Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


GAWAT DARURAT

NON TRAUMA

STATUS ASMATIKUS

Pembimbing : Ns. Zulmah Astuti.,M.Kep

DISUSUN OLEH

Hamdan Jaelani

2011102411070

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2023
KONSEP TEORI
a. Pengertian
Asma merupakan gangguan pada saluran bronkial dengan ciri
bronkopasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Bronkus
mengalami inflamasi atau peradangan dan hiperesponsif sehingga saluran
nafas menyempit dan menimbulkan kesulitan dalam bernafas. ((AMELIA,
2021)
Asma adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan
serangan sesak nafas dan mengi (wheezing), bervariasi beratdan
frekuensi serangannya dari orang ke orang, gejala bisa terjadi
beberapa kali sehari atau seminggu dipengaruhi faktor individual dan
beberapa orang menjadi buruk pada saat beraktivitas di malam
hari. (Asma, 2020)
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi
hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan allergen. Reaksi hipersensitif
pada bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus
(Febriana, 2019).
Asma didefinisikan sebagai suatu penyakit inflamasi kronis yang
terjadi pada saluran pernafasan sehingga menyebabkan penyempitan pada
saluran tersebut. Asma sering ditandai dengan gejala episodik berulang
seperti mengi, sesak napas, batuk, dan rasa tertekan di dada terutama pada
malam atau dini hari. Status asmatikus merupakan serangan asma yang
berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya serta tidak memberikan
respon terhadap terapi yang diberikan.

b. Etiologi
Asma terjadi dalam keluarga menunjukkan bahwa asma
merupakan gangguan yang diturunkan. Tampaknya, faktor lingkungan
(misal, infeksi virus, alergen, polutan) berinteraksi dengan faktor
keturunan mengakibatkan penyakit asma. Faktor lain yang memicu
termasuk keadaan pemicu (stress, tertawa, menangis), olahraga, perubahan
suhu dan bau-bau yang menyengat. Asma termasuk sebagai komponen
dari triad penyakit yaitu asma, polip nasal dan alergi aspirin (Joyce M. &
Jane Hokanson, 2014). Obstruksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh:
1. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan nafas.
2. Pembengkakan membrane bronkus.
3. Bronkus terisi oleh mucus yang kental.

