Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada kondisi klinis, perawat merupakan orang pertama yang berjumpa atau mendeteksi
perubahan kondisi klien tanpa memperhatikan latar belakangnya. Oleh karen itu, kemampuan
berfikir dan menginterpretasi secara kritis arti perilaku klien dan perubahan fisik yang
ditampilkan merupakan hal yang sangat penting bagi perawat. Keterampilan pengkajian
keperawatan menjadikan alat kuat bagi perawat untuk mendeteksi perubahan, baik yang masih
terlihat ringan maupun nyata terjadi pada kondisi kesehatan klien. Pengkajian keperawatan
memungkinkan perawat untuk mengkaji pola yang mencerminkan masalah kesehatan dan
mengevaluasi perkembangan klien sejalan dengan terapi.
Pengkajian keperawatan yang lengkap melibatkan peninjauan yang lebih rinci terhadap
kondisi klien. Perawat mengumpulkan riwayat keperawatan dan melakukan pemeriksaan
perilaku juga fisik. Riwayat kesehatan melibatkan wawancara yang lama dengan klien untuk
mendapatkan data subjektif. Selain itu, pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung
rambut sampai ujung kaki pada etiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang
klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Kondisi dan respon klien
mempengaruhi luasnya pemeriksaan. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengruhi terapi yang
diterima klien dan menentukan respon terhadap terapi tersebut (Muttaqin, 2010).
Pemeriksaan sistem respirasi merupakan satu dari sistem-sistem yang ada pada tubuh
manusia. Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data objektif yang dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana memahami dan melakukan pemeriksaan fisik inspeksi pada sistem respirasi ?
2. Bagaimana memahami dan melakukan pemeriksaan fisik palpasi pada sistem respirasi ?
3. Bagaimana memahami dan melakukan pemeriksaan fisik pekusi pada sistem respirasi ?
4. Bagaimana memahami dan melakukan pemeriksaan fisik auskultasi pada sistem respirasi
?

1.3 Tujuan
1. Memahami dan melakukan pemeriksaan fisik inspeksi pada sistem respirasi
2. Memahami dan melakukan pemeriksaan fisik palpasi pada sistem respirasi
3. Memahami dan melakukan pemeriksaan fisik pekusi pada sistem respirasi
4. Memahami dan melakukan pemeriksaan fisik auskultasi pada sistem respirasi


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian Sistem Pernapasan
2.1.1 Pengkajian Umum Sistem Pernapasan
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan
melakukan dan menginterprestasi berbagai prosedur pengkajian. Proses pengkajian keperawatan
harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Pada
pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distress
pernapasan yang dialami lien. Komponen pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori
distress pernapasan yaitu akut, sedang dan ringan.
Karena tubuh bergantung pada sistem pernapasan untuk dapat hidup, pengkajian pernapasan
mengandung aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan klien. Sistem pernapasan terutama
berfungsi untuk mempertahankan pertukaran O
2
dan CO
2
dalam paru-paru dan jaringan serta
untuk mengatur keseimbangan asam basa. Setiap perubahan dalam sistem ini akan
mempengaruhi sistem tubuh lainnya. Pada penyakit pernapasan kronis, perubahan status
pulmonal terjadi secara lambat, sehingga memungkinkan tubuh klien untuk beradaptasi terhadap
hipoxia. Sedangkan pada perubahan pernapasan akut seperti pneumotoraks atau pneumonia
aspirasi, hipoksia terjadi secara mendadak dan tubuh tidak mempunyai waktu untuk beradaptasi
sehingga dapat menyebabkan kematian.

2.1.2 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan klien diawali dengan mengumpulkan informasi tentang data biografi,
yaitu mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan situasi kehidupan klien. Riwayat pernapasan
mengandung informasi tentang kondisi klien saat ini dan masalah-masalah pernapasan
sebelumnya. Mewawancarai klien dan keluarga dan fokuskan pada manifestasi klinik tentang
keluhan utama, peristiwa yang mengarah pada kondisi saat ini, riwayat kesehatan terdahulu,
riwayat keluarga, dan riwayat psikososial. Rincian dan waktu yang dibutuhkan untuk
mengumpulkan riwayat pernapasan bergantung pada kondisi klien. Ucapkan pertanyaan dengan
sederhana, ulang pertanyaan untuk memperjelas pertanyaan yang tidak dimengerti oleh klien.
Kumpulkan riwayat pernapasan yang lengkap sesuai dengan kondisi klien. Mengajukan
pertanyaan secara detail akan memberikan petunjuk yang bermanfaat tentang
a. Manifestasi gangguan pernapasan
b. Tingkat disfungsi pernapasan
c. Pengertian klien dan keluarga tentang kondisi dan penatalaksanaannya
d. Sistem pendukung dan kemampuan keluarga untuk mengatasi kondisi.

