Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG

TEKNIK PENGKAJIAN DAN


TERAPI MODALITAS PADA SISTEM RESPIRASI

Disusun Oleh :
Kelompok 3 :
1. Apriella C.S. Simangunsong (2002045)
2. Febri Oksi (
3. Indah Slovenia Talsa (
4. Inet Fitrianis (
5. Sonya Lesmana (2002068)

Dosen Pembimbing : Harmawati, S.Kp, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
TAHUN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Keperawatan Medikal Bedah ‘Teknik Pengkajian dan Terapi Modalitas Pada Sistem
Respirasi’

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Padang, September 2021

Penulis

Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Infeksi saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan
dengan infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala
serta gangguan yang relative ringan sampai pneumonia berat. (Andriansyah, 2014)
Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut
terlibat dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen (O2)
antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbondioksida (CO2) antara darah dan
atmosfer. Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan
atmosfer, sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah
sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal (pernapasan selular) berlangsung
diseluruh system tubuh. Yang termasuk struktur utama system pernapasan adalah
saluran udara pernapasan, terdiri dari saluran napas atas dan saluran napas bawah,
serta paru (parenkim paru). (Molenaar, Rampengan, & 2S. R. Marunduh, 2014).
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran yang penting dalam
rangka mengembangkan dan memajukan suatu industri. Oleh sebab itu pekerja
harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan dan pencegahan.
Sehingga semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat
menerapkan K3 di lingkungan kerjanya. (Sumarna, Naiem, & Russeng, 2013)
Di Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan status
perekonomian yang masih terbilang belum seimbang sehingga mengakibatkan
masyarakat berusaha keras bekerja memenuhi kebutuhan hingga mereka
terkadang melupakan arti kesehatan. Pada masa sekarang ini asma merupakan
penyakit pernapasan yang lazim terjadi di masyarakat, dengan perkembangan
teknologi dalam dunia kedokteran dan dari hasil penelitian dapat diketahui suatu
cara pengobatan dan pencegahan penyakit yang berguna dan dapat dimanfaatkan
seluruh umat manusia. Asma terjadi pada sembarangan golongan usia, sekitar
setengah kasus terjadi pada anakanak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia
40 tahun. Hampir 17%dari semua rakyat amerika mengalami asma dalam satu
kurun waktu tertentu dan dalam kehidupan mereka (Soemantri, 2008).
Asma adalah penyakit yang berhubungan dengan faktor genetik. Bahkan
menurut penelitian, sebanyak 30% penderita asma, memiliki keluarga dekat yang
juga menderita asma. Apabila seorang ibu menderita asma, maka kemungkinan
besar anaknya dapat menderita asma. Tetapi apabila seorang ayah yang menderita
asma maka kemungkinan anaknya menderita asma lebih kecil. Asma dapat
menular, penyakit dapat menular ke orang lain apabila penyakit tersebut
disebabkan oleh kuman, seperti parasit, bakteri, virus dan jamur. Asma dapat
disebabkan ketiga hal diatas walau ketiganya dapat menjadi pencetus serangan
asma. Jadi, asma tidak dapat menular (Smeltzer, 2002).
BAB II
PENGKAJIAN FISIK DAN PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK PADA SISTEM RESPIRASI

A.Pengkajian Sistem Pernafasan


1. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masalah yang lalu.
Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik
dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat perawatan
dahulu, riwayat keluarga dan riwayat psikososial. Riwayat kesehatan dimulai dari
biografi klien, dimana aspek biografi yang sangat erat hubungannya dengan gangguan
oksigenasi mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama yang berhubungan
dengan kondisi tempat kerja) dan tempat tinggal.
Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat tinggal serta apakah klien
tinggal sendiri atau dengan orang lain yang nantinya berguna bagi perencanaan
pulang (“Discharge Planning”).

A. KELUHAN UTAMA
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini.Keluhan utama yang biasa muncul pada
klien gangguan kebutuhan oksigen dan karbondioksida antara lain : batuk,
peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.

1. Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit sistem pernafasan.
Tanyakan berapa lama klien batuk (misal 1 minggu, 3 bulan).Tanyakan juga
bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang spesifik (misal : pada malam hari,
ketika bangun tidur) atau hubungannya dengan aktifitas fisik.Tentukan batuk tersebut
apakah produktif atau non produktif, kongesti, kering.

2. Peningkatan Produksi Sputum.


Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau
bersihan tenggorok. Trakeobronkial tree secara normal memproduksi sekitar 3 ons
mucus sehari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal (“Normal
Cleansing Mechanism”).Tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal.
Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau dan jumlah dari sputum karena hal-hal
tersebut dapat menunjukkan keadaan dari proses patologik.Jika infeksi timbul sputum
dapat berwarna kuning atau hijau, sputum mungkin jernih, putih atau kelabu.Pada
keadaan edema paru sputum akan berwarna merah muda, mengandung darah dan
dengan jumlah yang banyak

3. Dyspnea
Dyspnea merupakan suatu persepsi kesulitan untuk bernafas/nafas pendek dan
merupakan perasaan subjektif klien.Perawat mengkaji tentang kemampuan klien
untuk melakukan aktifitas. Contoh ketika klien berjalan apakah dia mengalami
dyspnea ?.kaji juga kemungkinan timbulnya paroxysmal nocturnal dyspnea dan
orthopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru kronik dan gagal jantung kiri.

4. Hemoptysis
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan .Perawat
mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau
perut.Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah
dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan
hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis,
Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses
paru.

5.Chest Pain
Chest pain (nyeri dada) dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru.
Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk
membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, cardiac dan gastrointestinal. Paru-
paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap nyeri, tetapi iga, otot, pleura
parietal dan trakeobronkial tree mempunyai hal tersebut. Dikarenakan perasaan nyeri
murni adalah subjektif, perawat harus menganalisis nyeri yang berhubungan dengan
masalah yang menimbulkan nyeri timbul.

B. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


Secara umum perawat menanyakan tentang :
Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker
paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang
menimpa non perokok.

11 Anamnesis harus mencakup hal-hal :


a) Usia mulainya merokok secara rutin.
b) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
c) Usia melepas kebiasaan merokok.
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal

C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru
sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :
1) Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu
orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang
terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.
2) Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi
keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik
keluarga atau kenalan dekat.
3) Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi
udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya
memperburuk penyakit tersebut.

2. REVIEW SISTEM (Head to Toe)


a.Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
4) Inspeksi thorax posterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan
tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
6) Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan
penggunaan otot bantu pernafasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio
pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi
pada jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD

8. Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter
lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan
tubuh klien.
9) Kelainan pada bentuk dada :
a) Barrel Chest Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP
: T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
b) Funnel Chest (Pectus Excavatum) Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari
sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan
murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan
kerja.
c) Pigeon Chest (Pectus Carinatum) Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum,
dimana terjadi peningkatan diameter AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
d) Kyphoscoliosis Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu
pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan
muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.
Kiposis :meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan
klien tampak bongkok.
Skoliosis :melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral
10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada
Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura. 11)
Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

b. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus
(vibrasi).Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi
seperti : massa, lesi, bengkak.Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri.Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara.

c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang
ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi :
Suara perkusi normal : - Resonan (Sonor)
- Dullness
- Tympany :
* bergaung, nada rendah  dihasilkan pada jaringan
paru normal.
* dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
* musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.

22 Suara Perkusi Abnormal :


-Hiperresonan
-Flatness : bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul
pada bagian paru yang abnormal berisi udara.
sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada
perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.

d. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakumendengarkan suara
nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara.Suara nafas normal dihasilkan
dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih

Suara nafas normal :


a.Bronchial :
sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh
udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak
ada henti diantara kedua fase tersebut.Normal terdengar di atas trachea atau daerah
suprasternal notch.

b) Bronchovesikular :
merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya
terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi.Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding
dada.
c) Vesikular :
terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.

Suara nafas tambahan :


a) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara
nyaring, musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui
jalan nafas yang menyempit.
b) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan
sekresi kental dan peningkatan produksi sputum
c) Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara :
kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering
kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas dalam.

d) Crackles
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar,
suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.

3. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh
terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stress.Penyakit
pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan
dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau
ketidakmampuan.Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji
reaksi klien terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Ventilasi) Adalah suatu
kondisi dimana individu tidak mampu untuk batuk secara efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas (Kerusakan pada fisiologi Difusi) Kondisi dimana
terjadinya penurunan intake gas antara alveoli dan sistem vaskuler
3. Pola nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Transportasi) Adalah Suatu
kondisi tidak adekuatnya ventilasi berhubungan dengan perubahan pola nafas.
Hiperpnea atau hiperventilasi akan menyebabkan penurunan PCO2

Pengkajian Diagnostik Fungsi Pernapasan


Uji Fungsi Pulmonal
- Meliputi pengukuran volume paru, fungsi
ventilatory, mekanisme pernapasan, difusi, dan
pertukaran gas.
- Tes ini berguna sebagai uji skreening.

Pemeriksaan Gas Darah Arteri


Pemeriksaan ini membantu dalam mengkaji tingkat dimana paru-paru mampu
untuk memberikan oksigen yang adekuat dan membuang carbon dioksida serta tingkat
dimana ginjal mampu untuk menyerap kembali atau mengeksresi ion-ion bikarbonat
untuk mempertahnkan Ph darah yang normal.

Oksimetri Nadi
Adalah metode pemantauan non-invasif terhadap saturasi oksigen hemoglobin.
Sensor atau probe sekali pakai diletakkan pada ujung jari, dahi, daun telinga, atau
batang hidung. SaO2 normal adalah 95 % s.d 100 %. Nilai dibawah 85 %
menunjukkan bahwa jaringan tidak mendapat cukup suplai oksigen.

Pemeriksaan radiologi Dada


Rontgen dada rutin biasanya terdiri atas dua bidang projeksi anteroposterio
dan lateral.
Rontgen dada diambil saat inspirasi penuh. Tomografi memberikan bayangan
pada paru-paru pada bidang yang berbeda di dalam toraks, berguna pada pasien TB
dimana dapat memberikan gambaran infiltrt noduler, memperlihatkan rongga, dan
bronkiektase yang berkaitan dengan TB pulmonal.

Pemeriksaan Angiography Pembuluh-pembuluh pulmonary


untuk menyelidiki penyakit tromboembolik paru-paru, seperti emboli
pulmonal, dan abnormalitas kongenital pohon vaskular pulmonal.
Angograph pulmonal adalah penyuntikan cepat medium radiopaque kedalam
vaskula paru-paru untuk keperluan pemeriksaan radiograph pembuluh pulmonal.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menyuntikkan bahan radiopaque kedalam
vena atau salah satu atau kedua lengan (secara simultan) atau kedalam vena femoral,
dengan menggunakan jarum atau kateter yang sebelumnya telah dipasang didalam
arteri pulmonal yang besar atau percabangannya atau kedalam vena proksimal besar
kearteri pulmonal

Bronkoskopi
Adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung terhadap laring, trakea, dan bronki
baik melalui bronkoskop serat optik yang fleksibel atau bronkoskop yang kaku.

Bronkoskopi diagnostik bertujuan :


1. memeriksa jaringan dan mengumpulkan sekret.
2. menentukan lokasi dan keluasan proses prosespatologi dan untuk mendapatkan
contoh jaringanguna menegakkan diagnosis (dengan forsepbiopsi,kuretase, sikat
biopsi).
3. menentukan apakah suatu tumor dapat direseksiatau tidak melalui tindakan bedah.
4.mendiagnosa tempat perdarahan (sumberhemoptisis)

Bronkoskopi terapeutik bertujuan:


1. mrngangkat benda asing dari pohontrakeobronkial.
2. mengangkat sekresi yang menyumbat pohontrakeabronkial, ketika pasien tidak
dapatmembersihkannya.
3. memberikan pengobatan pascaoperatif padaatelektase.
4. menghancurkan dan mengeksisi lesi

Komplikasi bronkoskopi :
- reaksi terhadap anestesi lokal,
- infeksi,
- aspirasi,
- bronkospasme,
- hipoksemia
- pneumotoraks,
- perdarahan dan perfusi.

Torakoskopi
Adalah prosedur diagnostik dimana kavitas pleura diperiksa.Insisi kecil dibuat
kedalam kavitas pleura dalam suatu spasium interkosta, lokasi insisi tergantung pada
temuan-temuan klinis dan diagnostik.Setelah cairan yang ada dalam kavitas pleura
diaspirasi, mediastinoskop serat optik dimasukkan kedalam kavitas pleural dan
permukaannya diInspeksi melalui intstrumens tersebut. Indikasi torakoskopi adalah
untuk evaluasi diagnostik efusi pleura, penyakit pleura, dan pentahapan tumor.
Pemeriksaan Sputum
Secara umum kultur sputum digunakan untuk mendiagnosis pemeriksaan
sensitivitas obat, dan sebagai pedoman pengobatan. Ekspektorasi adalah metode yang
biasanya digunakan untuk mengumpulkan spesimen sputum. Pasien diintruksikan
untuk membersihkan hidung dan tenggorok dan membilas mulut untuk mengurangi
kontaminasi sputum.
Setelah melakukan beberapa kali napas dalam, pasien membatukkan
(meludahkan), menggunakan diafragma dan mengeluarkan kedalam wadah steril.

Torasentesis
Adalah aspirasi cairan pleural untuk tujuan diagnosa dan terapeutik. Biopsi
jarum pleura mungkin dilakukan pada saat yang bersamaan dengan tindakan
torasentesis.

Biopsi Pleura
Biopsi pleural diselesaikan dengan biopsi jarum pleural atau dengan
pleuroskopi, yang merupakan eksplorasi visual bronkoskopi serat optik yang
dimasukka kedalam spasium pleural.
Biopsi pleural dilakukan ketika terdapat kebutuhan untuk kultur atau
pewarnaan jaringan untuk mengidentifikasi tuberkulosis atau fungi

Pemindaian paru perfusi


Dilakukan dengan menyuntikkan agen radioaktif (teknetium) kedalam vena
perifer dan kemudian dada dan tubuh lainnya dipindai untuk mendeteksi radiasi.
Prosedur ini digunakan secara klinis untuk mengukur integritas pembuluh pulmonal
relatif terhadap tekanan darah dan untuk mengevaluasi abnormalitas aliran darah
seperti yang terjadi pada emboli.
Waktu pencitraan 20 s.d 40 menit. Selama waktu tersebut pasien akan
berbaring dibawah kamera dengan masker yang dipasangkan diatas hidung dan mulut
selama waktu pemeriksaan.

Pemindiain ventilasi
Dilakukan setelah pemindaian perfusi.pasien melakukan napas dalam untuk
menghirup oksigen dan gas radioaktif (xenon, kripton), yang berdifusi keseluruh
paru.Pemindaian dilakukan untuk mendeteksi abnormalitas paru terutam bronkitis,
asma, fibrosis inflamatorik, pneumonia, empisema, dan kanker paru.

Pemindaian Inhalasi
Dilakukan dengan memberikan droplet bahan radioaktif melalui ventilator
tekanan posistif. Pemindaian ini bermanfaat terutama dalam memvisualisasi trakea
dan jalan napas besar.

Pemindaian gallium
Adalah pemindaian paru radioisotop yang digunakan untuk mendeteksi
kondisi-kondisi inflamatorik, abses, adesi, dan keberadaan dan lokasi tumor setelah
kemoterapi dan radiasi.

Prosedur biopsi paru


Ada 3 biopsi paru non bedah dengan angka kesakitan yang rendah yaitu:
1. Penyikatan bronkial trankateter à prosedur ini berguna untuk evaluasi sitologi lesi
paru dan untuk identifikasi organisme patogenik, metode ini hanya menyagkut
pemasukan kateter melalui membrane transkrikotiroid dengan pungsi jarum, setelah
prosedur ini pasien diinstruksikan untuk menekankan jari atau ibu jari diatas tempat
pungsi ketika batuk untuk menghambat kebocoran udara kedalam jaringan sekitarnya.

2. Biopsi jarum perkutan à aspirasi menggunakan jarum jenis spinal yang


memberikan spesimen jaringan untuk pemeriksaan histologi.

3. Biopsi paru tranbronkial à menggunakan forsep pemotong yang dimasukkan


dengan bronkoskop serat optik. Biopsi diindikasikan ketika diduga lesi paru dan
pemeriksaan sputum rutin, serta pencucian bronkoskop menunjukkan hasil negatif.
Anestesi diberikan sebelum prosedur. Kulit tempat biopsi dibersihkan dan dianestesi
dan dibuat insisi kecil. Jarum biopsi dimasukkan melalui insisi kedalam pleura dengan
pasien menahan napas saat midekspirasi.
Biopsi Nodus Limfe
Biopsi ini dilakukan untuk mendeteksi penyebaran penyakit pulmonal melalui
nodus limpe dan untuk menegakkan diagnosa atau prognosis pada penyakit seperti
penyakit hodgkin, sarkoidosis, penyakit jamur, tuberkulosis dan karsinoma.
Mediastinoskopi à pemeriksaan endoskopi mediastinum untuk mengeksplorasi dan
biopsi nodus limpe mediastinum yang mengaliri paru-paru. Biopsi dilakukan melalui
insisi suprasternal. Mediastinotomi anterior à insisi dibuat pada kartilago kosta kedua
atau ketiga. Mediastinum dieksplorasi, dan biopsi dilakukan pada nodus limpe yang
ditemukan. Drainase selang dada akan dibutuhkan setelah prosedur. Diagnmosis ini
sangat bermanfaat untuk menentukan apakah Lesi pulmonal dapat direseksi.

A. Terapi Modalitas Pada Sistem Respirasi

Hygiene Bronchial

Tujuannya Menghilangkan sekret sehingga proses ventilasi & oksigenasi optimal


Tindakan Hygiene Bronchial ; Chest Fisioterapi ( Postural Drainage, Perkusi & Vibrasi
Dada ), Nafas Dalam & Batuk Efektif

Adapun Chest Fisioterapi Tujuan :


- Melepaskan sekret yang ada di bronchial
- Memperbaiki Ventilasi
- Meningkatkan efesiensi otot-otot pernafasan

Persiapan Alat Sbb:


- Hand Scoon
- Tensi Meter
- Arloji
- Stetoskop
- Kom tertutup berisi cairan lysol
- Handuk kecil
- Bantal Penyangga
- Tissue

Postural Drainage
Ad. Pemberian posisi yang spesifik (Terapeutik) pada klien sehingga memungkinkan
lepasnya sekret di bronchial berdasarkan kekuatan gravitasi, Tujuannya untuk mencegah atau
mengurangi resiko obstruksi bronchus akibat akumulasi dari sekret

Posisi Postural Drainage


1.Head Down ( Lobus atas anterior segmen)
2.Prone ( Lobus bawah superior segmen )
3.Right Lateral ( Lobus bawah anterior basal segmen )
4.Left Lateral ( Lobus bawah lateral basal segmen )

Tehnik Postural Drainage


1.Kaji adanya suara nafas tambahan, jenis suara nafas tambahan, posisi
2.Pastikan tidak ada trauma dada, kerusakan dinding dada & tulang iga
3.Jika klien memerlukan bronchodilator/ nebulizer dapat diberikan sebelum postural drainage
4.Tempatkan klien dengan posisi yang sesuai
5.Instruksikan pada klien untuk mempertahankan posisi selama 3 – 10 menit
6.Berikan oksigen selama prosedur bila perlu

Perkusi Dada
Ad. Pengetokan dinding dada dengan tangan yang bertujuan melepaskan sekret yang melekat
pada saluran pernafasan

Tehnik Perkusi Dada


1.Letakkan handuk kecil pada daerah yang akan diperkusi
2.Tangan dibentuk seperti mangkuk dengan memfleksikan jari & meletakkan ibu jari
bersentuhan dengan jari telunjuk
3.Lakukan perkusi secara berlawanan antara kanan & kiri
4.Lakukan perkusi selama 3 – 5 menit pada setiap posisi

Vibrasi Dada
Ad. Tehnik manual untuk kompresi dan menggetarkan dinding dada untuk meningkatkan
efektivitas pelepasan sekret pada saluran nafas

Tehnik Vibrasi Dada


1. Lakukan vibrasi setelah melakukan perkusi
2.Tehnik ini dilakukan dengan cara meletakkan tangan berdampingan dengan jari-jari
ekstensi di atas dada
3.Lakukan vibrasi dada dengan kekuatan kontraksi dan relaksasi cepat dari otot- otot lengan
dan bahu
4.Lakukan vibrasi 8 kali per menit

Kontra Indikasi Chest Fisioterapi


1.Postural Drainage
* Peningkatan TIK
* Segera setelah makan
* Tidak mampu batuk
* Adanya gangguan hemodinamik

2.Perkusi & Vibrasi Dada


* Fraktur Iga
* Fraktur Dada
* Trauma Dada
* Mastektomi
* Osteoporosis
* Trauma Abdomen
* Trauma Servikal

Nafas Dalam & Batuk Efektif


Ad. Tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekret sehingga
mencegah side effect dari retensi sekret ( Pneumonia, Ateletaksis )

Tehnik Batuk Efektif & Nafas Dalam


1.Posisikan klien dalam posisi duduk di tepi tempat tidur / kursi
2.Klien dianjurkan memegang dada untuk merasakan pengembangan paru
3.Klien dianjurkan menarik nafas kemudian ditahan selama 3 – 5 detik lakukan sebanyak 2
kali
4.Klien dianjurkan menarik nafas kemudian ditahan selama 3 – 5 detik kemudian dibatukkan
5.Prosedur dapat diulang 5 – 10 kali
6.Catat karakter sputum, observasi keadaan umum klien
7.Lakukan oral Hygiene bila perlu

Tindakan kewaspadaan

Respon Batuk
Tindakan:
-Biarkan klien istirahat
-Laporkan bila klien memerlukan bronkhodilator
-Auskultasi area paru

Respon Hemoptisis
Tindakan
-Hentikan terapi dan laporkan segera ke dokter
-Ukur tanda – tanda vital
-Pertahankan kepatenan jalan napas
BAB III
KESIMPULAN

Pengkajian artinya adalah proses perolehan data. autoanamese adalah pengkajian langsung
dan anamese adalah wawancara. Tujuan utama pengkajian adalah untuk mengetahui data
pasien seakurat-akuratnya. Data yang harus di peroleh dalam pengkajian yaitu data dasar dan
data fokus.

Tujuan Pengumpulan Data :

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klian.


2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien

Tipe data :

1. Data subyektif : data yang didapat dari klien melalui pengelihatan langsung
2. Data Obyektif : data yang didapat dengan cara diukur

Cara mendapatkan data yang baik:

1. Jaga kerahasiaan
2. Sebutkan nama
3. Jelaskan tujuan wawancara
4. Jaga kontak mata
5. Usahakan tidak tergesa

Cara pengkajian :

1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaaan fisik
4. Rekammedik
5. Pemeriksaan penunjang (misal fotoronsen)

Daftar Pustaka

https://dokumen.tips/documents/5-terapi-modalitas-sistem-respirasi.html
https://www.google.com/search?q=vesikuler%2C+bronkevesikuler%2C+broncial
KMB-2-Komprehensif.pdf

Anda mungkin juga menyukai