c. Klasifikasi
Klasifikasi pada pasien asmatikus adalah batuk, dyspnoe (sesak
nafas), dan wheezing (terengah-engah). Pada sebagian penderita disertai
dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita
bernafas cepat, dalam, gelisa, duduk dengan tangan menyangga ke depan
serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma menurut (Utami, 2018) yaitu :
1) Tingkat I :
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi
paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun
dengan test provokasi bronkial di laboratorium.
2) Tingkat II :
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas (batuk,
sesak nafas, wheezing).
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3) Tingkat III :
a. Tanpa keluhan.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi
jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah
diserang kembali.
4) Tingkat IV :
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi
jalan nafas.
5) Tingkat V :
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akut yang berat bersifat refrakter (tak beraksi) sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel
d. Tanda dan Gejala
Gejala asma sering timbul pada malam dan pagi hari. Gejala yang
ditimbulkan berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam
hari, sesak napas saat bernapas (whezzing atau mengi) rasa tertekan
didada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak napas atau susah
bernapas. Gejala ini terjadi terjadi secara revelsibel dan episodic berulang
(Brunner & Suddarth, 2015). Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan
lingkungan, seperti berhadapan dengan bulu binatang, uap kimia,
perubahan cuaca, debu, obat ( aspirin, beta-blocker), olahraga berat,
serbuk, infeksi sistem respirasi, asap rokok dan stress.
Gejala asma dapat menjadi lebih buruk dengan terjadinya
komplikasi terhadap asma sehingga bertambahnya gejala terhadap distress
pernapasan yang biasa dikenal dengan Status Asmaticus. Status asmaticus
yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan whezzing, ronchi
ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa
berlangsung menjadi pernapsan labored (perpanjangan ekhalasi),
perbesaran vena leher, hipoksemia, respirasi sianosis, dyspnea dan
kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi
dibronkus maka suara whezzing dapat hilang dan biasanya menjadi
pertanda adanya bahaya gagal pernapasan.
Gejala asma dapat mengantarkan penderitanya berujung kematian
seketika, sehingga sangat penting sekali penyakit ini dikontrol dan
dikendalikan untuk kepentingan keselamatan bagi penderitanya (Bunner &
Suddarth, 2015). Menurut (Kurniati et al., 2018), Tanda dan gejalanya :
- Batuk menjadi gejala yang dominan
- Sputum bisa atau tidak ada
- Wheezing
- Nyeri dada atau Pleuritic chest pain
- Gejala seperti flu
e. Patofisiologi
Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan
penyakit yang disebabkan karena adanya penyempitan bronkus saja,
sehingga terapi utama pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti
betaegonis dan golongan metil ksantin saja. Namun, para ahli
mengemukakan konsep baru yang kemudian digunakan hingga kini, yaitu
bahwa asma merupakan penyakit inflamasi pada saluran pernafasan, yang
ditandai dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan respon yang berlebihan
terhadap rangsangan (hyperresponsiveness). Selain itu juga terdapat
penghambatan terhadap aliran udara dan penurunan kecepatan aliran
udara akibat penyempitan bronkus. Akibatnya terjadi hiperinflasi distal,
perubahan mekanis paru-paru, dan meningkatnya kesulitan bernafasan.
Selain itu juga dapat terjadi peningkatan sekresi mukus yang berlebihan
Secara klasik, asma dibagidalam dua kategori berdasarkan faktor
pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergi dan asma intrinsik atau
idiosinkratik. Asma ekstrinsik mengacu pada asma yang disebabkan
karena menghirup alergen, yang biasanya terjadi pada anak-anak yang
memiliki keluarga dan riwayat penyakit alergi (baik eksim, utikaria atau
hay fever). Asma instrinsik mengacu pada asma yang disebabkan oleh
karena faktor-faktor diluar mechanism imunitas, dan umumnya dijumpai
pada orang dewasa. Disebut juga asma non alergik, di mana pasien tidak
memiliki riwayat alergi. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya
asma antara lain : udara dingin, obat-obatan, stress, dan olahraga.
Seperti yang telah dikatakan diatas, asma adalah penyakit inflamasi
saluran napas. Meskipun ada berbagai cara untuk menimbulkan suatu
respons inflamasi, baik pada asma ekstrinik maupun instrinsik, tetapi
karakteristik inflamasi pada asma umunya sama, yaitu terjadinya infiltrasi
eosinofil dan limfosit serta terjadi pengelupasan sel-sel epitelial pada
saluran nafas dan dan peningkatan permeabilitas mukosa. Kejadian ini
bahkan dapat dijumpai juga pada penderita asma yang ringan. Pada pasien
yang meninggal karena serangan asma , secara histologis terlihat adana
sumbatan (plugs) yang terdiri dari mukus glikoprotein dan eksudat protein
plasma yang memperangkap debris yang berisi se-sel epitelial yang
terkelupas dan sel-sel inflamasi. Selain itu terlihat adanya penebalan
lapisan subepitelial saluran nafas. Respons inflamasi ini terjadi hampir di
sepanjang saluran napas, dan trakea sampai ujung bronkiolus. Juga terjadi
hiperplasia dari kelenjar-kelenjar sel goblet yang menyebabkan
hiperserkesi mukus yang kemudian turut menyumbat saluran napas
Penyakit asma melibatkan interaksi yang kompleks antara sel-sel
inflamasi, mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran napas. Sel-sel
inflamasi utama yang turut berkontribusi pada rangkaian kejadian pada
serangan asma antara lain adalah sel mast, limfosit, dan eosinofil,
sedangkan mediator inflamasi utama yang terlibat dalam asma adalah
histamin, leukotrein, faktor kemotaktik eosinofil dan beberapa sitokin
yaitu : interleukin
Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari
meningkatnya responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya
rangsangan dari luar, yang disebut alergen. Rangsangan ini kemudian akan
memicu pelepasan berbagai senyawa endogen dari sel mast yang
merupakan mediator inflamasi, yaitu histamin, leukotrien, dan faktor
kemotaktik eosinofil. Histamin dan leukotrien merupakan
bronkokonstriktor yang poten, sedangkan faktorkemotaktik eosinofil
bekerja menarik secara kimiawi sel-sel eosinofil menuju tempat terjadinya
f. Pathway

