Anda di halaman 1dari 10

Analisis Sintesis Pemberian Posisi Semi Fowler Untuk Mengatasi

Dispnea Pada Pasien Tn.Y Dengan Diagnosa Efusi Pleura


Di Ruang Anggrek 1 Kamar 1F Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Moewardi Surakarta
Disusun untuk memenuhi syarat tugas stase Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi Profesi Ners Program Profesi

DISUSUN OLEH :

ANNA IRWANTI
NIM.SN211009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Analisis Sintesis Pemberian Posisi Semi Fowler Untuk Mengatasi
Dispnea Pada Pasien Tn.Y Dengan Diagnosa Efusi Pleura
Di Ruang Anggrek 1 Kamar 1F Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Moewardi Surakarta
Hari : Rabu

Tanggal : 04 Februari 2022

A. Keluhan Utama
Sesak Napas
B. Diagnosis Medis
Efusi Pleura
C. Diagnosis Keperawatan
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(kelemahan otot napas/pernapasan) ditandai dengan dyspnea, penggunaan
otot bantu pernafasan, penggunaan alat bantu pernafasan, pernafasan
cuping hidung, pernapasan abnormal (D.0005)
(PPNI, 2016)
D. Data Yang Mendukung Diagnosis Keperawatan
DS :
 Pasien mengatakan bahwa sesak napas
 Pasien mengatakan sesak napas dirasakan jika dalam keadaan duduk,
berbaring.
DO :
 Keadaan Umum : Lemah
 Kesadaran : compos mentis
 GCS : E4V5M6
 Frekuensi napas meningkat : 27x/menit (nilai normal 16-20x/menit)
 Frekuensi nadi meningkat : 95x/menit (nilai normal 60-120x/menit)
 Tekanan darah meningkat : 120/100 mmHg
 Suhu : 36,5 derajat celcius
 Saturasi oksigen : 91 %
 Pasien terpasang oksigen nasal kanul 4 lpm
 Pasien nampak nafas cuping hidung
 Pasien nampak retraksi dinding dada
 Pasien nampak sulit bernapas atau ngos-ngosan.
E. Dasar Pemikiran
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Putu et al., 2020).
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal. Proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat dari penyakit lain.
Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. Secara normal ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan yaitu sekitar 5 – 15ml yang berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa
adanya friksi (Jany & Welte, 2019). Efusi pleura adalah akumulasi cairan
pleura akibat peningkatan kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan
pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima
mekanisme berikut : (Krishna R, 2021)
a. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
b. Peningkatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah 4. Peningkatan tekanan
negative intrapleura
d. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura Penyebab efusi pleura :
Infeksi : tuberculosis,pneumonitis,abses paru perforasi esophagus dan
abses subfrenik.
e. Noninfeksi : karsinoma paru,karsinoma pleura : primer dan
sekunder,karsinoma mediastinum,tumor ovarium,bendungan jantung :
gagal jantung,perikarditis konstriktiva,gagal hati,gagal
ginjal,hipotiroidisme,kilotoraks dan emboli paru
Menurut Krishna R (2021) kelebihan cairan pada rongga pleura
sedikitnya disebabkan oleh satu dari 4 mekanisme dasar :
a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
c. Peningkatan tekanan negatif intrapleural
d. Adanya inflamasi atau neoplastic pleura

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus


efusi pleura di dunia cukup tinggi menduduki urutan ke tiga. Berdasarkan
data yang dilaporkan Departemen Kesehatan di Indonesia tahun 2006
didapatkan kasus rembesan selaput paru (efusi pleura) sebanyak 2,7% dari
penyakit infeksi saluran nafas dengan rata-rata kematian kasus atau Case
Fatality Rate (CFR) 1,6. Berdasarkan cacatan medik Rumah Sakit Dokter
Kariadi Semarang jumlah pravelensi penderita efusi pleura semakin
bertambah setiap tahunya.

Mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten


selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, perawat mempunyai
kesempatan paling besar untuk memberikan asuhan yang optimal pada
pasien. Salah satunya pengetahuan dan keterampilan pada pasien efusi
pleura dengan keluhan sesak nafas dilakukanya tindakan posisi semi
fowler. Fungsi dari tindakan posisi semi fowler adalah mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pada pasien.

