autotrof adalah jenis bakteri yang mampu membuat makana
sendiri, terbagi menjadi fotoautotrof (Membuat makanan dengan
bantuan cahaya), dan kemoautotrof (Membuat makanan dengan
bantuan senyawa kimia).
kebutuhan oksigennya
1. Aerob
Aerob adalah membutuhkan oksigen, terbagi menjadi obligat
(Sangat membutuhkan oksigen), dan fakultatif (Bisa hidup
tanpa oksigen atau ada oksigen).
2. Anaerob
Anaerob adalah bakteri yang tidak membutuhkan oksigen
Berdasarkan bentuknya
1. Kokus
Kokus adalah bakteri berbentuk bulat. Kokos terbagi lagi
diantaranya monokokus, diplokokus, streptokokus,
stafilokokus.
2. Basilus
Basilus yaitu bakteri berbentuk batang. Basilus terbagi menjadi
beberapa bentuk diantaranya monobasil, diplobasil,
streptobasil.
3. Koma
Koma yaitu bakteri yang berbentuk koma.
4. Spirilum
Spirilum yaitu bakteri berbentuk spiral.
b) Ciri-ciri Bakteri
Bersel satu dan sangat sederhana.
Prokariotik.
Kandungan kromosomnya haploid (n).
Hidup secara autotrof/heterotrof.
Berkembang biak/ bereproduksi dengan cara seksual dan aseksual.
Memiliki beberapa macam bentuk sel, yaitu bulat, batang, spiral, dan
variasinya.
Ada yang memiliki alat gerak berupa flagel dan ada yang tidak.
Memerlukan kelembapan yang tinggi, sekitar 85% untuk kehidupannya.
c) Struktur Bakteri
1. Kapsul
Kapsul adalah selubung pelindung bakteri yang tersusun atas polisakarida.
Kapsul terletak di luar dinding sel. Hanya bakteri bersifat patogen yang
mempunyai kapsul. Fungsi kapsul adalah untuk melindungi diri dari
kekeringan dan mempertahankan diri dari antitoksin yang dihasilkan oleh
sel inang.
2. Dinding Sel
Dinding sel bakteri tersusun atas protein yang berikatan dengan
polisakarida(Peptidoglikan). Dinding sel terletak di luar membran sel.
Adanya dinding sel menyebabkan bentuk bakteri menjadi tetap. Dinding
sel berfungsi untuk melindungi sel bakteri terhadap lingkungannya.
3. Membran Sel
Membran sel tersusun atas molekul lemak dan protein(Fosfollpid).
Membran sel bersifat semipermeabel. Membran sel mengandung enzim
respirasi. Fungsinya adalah untuk membungkus plasma dan mengatur
pertukaran mineral dari sel dan ke luar sel.
4. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan yang terdapat di dalam sel. Sitoplasma tersusun
atas koloid yang mengandung berbagai molekul organik seperti
karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Sitoplasma merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi metabolisme.
5. Bulu cambuk (flagel)
Flagel adalah alat gerak pada bakteri sehingga membantu bakteri untuk
mendekati makanan atau menjauh jika ada racun atau bahan kimia.
6. Materi genetik
AND (Disebut juga DNA) bakteri tidak tersebar dalam sitoplasma, tetapi
terdapat pada daerah tertentu yang disebut nukleoid. ADN berfungsi
mengendalikan sintesis protein bakteri dan merupakan zat pembawa sifat.
7. Ribosom
Ribosom berfungsi dalam sintesis protein. Ribosom tersusun dari protein,
jika dilihat dari mikroskop, ribosom terlihat seperti struktur kecil yang
melingkar.
8. Plasmid
Selain ADN, bakteri juga mempunyai plasmid. Plasmid mengandung gen-
gen tertentu, misalnya gen patogen dan gen kebal antibiotik. Plasmid juga
mampu memperbanyak diri. Dalam satu sel bakteri bisa terbentuk kurang
lebih 20 Plasmid.
d) Bakteri Gram positif dan negative
Bakteri gram positif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna
violet dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal. Contoh bakteri
Gram positif, yaitu Actinomyces, Lactobacillus, Propionibacterium,
Eubacterium, Bifidobacterium, Arachnia, Clostridium,
Peptostreptococcus, dan Staphylococcus.
Ciri-ciri Bakteri Gram Positif
1. Dinding sel
Homogen dan tebal (20-80 nm) sebagian besar tersusun dari
peptidoglikan sebagian lagi terdiri dari polisakarida lain dan asam
teikoat.
2. Bentuk sel
Bulat, batang atau filamen.
3. Reproduksi
Pembelahan biner.
4. Metabilosme
5. Alat gerak
Kebanyakan nonmotil, bila memiliki motil maka tipe falgelanya
adalah petritrikus.