2.1.3 Gejala
A. Keluhan Utama
Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan untuk
mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini. Keluhan umum
penyakit pernapasan mencakup dispnea, batuk, pembentukan sputum, hemoptisis, mengi, dan
nyeri dada. Fokuskan pada manifestasi dan prioritaskan pertanyaan untuk mendapatkan suatu
analisa gejala.
1. Dispnea
Adalah kesulitan bernapas dan merupakan persepsi subjektif kesulitan bernapas, yang
mencakup komponen fisiologis dan kognitif. Dispnea sering menjadi salah satu manifestasi
klinis dialami klien dengan gangguan pulmonal dan jantung. Dispnea yang berkaitan dengan
penyakit pernapasan terjadi akibat perubahan patologi yang meningkatkan tekanan jalan napas,
penurunan komplians pulmonal, perubahan sistem vaskuler pulmonal, atau melemahnya otot-
otot pernapasan.
Klien yang mengalami dispnea sebagai gejala utama biasanya mempunyai salah satu dari
kondisi (1) penyakit kardiovaskuler (2) emboli pulmonal (3) penyakit paru intersitisial atau
alveolar (4) penyakit paru obstrukstif (5) ansietas. Keadaan yang menyebabkan dispnea pasien
harus ditentukan. Karenanya, penting artinya untuk menanyakan pasen:
a. Apakah ada batuk yang ditimbulkan?
b. Apakah dispnea berhubungan dengan gejala lain?
c. Apakah awitan sesak napas mendadak atau bertahap?
d. Kapan dispnea terjadi, siang atau malam hari?


2. Batuk
Batuk adalah reflek protektif yang disebabkan oleh iritasi pada percabangan
trakheobronkhial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme penting dalam
membersihkan jalan napas bagian dalam. Signifikasi, adanya batuk dapat menunjukkan penyakit
pulmonal yang serius. Yang juga sama pentingnya adalah tipe batuk. Batuk yang kering, iritatif
menandakan infeksi saluran napas atas dengan asal virus Laringo trakeitis menyebabkan batuk
dengan puncak bunyi kering? Hacking? Brassy? Mengi? Ringan? Berat? Waktu batuk dicatat.
Batuk malam hari dapat menunjukkan awitan gagal jantung sebelah kiri atas asma bronchial.
Batuk pada pagi hari dengan pembentukan sputum merupakan indikatif bronchitis. Batuk dengan
awitan akhir berarti berasal dari proses infeksi akut.
3. Pembentukan sputum
Sputum secara konstans dikeluarkan ke atas menuju faring oleh silia paru. Sputum yang
terdiri atas lendir, debius selular, mikroorganisme, darah, pus dan benda asing akan dikeluarkan
dari paru-paru dengan membutuhkan atau membersihkan tenggorok.
Signifikansi, jumlah sputum purulen yang sangat banyak (kental dan kuning atau hijau) atau
perubahan warna sputum kemungkinan menandakan infeksi bakteri. Sputum rusty menandakan
adanya pneumonia bakterialis. Sputum mukoid encer seringkali merupakan akibat dari bronchitis
virus. Tanyakan klien tentang warna sputum (jernih, kuning, hijau, kemerahan, atau mengandung
darah), bau, kualitas (berair, berserabut, berbusa, kental), dan kuantitas (sendok the, sendok
makan, cangkir). Tanyakan juga apakah sputum hanya dibentuk setelah klien berbaring dalam
posisi tertentu.
4. Hemoptisis
Hemoptisis adalah membatukkan darah, atau sputum bercampur darah. Sumber perdarahan
data berasal dari jalan napas atas atau bawah atau berasal dari parenklin paru.
Penyebab yang paling umum adalah (1) infeksi pulmonal (2) karsinoma paru (3)
abnormalitas pembuluh/ jantung (4) abnormalitas arteri atau vena, dan (5) emboli dan infark
pumonal.
Klien biasanya menganggap hemoptisis sebagai indikator penyakit serius dan sering akan
tampak gelisah, lakukan pengkajian tentang awitan, durasi, jumlah dan warna (misal Merah
terang atau berbusa).

5. Mengi
Bunyi mengi dihasilkan ketika udara mengalir melalu jalan napas yang sebagian tersumbat
atau menyempit pada saat inspirasi dan ekspirasi. Mengi dapat terdengar hanya dengan
menggunakan stetostkop. Minta klien mengidentifikasi kapan mengi terjadi dan aaah hilang
dengan sendirinya atau dengan menggunakan obat-obatan seperti bronkhodilator. Tidak semua
mengi mengacu pada asma. Mengi dapat disebabkan oleh odem mukosa, sekresi dalam jalan
napas, kolaps jalan napas akibat kehilangan elastisitas jaringan, dan benda sing atau tumur yang
sebagian menyumbat aliran udara.
6. Nyeri dada
Nyeri dada mungkin berkaitan dengan masalah pulmonal dan jantung, lakukan analisis gejala
yang lengkap pada nyeri dada. Informasi tentang lokasi, durasi dan intensitas nyeri dada penting
untuk dikumpulkan, dan akan memberikan petunjuk diri tentang penyebab. Nyeri dada dialami
oleh banyak pasien dengan pnemonia, embolisme pulmonal dengan infark paru, dan pleuritis dan
merupakan gejala lanjut karsinoma broncogenik. Pada karsinoma, nyeri mungkin pekak dan
persisten karena kanker telah menyerang dinding dada, mediastinum atau tulang belakang.
Dengan medikasi analgesik sangat efektif dalam meredakan nyeri dada tetapi harus hati-hati agar
tidak menekan pusat pernapasan atau batuk produktif.

