Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA

Disusun Oleh:

Program Studi S1 Keperawatan Tingkat 2A

Kelompok 1

1. Acep Zamzam Hidayat C2014201006


3. Adela Nur Fadhillah C2014201025
4. Galih Nugraha C2014201032
5. Hopipah Dewi Iriani C2014201027
6. Miftah Nurhakim C2014201011
7. Natasya Fahrunnisa C2014201035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat karunia beliau kita semua masih
diberi kesehatan, sehingga bisa menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam tidak
lupa tercurah limpahkan kepada jungjunan kita yakni Nabi Muhammad SAW, tidak lupa
kepada keluarga nya, sahabat nya, serta kita sebagai pengikut nya mudah-mudahan setia
sampai akhir jaman.

Kami sebagai penyusun makalah ini mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan kesehatan bagi kita semua, baik itu sehat fisik, jasmani dan rohani
dan juga kelancaran dalam menyusun makalah ini. Sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
dari Mata Kuliah AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN dengan lancar tanpa
hambatan.

Makalah ini memang jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan kesalahan di
dalam nya. Untuk itu kami sebagai penyusun makalah ini meminta saran dan kritik untuk
kami memperbaiki nya.

Terimakasih semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat untuk pembacanya.

Tasikmalaya, 29 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit pada saluran pernapasan yang bersifat kronis. Kondisi
ini disebabkan oleh peradangan saluran pernapasan yang menyebabkan
hipersensitivitas bronkus terhadap rangsang dan obstruksi pada jalan napas. Gejala
klinis dari penyakit asma yang biasanya muncul berupa mengi (wheezing), sesak
napas, sesak dada dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dengan
keterbatasan aliran udara ekspirasi. Gejala Gejala tersebut biasanya akan
memburuk pada malam hari, terpapar alergen (seperti debu, asap rokok) atau saat
sedang mengalami sakit seperti demam (Global Initiative of Asthma 2018) Asma
merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan di masyarakat dan
memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Asma tidak hanya menyerang
anak-anak melainkan seluruh kelompok usia. Saat ini diperkirakan sebanyak 235
juta orang menderita asma didunia (WHO 2017). Berdasarkan laporan WHO
Desember 2016, tercatat pada tahun 2015 sebanyak 383.000 orang meninggal
karena asma. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun
2018 jumlah pasien asma di Indonesia sebesar 2,4 % (Balitbangkes 2018).
Masalah yang sering dialami pada pasien asma adalah sesak napas. Sesak napas
ini terjadi karena obstruksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh menebalnya
dinding saluran napas yang ditimbulkan oleh peradangan dan edema yang dipicu
oleh pengeluaran zat histamine, tersumbatnya saluran napas oleh sekresi
berlebihan mukus kental, hiperresponsitivitas saluran napas yang ditandai oleh
konstriksi hebat saluran napas kecil akibat spasme otot polos di dinding saluran
napas (Sherwood 2012). Obstruksi bertambah berat saat melakukan ekspirasi
karena fisiologis pernapasan menyempit pada fase tersebut. Diameter bronkiolus
lebih banyak berkurang pada saat ekspirasi daripada selama inspirasi karena
terjadi peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa sehingga menekan
bagian luar bronkiolus dan menutupnya saluran napas cenderung sangat
meningkat karena tekanan positif dalam dada selama eskpirasi. Hal ini