Mengetahui karakteristik efusi pleura merupakan hal yang


penting untuk dapat menegakkan penyebab sehingga dapat ditangani
dengan baik. Menurut (Krishna R, 2021) gambaran klinis pada efusi pleura
tergantung pada penyakit dasarnya, yaitu :

1) Sesak napas
2) Rasa berat pada dada
3) Bising jantung (pada payah jantung)
4) Lemas yang progresif
5) BB menurun (pada neoplasma)
6) Batuk yang kadang – kadang berdarah pada perokok (Ca bronkus)
7) Demam subfebril (pada TB)
8) Demam menggigil (pada empiema).
Adanya permasalahan fungsi paru yang menyebabkan sesak nafas
dibutuhkan usaha untuk memperbaiki masalah tersebut, salah satunya
dengan terapi atau tindakan posisi semi fowler yaitu dengan cara pasien
diposisikan setengah duduk (30-450 ), dimana bagian kepala tempat tidur
lebih tinggi bisa diberi sandaran seperti bantal pada tempat tidur pasien
dan jika tempat tidur bisa diatur maka aturlah tempat tidur dengan
meninggikanya dibagian kepala (30-450 ). Posisi semi fowler pada pasien
yang mengalami gangguan pernafasan telah dilakukan sebagai salah satu
cara untuk membantu mengurangi sesak napas (Brunner, 2016)

F. Prinsip Tindakan
Standar Operasional Prosedur Posisi Semi Fowler :

No. Aspek Yang Dinilai


A Pra interaksi
1. Melihat program terapi pasien
2. Mengecek urutan prosedur
3. Menyiapkan peralatan
B Fase Orientasi
1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4. Memastikan identitas : cek gelang pasien( nama, TTL,alamat,
usia)
5. Menanyakan kesediaan
6. Mempertahankan privasi
C Fase kerja
1. Menghitung intake makanan
2. Menghitung intake minuman
3. Menghitung intake parenteral
4. Menentukan cairan metabolisme
5. Mengghitung output urine
6. Menghitung output feses
7. Menghitung output abnormal (muntah, drain, perdarahan)
8. Menghitung output IWL
9. Menghitung output keringat
10. Menghitung balance cairan
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon pasien
2. Membereskan alat & mencuci tangan
3. Melakukan dokumentasi
E Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan
2. Ketelitian
3. Menjaga keamanan pasien dan perawat
Jumlah nilai