B. Analisa Data
Untuk mendapatkan riwayat sistem pernapasan yang sempurna penting sekali mengkaji
karakteristik setiap manifestasi klinik yang tampak. Jika lien menggambarkan gejala pernapasan
tertentu, kaji setting, waktu, persepsi klien, kualitas dan kuantitas sputum, lokasinya, faktor-
faktor yang memperburuk dan yang meredakan serta manifestasi yang berkaitan.

2.1.4 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan klien dan
anggota keluarganya. Kaji klien terhadap kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi
ini memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru. Tanyakan klien tentang perawatan di
rumah sakit atau pengobatan masalah pernapasan sebelumnya. Dapatkan pula informasi tentang
kapan penyakit terjadi atau waktu perawatan. Tanyakan apakah klien telah mengalami
pemeriksaan rontgen dan kapan, dan apakah pemeriksaan diagnostik pulmonal dilakukan.
Tanyakan klien adakah riwayat keluarga tentang penyakit pernapasan. Misal asma, kanker paru.
Sebutkan usia dan penyebab kematian anggota keluarga. Tanyakan apakah ada anggota keluarga
yang perokok, perokok pasif sering kali mengalami gejala pernapasan lebih buruk.

2.1.5 Riwayat Psikososial
Dapatkan informasi tentang aspek-aspek psikososial klien yang mencakup lingkungan
pekerjaan, letak geografis, kebiasaan, pola olah raga, dan nutrisi. Identifikasi semua agen
lingkungan yang mungkin mempengaruhi kondisi klien, lingkungan kerja dan hobi.
Tanyakan tentang kondisi kehidupan klien, seperti jumlah anggota keluarga yang tinggal
serumah. Kaji terhadap bahaya lingkungan seperti sirkulasi udara yang buruk. Kumpulkan
riwayat merokok, berapa banyak sehari dan sudah berapa lama. Merokok menunjukkan
hubungan adanya penurunan fungsi siliapis paru-paru, meningkatkan pembentukan lendir dan
terjadinya kanker paru. Tanyakan apakah toleransi terhadap aktivitas menurun atau tetap stabil.
Minta klien untuk menggambarkan aktivitas khusus seperti berjalan, pekerjaan rumah yang
ringan dan hal-hal yang menyebabkan sesak napas.
Mempertahankan dietr yang bergizi penting untuk klien dengan penyakit pernapasan kronik.
Penyakit pernapasan kronik mengakibatkan penurunan kapasitas paru dan beban kerja lebih
tinggi bagi paru dan sistem kardiovaskuler.













BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan
melakukan dan menginterprestasi berbagai prosedur pengkajian. Proses pengkajian keperawatan
harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini).
Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan untuk
mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini. Keluhan umum
penyakit pernapasan mencakup dispnea, batuk, pembentukan sputum, hemoptisis, mengi, dan
nyeri dada.
Untuk mendapatkan riwayat sistem pernapasan yang sempurna penting sekali mengkaji
karakteristik setiap manifestasi klinik yang tampak. Riwayat kesehatan masa lalu memberikan
informasi tentang riwayat kesehatan klien dan anggota keluarganya.


















DAFTAR PUSTAKA

Anam. 2009. Pemeriksaan Frekwensi Pernafasan http://anam56.blogspot.com/2009/01/d.html.
Potter and Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Vol.1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Putra, Ardyan Pradana . 2011. Pengkajian Sistem Pernafasan.
http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/04/pengkajian-sistem-pernafasan.html
Setiawati, Santun. 2007. Panduan Praktis Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Medika.





















Pemeriksaan Penunjang
a. ANALISA GAS DARAH
Pengukuran pH darah dan tekanan oksigen dan karbondioksida harus dilakukan saat
menangani pasien dengan masalah pernapasan dan dalam menyesuaikan terapi oksigen yang
diperlukan.Tekanan darah arteri menunjukan derajat oksigenasi darah dan tekanan
karbondioksida arteri, menunjukan keadekuatan alveolar.
Pemeriksaan gas darah arteri membantu dalam mengkaji tingkat dimana paru-paru
mampu untuk memberikan oksigen yang adekuat dan membuang karbondioksida serta tingkat
dimana ginjal mampu untuk menyerap kembali atau mengekskresi ion-ion bikarbonat untuk
mempertahankan pH darah yang normal.Analisa gas darah serial juga merupakan indicator
sensitive tentang apakah paru mengalami kerusakan setelah terjadi trauma dada.Gas-gas darah
arterididapatkan melalui fungsi arteri didapatkan melalui fungsi arteri pada arteri radialis,
brachialis atau femoralis atau melalui kateter arteri indwelling.
Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan Analisa Gas Darah(AGD):
a) Bronchitis krnik = Dapat menunjukan Hipoksia dengan Hiperkapnia
b) Enfisema Paru = - Mengkaji fungsi ventilasidan pertukaran gas pulmonary
- Menunjukan hipoksia ringan dengan hiperkapnia
c) Asma = Menunjukan hipoksik selama serangan akut
d) Embolisme paru = Menunjukan hipoksia dan hiperkapmia

Tabel nilai normal Gas DarahArteri.

Tes Rentang normal dewasa Interpretasi
Po2







80-100 mmHg







Meningkat = menandakan pemberian o
2
yang
berlebihan.
Menurun = mengindikasikan penyakit CAL,
bronchitis kronis, Ca bronchus dan paru-
paru, cystic fibrosis, RDS, anemia,
ateletaksis atau penyebab lain yang
menyebabkan hipoksia.