Contoh Bakteri Gram Positif
a. Clostridium tetani
Bentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5 mikron, lebar
0,4-0,5 mikron, dapat bergerak, termasuk gram positif anaerob
berspora, membentuk exotoxin yang disebut tetanospasmin (tetanus
spasmin), dan ketika bakteri ini mengeluarkan eksotoxin maka akan
menghasilkan 2 eksotoxin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin.
salah.
b. Bacillus cereus.
Bacillus cereus merupakan golongan bakteri Gram-positif (bakteri
yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses
pewarnaan Gram), aerob fakultatif (dapat menggunakan oksigen tetapi
dapat juga menghasilkan energi secara anaerobik), dan dapat
membentuk spora (endospora).
c. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak
menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan
maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus
tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan
0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini
biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit.
d. Clostridium perfringens
Clostridium perfringens adalah spesies bakteri gram-positif yang
dapat membentuk spora dan menyebabkan keracunan makanan.
Beberapa karakteristik dari bakteri ini adalah non-motil (tidak
bergerak), sebagian besar memiliki kapsul polisakarida, dan dapat
memproduksi asam dari laktosa. C. perfringens dapat ditemukan pada
makanan mentah, terutama daging dan ayam karena kontaminasi
tanah atau tinja.
Bakteri Gram negatif
Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap
warna merah, dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Lapisan
peptidoglikan pada bakteri Gram negatif terletak di ruang periplasmik
antara membran plasma dengan membran luar. Contoh bakteri Gram
negatif, yaitu Azotobacter, Rhizobium leguminosarum, Neisseria
gonorrhoeae, Haemophilus influenzae, Pseudomonas aeruginosa,
Salmonella typhi, dan Helicobacter pylori.
Bakteri Gram negatif yang bersifat patogen lebih berbahaya daripada
bakteri Gram positif, karena membran luar pada dinding selnya dapat
melindungi bakteri dan sistem pertahanan inang dan menghalangi
masuknya obat-obatan antibiotik. Senyawa lipopolisakarida pada
membran luar bakteri Gram negatif dapat bersifat toksik (racun) bagi
inang.
2. OOMYCOTINA
a. Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang
dan mengandung banyak inti.
b. Reproduksi:
- Vegetatif: yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di darat
dengan sporangium dan konidia.
- Generatif: bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora
yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies:
a) Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga darat
maupun serangga air.
b) Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang.
3. ZYGOMYCOTINA
a. Tubuh multiseluler.
b. Habitat umumnya di darat sebagai saprofit.
c. Hifa tidak bersekat.
d. Reproduksi:
e. Vegetatif: dengan spora.
f. Generatif: dengan konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan
menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi individu
baru.
Contoh spesies:
a. Mucor mucedo : biasa hidup di kotoran ternak dan roti.
b. Rhizopus oligosporus : jamur tempe.
4. ASCOMYCOTINA
a. Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi seluler.
b. Ascomycotina, multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak.
c. Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan
ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak).
Reproduksi:
a. Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada
yang multiseluler membentuk spora dari konidia.
b. Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora.
Contoh spesies:
a. Sacharomyces cerevisae: sehari-hari dikenal sebagai ragi.
Berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol. Mampu
mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses
fermentasi.
b. Neurospora sitophila: jamur oncom.
c. Peniciliium noJaJum danPenicillium chrysogenumpenghasil
antibiotika penisilin.
d. Penicillium camemberti danPenicillium roqueforti berguna untuk
mengharumkan keju.
e. Aspergillus oryzae untuk membuat sake dan kecap.
f. Aspergillus wentii untuk membuat kecap.
g. Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin yang hidup pada
biji-bijian. Flatoksin salah satu penyebab kanker hati.
h. Claviceps purpurea hidup sebagai parasit padabakal buah
Gramineae.
5. BASIDIOMYCOTINA
a. Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai
badan penghasil spora.
b. Kebanyalcan anggota spesies berukuran makroskopik.
Contoh spesies:
a. Volvariella volvacea: jamur merang, dapat dimakan dan sudah
dibudidayakan.
b. Auricularia polytricha: jamur kuping, dapat dimakan dan sudah
dibudidayakan.
c. Exobasidium vexans: parasit pada pohon teh penyebab penyakit
cacar daun teh atau blister blight.
d. Amanita muscaria dan Amanita phalloides: jamur beracun, habitat
di daerah subtropics
e. Ustilago maydis : jamur api, parasit pada jagung.
f. Puccinia graminis : jamur karat, parasit pada gandum
6. DEUTEROMYCOTIN
Nama lainnya Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan
demikian karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara
pembiakan secara generatif.
Contoh :
Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya
dinamakan Monilia sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan
generatifnya yang berupa askus namanya diganti menjadiNeurospora
sitophila dimasukkan ke dalam Ascomycotina.
Banyak penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis) disebabkan
oleh jamur dari golongan ini, misalnya :Epidermophyton
fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp., Trichophyton
sp. penyebab penyakit kurap.