Paparan terhadap factor


predisposisi dan presipetasi

Reaksi hipersensitivitas
saluran nafas (bronkiolus)

Pengeluaran zat-zat

Spasme otot Sumbatan mukus Edema Imflamasi


dindingbronchus

Obstruksi saluran nafas Bersihan Jalan nafas


Alveoli tertutup
(bronchospasme) tidak efektif
Hipoksemia
Penerunan volume
aliran udara ke paru Defisit Pengetahuan
Asidosis
metabolik
Penyempitan Jalan nafas

Gangguan Pertukaran Gas


Penurunan volume aliran
udara ke paru

Upaya kompensasi tubuh


(Peningkatan kerja
pernafasan)

Hyperventilasi Nafsu makan Sesak nafas


menurun

Pola Nafas tidak Rasa tidak nyaman


Intake oral tidak ade
efektif
kuat
Gangguan Pola Tidur

Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
g. Pemeriksaan Penunjang : Lab, Radiologi, Usg, dll
- Pemeriksaan 1aboratorium, Pemeriksaan sputum, Pemeriksaan sputum
pada penderita asma akan didapati :
a. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
1. Kristal-kristal charcot leydenyang merupakan degranulasi dari
Kristal eosinophil
2. Spiral Curshman, yakni yang merupakan cest cell(sel cetakan)
dari cabang bronkus.
3. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
4. Netrofil dan eosinopil
b. Pemeriksaan Darah
1. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat
pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2. Kadang pada darah terdapat peningkatan dan SGOT dan LDH
3. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
4. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari
Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
- Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru
yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis,
serta diafragma yang menurun.
- Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
- Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru yaitu:
a. perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
- Scanning Paru
Dengan scaming paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-
paru
- Spirometri
reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma
adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator Pemeriksaan
spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pambenan bronkodilator
actosol (inhaler atau nebulizer).

h. Penatalaksanaan Medis
Penderita status asmatikus yang dirawat inap di ruangan, setelah dikirim
dari UGD dilakukan penatalaksaanan sebagai berikut.
1) Pemberian terapi oksigen dilanjutkan
2) Agonis B
3) Aminofilin
4) Kortikosteroid
5) Antikolonergik
6) Pengobatan Lainnya
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Survey Primer
- Airway : Ada tidaknya sumbatan jalan nafas
- Breathing : Bradipnea, tachicpne, apnea, suaranya biasanya
wheezing,ronchi.
- Circulation : Denyut jantung normal, Bradikardi, Tachikardi, Iramanya
S1, S2 atau Mur-mur.
- Disability : GCS, Midriasis, Miosis

b. Survey Sekunder
- Kepala : Simetris, Asimetris, Hematome, Lain – lain
- Rambut : Kotor, Berminyak, kering, rontok,
- Muka : asimetris, Bell spalsy, Kelainan Kongeneital
- Hidung : Asimetris, Epitaksis.
- Mulut : Simetris, Asimetris, Bibir Pucat
- Gigi : Karies, goyang, tambal, gigi palsu
- Lidah : Kotor, gerakan asimetris
- Tenggorokan : Faring merah, sulit menelan, tonsil membesar
- Leher : Pembesaran tiroid, pembesaran vena jugularis
- Dada : Asimetris, ronchi, wheezing,nyeri dada, tachikardi, bradikardi,
palpitasi
- Abdomen : Kembung, tegang, asites, tidak ada bising usus, nyeri
tekan
- Genetalia : Perdarahan, keputihan, hernia
- Integumen : Turgor dingin, decubitus, pucat
- Extermitas : Kekuatan otot, tremor, kejang.
c. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Ketidakseimbangan ventilasi- Gangguan
- Fokum meningkat perfusi. Pertukaran
pada pernafasan
Do :
- Frekuensi napas
meningkat.
- Penggunaan otot
bantu napas.
- Napas megap-
megap (gasping).
- Upaya napas dan
bantuan ventilator
tidak sinkron.
- Nafas Dangkal.
- Agitasi.
- Nilai gas darah
arteri abnormal.
- Auskultasi suara
inspirasi
menurun.
- Warna kulit
abnormal (mis.
pucat, sianosis).
- Napas paradoks
abdominal.
- Diaforesis.
- Ekspresi wajah
takut.