PCO2





pH




HCO3






SaO2
35-45 mmHg





7.35-7,45




21-28 MLq/L






95-100%
Meningkat = mengindikasikan
kemungkinanCAL , pneumonia, efek anastesi
dan penggunaan opioid(asidosis respiratori).
Menurun = mengindikasikan hiperventilasi
atau alkalosis respiratori.

Meningkat = menandakan alkalosis
metabolism atau respiratori.
Menurun = menandakan asidosis metabolism
atau respiratori

Meningkat = mengindikasikan kemungkinan
asidosis respiratori sebagai kompensasi awal
dari alkalosis metabolism.
Menurun = mengindikasikan kemungkinan
alkalosis respiratori sebagai kompensasi awal
dari asidosis metabolisme.

Menurun = mengindikasikan kerusakan
kemampuan hemoglobin untuk
mengantarkan O
2
kejaringan

b. RADIOLOGI
Dada (toraks) merupakan bagian ideal untuk pemeriksaan radiologi.Parenkim paru- paru
yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar x, sehingga parenkim
memberikan bayangan yang sangat memancar. Bagian yang lebih padat udara akan sukar
ditembus sinar x,sehingga bayangannya lebih padat. Benda yang lebih padat akan memberikan
kesan berwarna lebih putih dari pada bagian yang berbentuk udara jika dilihat pada lembar hasil
radiologi dada.
Klien pada umumnya sudah terbiasa dengan pemeriksaan radiologi rutin.Namun
belakangan ini, terdapat suatu peningkatan kesadaran tentang pemajanan berlebihan terhadap
radiasi. Hendaknya klien diberikan penjelasan yang lengkap tentang tipe pemeriksaan yang akan
dilakukan dan manfaatnya dalam hubungannya dengan risiko akibat pemajanan terhadap radiasi.
a. Pemeriksaan radiologi memberikan informasi mengenai :
1) Status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura, dan kontur diafragma dan jalan napas atas.
2) Ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta, nodus limfe,
dan percabangan bronchial.
3) Tekstur dan tingkat penyebaran udara dari parenkim paru.
4) Ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi pulmonal, termasuk kavitasi, area
fibrosis,dandaerahkonsolidasi.

b. Pemeriksaan ronsen atau radiologi dada diindikasikan untuk :
1) Mendeteksi perubahan paru yang disebabkan oleh proses patologis, seperti tumor, inflamasi,
fraktur, akumulasi cairan atau udara.
2) Menentukan terapi yang sesuai.
3) Mengevaluasi kesangkilan pengobatan.
4) Menetapkan posisi selang dan kateter.
5) Memberikan gambaran tentang suatu proses progresif dari penyakit paru.
Pemeriksaan ronsen dada sebaiknya dilakukan di bagian radiologi.Pemeriksaan sinar-X
standar lebih dipilih dengan posisi berdiri, meskipun posisi duduk atau berbaring dapat
dilakukan. Pemajanan standar untuk pemeriksaan ini adalah :
a. Posterio-anterior (PA)-sinar-X menjalar melalui punggung ke bagian depan tubuh
b. Lateral-sinar-X menembus bagian samping tubuh (biasanya sebelah kiri)
Selain pemeriksaan standar mungkin diperlukan juga pemajanan spesifik untuk melihat
bagian-bagian spesifik dada. Pemajanan tersebut termasuk :
a. Oblique-film sinar-X diarahkan miring dengan sudut spesifik
b. Lordotis-film sinar-X dimiringkan dengan sudut 45 derajat dari bawah untuk melihat
kedua apeks paru
c. Dekubitus- film sinar-X diambil dengan posisi pasien berbaring miring (kiri atau kanan) untuk
memperlihatkan cairan bebas dalam dada.


c. Prosedur
Pemeriksaan ronsen dada dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk tegak menghadap
film sinar-X.Hantaran gelobang sinar-X ditembuskan dari arah posterior (posisi PA).Radiograf
biasanya diambil saat inspirasi penuh, yang menyebabkan diafragma bergerak ke arah
bawah.Radiograf yang diambil saat ekspirasi kadang dilakukan untuk mengetahui tingkat
gerakan diafragma atau untuk membantu dalam pengkajian dan diagnosa pneumotoraks.

d. Perawatan praprosedur
Jelaskan klien tentang pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini tidak menimbulkan nyeri dan
pemajanan pada radiasi adalah minimal. Klien harus melepaskan semua perhiasan dan pakaian
dalamnya lalu mengenakan gaun. Kaji status kehamilan klien (untuk klien wanita); wanita hamil
seharusnya tidak boleh terpajan pada radiasi.

e. Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan radiologi:
1) Kanker laring
2) Pneumonia
3) TB paru
4) Abses paru
5) Bronchitis kronik
6) Enfisema paru
7) Asma

f. Foto Thorax Posisi PA
1) Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL // garis tengah kaset.
2) Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke depan.
3) FFD 150 cm, CR horizontal, CP pada MSL setinggi CV thoracal VI
4) Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba- aba : tarik napas
tahan ! ... Nafas biasa...!
KRITERIA GAMBAR :
Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong
Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang
Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral
C.V. Thoracalis tampak s/d ruas keempat
Tampak bayangan bronchus
Foto simetris
Tampak marker R/ L

g. Foto Thorax Posisi AP
1) Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.
2) Kedua lengan lurus disamping tubuh.
3) Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah kaset
4) FFD: 150 cm
5) CR tegak lurus kaset, CP pada MSL setinggi CV TH VI
6) Beri marker L / R
7) Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh
KRITERIA GAMBAR :
Tampak gambaran thorax proyeksi AP
Batas atas apex paru
Batas bawah sinus costophrenicus
Dinding lateral tidak terpotong
CV TH sampai ruas ke empat
Diafragma mencapai iga IX belakang
Tampak bayangan bronchus
Marker L / R & identitas pasien
Foto simetris

h. Foto Thorax Posisi Lateral
1) Pasien diposisikan erect, MSP // kaset
2) Kedua lengan dilipat di atas kepala
3) Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset
4) FFD: 150 cm,
5) CR : horizontal
6) CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi CV TH VI
7) Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh
KRITERIA GAMBAR :
Tampak gambaran thorax proyeksi lateral
Bagian Anterior mencakup gambaran sternum
Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis
Batas atas apex paru
Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior
Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi
Gambaran bahu tidak menutupi apex paru
c. MANTOUX TEST
Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang sampai saat ini
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi
tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat filtrat dari kultur Mycobacterium tuberculosis
dengan tujuan sebagai terapi. Pada penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan
menyembuhkan menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, mual dan muntah
sedangkan mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan reaksi tersebut. Akhirnya pada
perkembangannya tuberkulin digunakan sebagai alat diagnostik dengan mengaplikasikannya
secara lokal untuk mencegah reaksi sistemik.
Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes mantoux
itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1ml
dengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri.
Tujuan dari tes mantoux ini adalah sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis infeksi
TBC. Kenapa salah satu? Karena ternyata tidak mudah untuk mendiagnosis TBC sehingga perlu
banyak faktor untuk mengetahui pasti bahwa seseorang memang terinfeksi TBC dan harus
menjalani pengobatan. Hasil tes Mantoux saja tidak bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis
karena kadang hasil tes ini memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Hasil pemeriksaan
tes mantoux ini harus didukung dengan keluhan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
laboratorium yang ada.
Lokasi penyuntikan tes mantoux umumnya adalah pertengahan bagian atas, lengan
bawah kiri bagian depan. Penyuntikan dilakukan intrakutan (ke dalam kulit).
Setelah seseorang terinfeksi kuman mycobacteria, sel limfosit T akan berproliferasi dan
menjadi tersensitisasi. Sel T yang tersensitisasi masuk ke dalam aliran darah dan bersirkulasi
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Proses sensitisasi ini terjadi pada kelenjar getah
bening regional dan memerlukan waktu 2-12 minggu setelah infeksi. Sekali terinfeksi, maka
sensitisasi terhadap tuberkulin akan menetap. Injeksi tuberkulin pada kulit akan menstimulasi
sel-sel limfosit dan terjadi aktivasi rentetan kejadian yang termasuk dalam respon
hipersensitivitas tipe lambat (delayed-type hypersensitivity/DTH). Respons ini dikatakan lambat
oleh karena reaksi memerlukan waktu berjam-jam. Reaktivitas kulit mencakup vasodilatasi,
edema, infiltrasi sel-sel limfosit, basofil, monosit dan netrofil ke lokasi suntikan. Antigen-
spesific limfosit T akan berproliferasi dan melepaskan limfokin, yang akan mengundang
akumulasi sel-sel alin ke lokasi suntikan. Terjadilah indurasi yang mencerminkan aktivitas DTH.
Pada pasien yang sudah pernah terinfeksi, DTH muncul setelah 5-6 jam dan kebanyakan
mencapai indurasi maksimal 48-72 jam.
1) PROSES PENYUNTIKAN TEST MANTOUX
TES BAYI BARU LAHIR
Bila saat mengandung si ibu menderita TBC bisa saja bayi akan terkena TBC begitu
dilahirkan. Ini disebut dengan TBC kongenital dan bayi harus segera dites Mantoux pada usia
sekitar 1 bulan. Usahakan jangan di bawah 1 bulan karena dapat memberi reaksi negatif meski
boleh jadi si bayi tersebut menderita TBC. Itu karena sistem imun bayi usia ini masih belum
baik. Kendati kasusnya sangat jarang ditemui, setidaknya orangtua dapat segera mengatasinya
bila bayinya memang positif TBC.
TES PADA ANAK
Tes Mantoux dilakukan dengan cara menyuntikkan protein dari kuman Mycobacterium
tuberculosis pada lengan bawah anak. Agar hasilnya akurat, penyuntikannya harus benar-benar
teliti. Bahan yang dimasukkan harus dengan dosis tepat dan masuk sepenuhnya ke dalam kulit,
bukan di bawah kulit. Kemudian, reaksi yang dihasilkan harus dibaca tepat waktu.
Untuk memastikan anak terinfeksi kuman TBC atau tidak, akan dilihat indurasinya setelah 48-72
jam. Indurasi ini ditandai dengan bentuk kemerahan dan benjolan yang muncul di area sekitar
suntikan. Bila nilai indurasinya 0-4 mm, maka dinyatakan negatif. Bila 5-9 mm dinilai
meragukan, sedangkan di atas 10 mm dinyatakan positif.
Setelah hasil Mantoux dinyatakan positif, anak sebaiknya diikutkan pada serangkaian
pemeriksaan lainnya. Salah satunya adalah rontgen yang bertujuan mendeteksi TBC lebih detail
lewat kondisi paru yang tergambar dalam foto rontgen dan dan tes darah. Tes mantoux dilakukan
lebih dulu karena hasil rontgen tidak dapat diandalkan untuk menentukan adanya infeksi kuman
TB. Bercak putih yang mungkin terlihat pada hasil foto bisa memiliki banyak penyebab. Anak
yang sedang menderita batuk pilek pun kemungkinan memiliki bercak putih di paru. Jadi, tes
Mantoux sangat perlu, tak cukup hanya rontgen paru.
Untuk mendapatkan diagnosis tepat, tes Mantoux dilakukan jika anak menujukkan gejala-gejala
berikut:
a. MMBB (Masalah Makan dan Berat Badan)
Bila anak sulit makan dan memiliki berat badan yang kurang dari rata-rata anak seusianya,
orangtua patut waspada. Atau, ada peningkatan berat badan tapi tak sesuai atau masih di bawah
jumlah yang semestinya (tidak sesuai dengan yang tertera pada KMS/Kartu Menuju Sehat).
b. Mudah sakit
Anak sakit batuk pilek wajar saja. Bedanya, anak yang terinfeksi TB akan lebih mudah tertulari
penyakit. Jika orang di lingkungan sekitarnya batuk pilek, anak mudah tertulari atau sebulan
sekali mesti sakit. Kondisi ini patut mendapat perhatian.
c. Lemah, letih, lesu dan tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas
Anak-anak dengan TB, umumnya terlihat berbeda dari anak kebanyakan yang sehat dalam
beraktivitas. Ia tampak lemah, lesu dan tidak bersemangat.
d. Reaksi cepat BCG
Pada lokasi suntik vaksin BCG akan timbul tanda menyerupai bisul. Jika reaksi ini muncul lebih
cepat, misalnya seminggu setelah pemberian, berarti tubuh anak sudah terinfeksi TB. Padahal
normalnya, tanda itu paling cepat muncul pada 2 minggu setelah anak divaksinasi BCG. Namun
rata-rata, benjolan pada kulit muncul setelah 46 minggu.
e. Batuk berulang
Batuk berkepanjangan merupakan gejala yang paling dikenal di kalangan masyarakat sebagai
pertanda TBC. Batuk yang awalnya berupa batuk kering kemudian lama-kelamaan berlendir dan
berlangsung selama 2 minggu lebih, merupakan salah satu tanda TBC. Gejala ini akan muncul
bila sudah terdapat gangguan di paru-paru. Hanya saja, bedakan dari batuk alergi dan asma.
f. Benjolan di leher
Pembesaran kelenjar getah bening di leher samping dan di atas tulang selangkangan bisa saja
merupakan tanda TBC. Karena , kelenjar getah bening merupakan salah satu benteng pertahanan
terhadap serangan kuman. Kelenjar ini akan membesar bila diserang kuman. Namun, meski
merupakan salah satu gejala TB, tidak semua pembengkakan kelenjar getah bening adalah gejala
penyakit TB. Bisa jadi pembengkakan itu karena adanya infeksi atau radang di tenggorokan.
g. Demam dan berkeringat di malam hari
Gejala awal TBC biasanya muncul demam pada sore dan malam hari, disertai keluarnya
keringat. Gejala ini dapat berulang beberapa waktu kemudian. Namun hal ini tetap belum dapat
memastikan kalau anak menderita TBC. Tidak selalu anak-anak yang berkeringat di malam hari
menderita TB. Keringat tidur justru merupakan pertanda sistem metabolisme yang sedang aktif
bekerja. Tak heran, pada saat tidurlah anak-anak mengalami metabolisme yang pesat.
h. Diare persisten
Diare akibat TBC biasanya tidak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa. Sebagai orangtua,
kita bisa membantu dokter untuk menjelaskan apakah gejala-gejala di atas memang muncul pada
anak atau tidak; berapa lama berlangsungnya, dan seberapa sering gejala-gejala tersebut muncul.
Dari pengamatan kita sehari-hari, dokter akan sangat terbantu untuk mendiagnosis penyakit anak
serta memutuskan apakah perlu dijalani tes Mantoux atau tidak.

