Anda di halaman 1dari 9

72

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Analisis Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi status

kesehatan klien (Nursalam, 2012). berdasarkan hasil pengkajian yang

dilakukan, diperoleh data bahwa An. R merupakan pasien rawatan anak di

RS SMC ,An. R berusia 2 tahun. Menurut Nursalam (2012) pneumonia

sering terjadi pada bayi dan anak, kasus terbanyak terjadi pada anak usia

dibawah 3 tahun. Sedangkan menurut pernyataan Sudarti (2010).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap An. R di peroleh

data sebagai berikut : An. R, Laki - laki, berusia 2 tahun. masuk ke IGD

RS SMC tanggal 09 April 2019, Pasien masuk dengan keluhan utama

batuk sejak 2 hari yang lalu dan demam, nafas anak terlihat sesak.

Menurut Nursalam (2012) keluhan utama pasien masuk saat dikaji

biasanya penderita dengan bronkopneumonia akan mengalami sesak nafas.

Pada saat dilakukan pengkajia pada tanggal 09 April 2019 di

dapatkan data : ibu An. R mengatakan anaknya masih batuk, ibu An. R

mengatakan anaknya masih sesak, ibu An. R juga mengatakan anaknya

batuk, ibu mengatakan An. R demam. Data objektif yang didapatkan :

pasien tampak gelisah, TTV suhu 37,80C, Nadi 97 x/i, RR 35 x/i, tampak
73

penggunaan nafas cuping hidung, tampak pucat, kulit teraba hangat

tampak retraksi dinding dada, auskultasi terdengar ronchi,inspirasi lebih

pendek dari ekspirasi, IUFD D5 1/2 10 tpm, Cefotaxime 3x300 mg,

certidex 2x2mg, puyer batuk 3x1, paracatamol 3x100 mg, nebu ventolin

(inhalasi / 8 jam).

Hal ini hampir sesuai dengan teori pernyataan Hidayat (2011),

Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan

oleh bacteri, virus dan jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan

gejala panas tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah,

diare, serta batuk kering dan produktif. Sedangkan menurut Nursalam

(2012) pada riwaya penyakit sekarang penderita bronkopneumonia

biasanya merasakan sulit untuk bernafas, disertai dengan batuk berdahak,

terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara tambahan, penderita biasa juga

lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai dengan diare.

Menurut teori Nursalam (2012) untuk pemeriksaan fisiknya

didapatkan data adanya sianosis, dispnea, pernafasan cuping hidung,

distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, nyeri

dada saat menarik nafas, takipnea, perlu diperhatikan adanya tarikan

dinding dada kedalam pada fase inspirasi, auskultasi di dapatkan ronkhi

dan wheezing.

Menurut analisa peneliti dari data di atas terdapat kesesuaian antara

kasus dengan teori yang ada di mana menurut teori pasien dengan

bronkopneumonia banyak terjadi pada anak usia dibawah 3 tahun


74

sedangkan pada kasus usia anak baru 2 tahun. Sedangkan untuk data yang

lain mengarah pada tanda dan gelaja yang ditunjukan dimana anak dengan

bronkopneumonia akan mengalami yaitu sesak nafas, gelisah, batuk,

demam, adanya produksi sputum yang berlebih dll.

2. Diagnosa keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul pada An. R yaitu diantaranya

bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan, pola nafas tidak

efektif b.d Deformitas dinding dada, hipertermia b.d proses penyakit

(infeksi) (SDKI, 2017).

Besihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan ditegakan karena data yang mendukung orang tua anak

mengatakan anak batuk dan pilek, anak tampak gelisah, pernafasan 35x/i,

bunyi nafas tambahan ronchi, inspirasi lebih pendek dari ekspirasi.

Pola nafas tidak berhubungan dengan Deformitas dinding dada

ditegakan karena data yang mendukung orang tua mengatakan nafas

anaknya sesak, anak tampak gelisah, pernafasan cuping hidung, tampak

pucat,tampak retraksi dinding dada.

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)

ditegakkan karena data yang mendukung orang tua mengatakan kondisi

anaknya demam, dan panasnya tidak turun, kulit teraba hangat, pasien

tampak gelisah, suhu 37, 80C.

Menurut teori terdapat 6 diagnosa yang dapat ditegakkan untuk

pasien dengan bronkopneumonia antara lain gangguan pertukaran gas,


75

bersihan jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, hipertermia,

defisit nutrisi dan nyeri akut (SDKI, 2017) Sedangkan menurut Amin

(2015) terdapat 7 diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifpan bersihan

jalan nafas, defisiensi pengetahuan, pola nafas tidak efektif, gangguan

pertukaran gas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

intoleransi aktivitas dan resiko ketidakseimbangan elektrolit.

Menurut analisa peneliti, dari data diatas terdapat kesesuaian antara

kasus dan teori yang ada dimana diagnosa yang mendukung untuk data yang

telah didapatkan saat pengkajian kepada An. R yaitu 3 diagnosa yaitu

bersihan jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, dan hipertermia.