2 Ds : Hipersekresi Jalan Nafas Bersihan


- Dispnea Jalan Napas
- Ortopnea Tidak Efektif

Do:
- Mengi, wheezing
dan / atau ronkhi
kering
- Gelisah.
- Sianosis.
- Bunyi napas
menurun.
- Frekuensi napas
berubah.
- Pola napas
berubah.
3. Ds : Kurang terpapar informasi Ansietas
- Merasa khawatir (takut sulit bernafas
dengan akibat disebabkan gagal nafas yang
- Sulit berat)
berkonsentrasi
- Merasa tidak
berdaya
- Palptasi
Do :
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Frekuensi napas
meningkat.
- Frekuensi nadi
meningkat.
- Tekanan darah
meningkat.
- Diaforesis.
- Tremos.
- Muka tampak
pucat.
-
4 Ds: Ketidakseimbangan antara Intoleransi
- Merasa tidak suplai dan kebutuhan oksigen Aktivitas
nyaman setelah
beraktivitas
- Merasa lemah
- Dispnea
saat/setelah
aktivitas

Do :
- Frekuensi jantung
meningkat >20%
dari kondisi sehat
- Tekanan darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat
- sianosis
.

5 Ds : - Kurang terpapar Informasi Defisit


Do : Pengetahuan
- Menunjukan
perilaku tidak
sesuai anjuran
- Menunjikan
presepsi yang
keliru terhadap
masalah
- Menunjukkan
presepsi yang
keliru terhadap
masalah

d. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. (Ernawati,
2018)
1. Gangguan Pertukaran Gas b/d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b/d Hipersekresi Jalan Nafas
3. Ansietas b/d Kurang terpapar informasi (takut sulit bernafas disebabkan
gagal nafas yang berat)
4. Intoleransi Aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Defisit Pengetahuan b/d Kurang terpapan informasi
(PPNI, 2017a)
e. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (Ernawati, 2018)

No Diagnosa SLKI (PPNI, 2019) SIKI (PPNI, 2017)


Keperawatan (PPNI,
2017)
1. Gangguan Pertukaran Gas Terapi Oksigen
Pertukaran Gas b/d (L.01003) (I.01026)
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Observasi
ventilasi-perfusi. tindakan - Monitor kecepatan
selama ...x24jam aliran oksigen
diharapkan - Monitor posisi alat
Karbondioksida pada terapi oksigen
membrane alveleous - Monitor aliran
kapiler dalam batas oksigen secara
normal dengan periodic dan
kriteria hasil : pastikan fraksi yang
Menurun diberikan cukup
- Dispneu (5) - Monitor efektifitas
- Bunyi nafas terapi oksigen (mis.
tambahan (5) oksimetri, analisa
- Gelisah (5) gas darah ), jika
Membaik perlu
- PCO2 (5) - Monitor
- PO2 (5) kemampuan
- Sianosis (5) melepaskan oksigen
- Pola nafas (5) saat makan
- Monitor tanda-
tanda hipoventilasi
- Monitor tanda dan
gejala toksikasi
oksigen dan
atelektasis
- Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
- Monitor integritas
mukosa hidung
akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
- Bersihkan secret pada
mulut, hidung dan
trachea, jika perlu
- Pertahankan
kepatenan jalan nafas
- Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen
saat pasien
ditransportasi
- Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengat tingkat
mobilisasi pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan
oksigen dirumah
-
2 Bersihan Jalan Bersihan Jalan Pemantauan Respirasi
Napas Tidak Efektif Nafas Tidak Efektif (I.01014)
b/d Hipersekresi (L.01001) Observasi
Jalan Nafas Setelah dilakukan - Monitor frekuensi,
tindakan irama, kedalaman, dan
selama ...x24jam upaya napas
diharapkan Jalan - Monitor pola napas
nafas membaik (seperti bradipnea,
dengan kriteria takipnea,
hasil : hiperventilasi,
Menurun Kussmaul, Cheyne-
- Mengi (5) Stokes, Biot, ataksik)
- Wheezing (5) - Monitor kemampuan
- Sianosis (5) batuk efektif
- Gelisah (5) - Monitor adanya
produksi sputum
Membaik - Monitor adanya
- Frekuensi nafas sumbatan jalan napas
(5) - Palpasi kesimetrisan
- Pola Nafas (5) ekspansi paru
- - Auskultasi bunyi
napas
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-
ray toraks
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

3 Ansietas b/d Kurang Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi


terpapar informasi (L.09093) Observasi
(takut sulit bernafas Setelah dilakukan - Identifikasi penurunan
disebabkan gagal tindakan tingkat energy,
nafas yang berat) selama ...x24jam ketidakmampuan
diharapkan ansietas berkonsentrasi, atau
menurun dengan gejala lain yang
kriteria hasil : menganggu
Menurun kemampuan kognitif
- Verbalisasi - Identifikasi teknik
khawatir akibat relaksasi yang pernah
kondisi yang efektif digunakan
dihadapi (5) - Identifikasi kesediaan,
- Perilaku kemampuan, dan
gelisah(5) penggunaan teknik
- Frekuensi sebelumnya
pernapasan (5) - Periksa ketegangan
Membaik otot, frekuensi nadi,
- Perasaan tekanan darah, dan
keberdayaan (5) suhu sebelum dan
sesudah latihan
- Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang nyaman,
jika memungkinkan
- Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan pakaian
longgar
- Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi
- Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil
psosisi nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering
mengulang atau
melatih teknik yang
dipilih’
- Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam,
pereganganm atau
imajinasi terbimbing )
4 Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
b/d Setelah dilakukan Observasi
Ketidakseimbangan tindakan - Identifkasi gangguan
antara suplai dan selama ...x24jam fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen diharapkan aktivitas mengakibatkan
membaik dengan kelelahan
kriteria hasil : - Monitor lokasi dan
Menurun ketidaknyamanan
- Frekuensi nasdi selama melakukan
(5) aktivitas
- Kekuatan tubuh Terapeutik
bagian atas (5) - Fasilitas duduk di sisi
Membaik tempat tidur, jika
- Frekuensi nafas tidak dapat berpindah
(5) atau berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
5 Defisit Pengetahuan Tingkat Edukasi Kesehatan
b/d Kurang terpapan Pengetahuan Observasi
informasi (L.12111) - Identifikasi kesiapan
Setelah dilakukan dan kemampuan
tindakan menerima informasi
selama ...x24jam - Identifikasi faktor-
diharapkan tingkat faktor yang dapat
pengetahuan meningkatkan
membaik kriteria Terapeutik
hasil : - Sediakan materi dan
Meningkat media pendidikan
- Perilaku sesuai kesehatan
anjuran(5) - Jadwalkan pendidikan
- Perilaku sesuai kesehatan sesuai
dengan kesepakatan
pengetahuan (5) - Berikan kesempatan
Menurun untuk bertanya
- Persepsi yang Edukasi
keliru terhadap - Jelaskan fakto resiko
masalah (5) yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
- Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat

f. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. (Ernawati, 2018)

Tanggal/Jam IMPLEMENTASI

1/10/22 Observasi

08.00 1.1. Monitor kecepatan aliran oksigen


1.2. Monitor posisi alat terapi oksigen
1.3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
1.4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
oksimetri, analisa gas darah ), jika perlu
1.5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan
1.6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
1.7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelectasis
1.8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
1.9. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen

1.10. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan


upaya napas
1.11. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik
1.12. Monitor kemampuan batuk efektif
1.13. Monitor adanya produksi sputum
1.14. Monitor adanya sumbatan jalan napas
1.15. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
1.16. Auskultasi bunyi napas
1.17. Monitor saturasi oksigen
1.18. Monitor nilai AGD
1.19. Monitor hasil x-ray toraks
09.00 1.1. Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang menganggu kemampuan kognitif
1.2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
1.3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
1.4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
1.5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi

1.6. fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


1.7. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas

1.8. Identifikasi kesiapan dan kemampuan


10.00 menerima informasi
1.9. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan

2/ 10/22 Terapeutik

08.00 1.1. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan


trachea, jika perlu
1.2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
1.3. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
1.4. Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
1.5. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat
tingkat mobilisasi pasien
1.6. Atur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
1.7. Dokumentasikan hasil pemantauan

1.8. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa


09.00 gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
1.9. Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
1.10. Gunakan pakaian longgar
1.11. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
1.12. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai
1.13. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan

1.1. Sediakan materi dan media pendidikan


kesehatan
10.00
1.2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
1.3. Berikan kesempatan untuk bertanya