CARA MELAKUKAN UJI TUBERKULIN METODE MANTOUX (TES MANTOUX)
1. Siapkan 0,1 ml PPD ke dalam disposable spuit ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27 gauge).
2. Bersihkan permukaan lengan volar lengan bawah menggunakan alcohol pada daerah 2-3 inch
di bawah lipatan siku dan biarkan mengering.
3. Suntikkan PPD secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke atas. Suntikan yang benar
akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori tampak jelas seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10
mm.
4. Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang keluar) ulangi suntikan
pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak minimal 4 cm dari suntikan pertama.
5. Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam medis agar tidak
tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan dengan pulpen/spidol karena dapat
mengganggu hasil pembacaan.
CATATAN
a) Perhatikan cara penyimpanan PPD sesuai petunjuk pada kemasan
b) PPD aman bagi bayi berapapun usianya bahkan aman pula bagi wanita hamil
c) Tes Mantoux bukan merupakan kontra indikasi bagi :
1) Pasien yang pernah diimunisasi BCG
2) Pasien yang pernah dilakukan tes Mantoux sebelumnya dan hasilnya positif (dalam hal ini
pengulangan diperlukan karena hasil tes Mantoux sebelumnya tidak tercatat dengan baik)
3) Pasien sedang dalam kondisi demam, sakit, maupun pasien dengan imunokompromais
d) Adanya parut yang besar pada bekas tes Mantoux sebelumnya merupakan petunjuk hasil
positif pada tes terdahulu dan tidak perlu diulang. Namun perlu ditekankan bahwa tes Mantoux
menggunakan PPD dan bukan vaksin BCG.
PEMBACAAN
a) Hasil tes Mantoux dibaca dalam 48-72 jam, lebih diutamakan pada 72 jam
b) Minta pasien control kembali jika indurasi muncul setelah pembacaan
c) Reaksi positif yang muncul setelah 96 jam masih dianggap valid
d) Bila pasien tidak control dalam 96 jam dan hasilnya negative maka tes Mantoux harus
diulang.
e) Tentukan indurasi (bukan eritem) dengan cara palpasi
f) Ukur diameter transversal terhadap sumbu panjang lengan dan catat sebagai pengukuran
tunggal
g) Catat hasil pengukuran dalam mm (misalnya 0 mm, 10 mm, 16 mm) serta catat pula tanggal
pembacaan dan bubuhkan nama dan tandatangan pembaca
h) Apabila timbul gatal atau rasa tidak nyaman pada bekas suntikan dapat dilakukan kompres
dingin atau pemberian steroid topikal