menyebabkan udara distal tempat terjadinya obstruksi tidak dapat 3 diekspirasikan
sehingga volume udara yang masuk dan keluar tidak seimbang. Penyempitan pada
saluran napas ini akan mengakibatkan kesulitan dalam ekspirasi (Guyton and Hall
2012). Kesulitan dalam melakukan ekspirasi pada pasien asma dapat diukur
dengan tes objektif. Tes yang digunakan adalah dengan pengukuran laju arus
puncak ekspirasi (APE) (Francis 2011). Arus puncak ekspirasi (APE) adalah
kecepatan aliran eskpirasi maksimum yang dapat dicapai oleh seseorang,
dinyatakan dalam liter/menit. Pengukuran APE dapat dilakukan dengan
menggunakan peak flow meter. Penggunaan peak flow meter dapat dilakukan
dengan cara meminta pasien untuk mengambil napas dalam-dalam, lalu
melakukan suatu tiupan ekspirasi maksimal yang kuat dan cepat melalui mulut.
Nilai yang muncul pada peak flow meter bergantung pada umur, jenis kelamin,
dan tinggi badan (Muttaqin 2008). Beberapa penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan penurunan arus puncak ekspirasi pada pasien dengan asma.
Penelitian yang dilakukan oleh Novarin (2015) menunjukkan nilai arus puncak
ekspirasi pasien asma sebelum diberikan perlakuan mengalami penurunan. Nilai
rata rata puncak arus ekspirasi pada 11 orang responden adalah 52,14% yang
mengindikasikan terjadinya kesulitan ekspirasi (Novarin 2015). Penelitian lain
dilakukan oleh Pangestuti dan Widayati (2015) menunjukkan nilai arus puncak
ekspirasi pasien sebelum diberikan perlakuan juga mengalami penurunan. Nilai
rata rata arus puncak ekspirasi dari 14 orang responden adalah 78,99% yang
mengindikasikan terjadinya kesulitan saat melakukan ekspirasi (Pangestuti and
Widayati 2015).
Penurunan arus puncak ekspirasi mengindikasikan adanya obstruksi pada saluran
nafas dan kesulitan dalam mengeluarkan CO2 sehingga CO2 mengalami
penumpukan dan peningkatan di dalam alveolus ( Sudoyo, 2010). Penurunan nilai
APE mengakibatkan terperangkapnya CO2 dibagian distal paru sehingga paru
menjadi kolaps dan adanya air tapping (udara terperangkap dalam alveoli) yang
mengakibatkan penurunan perbedaan tekanan parsial alveoli dan kapiler yang
berdampak pada proses difusi (Sudoyo 2010). Difusi adalah perpindahan O2 dan
CO2 yang melintasi membrane alveolus kapiler (Bararah 2013). Proses difusi
akan mengalami hambatan sehingga terjadi hipoksemia. Hipoksemia merupakan
suatu keadaan yang menggambarkan terjadinya penurunan oksigen dalam darah.
Hipoksemia akan menyebabkan hiperkapnia dan apabila hiperkapnia tidak
ditangani akan bertambah buruk dan menyebabkan asidosis respiratorik atau gagal
napas (Sudoyo 2010). Penurunan arus puncak ekspirasi memberikan dampak
serius tehadap sistem pernapasan. Penurunan terhadap APE perlu untuk
diminimalisir untuk mengurangi dampaknya. Untuk meminimalisir dampak dari
penurunan APE, diperlukan suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan
volume udara saat ekspirasi. Meningkatkan volume udara ekspirasi memerlukan
kekuatan dari otot otot pernapasan terutama otototot ekspirasi untuk melakukan
ekspirasi maksimum dan mengontrol sesak napas, sehingga perlu dilakukan
latihan pernapasan (Potter and Perry 2010).
B. Rumusan masalah
“Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dewasa Asma dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dewasa asma dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui definisi dari asma beserta jenisnya
- Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari asma
- Mengerti tanda dan gejala dari asma
- Memahami nursing pathway dari asma

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA
A. Definisi Asma
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan di antar episode penyempitan
bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal ( Syilvia A.price ).
Asma dibedakan jadi dua jenis :
1. Asma Bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi.
Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa dating
secara tiba-tiba. Jika tidak mendapat pertolongan secepatnya,risiko kematian bisa
dating. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang
menyebabkan penyempitan saluran pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini
akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan, pembengkakan saluran selaput
lender, dan pembentukan timbunan lender yang berlebihan.
2. Asma Kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung, Gejala asma kardial biasanya
terjadi pada malam hari, disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian ini disebut
nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.
B. Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma yaitu inflamasi dan
respons saluran napas yang berlebihan yang ditandai dengan adanya kalor ( napas
karena vasolidasi ), tumor ( esudasi plasma dan edema ), dolor ( rasa sakit karena
rangsangan sensori ), dan function laesa ( fungsi yang terganggu ). Dan yang harus
disertai dengan infiltrasi sel-sel radang. ( Sudoyo Aru dkk )
Sebagai pemicu timbulnya serangan – serangan dapat berupa infeksi ( infeksi virus
RSV ), iklim ( perubahan mendadak suhu , tekanan udara ), inhalan ( debu, kapuk,
tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap,uap cat ),
makanan ( putih telur, susu sapi,kacang tanah, coklat, biji-bijian,tomat ), obat,
( aspirin ), kegiatan fisik ( olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak – bahak ) dan
emosi .
C. FAKTOR PENCETUS
Faktor Pencetus Menuurut Muttaqin (2012) faktor yang dapat menimbulkan serangan
asma bronkial adalah sebagai berikut :
1. Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu rumah
(Dhermatophagoides pteronissynus), spora jamur kucing, bulu bianatang,
beberapa makanan laut, dan sebagainnya.
2. Infeksi saluran pernafasan Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh
virus. Virus influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa
serangan asma ditimbulkan oleh infeksi saluran pernafasan.
3. Tekanan jiwa Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena
banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asma
bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada orang
yang agak labil kepribadiannya. Hal ini telah menonjol pada wanita dan anak-
anak.
4. Olahraga/kegiatan jasmani yang berat Sebagian penderita asma bronkhial akan
mendapatkan serangan asma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang
berlebihan. Lari cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan yang mudah
menimbulkan serangan asma serangan asma karena kegiatan jasmani (exercise
induced asma-EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat
dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
5. Obat-obatan Beberapa klien dengan asma bronkial sensitif atau alergi terhadap
obat tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker. Kodein, dan sebagainya.
6. Polusi udara Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap
pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan
oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
7. lingkungan kerja lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus
yang menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkhial.
D. PATOFISIOLOGI
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh liimfosit T
dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE yang
berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma bersifat
airborne dan agar dapat 15 menginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus
tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu. Akan tetapi, sekali
sensitivitasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan respons yang sangat baik,
sehingga kecil alergen yang mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi
penyakit yang jelas. Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode
akut asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis betaadrenergik,
dan bahan sulfat. Sindrom pernafasan sensitif-aspirin khususnya terjadi pada orang
dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini
biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis
hiperplastik dengan polip nasal. Baru kemudian muncul asma progresif. Klien yang
sensitif terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan pemberian obat setiap hari.
Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang juga akan terbentuk terhadap agen
anti-inflamasi non-steroid lain. Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme
karenaa penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan
dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh aspirin. Antagonis
β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas pada klien asma, sama
halnya dengan klien lain, dapat menyebabkan peningkatan reaktivitas jalan nafas dan
hal tersebut harus dihindari. Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan
natrium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan dalam
industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat 16
menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada klien yang sensitif. Pajanan biasnya
terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa ini, seperti
salad, buah seger, kentang, kerang, dan anggur. Pencetus-pencetus serangan di atas
ditambah dengan pencetus lainnya dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya
reaksi antigen dan antibodi. Reaksi antigen-antibodi ini akan mengeluarkan substansi
pereda alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi
serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamin, bradikinin, dan anafilaktosin.
Hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot
polos, peningkatan permeabilitas kapiler, dan peningkatan sekret mukus. (Soemantri,
2009).
E. Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit asma meliputi:
1. Status asmatik
2. Gagal nafas (respiratory failure) (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2012)
3. Pneumothorax
4. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
5. Atelektasis
6. Aspirasi
7. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas
8. Asidosis (Wijaya & Putri, 2013)

F. Klasifikasi

Klasifikasi Asma Menurut GINA, tahun 2017 Klasifikasi asma berdasarkan tingkat
keparahannya dibagi menjadi empat yaitu :

a. Step 1 (Intermitten)

Gejala perhari ≤ 2X dalam seminggu. Nilai PEF normal dalam kondisi serangan asma.
Exacerbasi: Bisa berjalan ketika bernapas, bisa mengucapkan kalimat penuh. Respiratory
Rate (RR) meningkat. Biasanya tidak ada gejala retraksi dinding dada ketika bernapas.
Gejala malam ≤ 2X dalam sebulan. Fungsi paru PEF atau PEV 1 Variabel PEF ≥ 80%
atau < 20%

b. Step 2 (Mild Intermitten)

Gejala perhari ≥ 2X dalam seminggu, tapi tidak 1X sehari. Serangan asma diakibatkan
oleh aktivitas. Exaserbasi: membaik ketika duduk, bisa mengucapkan kalimat frase, RR
meningkat, kadang-kadang menggunakan retraksi dinding dada ketika bernapas. Gejala
malam ≥ 2X dalam sebulan. Fungsi paru PEF tau PEV1 Variabel PEF ≥ 80% ATAU
20%-30%

c. Steep 3 (Moderate Persistent)

Gejala perhari bisa setiap hari, serangan asma diakibatkan oleh aktivitas. Exaserbasi:
Duduk tegak ketika bernapas, hanya dapat mengucapkan kata per kata, RR 30x/menit,
biasanya menggunakan retraksi dinding dada ketika bernapas. Gejala malam ≥ 1X dalam
12 seminggu. Fungsi paru PEF atau PEV1 Variabel PEF 60%-80% atau > 30%

d. Step 4 (Severe Persistent)


Gejala perhari, sering dan aktivitas fisik terbatas. Eksacerbasi: Abnormal pergerakan
thoracoabdominal. Gejala malam sering muncul. Fungsi paru PEF atau PEV1 Variabel
PEF ≤60% atau >30% Menurut Francis (2008), asma akut dapat diklarifikasikan kedalam
tiga kelompok sebagai berikut: 1) Ringan sampai sedang: mengi atau batuk tanpa distress
berat, dapat berbicara atau mengobrol secara normal, nilai aliran pendek lebih dari 50%
nilai terbaik. 2) Sedang sampai berat: mengi atau batuk dengan distress, berbicara dalam
kalimat atau frasa pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan beberapa derajat
saturasi oksigen jika diukur dengan oksimetri nadi. Didapatkan nilai saturasi 90% - 95%
jika diukur dengan oksimetri nadi perifer. 3) Berat, mengancam nyawa: Distress
pernapasan berat, kesulitan berbicara, sianosis, lelah dan bingung, usaha respirasi buruk,
sedikit mengi (silent chest) dan suara napas lemah, takipnea, bradikardi, hipotensi, aliran
puncak kurang dari 30% angka prediksi atau angka terbaik, saturasi oksigen kurang dari
90%. Jika diukur dengan oksimetri perifer.

G. TANDA DAN GEJALA


Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom yang dihasilkan
mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan kompleks gejala klinis termasuk
obstruksi jalan nafas reversible. Ciri-ciri yang sangat penting dari sindrom ini, di
antaranya dispnea, suara mengi, obstruksi jalan nafas reversible terhadap bronkodilator,
bronkus yang hiperresponsitif terhadap berbagai stimulasi baik yang spesifik maupun
yang nonspesifik, dan peradangan saluran pernafasan. Semua ciri-ciri tadi tidak harus
terdapat bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak nafas.
Gejala yang sering terlihat jelas adalah penggunaan otot nafas tambahan, dan timbulnya
pulsus paradoksus (Djojodibroto, 2016)
a) Batuk: berat, ringan, berdahak, kering, di malam hari, selama berolahraga atau kronis
b) Pernapasan: sesak, sulit bernapas, bernapas dengan cepat, bernapas melalui mulut,
infeksi saluran pernapasan yang sering terjadi, napas cepat atau napas pendek saat
malam
c) Juga umum: tekanan dada, bangun terlalu awal, denyut jantung cepat, iritasi
tenggorokan atau kegelisahan
H. Gambaran Klinik
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
a. Batuk berdahak ( + ) kental berwana putih
b. Ronchi ( + ) di lobus apeks anterior dekstra & sinistra
c. Wheezing (+),
d. Ig E naik
e. Ttv : Frekuensi nafas 30x/ menit
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : kadar Hb : 11 gr/dl
3. Pemeriksaan EEG ( untuk mengetahui aktifitas kelistrikan dari otak untuk
mendeteksi adanya kelainan otak.
4. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak floe rate meter
5. Uji reversibilitas ( dengan bronkodilator )
6. Uji provokasi bronkus
7. Uji alergi untuk menilai ada tidaknya alergi
J. Fathway
LAPORAN KASUS
ASMA