Untuk diagnosa yang lain tidak dapat diangkat oleh peneliti karena data

pendukung menegagakan diagnosa keperawatannya yang kurang. Saat

menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan (SDKI, 2017) kita

memerlukan 3 data mayor yang sesuai dengan kejadian yang ada. Misalkan

untuk menegakan diagnosa gangguan pertukaran gas berdasarkan (SDKI,

2017) kita memerlukan data mayor yang sangat penting berupa hasil

laboratorium AGD seperti PCO2, SAO2,HCO3 dll. Begitu juga untuk

menegakkan diagnosa yang lainnya.

3. Intervensi keperawatan

Untuk mengatasi masalah klien perlu ditegakkan diagnosa dengan

tujuan yang akan dicapai serta kriteria hasil. Umumnya perencanaan yang

ada pada tinjauan teoritis dapat di aplikasikan dan di terapkan dalam

tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau sesuai dengan
76

prioritas masalah yang muncul pada saat dilakukan pengkajian (Nursalam,

2012)

Intervensi atau perencanaan yang dilakukan kepada An. R sesuai

dengan masalah yang di alami klien, dimana perawat menetapkan tujuan

untuk melakukan rencana tindakan keperawatan. Dalam menetapkan

tujuan perawat diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah yang perlu

diatasi melalui intervensi keperawatan (Asmadi, 2012)

Pada diagnosa pertama bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan sekresi yang tertahan, asuhan keperawatan yang telah

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu mengajarkan pasien

batuk efektif sehingga sekret dan lendir bisa keluar.

Pada diagnosa kedua pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

deformitas dinding dada, asuhan keperawatan yang telah diberikan

melakukan pengaturan posisi supaya anak tidak mengalami sesak dan

memberikan oksigen sebanyak 1 liter .

Pada diangnosa ketiga hipertermi berhubungan proses penyakit

(infeksi), asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi

masalah tersebut yaitu dengan melakukan pemberian cairan melalui

intravena dan pemberian obat pereda panas seperti paracatamol.


77

B. Standar Operasional Prosedur Batuk Efektif

I. PENGERTIAN   
Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di
saluran nafas dengan cara dibatukkan
II. TUJUAN   
1.    Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret 
2.    Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat 
3.    Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret 
III. KEBIJAKAN   
1.    Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret 
2.    Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium 
IV. PERALATAN   
1.    Kertas tissue 
2.    Bengkok 
3.    Perlak/alas 
4.    Sputum pot berisi desinfektan 
5.    Air minum hangat 
V. PROSEDUR PELAKSANAAN   
1. Tahap PraInteraksi 
 Mengecek program terapi 
 Mencuci tangan 
 Menyiapkan alat 
2. Tahap Orientasi 
 Memberikan salam dan sapa nama pasien 
 Menjelaskan tujuan  dan prosedur pelaksanaan 
 Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien 
3. Tahap Kerja 
 Menjaga privacy pasien 
 Mempersiapkan pasien 
78

 Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu


tangan di abdomen 
 Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas
dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap
tertutup) 
 Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen
(cegah lengkung pada punggung) 
 Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan 
 Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan
(lewat mulut, bibir seperti meniup) 
 Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan
kontraksi dari otot 
 Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien
bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring) 
 Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang
ke-3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat 
 Menampung lender dalam sputum pot 
 Merapikan pasien 
4. Tahap Terminasi 
 Melakukan evaluasi tindakan 
 Berpamitan dengan klien 
 Mencuci tangan 
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
79

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian penulis di BAB sebelumnya dapat disimpulkan beberapa

kesimpulan :

1. Data pada pengkajian keperawatan yang penulis butuhkan umumnya

dikumpulkan dari pendekatan komunikasi yang baik kepada pasien

maupun keluarga pasien yang dilakukan oleh penulis. Berdasarkan data

subjektif dan observasi yang telah dilakukan pada An. R sudah sesuai

dengan teori yang ada.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada An. R berdasarkan kondisi yang

dialami telah hampir sesuai dengan tinjauan teoritis yang ada namun pada

kasus peneliti hanya mengangkat beberapa diagnosa dengan data yang

mendukung meliputi yang pertama bersihan jalan nafas tidak efektif b.d

sekresi yang tertahan, yang kedua pola nafas tidak efektif b.d deformitas

dinding dada, yang ketiga hipertermia b.d proses penyakit (infeksi).

3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada An. R sesuai dengan teoritis

yang telah ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan yang

muncul.
80

B. Saran

1. Bagi Penulis Selanjutnya

Dengan adanya manajemen asuhan keperawatan diharapkan penulis

selanjutnya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai dengan

standar profesi keperawatan den memperoleh pengalaman nyata serta

menambah wawasan dalam perawatan anak yang mengalami

bronkopneumonia.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk dapat menampah

sumber buku informasi dan referensi di perpustakaan institusi pendidikan

STIKes Mercubaktijaya Padang dalam mempermudah mahasiswa dalam

meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam perawatan anak dengan

bronkopneumonia.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat

terutama pada ibu dan ayah untuk dapat memperhatikan tanda – tanda

bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak yang dapat menyebabkan

dampak yang lebih serius untuk selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai