Disusun Oleh :
Kelompok 3 :
1. Apriella C.S. Simangunsong (2002045)
2. Febri Oksi (
3. Indah Slovenia Talsa (
4. Inet Fitrianis (
5. Sonya Lesmana (2002068)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Keperawatan Medikal Bedah ‘Teknik Pengkajian dan Terapi Modalitas Pada Sistem
Respirasi’
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Infeksi saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan
dengan infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala
serta gangguan yang relative ringan sampai pneumonia berat. (Andriansyah, 2014)
Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut
terlibat dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen (O2)
antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbondioksida (CO2) antara darah dan
atmosfer. Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan
atmosfer, sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah
sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal (pernapasan selular) berlangsung
diseluruh system tubuh. Yang termasuk struktur utama system pernapasan adalah
saluran udara pernapasan, terdiri dari saluran napas atas dan saluran napas bawah,
serta paru (parenkim paru). (Molenaar, Rampengan, & 2S. R. Marunduh, 2014).
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran yang penting dalam
rangka mengembangkan dan memajukan suatu industri. Oleh sebab itu pekerja
harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan dan pencegahan.
Sehingga semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat
menerapkan K3 di lingkungan kerjanya. (Sumarna, Naiem, & Russeng, 2013)
Di Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan status
perekonomian yang masih terbilang belum seimbang sehingga mengakibatkan
masyarakat berusaha keras bekerja memenuhi kebutuhan hingga mereka
terkadang melupakan arti kesehatan. Pada masa sekarang ini asma merupakan
penyakit pernapasan yang lazim terjadi di masyarakat, dengan perkembangan
teknologi dalam dunia kedokteran dan dari hasil penelitian dapat diketahui suatu
cara pengobatan dan pencegahan penyakit yang berguna dan dapat dimanfaatkan
seluruh umat manusia. Asma terjadi pada sembarangan golongan usia, sekitar
setengah kasus terjadi pada anakanak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia
40 tahun. Hampir 17%dari semua rakyat amerika mengalami asma dalam satu
kurun waktu tertentu dan dalam kehidupan mereka (Soemantri, 2008).
Asma adalah penyakit yang berhubungan dengan faktor genetik. Bahkan
menurut penelitian, sebanyak 30% penderita asma, memiliki keluarga dekat yang
juga menderita asma. Apabila seorang ibu menderita asma, maka kemungkinan
besar anaknya dapat menderita asma. Tetapi apabila seorang ayah yang menderita
asma maka kemungkinan anaknya menderita asma lebih kecil. Asma dapat
menular, penyakit dapat menular ke orang lain apabila penyakit tersebut
disebabkan oleh kuman, seperti parasit, bakteri, virus dan jamur. Asma dapat
disebabkan ketiga hal diatas walau ketiganya dapat menjadi pencetus serangan
asma. Jadi, asma tidak dapat menular (Smeltzer, 2002).
BAB II
PENGKAJIAN FISIK DAN PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK PADA SISTEM RESPIRASI
A. KELUHAN UTAMA
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini.Keluhan utama yang biasa muncul pada
klien gangguan kebutuhan oksigen dan karbondioksida antara lain : batuk,
peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.
1. Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit sistem pernafasan.
Tanyakan berapa lama klien batuk (misal 1 minggu, 3 bulan).Tanyakan juga
bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang spesifik (misal : pada malam hari,
ketika bangun tidur) atau hubungannya dengan aktifitas fisik.Tentukan batuk tersebut
apakah produktif atau non produktif, kongesti, kering.
3. Dyspnea
Dyspnea merupakan suatu persepsi kesulitan untuk bernafas/nafas pendek dan
merupakan perasaan subjektif klien.Perawat mengkaji tentang kemampuan klien
untuk melakukan aktifitas. Contoh ketika klien berjalan apakah dia mengalami
dyspnea ?.kaji juga kemungkinan timbulnya paroxysmal nocturnal dyspnea dan
orthopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru kronik dan gagal jantung kiri.
4. Hemoptysis
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan .Perawat
mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau
perut.Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah
dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan
hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis,
Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses
paru.
5.Chest Pain
Chest pain (nyeri dada) dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru.
Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk
membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, cardiac dan gastrointestinal. Paru-
paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap nyeri, tetapi iga, otot, pleura
parietal dan trakeobronkial tree mempunyai hal tersebut. Dikarenakan perasaan nyeri
murni adalah subjektif, perawat harus menganalisis nyeri yang berhubungan dengan
masalah yang menimbulkan nyeri timbul.
8. Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter
lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan
tubuh klien.
9) Kelainan pada bentuk dada :
a) Barrel Chest Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP
: T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
b) Funnel Chest (Pectus Excavatum) Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari
sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan
murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan
kerja.
c) Pigeon Chest (Pectus Carinatum) Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum,
dimana terjadi peningkatan diameter AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
d) Kyphoscoliosis Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu
pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan
muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.
Kiposis :meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan
klien tampak bongkok.
Skoliosis :melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral
10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada
Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura. 11)
Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus
(vibrasi).Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi
seperti : massa, lesi, bengkak.Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri.Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara.
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang
ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi :
Suara perkusi normal : - Resonan (Sonor)
- Dullness
- Tympany :
* bergaung, nada rendah dihasilkan pada jaringan
paru normal.
* dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
* musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
d. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakumendengarkan suara
nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara.Suara nafas normal dihasilkan
dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
b) Bronchovesikular :
merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya
terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi.Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding
dada.
c) Vesikular :
terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
d) Crackles
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar,
suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
3. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh
terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stress.Penyakit
pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan
dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau
ketidakmampuan.Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji
reaksi klien terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Ventilasi) Adalah suatu
kondisi dimana individu tidak mampu untuk batuk secara efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas (Kerusakan pada fisiologi Difusi) Kondisi dimana
terjadinya penurunan intake gas antara alveoli dan sistem vaskuler
3. Pola nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Transportasi) Adalah Suatu
kondisi tidak adekuatnya ventilasi berhubungan dengan perubahan pola nafas.
Hiperpnea atau hiperventilasi akan menyebabkan penurunan PCO2
Oksimetri Nadi
Adalah metode pemantauan non-invasif terhadap saturasi oksigen hemoglobin.
Sensor atau probe sekali pakai diletakkan pada ujung jari, dahi, daun telinga, atau
batang hidung. SaO2 normal adalah 95 % s.d 100 %. Nilai dibawah 85 %
menunjukkan bahwa jaringan tidak mendapat cukup suplai oksigen.
Bronkoskopi
Adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung terhadap laring, trakea, dan bronki
baik melalui bronkoskop serat optik yang fleksibel atau bronkoskop yang kaku.
Komplikasi bronkoskopi :
- reaksi terhadap anestesi lokal,
- infeksi,
- aspirasi,
- bronkospasme,
- hipoksemia
- pneumotoraks,
- perdarahan dan perfusi.
Torakoskopi
Adalah prosedur diagnostik dimana kavitas pleura diperiksa.Insisi kecil dibuat
kedalam kavitas pleura dalam suatu spasium interkosta, lokasi insisi tergantung pada
temuan-temuan klinis dan diagnostik.Setelah cairan yang ada dalam kavitas pleura
diaspirasi, mediastinoskop serat optik dimasukkan kedalam kavitas pleural dan
permukaannya diInspeksi melalui intstrumens tersebut. Indikasi torakoskopi adalah
untuk evaluasi diagnostik efusi pleura, penyakit pleura, dan pentahapan tumor.
Pemeriksaan Sputum
Secara umum kultur sputum digunakan untuk mendiagnosis pemeriksaan
sensitivitas obat, dan sebagai pedoman pengobatan. Ekspektorasi adalah metode yang
biasanya digunakan untuk mengumpulkan spesimen sputum. Pasien diintruksikan
untuk membersihkan hidung dan tenggorok dan membilas mulut untuk mengurangi
kontaminasi sputum.