3/10/22 Edukasi dan Kombinasi

08.00 1.1. Ajarkan pasien dan keluarga cara


menggunakan oksigen dirumah
1.2. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
1.3. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
1.4. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

09.00 1.5. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang


dipilih
1.6. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
1.7. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
1.8. Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik
yang dipilih
1.9. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis.
napas dalam, pereganganm atau imajinasi
terbimbing
1.10. Anjurkan tirah baring

1.11. Jelaskan fakto resiko yang dapat mempengaruhi


kesehatan
10.00
1.12. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1.13. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

g. Evaluasi

EVALUASI

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan


keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan dan
perbaikan. Dalam evaluasi, perawat menilai reaksi klien terhadap intervensi yang
telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana
keperawatan dapat diterima. (Ernawati, 2018)

No Tanggal/Hari/Tahun Dx Evaluasi

1 1/10/22 1-5 S : Subjektif


Pernyataan dan keluhan dari pasien
O : Objektif
Data yang diobservasi oleh perawat atau
keluarga
A : Analisis
Kesimpulan dari objektif dan subjektif

P : Planning
Yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya berdasarkan analisis
DISCHARGE PLANNING

1. Pengertian
Discharge planning atau perencanaan pulang adalah suatu mekanisme
untuk memberikan asuhan keperawatan secara terus-menerus, memberikan
informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pasien pulang,
melaksanakan evaluasi dan mengarahkan untuk perawatan diri sendiri (Rafi’i,
2019)
2. Tujuan
Tujuan perencanaan pulang pasien (Rafi’i, 2019) adalah:
1. Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan
dan kemungkinan adanya komplikasi dari penyakitnya dan hal-hal yang
perlu pembatasan yang akan diberlakukan pada pasien di rumah.
2. Mengembangkan kemampuan pasien dan keluarga untuk merawat dan
memenuhi kebutuhan pasien dan memberikan lingkungan yang aman untuk
pasien di rumah.
3. Memastikan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya
pada pasien dibuat dengan tepat.
3. Bentuk – bentuk Pengkajian Discharge Planning
Pengkajian pasien yang dirawat di rumah sakit meliputi pengkajian secara
biologis, psikologis, sosial dan kultural. Pengkajian tersebut ditambahkan
dengan pengkajian yang terkait dengan discharge planning untuk melengkapi
atau menggali data yang lebih akurat untuk pelaksanaan discharge planning.
Berikut adalah beberapa contoh pengkajian yang terkait discharge planning.
(Rafi’i, 2019)

DISCHARGE PLANNING No. RM :


Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS : Tanggal KRS :
A. Dipulangkan dari rumah sakit dengan keadaan
 Sembuh
 Meneruskan dengan obat jalan
 Di rujuk ke rumah sakit lain
 Lari
 Pulang paksa

Meninggal
B. Kontrol
 Waktu :
 Tempat :
C. Lanjutan keperawatan di rumah (luka :
operasi,pengobatan dan lain-lainya)

D. Aturan diet atau nutrisi :

E. Obat – obatan yang masih harus di minum :

F. Aktivitas dan istirahat :

G. Hal yang di bawa pulang (hasil lab,foto,EKS :


dan lainnya)

Lain – lainnya :

Samarinda, …….
(Rafi’i, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

AMELIA, D. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Asma Dalam


Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi.
Asma, P. (2020). Mengurangi Frekuensi Kekambuhan Asma Pada Penderita
Asma. Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, 14(2), 156–161.
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JIK
Ernawati. (2018). Metodologi Keperawatan. Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents, 3(April), 49–58.
Febriana, N. M. (2019). Asuhan Keperawatan pada Anak.
Kurniati, A., Triayani, Y., & Theresia, S. I. M. (2018). Keperawatan Gawat
Darurat dan BENCANA Sheehy (A. Kurniati, Y. Triayani, & S. I. M.
Theresia (eds.); 1st ed.). ELSEVIER.
PPNI, T. P. S. D. (2017a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2017b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (II).
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.).
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Rafi’i, M. (2019). Discharge Planning Pada Pasien di Rumah Sakit (Vol. 1).
Utami, A. D. (2018). REAL in Nursing Journal ( RNJ ). 1(3).

Anda mungkin juga menyukai