Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ASMA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Pembimbing : Agus Hariyanto, S.Kep.Ns.,M.Kes

OLEH:
YULIA DINDA LESTARI
202003083

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Ini Diajukan Oleh :

Nama : YULIA DINDA LESTARI

NIM : 202003083

Program Studi : Profesi Ners

Judul Laporan Pendahuluan :

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH “ASMA”

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan medikal bedah.

Mojokerto, 13 Desember 2020

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(Agus Hariyanto, S.Kep.Ns.,M.Kes) (YULIA DINDA LSTARI)


LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

A. Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran nafas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor resiko tertentu,
jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena kontriksi bronkus, sumbatan
mukus dan meningkatnya proses radang. (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia dibawah 5 tahun dan orang dewasa pada
usia sekitar 30 tahunan. (Saheb, 2011).
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “ terengah-engah” dan berarti serangan
nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo, 2008). Nelson (1996) dalam Purnomo (2008)
mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk
dengan karakteristik sebagai berikut ; timbul secara episodic dan atau kronik, cenderung pada
malam hari atau dini hari (nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas
fisik dan bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya
riwayat asma atau atopi lain pada pasien atau keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah
disingkirkan.
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA)
(2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang
berperan khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T. pada orang yang rentan inflamasi ini
menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam
hari atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas
namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap
berbagai rangsangan.

B. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang menonjol
pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat
peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.
1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah : ( Smeltzer
dan Bare, 2002 ).
a) Faktor Ekstrinsik ( alergik ): reaksi alergik yang disebabkan oleh allergen atau allergen yang
dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b) Faktor Intrinsik ( non – alergik ) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold,
infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
c) Asma Gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non- alergik.

2. Menurut The Lung Association of Canada , ada dua faktor yang menjadi pencetus asma:
a) Pemicu Asma ( Trigger )
Pemicu Asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan
( bronco kontriksi ). Pemicu tidak menyebabkan peradangan . trigger dianggap
menyebabkan gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus
menjadi asma jenis intrinsik. Gejala –gejala dan bronco kontriksi yang diakibatkan oleh
pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek, dan relative mudah
diatasi dalam waktu singkat. Namun , saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat
terhadap pemicu, apabila sudah ada atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu
yang mengakibatkan bronco kontriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara,
asap rokok, infeksi saluran pernafasan , gangguan emosi dan olahraga yang berlebihan.
b) Penyebab Asma ( Inducer )
Penyebab Asma dapat menyebabkan peradangan ( Inflamsi ) dan sekaligus
hiperresponsivitas ( respon yang berlebihan ) dari saluran pernafasan. Inducer dianggap
sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma
dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama ( kronis ), dan
lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk
ingestan ( alergen yang masuk ke tubuh melalui mulut ) dan alergen yang di dapat melalui
kontak dengan kulit ( Vita Health, 2006 ).
3.Sedangkan Lewis at al ( 2000 ) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka,
secara umum pemicu asma adalah :
a) Faktor Predisposisi
1. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernafasannya
juga biasa diturunkan.
b) Faktor Prespitasi
1. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1) Inhalan yang masuk melalui saluran pernafasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2) Ingestan yang masuk melalui mulut yaitu makanan seperti buah-buahan
dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide dan obat-obatan
( seperti aspirin, epinefrin, ACE-inhibitor, kromolin).
3) Kontaktan yang masuk melalui kontak dengan kulit , contoh : perhiasan,
logam dan jam tangan.
2. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya
kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA)
yang biasanya terjadi beberapa saat setelah latihan misalnya: jogging aerobic,
berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya
bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya
melakukan pemanasan 2-3 menit sebelum latihan.
3. Infeksi Bakteri pada saluran nafas
Infeksi bakteri pada saluran nafas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi
pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada system trakeo
bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
hiperresponsif pada system bronkial.

4.Stres
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan
motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya , karena jika stresnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa di obati.

5. Gangguan pada sinus

Hamper 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya
rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi
membrane mukus.

6. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi


Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim seperti,
musim hujan, musim kemarau.

C. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos,
edema dan inflamasi membrane mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel
radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan premature jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastic dan frekuensi
pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaan satu bagian
dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan
menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergen disaluran nafas, antibody IgE berikatan dengan alergen menyebabkan
degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan
kontriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka timbul spasme
asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukus dan meningkatkan permiabilitas
kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
D. Pathway

Faktor Pencetus

- Alergen
- Idiopatik

Edema dinding Bronkiolus Spasme otot polos Sekresi mukus kental didalam
bronkiolus lumen bronkeolus

Ekspirasi Menekan sisi Diameter bronkeolus Bersihan Jalan Nafas Tidak


bronkeolus mengecil Efektif

Intoleransi Aktivitas Dispneu Pola Nafas Tidak Efektif

Gangguan Pertukaran Gas Perfusi Paru tidak cukup


mendapat ventilasi

E. Tanda dan Gejala


Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus.
Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala
asma antara lain :
1. Bising mengi ( wheezing ) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
2. Batuk produktif , sering pada malam hari
3. Nafas atau dada seperti tertekan ( Mansjoer A, 1999 ).

F. Klasifikasi
1. Berdasarkan kegawatan asma, mana asma dapat dibagi menjadi :
a) Asma Bronkhial
Asma Bronkhial merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang
berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan, yang
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya
dapat berubah secara spontan atau setelah mendapat pengobatan.
b) Status Asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional ( Smeltzer,
2001 ), status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan
respon terhadap dosis umum bronkadilator ( Depkes RI, 2007 ). Status Asmatikus yang
dialami penderita asma dapat berupa pernafasan wheezing , ronchi ketika bernafas ( adanya
suara bising ketika bernafas ), kemudian bisa dilanjut menjadi pernafasan labored
( perpanjangan ekshalasi ), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi
sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya
obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda
bahaya gagal pernafasan. ( Brunner dan Suddarth, 2001 ).
c) Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
2. Klasifikasi Asma yaitu ( Hartantyo , 1997, cit Purnomo, 2008 )
a) Asma Ekstrinsik
Asma Ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum yang di sebabkan karena reaksi
alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang
yang sehat.
b) Asma Intrinsik
Asma Intrinsik adalah asma yang tidak responsive terhadap pemicu yang berasal dari
alergen. Asma ini disebabkan oleh stress, infeksi dan kondisi lingkungan yang busuk seperti
kelembapan, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.
3. Menurut Global Instiative for Asthma ( GINA ) ( 2006 )
Penggolongan asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi menjadi 4 yaitu :
a) Asma Intermiten ( Asma Jarang )
- Gejala kurang dari seminggu
- Serangan singkat
- Gejala pada malam hari ˂ 2 kali dalam sebulan
- FEV 1 atau PEV ˃ 80%
- PEF atau FEV 1 variabilitas 20 % - 30 %
b) Asma Mild Persistent ( Asma Persisten Ringan )
- Geajala lebih dari sekali seminggu
- Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
- Gejala pada malam hari ˃ 2 kali dalam sebulan
- FEV 1 atau PEV ˃ 80%
- PEV atau FEV 1 variabilitas ˂ 20 % - 30 %
c) Asma Moderate Persistent ( Asma Persisten Sedang )
- Gejala setiap hari
- Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
- Gejala pada malam hari ˃ 1 dalam seminggu
- FEV 1 atau PEV 60 % - 80 %
- PEF atau FEV 1 variabilitas ˃ 30 %
d) Asma Severe Persistent ( Asma Persistent Berat )
- Gejala setiap hari
- Serangan terus menerus
- Gejala pada malam hari setiap hari
- Terjadi pembatasan aktivitas fisik
- FEV 1 atau PEF = 60 %
- PEF atau FEV variabilitas ˃ 30 %
4. Selain berdasarkan gejala klinis diatas asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan
asma yaitu : ( GINA , 2006 )
a) Serangan Asma Ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat, bisa
berbaring, tidak ada sianosis, dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi.
b) Serangan Asma Sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih suka
duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang-kadang terdengar
pada saat inspirasi.
c) Serangan Asma Berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk bertopang lengan,
bicara kata demi kata, mual ada sianosis dang mengi sangat nyaring terdengar tanpa
stetoskop.
d) Serangan Asma dengan Ancaman henti nafas , tampak kebingungan sudah tidak terdengar
mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang penderita
asma persistent ( Asma Berat ) dapat mengalami serangan asma ringan. Sedangkan asma
ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam
terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian.