G. Analisis Tindakan
Efusi pleura merupakan penyakit saluran pernafasan yang bukan
merupakan suatu disease entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit
yang dapat mengancam jiwa penderita. Efusi pleura akan menyebabkan
sesak nafas yang berdampak pada pemenuhan kebutuhaan oksigen. Pola
nafas tidak efektif merupakan fokus utama dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
Keadaan yang dapat disebabkan efusi pleura antara lain penyakit
infeksi, sistemik, keganasan, obat-obatan, trauma, dan setelah tindakan
operasi. Dengan berbagai keluhan utama penderita seperti sesak napas,
batuk tidak produktif, dan lainnya. Pada penderita efusi pleura keluhan
semakin meningkat saat aktivitas, hal ini tergantung dari tingkatan lesinya
(Nasution & Widirahardjo, 2018). Beberapa tindakan keperawatan utama
untuk mengatasi masalah pernafasan pada pasien efusi pleura adalah
pengkajian berupa monitor status pernafasan melipusti frekuensi
pernafasan,auskultasi suara paru, monitor status mental, diepnea, sianosis,
dan saturasi oksigen. Selain itu tindakan keperawatan yang penting adalah
“Positioning” yang bertujuang untuk meningkatkan ekspansi paru
sehingga mengurangi sesak nafas (Dean, 2016).
Pemilihan posisi untuk penderita dengan masalah pernapasan
sangat penting untuk memfasilitasi pernapasan yang adekuat. Terdapat
berbagai macam posisi tidur mulai dari supine, pronasi, lateral dan fowler.
Posisi fowler merupakan posisi pilihan untuk orang yang mengalami
kesulitan pernapasan. Oleh karena itu pemilihan posisi yang tepat sangat
menentukan keberhasilan intervensi keperawatan yang dilakukan.
Terdapat berbagai penelitian dan studi yang membahas tentang
penggunaan posisi untuk mengatasi berbagai masalah pernapasan pada
pasien dengan bermacammacam kasus di luar negeri.
Penelitian Moaty, Mokadem dan Elhy (2017) tentang efek posisi
fowler terhadap oksigenasi dan status hemodinamik pada pasien dengan
cedera kepala menunjukan bahwa posisi semi fowler dengan elevasi 30°
memiliki dampak positif terhadap pernapasan dengan hasil terjadinya
peningkatan PaO2, SaO2, dan RR serta penurunan PaCO2.
Selain fowler dan semi fowler sebenarnya banyak sekali pilihan
posisi tidur yang disarankan untuk menangani pasien-pasien dengan
berbagai masalah pernapsan. Diantaranya adalah posisi supine, lateral,
pronasi, dan sebagainya (Dean, 2014). Tindakan pemberian posisi semi
fowler yaitu posisi setengah duduk (30-45 derajat) dengan menggunakan
gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi
tekanan dari abdomen ke diafragma merupakan salah satu terapi untuk
meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak nafas.
Pemberian posisi semi fowler membuat oksigen didalam paru
semakin meningkat dan memaksimalkan pengembangan paru, sehingga
mengurangi sesak nafas menjadikan kestabilan pola nafas akan menjadi
baik ditandai dengan frekuensi pernafasan yang normal, mempertahankan
kenyamanan. Serta tidak terjadi perubahan pola nafas dan obstruksi jalan
nafas sehingga perbaikaan kondisi akan lebih cepat.
H. Bahaya Dilakukannya Tindakan
Berdasarkan sumber referensi jurnal menyatakan bahwa tidak ada bahaya
dari dilakukannya tindakan pemberian posisi semu fowler untuk
mengatasi masalah pola napas tidak efektif pada pasien dengan efusi
pleura.
I. Tindakan Keperawatan Lain Yang Dilakukan
Selain pemberian posisi semi fowler, pasien juga diberikan tindakan
berupa terapi oksigen menggunakan nasal kanul dengan kecepatan laju
sebanyak 4 lpm.
J. Hasil Yang Didapatkan Setelah Dilakukan Tindakan
 S : Klien mengatakan sesak napas nya sudah berkurang
 O : Klien nampak berbaring di kasur
Hasil pengkajian :
RR = 20x/menit
Nadi = 96x/menit
A : Masalah Teratasi
 P : Pertahankan Intervensi
a. Pemberian posisi semi fowler
b. Edukasi keluarga dan libatkan keluarga dalam memberikan
posisi semi fowler kepada pasien
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilator, bila
diperlukan.
K. Evaluasi Diri
Setelah dianalisis berdasarkan SOP dan jurnal-jurnal referensi yang
didapatkan. Bisa diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat kesejangan
antara langkah prosedur yang telah dilakukan dengan SOP yang ada terkait
dengan pemberian posisi semi fowler pada pasien dengan efusi pleura
terhadap perubahan saturasi oksigen. Semua jurnal menarik kesimpulan
dan hasil bahwa pemberian posisi semi fowler pada pasien terdiagnosis
efusi pleura dengan masalah keperawatan pola napas tidak efektif, posisi
ini mampu memperbaiki kadar persentase saturasi oksigen pasien menjadi
lebih baik atau meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, & S. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. EGC.

Jany, B., & Welte, T. (2019). Pleural effusion in adults - Etiology, diagnosis, and
treatment. Deutsches Arzteblatt International, 116(21), 377–386.
https://doi.org/10.3238/arztebl.2019.0377

Krishna R, R. M. (2021). Pleural Effusion. StatPearls Publishing LLC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1.

Putu, N., Sukma, W., S, W. C. W., Y, P. C. D., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran,
F., Udayana, U., & Udayana, U. (2020). Profil Sitologi Efusi Pleura Maligna
di RSUP Sanglah Tahun 2015/2017. Medika Udayana, 9(1), 22–27.

Anda mungkin juga menyukai