Struktur tubuh fungi terdiri atas sel eukariotik yang tersusun oleh
dinding sel yang mengandung zat kitin. Uniknya zat kitin pada jamur
mirip dengan zat kitin pada kerangka luar athropoda sobat. Zat kitin
ini tersusun atas polisakarida, sifatnya kuat dan fleksibel.
Benang-benang halus yang menyusun tubuh jamur disebut dengan
hifa.
Hifa pada jamur dapat bercabang-cabang yang nantinya akan
membentuk jaringan yang disebut miselium.
Miselium ini yang akan membentuk jalinan hingga terbentuknya tubuh
buah seperti pada jamur merang.
Selain itu, hifa pada jamur juga memiliki pembatas atau sekat antar sel
yang disebut septa. Septa pada jamur memiliki pori yang cukup besar
sehingga organel sel dapat mengalir dari sel ke sel lainnya.
Pada beberapa jenis jamur, hifa tidak memiliki sekat yang disebut
dengan hifa asepta. Hifa ini merupakan massa sitoplasma yang
panjang dan mengandung ratusan hingga ribuan nucleus yang disebut
dengan hifa senositik. Inti sel yang jumlahnya banyak disebabkan
pembelahan inti sel yang berulang tanpa disertai pembelahan
sitoplasma.
Adapun hifa yang bercabang-cabang dan membentuk miselium
memungkinkan jamur mengabsorbsi nutrisi lebih banyak.
Jamur yang sifatnya parasitisme memiliki hifa yang termodifikasi
yang dinamakan dengan haustorium.
Nah, haustorium ini memiliki ujung yang fungsinya menembus
jaringan host dan mengabsorbsi nutrisi dari host.
Adapun hifa pada sebagian miselium berdiferensiasi membentuk alat
reproduksi yang fungsinya menghasilkan spora. Miselium ini
dinamakan dengan miselium generative.
e. Siklus hidup jamur
Berikut ini adalah 7 contoh siklus hidup pada jamur:
1. Jamur aseksual uniseluler. Contoh: Candida albicans (askomiset)
adalah patogen hewan aseksual. Reproduksinya adalah dengan tunas dari sel
ragi.
2. Jamur seksual uniseluler. Contoh: Chytriomyces hyalinus
(chytridiomycete) adalah jamur air yang tumbuh pada kitin seperti pada
eksoskeleton serangga air. Jamur ini menghasilkan sel diploid tunggal yang
segera mengalami meosis. Zoospora bersel tunggal mengabadikan fase
haploid.
3. Jamur aseksual filamen. Contoh: oxysporum Fusarium (askomiset)
dan termasuk taksa banyak patogen tanaman yang paling serius. Reproduksi
dan penyebaran adalah melalui konidia.
4. Jamur berfilamen dengan reproduksi seksual dan aseksual, tetapi tidak
ada tubuh buah multiseluler. Contoh: Rhizopus stolonifer (zygomycete)
adalah umum, cepat tumbuh cetakan hitam roti, stroberi dan makanan
lainnya, yang memiliki hifa non-septate. Spora aseksual diproduksi di
sporangia. Reproduksi seksual melibatkan fusi hifa haploid, dan produksi
sel diploid tunggal, zygospore, yang mengalami meosis pada
perkecambahan untuk mendaur ulang pada fase haploid.
5. Jamur berfilamen dengan reproduksi seksual dan tubuh buah
multiseluler. Contoh: Agaricus bisporus (basidiomycete) adalah tombol
yang umum jamur. Spora seksual yang dihasilkan menimbulkan miselia
primer (haploid), untuk membentuk miselium sekunder. Karyogami (fusi
inti) tertunda, sehingga miselium sekunder dikatakan dikaryotic, atau hanya
dikaryon . Dikaryon menghasilkan koneksi penjepit diagnostik pada septa.
Ketika kondisi memungkinkan, dikaryon menghasilkan tubuh buah
multiseluler. Para meiosporangia berbentuk yang disebut basidia.
Karyogami terjadi di basidia dan segera diikuti oleh meosis dan produksi
spora. Seperti dalam jamur lain yang dibahas, hanya ada satu sel diploid
tunggal dalam siklus hidupnya.
6. Jamur berfilamen dengan reproduksi seksual dan aseksual. Contoh:
Peziza vesiculosa (askomiset) menghasilkan tubuh buah multiseluler
berbentuk cangkir, di mana reproduksi seksual terjadi. Para meosporangia
adalah berbentuk sel kantung disebut ASCI. Seperti dalam Basidiomycetes,
karyogami dan meosis terjadi pada ASCI. Ascospores haploid berkecambah
membentuk miselia primer, yang dapat menghasilkan struktur reproduksi
aseksual mikroskopis. Bentuk aseksual telah diberi nama sendiri,
Oedocephalum. Konidia yang dihasilkan pada tahap Oedocephalum dapat
mendaur ulang fase haploid. Fusi miselia primer menghasilkan dikaryon,
yang menimbulkan tubuh berbuah, seperti dalam Basidiomycetes. Dalam
jamur dengan fase seksual dan aseksual, fase seksual disebut teleomorph
dan fase aseksual disebut anamorph. Ini juga disebut fase meosporic dan
mitosporic.