Seorang laki-laki berusia 30 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam, dengan keluhan
sesak , batuk berdahak (+) kental berwarna putih sulit dikeluarkan , hasil
pemeriksaan menunjukan ronchi (+) di lobus apeks anterior dekstra & sinistra,
wheezing (+), Ig E ↑, didapat riwayat serangan muncul setelah kontak dengan debu .
TTV menunjukan frekuensi napas 30 x/menit , irama irregular, CRT < 2”. Pasien
tampak lemas, mengeluh tidak nafsu makan, BMI : 18, kadar Hb : 11 gr/dl,
terpasang kateter (jumlah urine : 400ml), aktifitas dibantu keluarga. Perawat
merencanakan tindakan kolaborasi nebulizer, dan memberikan informed consent.

1. Sebutkan data focus pengkajian pada kasus diatas yang menjadi acuan
penegakkan diagnose medis pada kasus diatas? . Sebutkan data focus
pengkajian lain yang harus perawat lakukan /kaji untuk menegakkan secara
pasti diagnose medis pada kasus diatas!

A. Anamnesa
1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Nama : Tn.C
Umur : 30 Th
Ttl : Tasikmalaya, 20 april 1991
Jenis kelamin : L.
Agama : Islam
Status perkawainan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
No CM : 103055XX
Diagnosa medis : Asma
Alamat : Kp. Cikaler, Rt. 32 Rw.08, Ds. Kondangjajar, Kec.
Cijulang

b) Identitas penanggung jawab


Nama : Ny.A
Umur : 27 th
Hub. Dengan pasien : Isteri
Jenis kelamin :P
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Kp. Cikaler, Rt. 32 Rw.08, Ds. Kondangjajar, Kec.
Cijulang

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak
b) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke rumah sakit Umum Daerah Dokter Suekarjo bersama
keluarga melalui Instalasi Gawat Darurat ( IGD ), pada hari kamis , 15
Agustus 2021, pukul 08.00 WIB. Dengan keluhan sesak , batuk berdahak (+)
kental berwarna putih sulit dikeluarkan , hasil pemeriksaan menunjukan ronchi
(+) di lobus apeks anterior dekstra & sinistra, wheezing (+), Ig E ↑, didapat
riwayat serangan muncul setelah kontak dengan debu. Pasien tampak lemas,
mengeluh tidak nafsu makan, BMI : 18, kadar Hb : 11 gr/dl, terpasang kateter
(jumlah urine : 400ml), aktifitas dibantu keluarga
Tanda-tanda vital :
Frekuensi nafas 30x/menit irama irregular , CRT < 2”
c) Riwayat penyakit masalalu
Pasien mengatakan
d) Riwayat Kesehatan keluarga
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya, keluarga pasien mengatakan tidak
ada keluarga yang mempunyai Riwayat penyakit yang sama seperti di alami
pasien saat ini.

B. Klinis
Dari anamnesis dapat di temukan tanda dan gejala
1. Sesak nafas
2. Batuk
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Pasien tampak sesak dan tampak lemas
2. Kesadaran : Composmetis
3. TTV : TD : -
: N: -
: R : 30X/menit
:S:-
4. ronchi (+) di lobus apeks anterior dekstra & sinistra,
wheezing (+), Ig E ↑, BMI : 18, kadar Hb : 11 gr/dl, terpasang kateter (jumlah
urine : 400ml), aktifitas dibantu keluarga.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. BMI : 18,
2. kadar Hb : 11 gr/dl
3. Ig E ↑,