Setelah melakukan beberapa kali napas dalam, pasien membatukkan
(meludahkan), menggunakan diafragma dan mengeluarkan kedalam wadah steril.
Torasentesis
Adalah aspirasi cairan pleural untuk tujuan diagnosa dan terapeutik. Biopsi
jarum pleura mungkin dilakukan pada saat yang bersamaan dengan tindakan
torasentesis.
Biopsi Pleura
Biopsi pleural diselesaikan dengan biopsi jarum pleural atau dengan
pleuroskopi, yang merupakan eksplorasi visual bronkoskopi serat optik yang
dimasukka kedalam spasium pleural.
Biopsi pleural dilakukan ketika terdapat kebutuhan untuk kultur atau
pewarnaan jaringan untuk mengidentifikasi tuberkulosis atau fungi
Pemindiain ventilasi
Dilakukan setelah pemindaian perfusi.pasien melakukan napas dalam untuk
menghirup oksigen dan gas radioaktif (xenon, kripton), yang berdifusi keseluruh
paru.Pemindaian dilakukan untuk mendeteksi abnormalitas paru terutam bronkitis,
asma, fibrosis inflamatorik, pneumonia, empisema, dan kanker paru.
Pemindaian Inhalasi
Dilakukan dengan memberikan droplet bahan radioaktif melalui ventilator
tekanan posistif. Pemindaian ini bermanfaat terutama dalam memvisualisasi trakea
dan jalan napas besar.
Pemindaian gallium
Adalah pemindaian paru radioisotop yang digunakan untuk mendeteksi
kondisi-kondisi inflamatorik, abses, adesi, dan keberadaan dan lokasi tumor setelah
kemoterapi dan radiasi.
Hygiene Bronchial
Postural Drainage
Ad. Pemberian posisi yang spesifik (Terapeutik) pada klien sehingga memungkinkan
lepasnya sekret di bronchial berdasarkan kekuatan gravitasi, Tujuannya untuk mencegah atau
mengurangi resiko obstruksi bronchus akibat akumulasi dari sekret
Perkusi Dada
Ad. Pengetokan dinding dada dengan tangan yang bertujuan melepaskan sekret yang melekat
pada saluran pernafasan
Vibrasi Dada
Ad. Tehnik manual untuk kompresi dan menggetarkan dinding dada untuk meningkatkan
efektivitas pelepasan sekret pada saluran nafas
Tindakan kewaspadaan
Respon Batuk
Tindakan:
-Biarkan klien istirahat
-Laporkan bila klien memerlukan bronkhodilator
-Auskultasi area paru
Respon Hemoptisis
Tindakan
-Hentikan terapi dan laporkan segera ke dokter
-Ukur tanda – tanda vital
-Pertahankan kepatenan jalan napas
BAB III
KESIMPULAN
Pengkajian artinya adalah proses perolehan data. autoanamese adalah pengkajian langsung
dan anamese adalah wawancara. Tujuan utama pengkajian adalah untuk mengetahui data
pasien seakurat-akuratnya. Data yang harus di peroleh dalam pengkajian yaitu data dasar dan
data fokus.
Tipe data :
1. Data subyektif : data yang didapat dari klien melalui pengelihatan langsung
2. Data Obyektif : data yang didapat dengan cara diukur
1. Jaga kerahasiaan
2. Sebutkan nama
3. Jelaskan tujuan wawancara
4. Jaga kontak mata
5. Usahakan tidak tergesa
Cara pengkajian :
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaaan fisik
4. Rekammedik
5. Pemeriksaan penunjang (misal fotoronsen)
Daftar Pustaka
https://dokumen.tips/documents/5-terapi-modalitas-sistem-respirasi.html
https://www.google.com/search?q=vesikuler%2C+bronkevesikuler%2C+broncial
KMB-2-Komprehensif.pdf