Analisis resiko bencana banjir yang di lakukan di RT 001 dan RW 005 yang berlokasi dijalan HangTuah, Gg Darul amal, Pekanbaru Riau. Lokasi atau daerah tersebut rawan banjir ketika hujan deras melanda, dari lokasi tersebut terletak di daerah perkotaan yang sangat padat penduduk, bahkan banyak sekali masyarakat yang tampak membuang sampah sembarangan, terdapat sungai-sungai kecil yang berada dibelakang rumah penduduk setempat, dan banyak sampah yang tergenang disungai. Dari evaluasi yang didapatkan Ny T selaku penduduk atau masyarakat setempat yang tinggal disana mengatakan bahwa setiap terjadinya hujan sedikit saja maka akan terjadinya banjir, bahkan jika hujan deras melanda sekitar 4-5 jam lokasi tempat tinggal mereka mengalami kebanjiran bahkan masuk kedalam rumah. Masyarakat sekitar juga mengatakan ketika banjir bisa mencapai sebatas betis orang dewasa atau kira-kira tinggi banjir bisa mencapai setengah meter, tetapi air hujan yang menyebakan banjir tersebut akan surut dengan sendirinya setelah beberapa jam hujan berhenti. Penduduk setempat juga mengatakan bahwasannya mereka sangat gelisah atau khawatir ketika banjir melanda, terutama gelisah terhadap barang-barang mereka yang terendam banjir di dalam rumah. Masyarakat sekitar juga mengatakan ketika banjir yang disebabkan air hujan, sebagian mereka tidak melakukan pengungsian, walaupun rumah mereka terendam banjir bahkan bisa mencapai sekitaran setengah meter. Mereka mengatakan dampak yang paling mereka rasakan ketika banjir yaitu rusaknya harta benda dan barang- barang mereka yang terendam oleh banjir. Penduduk sekitar juga mengatakan penyebab bisa terjadinya banjir disebabkan oleh sampah yang menumpuk di parit atau sungai sekitar tempat tinggal mereka, kemudian jalan raya lebih tinggi dan sekitaran tempat tinggal mereka itu rendah, sehingga air tergenang dan air tidak mengalir kedalam parit sekitaran lokasi padat penduduk terebut. Penduduk mengatakan apabila banjir mereka bisa mengalami kerugian, terutama barang-barang mereka yang terendam banjir seperti lemari, bahkan buku-buku bisa terendam banjir. Selama beberapa kali banjir melanda tempat tinggal mereka, penduduk disana belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Masyarakat penduduk sekitar juga mengatakan tidak tau bagaimana cara mengatasi agar banjir tidak melanda ketika hujan, karena pembuatan palang air ataupun pelebaran sungai tempat tinggal mereka tidak bisa dilakukan karena tempat tinggal lokasi yang sangat padat penduduk kemudian, banyak terdapat Gg yang sempit dan didalamnya di penuhi rumah penduduk. Mereka mengatakan jika hujan sampai 24 jam itu banjirnya juga akan lama surutnya, tergantung lama tidaknya hujan. Kemudian setelah di analisis dan dievalusi kembali bahwasanya daerah lokasi tersebut banjir yang terparah itu terjadi sekitar bulan desember 2021, banjir mencapai sekitar setengah meter.
A. Mitigasi Bencana Banjir
Menurut (Ciottone, 2006), mitigasi adalah segala sesuatu yang meliputi jenis yang luas dari perhitungan yang dilakukan sebelum suatu kejadian tread yang mana akan mencegah korban sakit, cidera, dan meninggal serta mengurangi sekecil- kecilnya dampak kehilangan harta benda. Rencana mitigasi pada umumnya meliputi : kemampuan untuk memelihara fungsi, desain bangunan, lokasi bangunan di luar dari zona bahaya, kemampuan esensial bangunan, proteksi dari bagian dari suatu bangunan, asuransi, edukasi publik, peringatan, dan evakuasi. Mitigasi dilaksanakan sebelum, sesudah, dan sebelum terjadinya suatu bencana. Untuk bencana banjir sendiri, salah satu tindakan mitigasi bencana banjir adalah melakukan peringatan dini bencana banjir. Salah satu contoh apabila tidak ada peringatan dini banjir, maka semua daerah yang dilalui aliran banjir akan memakan kerugian yang besar. Pada daerah hulu, dapat dilakukan beberapa cara peringatan dini, seperti: menempatkan pengukur hujan di hulu dengan akses komunikasi ke wilayah hilirnya, melakukan identifikasi jenis material yang terbawa arus banjir, dan melihat dan mengamati kondisi awan dan lamanya hujan (Paimin, 2009). Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2006 tentang Pedoman umum mitigasi bencana menjelaskan tentang langkah- langkah yang dilakukan dalam mitigasi bencana banjir seperti: pengawasan penggunaan lahan, pembangunan infrastruktur yang kedap air, pengerukan dan pembangunan sudetan sungai, pembuatan tembok pemecah ombak, pembersihan sedimen, pembuatan saluran drainase, pelatihan pertanian yang sesuai dengan daerah banjir, dan juga menyiapkan persiapan evakuasi bencana banjir. Sementara (KEMENKES, 2014) melalui buku panduannya memberikan beberapa langkah yang haru dilakukan pada saat sebelum, ketika, dan setelah banjir
Dari buku tersebut, didapatkan beberapa langkah mitigasi yang dilakukan
ketika banjir melanda yakni : 1. Mematikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana. 2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi. 3. Menghindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir. 4. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi. 5. Jika air terus meninggi, menghubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana. Mitigasi dalam bencana banjir terbagi menjadi 2 macam, yaitu mitigasi secara structural dan mitigasi secara non-struktural. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing mitigasi. 1. Mitigasi Struktural Mitigasi Struktural adalah upaya yang dilakukan demi meminimalisir bencana seperti dengan melakukan pembangunan danal khusus untuk mencegah banjir dan dengan membuat rekayasa teknis bangunan tahan bencana, serta infrastruktur bangunan tahan air. Dimana infrastruktur bangunan yang tahan air nantinya diharapkan agar tidak memberikan dampak yang begitu parah apabila bencana tersebut terjadi. Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode mitigasi struktural adalah 1. Membangun tembok pertahanan dan tanggul Sangat dianjurkan untuk membangun tembok pertahanan dan tanggul di sepanjang aliran sungai yang memang rawan apabila terjadi banjir, seperti kawasan yang dekat dengan penduduk. Hal ini sangat membantu untuk mengurangi resiko dari bencana banjir yang kerap terjadi pada tingkat debit banjir yang tidak bisa diprediksi. Misalnya adalah banjir bandang. 2. Mengatur kecepatan aliran dan debit air Diusahakan untuk memperhatikan kecepatan aliran dan debit air di daerah hulu. Yang dimaksud disini adalah dengan mengatur aliran masuk dan keluar air di bagian hulu serta membangun bendungan / waduk guna membendung banjir 3. Membersihkan sungai dan pembuatan sudetan Pembersihan sungai sangatlah penting, dimana hal ini untuk mengurangi sedimentasi yang telah terjadi di sungai, cara ini dapat diterapkan di sungai yang memiliki saluran terbuka, tertutup ataupun di terowongan. 2. Mitigasi Non-Struktural Mitigasi non-struktural adalah upaya yang dilakukan selain mitigasi struktural seperti dengan perencanaan wilayah dan & asuransi. Dalam mitigasi non-struktural ini sangat mengharapkan dari perkembangan teknologi yang semakin maju. Harapannya adalah teknologi yang dapat memprediksi, mengantisipasi & mengurangi resiko terjadinya suatu bencana. Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode mitigasi non- struktural adalah : 1. Pembentukan LSM – Membentuk LSM yang bergerak dalam bidang kepedulian terhadap bencana alam dan juga mengadakan kampanye peduli bencana alam kepada masyarakat, agar masyarakat lebih sadar untuk selalu siap apabila bencana alam terjadi. 2. Melakukan Pelatihan dan Penyuluhan – Melatih, mendidik dan memberikan pelatihan kepada masyarakat akan bahaya banjir yang disertai dengan pelatihan lapangan. 3. Membentuk Kelompok Kerja atau POKJA – Dimana dalam kelompok tersebut didalamnya beranggotakan instansi terkait untuk melakukan dan menetapkan pembagian peran dan kerja untuk penanggulangan benjana bajir. 4. Mengevaluasi Tempat Rawan Banjir – Melakukan pengamatan dan penelusuran di tempat yang rawan banjir, sehingga apabila ada tanggul yang sudah tidak kuat segera diperbaiki. 5. Memperbaiki Sarana dan Prasarana – Mengajukan proposal untuk pembangunan perbaikan sarana dan prasarana yang memang sudah tidak layak. 6. Menganalisa Data-data yang Berkaitan dengan Banjir – Mengevaluasi dan memonitor data curah hujan, debit air dan informasi yang berkaitan dengan banjir seperti daerah yang rawan banjir dan mengidentifikasi daerah yang rawan banjir tersebut. Apakah memang ada tanggul yang rusak atau memang daerah tersebut sangat berbahaya apabila ditempati. 7. Membuat Mapping – Membuat peta sederhana untuk daerah yang rawan banjir disertai dengan rute pengungsian, lokasi POSKO dan lokasi pos pengamat banjir. 8. Menguji Peralatan dan Langkah Selanjutnya – Menguji sarana sistem peringatan dini terhadap banjir serta memikirkan langkah selanjutnya apabila sarana tersebut belum tersedia. 9. Menyiapkan Persediaan Sandang, Papan dan Pangan – Mempersiapkan persediaan tanggap darurat seperti menyediakan bahan pangan, air minum dan alat yang akan digunakan ketika bencana banjir terjadi. 10. Membuat Prosedur Operasi Standar Bencana Banjir – Merencanakan Prosedur Operasi Standar untuk tahap tanggap darurat yang nantinya melibatkan semua anggota yang bertujuan untuk mengidentifitasi daerah rawan banjir, identifikasi rute evakuasi, mepersiapkan peralatan evakuasi dan juga tempat pengungsian sementara. 11. Mengadakan Simulasi Evakuasi – Melakukan percobaan pelatihan evakuasi apabila bencana banjir terjadi dan menguji kesiapan tempat pengungisan sementara beserta perlengkapan dalam pengungsian. 12. Mengadakan Rapat – Mengadakan rapat koordinasi di berbagai tingkat dan utamanya adalah instansi pemerintah tentang pencegahan bencana banjir. Selain mitigasi bencana banjir, kita juga perlu mengetahui langkah apa saja yang dapat dilakukan ketika saat terjadi banjir dan apabila banjir tersebut sudah terjadi. Tindakan Ketika Saat Terjadi Banjir 1. Jangan panik dan berusaha untuk bisa menyelamatkan diri. 2. Pada saat terjadi bencana banjir, warga sekitar dihimbau untuk memantau perkembangan cuaca di tempat kejadian. Apabila hujan secara terus menerus tidak berhenti dan bertambah lebat, maka warga sekitar sebaiknya segera pergi ke tempat yang lebih aman yang telah diberitahukan oleh LSM. 3. Masyarakat yang terkena bencana banjir dihimbau agar tetap menjaga kesehatan mereka agar tidak menambah korban akibat bencana banjir. Karena ketika bencana banjir datang, nantinya akan dilakukan evakuasi yang sangat membutuhkan banyak tenaga warga. 4. Apabila air yang datang lagi, secepat mungkin untuk menjauhinya dan segera mungkin untuk menyelamatkan diri dengan menuju ke tempat yang aman ataupun ke tempat yang lebih tinggi. 5. Apabila terjebak dalam rumah atau bangunan ketika bencana banjir terjadi, sebisa mungkin mengambil benda untuk mengapung agar tidak tenggelam. 6. Berhati-hatilah dengan listrik kabel yang masih dialiri listrik. 7. Menyelamatkan dokumen dokumen penting. 8. Ikut serta aktif dalam tenda pengungsian dengan membantu keperluan yang memang membutuhkan banyak tenaga seperti membantu mendirikan tenda, membantu dapur umum, membantu mencari air bersih dan hal yang lainnya. 9. Diusahakan untuk bijak dalam menggunakan air bersih. 10. Membantu mereka yang membutuhkan tempat tinggal dan kesehatan bagi mereka yang memang terluka akibat bencana banjir tersebut. Tindakan Setelah Banjir Terjadi 1. Memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, seperti bantuan tempat tinggal, makanan dan pakaian. 2. Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan yang terkena banjir, seperti membersihkan lumpur yang tergenang di dalam rumah ataupun di lingkungan dekat rumah. 3. Melakukan kaporitasi sumur gali. 4. Memperbaiki jamban dan saluran pembuangan air limbah. 5. Memberikan bantuan kesehatan lingkungan dengan memberikan obat serta pelayanan kesehatan secara gratis. 6. Menjaga sistem pembuangan air dan limbah agar tetap bersih dan tidak kotor ataupun tersumbat. 7. Menjauhi kabel atau listrik agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan. 8. Menghindari wilayah yang sudah rusak seperti bangunan yang sudah tidak layak pakai. 9. Tidak mempergunakan air bersih secara semena-mena. 10. Memeriksa ketersediaan air bersih. Itulah pembahasan mengenai mitigasi bencana banjir yang harus diperhatikan dan juga diterapkan oleh masyarakat maupun lembaga pemerintah yang terlibat dalam penanggulangan bencana alam.