CATATAN :
Reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkulin yang munculnya cepat (immediate
hypersensitivity reactions) dapat timbul segera setelah suntikan dan biasanya menghilang dalam
24 jam. Hal ini tidak mempunyai arti dan bukan menunjukkan hasil yang positif.
INTERPRETASI TEST MANTOUX
Tes Mantoux dinyatakan positif apabila diameter indurasi > 10 mm. Kemungkinan yang
perlu dipikirkan pada anak dengan hasil tersebut:
1. Terinfeksi tuberkulosis secara alamiah
2. Infeksi TB mencakup infeksi TB laten, sakit TB aktif, atau pasca terapi TB.
3. Pernah mendapat imunisasi BCG (pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun)
4. Pada pasien usia kurang dari 5 tahun dengan riwayat vaksinasi BCG kecurigaan ke arah
infeksi alamiah TB bila hasil uji Mantoux > 15 mm.
5. Infeksi mikobakterium atipik
Meskipun demikian, hasil uji Mantoux > 5 mm dapat dipertimbangkan positif pada pasien
tertentu seperti :
a. Pasien dengan infeksi HIV
b. Pasien dengan transplantasi organ atau mendapat imunosupresan jangka panjang seperti
pasien keganasan atau sindrom nefrotik

False Negative
Pasien-pasien tertentu yang terinfeksi tuberkulosis mungkin dapat menunjukkan hasil tes
Mantoux yang negatif. Kondisi demikian disebut dengan anergi. Anergi kemungkinan terjadi
pada pasien :
1. Berbagai faktor indvidual seperti usia, nutrisi, gagal ginjal, imunosupresi karena obat (seperti
kortikosteroid) atau penyakit (seperti kanker, infeksi HIV, dan sarcoidosis.
2. Infeksi virus (seperti Campak,Mumps, Rubella, mononucleosis, Varicella, dan influenza)
dapat menurunkan reaktivitas tuberkulin selama beberapa bulan.
Setelah vaksinasi dengan vaksin virus hidup (seperti Campak, Mumps, Rubella) akan
teramati penurunan reaktivitas tuberkulin. Oleh sebab itu, jika uji mantoux tidak dapat dilakukan
bersamaan dengan imunisasi Campak, Mumps, dan Rubella, uji ditunda selama 4-6 minggu
Pasien dengan sakit TB berat seperti TB milier, meningitis TB
Mengingat masa yang diperlukan untuk terbentuknya cellular mediated immunity sejak
masuknya kuman TB adalah 2-12 minggu maka hasil negatif pada pasien dengan kontak erat
penderita TB dewasa masih mungkin pasien sedang dalam masa inkubasi.

PENYIMPANAN
PPD RT 23 harus disimpan pada suhu antara +2
o
C dan +8
o
C. Terlindung dari cahaya. Jangan
Dibekukan. Setelah Dibuka, isi vial harus digunakan dalam 24 jam. Setelahnya jika ada sisa,
harus dibuang.

d. SPIROMETRI
Spirometri merupakan suatu alat sederhana yang digunakan untuk mengukur volume
udara dalam paru. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur volume statik dan volume
dinamik paru. Volume statik terdiri atas volume tidal (VT), volume cadangan inspirasi (VCI),
volume cadangan ekspirasi (VCE), volume residu (VR), kapasitas vital (KV), kapasitas vital
paksa (KVP), kapasitas residu fungsional (KRF) dan kapasitas paru total (KPT). Contoh volume
dinamik adalah volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP
1
) dan maximum voluntary
ventilation (MVV). Nilai normal setiap volume atau kapasitas paru dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, tinggi badan, berat badan, ras dan bentuk tubuh.

Spirometri dapat digunakan untuk mengevaluasi dan memonitor penyakit yang
berhubungan dengan penyakit paru dan jantung sehingga pemeriksaan spirometri rutin
digunakan di rumah sakit dengan pasien penyakit paru dan atau jantung. Spirometri merupakan
pemeriksaan gold standard untuk diagnosis dan monitor penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
dan asma. Selain itu juga digunakan sebagai screening awal untuk mendeteksi PPOK pada
perokok.
Pemeriksaan spirometri sering dianggap sebagai pemeriksaan sederhana namun
sebenarnya merupakan pemeriksaan yang sangat kompleks. Variabilitas hasil pemeriksaan
spirometri lebih besar daripada pemeriksaan lain karena tidak konsistennya usaha subjek. Karena
itu sangat diperlukan pemahaman, koordinasi dan kerjasama yang baik antara teknisi dan subjek
agar didapatkan hasil yang optimal. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil pemeriksaan
spirometri adalah peralatan yang akurat, prosedur pemeriksaan yang baik, program pengendalian
mutu berkelanjutan, nilai acuan yang tepat, dan algoritma interpretasi hasil yang baik.
INDIKASI SPIROMETRI
Diagnostik
- mengevaluasi hasil pemeriksaan yang abnormal
- mengukur efek penyakit terhadap fungsi paru
- menyaring individu dengan risiko penyakit paru
- menilai risiko prabedah
- menilai prognosis
- menilai status kesehatan sebelum masuk program dengan aktivitas fisik berat
Memantau
- Menilai hasil pengobatan
- Menjelaskan perjalanan penyakit yang mempengaruhi fungsi paru
- Memonitor individu yang pekerjaannya terpajan zat berbahaya
- Memonitor reaksi obat yang mempunyai efek toksis terhadap paru
Evaluasi gangguan / ketidakmampuan
- Menilai pasien sebagai bagian program rehabilitasi
- Menilai risiko sebagai bagian evaluasi asuransi
- Menilai individu untuk alasan legal
Kesehatan masyarakat
- Survey epidemiologi
- Penelitian klinis.
PERSIAPAN PEMERIKSAAN SPIROMETRI
Spirometri merupakan pemeriksaan yang relative mudah namun sering kali hasilnya tidak dapat
digunakan. Karena itu perlu beberapa persiapan sebagai berikut;
1. Operator, harus memiliki pengetahuan yang memadai , tahu tujuan pemeriksaan dan mampu
melakukan instruksi kepada subjek dengan manuver yang benar
2. Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan arus udara minimal 1
kali seminggu
3. Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus merasa nyaman. Sebelum pemeriksaan
subjek sudah tahu tentang tujuan pemeriksaan dan manuver yang akan dilakukan. Subjek bebas
rokok minimal 2 jam sebelumnya, tidak makan terlalu kenyang, tidak berpakaian terlalu ketat,
penggunaan obat pelega napas terakhir 8 jam sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk
aksi panjang.
4. Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai sistem ventilasi yang baik dan
suhu udara berkisar antara 17 40
0
C
MANUVER SPIROMETRI
Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru terhadap waktu akibat manuver yang
dilakukan subjek. Usaha subjek diobservasi di layar monitor untuk meyakinkan bahwa usaha
yang dilakukan subjek benar dan maksimal.
1. Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara dikeluarkan
sebanyak mungkin tanpa manuver paksa.
2. Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara dikeluarkan
dengan dihentakkan serta melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal. Apabila subjek merasa
pusing maka manuver segera dihentikan karena dapat menyebabkan subjek pingsan. Keadaan
ini disebabkan oleh gangguan venous return ke rongga dada.
3. Manuver VEP
1
(volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP
1
adalah volume udara
yang dikeluarkan selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP. Manuver VEP
1
seperti manuver
KVP.
4. Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus ekpirasi maksimal yang
dapat dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik napas semaksimal mungkin, hembuskan dengan
kekuatan maksimal segera setelah kedua bibir dirapatkan pada mouthpiece.
5. Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV adalah volume udara maksimal yang
dapat dihirup subjek. Subjek bernapas melalui spirometri dengan sangat cepat, kuat dan sedalam
mungkin selama minimal 10-15 detik

HASIL SPIROMETRI
Minimal terdapat 3 hasil acceptable
- Inspirasi penuh sebelum pemeriksaan dimulai
- Memenuhi syarat awal ekspirasi yaitu dengan usaha maksimal dan tidak ragu-ragu
- Tidak batuk atau glottis menutup selama detik pertama
- Memenuhi lama pemeriksaan yaitu minimal 6 detik atau sampai 15 detik pada subjek dengan
kelainan obstruksi
- Tidak terjadi kebocoran
- Tidak terjadi obstruksi pada mouthpiece
Hasil yang reproducible
- Nilai KVP dan VEP1, diambil dua nilai terbesar dengan perbedaan diantaranya kurang dari 5%
atau 0,1 liter
- Jika tidak memenuhi kriteria ulangi pemeriksaan
- Jika tidak didapat setelah 8 kali pemeriksaan maka pemeriksaan dihentikan dan interpretasi
hasil yang didapat dengan menggunakan 3 hasil terbaik yang acceptable
Seleksi nilai untuk interpretasi
- Pilih hasil yang acceptable dan reproducible
- Pilih nilai KVP dan VEP1 yang terbesar tanpa memperhatikan pemeriksaan yang digunakan
- Untuk indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai pemeriksaan dengan nilai terbesar
kombinasi KVP dan VEP1

Anda mungkin juga menyukai