7. Patogen tumbuhan dengan reproduksi seksual dan aseksual pada
beberapa host. Contoh: Puccinia graminis (karat barberry gandum;
basidiomycete). Basidiospora seksual dihasilkan dengan menginfeksi
Barberries. Spermogonium adalah struktur reproduksi yang dihasilkan pada
permukaan atas daun barberry. Spermogonium menghasilkan Spermatia
bersel tunggal dan hifa reseptif. Kontak hifa Spermatia menerima dan
bergabung membentuk dikaryon. Dikaryon menghasilkan struktur
reproduksi aseksual, aecium, di bawah daun barberry. Esiospora dikaryotic
menginfeksi gandum. miselium Dikaryotic pada gandum menghasilkan
struktur reproduksi yang disebut uredinium, yang menghasilkan aseksual,
urediniospora dikaryotic yang dapat menginfeksi ulang gandum. Akhirnya,
dikaryon pada gandum menghasilkan struktur reproduksi disebut Telia.
Teliospora diproduksi secara aseksual dan struktur overwintering dikaryotic.
Pada musim semi, inti dalam teliospora (karyogami), menghasilkan
basidium, menjalani meosis, dan menghasilkan basidiospora yang
menginfeksi barberry. Total ada dua host, empat jenis struktur penghasil
spora, dan satu sel diploid dalam siklus hidupnya
C. PARASIT
a. Defenisi Parasit
c. Jenis-Jenis Parasit
a). Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang terdapat pada bagian luar tubuh ikan
atau di bagian yang
masih terdapat udara dari luar, seperti bagian kulit, lendir, sisik,
sirip,rongga mulut,
pencernaan (usus), peredaran darah (sel darah), otak, otot daging, dan
organ tubuhseperti
d. Penginfeksian Parasit
1. Hand to mouth
parasi
e. Cara infeksi
Stadium infektif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara
3. Gigitan serangga
Sumber infeksius
Tanah, air, makanan dan minuman yg terkontaminasi oleh telur atau larva
cacing.
binatang dan manusia yang terinfeksi parasit
Serangga penghisap darah
E. RICKETSIA
a. Klasifikasi ricketsia
Kingdom : Bacteria
Phyllum : Proteobacteria
Ordo : Rickettsiales
Family : Rickettsiaceae
Genus : Rickettsia
panjang). Meskipun sangat kecil dan selalu terdapat didalam sel, Rickettsia
bukanlah
Thypus
1. Rickettsia prowazekii
F. KLAMIDIA
a. Klasifikasi clamedia
. ordo :Chlamydiales,
famili: Chlamydiaceae,
Chlamydia trachomatis
b. Siklus Hidup
Elementary body merupakan bentuk pathogen mirip seperti spora. Bakteri ini akan
merangsang endocytosisnya setelah kontak dengan sel host yang potensial. Sekali
memasuki sel, elementary body akan bertambah banyak sebagai hasil interaksinya
dengan glikogen, dan merubahnya menjadi bentuk vegetatif, relikulate body. Bentuk
retikulate membelah setiap 2-3 jam dan mempunyai masa inkubasi 7-21 hari dalam
sel hostnya. Setelah pembelahan, berubah kembali menjadi bentuk elementary dan
dilepaskan dari sel melalui exocytosis (Tolan, 2008; Karmila, 2001).
c. Infeksi Chlamydia
1. Infeksi Ocular
disertai adanya discharge yang purulen. (Debra, 2008; CDC, 2006; Karmila,
2001).
2. Infeksi Genital
Beberapa strain Chlamydia trachomatis menyebabkan infeksi genital,
genital yang melibatkan kelenjar lymp regional (buboes) (Debra, 2008; CDC,
pada manusia.
melalui hubungan seksual baik secara oral, anal dan vagina dengan pasangan
yang
terinfeksi serta penularan dari seorang ibu kepada bayinya saat persalinan.
a. Saluran Pernapasan
b. Saluran Pencernaan
c. Fase Replikasi dan Sintesis, Pada fase ini, fage merusak DNA
bakteri dan menggunakannya sebagai bahan untuk replikasi dan
sintesis. Pada fase replikasi, fage menyusun dan memperbanyak
DNAnya. Pada fase sintesis, fage membentuk selubung-selubung
protein (kapsid) baru. Bagian-bagian fage yang terdiri dari kepala,
ekor dan serabut ekor telah terbentuk.