2. Analisa Data

N Data Fokus Etiologi Masalah


o
1. DS : Alergan : debu,spora, bulu Bersihan jalan
- Pasien mengatakan sesak ,
binatang nafas tidak efektif
- batuk berdahak (+) kental
berwarna putih sulit dikeluarkan
DO:
Reaksi antigen -antibody
- hasil pemeriksaan menunjukan
ronchi (+) di lobus apeks anterior
dekstra & sinistra,
Produksi substansi
- wheezing (+),
- Ig E ↑, vasoaktif( histamin,bradykinin,an
- didapat iwayat serangan muncul
afilaktosin)
setelah kontak dengan debu

Sekresi mucus
meningkat,oedemamukosa,
kontraksi otot polos meningkat

asma

B1 (Breathing)

Sekresi mucus meningkat

Produksi mucus meningkat

Penyempitan saluran nafas

Ronchi wheezing

Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. DS : B1 (Breathing) Ketidakefektifan
DO :
pola nafas
- TTV menunjukan frekuensi
napas 30 x/menit , Kontraksi otot polos
- irama irregular,
- CRT < 2
- wheezing (+), Brocncho spasme

Saluran pernafasan menyempit

Ventilasi terganggu
Dipsnea,tachipnea, penggunaan
otot bantu nafas

Pola nafas tidak efektif


3. DS: Asma Deficit nutrisi
- Pasien mengeluh tidak nafsu
makan
DO: B5 ( Bowel )
- Pasien tampak lemas
- BMI : 18, kadar Hb : 11 gr/dl,
- terpasang kateter (jumlah urine : Sputum
400ml),
aktifitas dibantu keluarga
Bau mulut

Nafsu makan menurun

Kebutuhan nutrisi kurang

3. Apakah diagnose keperawatan prioritas pada kasus diatas?


Diagnosa keperawatan
Diagnose 1 : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d adanya penumpukan
sputum
Definisi
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napasntetap paten.
Penyebab
a) Fisiologis
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Benda asing dalam jalan napas
4) Sekresi yang tertahan
5) Hyperplasia dinding jalan napas
b) Situsional
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan

Diagnosis 2 : Pola Napas Tidak Efektif b.d Tachipnea

Definisi

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Penyebab

1) Depresi pusat pernapasan


2) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan
3) Penurunan energi
4) Kecemasan

Diagnosis 3 : Defisit Nutrisi b.d nafsu makan pasien menurun

Penyebab

1) Ketidakmampuan menelan makanan


2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Sebutkan tindakan keperawatan prioritas, berdasarkan diagnosis (SIKI/NIC) pada
kasus diatas (sertakan bukti evidence based practice terbaru (junal), dengan analisis
PICOT, minimal : 3 buah, dan jelaskan rasional tindakan keperawatan tersebut
berdasarkan jurnal tersebut!

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Ketidakefekti Setelah Anjurkan klien Untuk
fan bersihan dilakukannya untuk membantu
jalan napas tindakan mengeluarkan menurunkan
keperawatan sekret dengan kekentalan
selama 1x24 jam batuk suction. sekret.
diharapkan Pantau Untuk
Mampu auskultasi suara mengetahui
melakukan batuk napas, catat adanya suara
efektif dan suara adanya suara. tambahan.
napas yang tambahan Untuk
bersih, mampu Monitor status mengetahui
mengeluarkan oksigen klien. keadaan status
sputum. pernapasan.
Menunjukkan
tidak ada suara
abnormal.
Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah
faktor yang dapat
menghambat jalan
napas.

2. Ketidakefekti Setelah Anjurkan klien Untuk


fan pola dilakukannya untuk mengetahui
napas tindakan memaksimalkan keadaan
keperawatan ventilasi. ventilasi klien.
selama 1x24 jam Anjurkan klien Untuk
diharapkan melakukan merelaksasikan
Melakukan fisioterapi dada. otot pada klien.
bernapas dengan Monitor Untuk
mudah, tidak ada respirasi dan mengetahui
sianosis dan status O2. adanya
dyspneu kecemasan
Menunjukkan klien terhadap
jalan napas yang oksigenasi.
paten (klien tidak
merasa tercekik,
irama napas,
frekuensi
pernapasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal.
Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.
3. Ketidakseimb Setelah Kolaborasi Untuk
angan nutrisi dilakukannya dengan ahli gizi. mengetahui
kurang dari tindakan Monitor jumah keadaan berat
kebutuhan keperawatan nutrisi dan badan klien
tubuh selama 1x24 jam kandungan dalam batas
diharapkan kalori. normal.
Berat badan ideal Anjurkan klien Untuk
sesuai dengan untuk mengetahui
tinngi badan. mendapatkan gizi seimbang
Mampu nutris yang yang
mengidentifikasi dibutuhkan. diperlukan
kebutuhan nutrisi. Anjurkan makan klien.
Menunjukkan sedikit demi Untuk tetap
peningkatan sedikit tapi mempertahank
fungsi sering an asupan
pengecapan makanan.
darimenelan.
Analisis PICOT
Jurnal 1 : “Asma Bronkial Dengan Bersihan Jalan Napas Di RSUD Pasar Rebo”
P=Population
Menurut organisasi kesehatan word 2017, di Indonesia ada 300 juta anak yang
menderita asma bronkial, 225% anak-anak meniggal karena asma bronkial di seluruh
dunia, sementara di Indonesia mencapai 24.773 orang dari jumlah total kematian dan
menempatkan Indonesia diurutan ke-19 dunia karena asma bronkial.
I=Intervensi
Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan desain penelitian deskriptif
kualitatif, pengolahan data in dilakukan untuk mengetahui seberapa besar presentase
dimulai dari pengkajian samai dengan evaluasi pada anak dengan kasus morbili di
ruang mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.
C=Comparison
Dalam jurnal ini tidak ada jurnal pembanding antara jurnal satu dengan jurnal
yang lain hanya ada satu jurnal saja.
O=Outcome
Dari observasi dalam penelitian ini juga diketahui bahwa penderita asma yang
teratur dalam penggunaan inhaler memiliki hasil Asthma Control Test (ACT) yang
lebih terkontrol dibandingkan dengan penderita asma yang tidak teratur dalam
pengggunaan inhaler.
T=Time
Penelitian ini diambil dari bulan November 2015 sampai dengan April 2016
(selama 6 bulan terakhir).

Jurnal 2 :
5. Sebutkan terapi medis pada kasus penyakit diatas, dan jelaskan efek samping terapi
yang perlu di monitor oleh perawat !
Terapi medis
Pemberian obat kortikosteroid
Efek samping yang perlu di monitor oleh perawat :
- Inhalasi kortikosteroid mempunyai efek sistemik yang lebih ringan dibandingkan
kortikosteroid oral, tetapi telah dilaporkan adanya efek samping. Dosis inhalasi
yang lebih tinggi selama periode yang panjang dapat memacu supresi adrenal,
sehingga setiap pasien yang menggunakan dosis tinggi harus dimonitor secara
ketat penggunaan kortikosteroidnya, terutama pada kondisi   yang dapat
menyebabkan stres (misal operasi).
- Monitor pemberian dosis inhalasi agar tidak melebihi dosis yang diperlukan
untuk pasien asma karena kepadatan mineral tulang menurun pada saat
penggunaan inhalasi dosis tinggi jangka lama yang menyebabkan pasien
mengalami osteoporosis
6. Evaluasi

No Diagnosa Evaluasi

1. Ketidak Efektifan Jalan Nafas S : Passien mengatakan sudah tidak sesak


dan dahaknya suda berkurang
O : Pasien terlihat membaik dan mampu
mengeluarkan dahaknya
A : Massalah teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan klien untuk
mengeluarkan sekret dengan
batuk suction.

2. Ketidak efektifan pola nafas S : Pasien mengatakan sudah mulai


membaik dan nafas tidak cepat
O : Pasien terlihat membaik dan
frekuensi nafas Kembali normal 23 x/
menit
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor respirasi dan status O2.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari S : Pasien mengaktan sudah mau makan


kebutuhan tubuh walau sedikit demi sedikit
O : Pasien terlihat membaik dan sudah
mau makan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

7. Isu etik :
Akibat perawat terlambat memberikan informed consent dan tindakan nebulizer sehingga pasien
tersebut memgalami sesak

Anda mungkin juga menyukai