e. Fase Pembebasan atau lisis, Setelah fage dewasa, sel bakteri akan
pecah (lisis), sehingga fage yang baru akan keluar. Jumlah virus
baru ini dapat mencapai 200 buah. Pembentukkan partikel
bakteriofage melalui siklus litik ini memerlukan waktu 20 menit.
b. Fase Penetrasi, Pada fase ini, fage melepas enzim lisozim sehingga
dinding sel bakteri berlubang. Selanjutnya, DNA fage masuk ke dalam sel
bakteri.
d. Fase Replikasi, Saat profage akan bereplikasi, itu artinya DNA fage juga
turut bereplikasi. Kemudian ketika bakteri membelah diri, bakteri
menghasilkan dua sel anakan yang masing-masing mengandung profage.
DNA fage (dalam profage) akan terus bertambah banyak jika sel bakteri
terus menerus membelah. Bakteri lisogenik dapat diinduksi untuk
mengaktifkan profagenya. Pengaktifan ini mengakibatkan terjadinya
siklus litik.
2. Kolera, Proses infeksi pada kolera meliputi ingesti vibrio cholerae, atraksi
khemotaktik bakteri pada epitelium usus, motilitas bakteri dengan
flagellum polar tunggal, dan penetrasi lapisan mukus pada permukaan
intensial. V. Cholerae tetap tinggal pada permukaan sel epitel dengan
diperantai oleh pili dan kemungkinan oleh adhesi lain. Prosuksi toksin
kolera mengakibatkan terjadinya aliran kllorida dan air ke dalam lumen
usus, menyebabkan diare dan ketidakseimbangan elektrolit.
5. Kusta atau lepra atau penyakit Hensen, adalah infeksi progresif lambat
akibat Mycobacterium leprae, yang mengenai kulit dan saraf perifer serta
menyebabkan deformitas. M. leprae yang terhirup, seperti M. tuberculosis,
diserap oleh makrofag alveolus dan menyebar melalui darah, tetapi
tumbuh di jaringan yang relatif dingin di kulit dan ekstremitas. Meskipun
tidak mudah menular, kusta tetap menyebabkan endemi pada sekitar 10
sampai 15 juta orang yang tinggal di negara miskin di daerah tropis.
Kusta memiliki dua pola penyakit yang mencolok. Pasien dengan
bentuk yang lebih ringan, kusta tuberkuloid,memperlihatkan lesi kulit
kering berskuama yang mengalami penurunan sensibilitas. Pasien ini
sering memperlihatkan keterlibatan saraf perifer besar yang asimetris.
Bentuk kusta yang lebih berat, kusta lepromatosa, menyebabkan
pembentukkan nodul dan penebalan kulit yang simetris. Bentuk ini juga
disebut sebagai Ikusta lempromatosa, menyebabkan pembentukkan nodul
dan penebalan kulit yang simetris.
6. Sifilis atau dikenal juga dengan raja singa, adalah penyakit infeksi
menular seksual yang bersifat kronis. Sifilis disebabkan oleh Treponema
pallidum. Sifilis dapat menyerang organ-organ dalam tubuh seperti
jantung, otak dan susunan saraf. Penyakit sifilis dapat menyerang laki-laki
maupun wanita, dan segala usia. Penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Penyebaran penyakit terjadi melalui sentuhan
langsung dengan luka yang mengandung Treponema pallidum, seperti
melalui hubungan seksual yang tidak aman ataupun kontak fisik lainnya,
seperti menyentuh luka pada penderita sifilis atau menggunakan pakaian
bergantian tanpa dicuci terlebih dahulu. Hubungan seksual tidak aman
yang dimaksud seperti berhubungan dengan PSK (Pekerja Seks Komersil)
yang sudah terlebih dahulu terinfeksi, atau berganti-ganti pasangan
seksual. Hubungan seksual yang dimaksud tidak hanya lewat vagina,
namun juga bisa melalui mulut, anus, ataupun jari. Berciuman juga dapat
menularkan sifilis bila pada kedua pasangan terdapat luka pada mulutnya
dan salah satunya sudah terinfeksi sifilis. Tanpa hubungan seksualpun,
penyakit sifilis dapat menular melalui kontak dengan benda yang
terkontaminasi dengan bakteri sifilis. Sifilis dapat ditularkan langsung dari
ibu yang sedang hamil ke janin yang dikandungnya, namun sifilis
bukanlah penyakit keturunan. Sifilis dapat menular juga melalui transfusi
darah yang tidak steril.
Media Infeksi Bakteri
infeksi yang disebabkan oleh bakteri lebih sering ditularkan melalui makan
atau minuman yang dikonsumsi manusia. Akibatnya jika tertelan bakteri
melalui makanan atau air yang kotor tersebut manusia dapat menderita
berbagai macam penyakit yang menyerang pencernaan.
c. Melalui luka
Luka pada bagian tubuh tertentu dapat menjadi akses masuknya bakteri
bakteri ke dalam tubuh kita.
e. Melalui udara
Melalui udara, pelepasan bakteri melalui bersin, nafas, dan ludah. jika udara
yang mengandung bakteri terhirup oleh orang yang sehat kemungkinan akan
menjadi penularan penyakit melalui pernafasan.
Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap
kuman dan jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya
flora bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis. Akan tetapi bila
lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikroorganisme
terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan
infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan
baik setelah mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu tertutup.
Penularan terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis
bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di
tanah, debu rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas dan lembab,
dan di tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan
spora paling sering terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga,
kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.
1. Tahap Inkubasi
2. Tahap Produmal
3. Tahap Sakit
a. Hand to mouth
Stadium infektif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara:
c. Gigitan serangga
a. Gambaran Patologi
Rickettsia berkembangbiak di dalam sel endotel pembuluh darah kecil.
Sel membengkak dan nekrosis, terjadi trombosis pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan ruptur dan nekrosis. Di kulit nampak nyata adanya lesi
vaskuler. Vaskulitis yang terjadi pada bebrapa organ merupakan dasar
terjadinya gangguan hemostatik. Dalam jaringan otak dapat ditemukan
penumpukan limfosit, leukosit, polimorfonuklear dan makrofag yang bertalian
dengan kelainan pembuluh darah pada mas akelabu. Kelainan ini disebut
nodul tifus. Pada pembuluh darah kecil jantung dan organ-organ lainnyapun
dapat terkena kelainan yang serupa.
b. Imunitas
c. Gambaran Klinik
5. Demam Parit (trench fever), Demam ini disebut juga demam lima hari
yang disebabkan oleh Rochalimaea quintana berbeda dengan rickettsia
lainnya karena tidak dapat dikembangbiakkan dalam binatang percobaan
biasa, biakan sel ataupun dalam telur bertunas, tetapi dapat tumbuh dalam
agar darah dengan suasana udara kadar CO2 10 %. Tidak dikenal adanya
binatang sebagi reservior. Ditularkan oleh kutu manusia lewat tinja yang
dikeluarkannya. Kuman berkembangbiak di dalam lumen usus buka di
dalam sel epitel usus. Siklus infeksi hanya terbatas pada kutu manusia.
Demam ini berlangsung secara mendadak dan hilang timbbul dengan
siklus 3-5 hari. Gejala lainnya berupa sakit kepala, malaise, nyeri otot dan
nyeri tulang, terutama di daerah tulang kering.
10) Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel
epitel baru dan persisten dalam intaseluler dengan pelepasan CHSP60
menyebabkan pembentukkan jaringan parut dan merusak patensi tuba
falopii.
Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan
clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke dalam
sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik
yang di timbulkan seperti virus yang menyebabkan eksastema, dan sifat infeksi
infeksi laten virus. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi bersamaan
dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok pada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem
kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Masing-masing
faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur menimbulkan infeksi
umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai daerah-daerah
yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha, dan
lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan infeksi melalui
kontak langsung maupun tidak langsung.
E. Infeksi Oportunistik
Infeksi Oportunistik atau biasanya disebut dengan “IO” adalah infeksi
yang sering terjadi pada individu yang lemah dalam mempertahankan
kekebalan tubuh, termasuk orang yang terkena HIV. Terjadinya Infeksi
Oportunistik karena disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit dimana
system kekebalan tubuh melemah yang dikarena penyakit HIV atau beberapa
obat, kuman ini mungkin tidak mengendalikan lagi dan menyebabkan masalah
kesehatan. Banyak orang HIV masih terkena IO karena mereka mungkin tidak
tahu bahwa mereka telah terinfeksi HIV.
Agar mengetahui kita terinfeksi Oportunistik, kita dapat melakukan tes
darah untuk antigen (potongan kuman yang menyebabkan IO) atau untuk
antibody (protein yang dibuat oleh system kekebalan untuk memerangi
antigen), jika ditemukan antigen berarti kita terinfeksi, sedangkan jika
ditemukan antibody berarti kita pernah membiarkan sesuatu terbuka pada
infeksi. Apabila kita terinfeksi kuman yang menyebabkan Infeksi
Oportunistik, maka limfositsel B dan sel T pada CD4 akan berkurang
sehingga mengalami kematian sel. Ketika CD4 mengalami kematian dan
terkena HIV, barulah Infeksi Oportunistik menyerang HIV sehingga tahap
infeksi menjadi AIDS. Kita dapat mengurangi risiko infeksi dengan tetap
menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman. Jika sudah terinfeksi IO,
maka kita dapat segera menggunakan obat yang mencegah perkembangan
penyakit aktif atau disebut profilaksis. Untuk mengobati Infeksi Oportunistik,
kita bias menggunakan antibiotic dan menjalani pemantauan kondisi secara
rutin dengan dokter untuk memastikan viral load berkurang atau system
kekebalan tubuh meningkat.
Sebelum makan.
Sebelum memegang, mengolah, dan menyiapkan makanan.
Setelah buang air besar.
Setelah melakukan kontak dengan hewan, tanah, dan fasilitas umum
seperti angkutan umum.
Usahakan untuk mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik.
Bersihkan seluruh bagian tangan dari mulai telapak dan punggung tangan
hingga sela-sela jari serta kuku. Bilas dengan air mengalir dan keringkan
tangan menggunakan tisu atau lap kering yang bersih.
2. Gunakan masker mulut
Menutupi hidung dan mulut dengan menggunakan masker menjadi salah
satu cara efektif mencegah infeksi. Udara yang setiap hari kita hirup tidak
terlepas dari bakteri, virus, dan parasit yang bisa masuk dan menyerang
sistem kekebalan tubuh. Apalagi bagi mereka yang sering menggunakan
fasilitas umum. Penularan penyakit di angkutan umum misalnya, bisa
sangat cepat menyebar jika kita bersebelahan dengan orang yang sedang
flu atau batuk. Virus yang dikeluarkan saat batuk atau bersin dan
kemudian terhirup bisa membuat kita juga tertular penyakit yang sama.
Untuk itu, lindungi diri dengan menggunakan masker wajah.
3. Jangan berbagi barang pribadi
Sikat gigi, handuk, sapu tangan, dan alat makan termasuk barang pribadi
yang sebaiknya tidak dipinjamkan. Menggunakannya secara bergantian
dengan orang lain bisa membuat barang-barang tersebut menjadi sumber
penularan infeksi. Walaupun rekan yang dipinjami terlihat sehat, tetapi
kita tidak pernah tahu kondisi kesehatan seseorang dengan hanya melihat
tampilan luarnya saja. Tak hanya itu, kita juga tidak tahu apakah kita
yang justru bisa menularkan penyakit pada orang lain. Mencegah infeksi
dengan menggunakan barang pribadi tanpa meminjamkannya pada orang
lain menjadi cara yang bijak demi kesehatan kita dan orang di sekitar kita.
4. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan kotor
Menyentuh mata, hidung, mulut dan mulut dengan tangan kotor bisa
memindahkan kuman yang ada di tangan ke dalam tubuh. Hidung
merupakan bagian tubuh yang memiliki suhu hangat dan lembap yang
menjadi tempat favorit virus dan bakteri untuk berkembang biak. Selain
itu, mata dan mulut merupakan bagian tubuh yang dilapisi jaringan basah
(mukosa) yang dapat membuat bakteri mudah terperangkap untuk
kemudian hidup dan berkembang. Untuk itu, jangan sentuh ketiga bagian
ini dan juga bagian tubuh lainnya saat tangan dalam keadaan kotor.
Bahkan, tangan yang kelihatannya bersih sekalipun masih berisiko
menularkan kuman penyebab penyakit yang bisa menginfeksi tubuh.
5. Jangan jajan sembarangan
Makanan yang dibeli di luar tidak terjamin kebersihannya, baik dari
proses pembuatannya maupun penyimpanan. Untuk itu, pandai-pandailah
dalam memilih jajanan. Bukan tidak boleh, tetapi cobalah untuk membeli
makanan yang ditaruh di etalase yang tertutup, bukan yang dibiarkan
terbuka tanpa penutup apapun. Makanan yang dibiarkan terbuka akan
lebih mungkin terkontaminasi zat lain yang bisa menimbulkan infeksi.
Selain itu, coba perhatikan apakah penjual memerhatikan kebersihan
dagangannya yang terlihat dari kebersihan etalase dagangan dan
perlengkapan makan yang digunakannya.
6. Jangan keluar rumah saat sakit
Saat sakit, sistem kekebalan tubuh akan melemah. Bepergian ke luar
ruangan tak hanya menyebarkan penyakit yang kita miliki ke orang lain.
Namun juga berpotensi memperparah keadaan kita. Kondisi di luar
ruangan yang tidak dapat diprediksi bisa memperparah kondisi tubuh
yang sedang tidak fit. Selain itu, kita juga bisa tertular penyakit lainnya
jika orang-orang di sekitar ternyata sedang dalam kondisi sakit. Oleh
karena itu, ada baiknya untuk beristirahat di rumah hingga kondisi tubuh
kembali normal. Berbagai cara tersebut bisa kita lakukan sebagai langkah
sederhana untuk mencegah infeksi yang bisa menganggu kesehatan.
Untuk itu, jangan hanya membaca teori tanpa mempraktikkannya karena
mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
a) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu
darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti
verband, walaupun telah memakai sarung tangan.
b) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area
lainnya yang bersih, walaupun pada pasien yang sama.
Indikasi kebersihan tangan:
B) Jenis-jenis apd
1) Sarung tangan Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:
Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan
tindakan invasif atau pembedahan.
Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi
petugas pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan
pemeriksaan atau pekerjaan rutin
Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses
peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu
membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
Umumnya sarung tangan bedah terbuat dari bahan lateks karena
elastis, sensitif dan tahan lama serta dapat disesuaikan dengan
ukuran tangan. Bagi mereka yang alergi terhadap lateks, tersedia
dari bahan sintetik yang menyerupai lateks, disebut ‘nitril’.
Terdapat sediaan dari bahan sintesis yang lebih murah dari lateks
yaitu ‘vinil’ tetapi sayangnya tidak elastis, ketat dipakai dan
mudah robek. Sedangkan sarung tangan rumah tangga terbuat
dari karet tebal, tidak fleksibel dan sensitif, tetapi memberikan
perlindungan maksimum sebagai pelindung pembatas.
Jenis sarung
Pemakaian sarung
Kegiatan atau tindakan tangan yang
tangan
dianjurkan
Pengukuran tekanan darah Tidak
Pengukuran suhu Tidak
Menyuntik Tidak
Penanganan dan
Ya Rumah tangga
pembersihan alat
Penanganan limbah
Ya Rumah tangga
terkontaminasi
Membersihkan darah/cairan
Ya Rumah angga
tubuh
Pengambilan darah Ya Pemeriksaan
Pemasangan dan pencabutan
Ya Pemeriksaan
infus
Pemeriksaan dalam mukosa
Ya Bedah
(vagina, rectum,mulut)
Pemasangan dan pencabutan
implan, kateter urine,AKDR
dan lainnya (terbungkus
Ya Bedah
dalam paket steril dan
dipasang dengan teknik
tanpa sentuh)
Laparoskopi, persalinan
Ya Bedah
pervaginaan.
Pembedahan laparotomi,
Ya Bedah
seksio sesarea, atau tulang.
Gambar 5. Pemasangan sarung tangan
2) Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa
mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau
permukaan lingkungan udara yang kotor dan melindungi pasien atau
permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau
bersin. Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut
serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung). Terdapat tiga
jenis masker, yaitu:
Pemeriksaan Segel
Positif Hembuskan napas kuat-kuat. Tekanan positif di dalam
respirator berarti tidak ada kebocoran.Bila terjadi kebocoran atur
posisi dan/atau ketegangan tali.Uji kembali kerapatan respirator.
Ulangi langkah tersebut sampai respirator benar-benar tertutup
rapat. Pemeriksaan Segel Negatif
Membersihkan luka
Tindakan drainase
Menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan
atau WC/toilet
Menangani pasien perdarahan masif
Tindakan bedah
Perawatan gigi
Segera ganti gaun atau pakaian kerja jika terkontaminasi cairan tubuh
pasien (darah).
5) Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas
dari tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan
mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang agar berfungsi optimal.
Jenis sepatu pelindung seperti sepatu boot atau sepatu yang menutup
seluruh permukaan kaki. Indikasi pemakaian sepatu pelindung:
Tindakan operasi
Pertolongan dan tindakan persalinan
Tindakan insersi CVL
Intubasi Trachea
Penghisapan lendir massive
Pembersihan peralatan kesehatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Terdapat beberapa jenis dari agen infeksius yakni, virus, bakteri, jamur,
parasit, ricketsia, dan klamida.
2. Terdapat beberapa mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari
reservoir ke penderita yaitu kontak langsung/tidak langsung dan
droplet.
3. Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme
di dalam tubuh pejamu. Sedangkan agen infeksius adalah
mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi.
4. Mekanisme imunitas terhadap antigen yang berbahaya dan kekebalan
tubuh terhadap penyebab penyakit infeksi
5. Infeksi Oportunistik atau biasanya disebut dengan “IO” adalah infeksi
yang sering terjadi pada individu yang lemah dalam mempertahankan
kekebalan tubuh, termasuk orang yang terkena HIV.
6. Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan
dengan cara membunuh mikroorganisme, atau menghambat
pertumbuhannya.
7. Kebiasaan yang dapat membantu mencegah infeksi dalam sehari-hari
yakni rutin mencuci tangan, gunakan masker mulut, jangan berbagi
barang pribadi, Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan
tangan kotor, jangan jajan sembarangan dan jangan keluar rumah saat
sakit.
3.2 Saran
Setelah mempelajari tentang agen infeksius, kiranya kita dapat
memanfaatkan semaksimal mungkin materi ini sehingga kita dapat
mengerti dan memahami tentang agen infeksi. Makalah ini masih banyak
kurangnya, sehingga penulis harapkan kritik dan saran untuk makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gillespie, Stephen H. dan Kathleen B. Bamford. 2008. Penyakit Infeksi Edisi Enam.
Jakarta: Erlangga.
Tamher, Sayuti. 2008. Patologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media