G. Komplikasi
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Chronic Persisten Bronkhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal , kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih
berat di sebut “ Status Asmatikus “ , kondisi ini mengancam hidup ( Smeltzer dan Bare ,
2002 ).

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinofil
- Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-
cabang bronkus
- Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
- Terdapatnya neutrophil eosinofil
2. Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat
meninggi atau normal walaupun terdapat komplikasi asma.
- Gas Analisa Darah
Terdapat hasil aliran darah yang variable , akan tetapi bila terdapat peningkatan PaCO 2
maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk.
- Kadang-kadang darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
- Hiponatremi 15.000 / mm3 menandakan terdapat infeksi
- Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu serangan dan
menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
- Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopic.
3. Foto Rontgen
Pada umumnya pemeriksaan foto rontgen pada asma normal, pada serangan asma
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang bertambah dan pelebaran
rongga intercostal serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah :
- Bila disertai dengan bronchitis, bercakan hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi emfisema ( COPD ) menimbulkan gambaran yang bertambah.
- Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan Faal Paru
- Bila FEV 1 lebih kecil dari 40% ,2/3 penderita menunjukkan penurunan tekanan
sistolnya dan bila lebih rendah dari 20% seluruh pasien menunjukkan penurunan
tekanan sistolik.
- Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hamper terjadi pada seluruh asma,
FRC selalu menurun , sedangkan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrocardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi menjadi 3
bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru yakni:
- Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah
jarum jam.
- Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni terdapat RBBB
- Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi SVES dan VES atau terjadinya
relative ST depresi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

A. Pengkajian
1. Identitas
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, bahasa yang dipakai, status pendidikan,
pekerjaan, tanggal MRS, waktu MRS, nomor register, diagnose medis dan penanggung
jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan asma bronchiale didapatkan
keluhan berupa sesak nafas dengan wheezing.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dengan asma bronchiale biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
sesak nafas dengan wheezing, batuk produktif, dada seperti tertekan. Perlu ditanyakan
mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
1) Masalah pernafasan yang pernah dialami
- Pernah mengalami perubahan pola pernafasan
- Pernah mengalami batuk dengan sputum
- Pernah mengalami nyeri dada
2) Riwayat penyakit pernafasan
- Apabila sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
- Bagaimana frekuensi setiap kejadian
3) Riwayat kardiovaskuler
- Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah
4) Gaya hidup
- Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok

d) Riwayat Kesehatan Keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit asma untuk asma
tipe atopic ( ekstrinsik )
3. Pengkajian 11 Pola Gordon
a) Pola Persepsi
Yang perlu dikaji adalah pengetahuan tentang gaya hidup sehat, praktik kesehatan
sebelum MRS dan saat MRS
b) Pola Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah pola makan klien, tipe makanan, masukan cairan, peningkatan
atau penurunan nafsu makan sebelum MRS dan saat MRS
c) Pola Eliminasi
Yang perlu dikaji adalah berapa kali BAB / BAK klien sebelum dan saat MRS , apakah
menggunakan alat bantu atau obat-obatan
d) Pola Kognitif
Yang perlu dikaji adalah kemampuan pemikiran klien tentang apa yang dirasakan
e) Pola Istirahat Tidur
Yang perlu dikaji adalah kualitas dan kuantitas tidur klien , apa ada gangguan tidur atau
menggunakan obat tidur
f) Pola Seksualitas
Yang perlu dikaji adalah efek penyakit terhadap seksualitas klien
g) Pola Peran Berhubungan
Kaji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain sebelum dan saat MRS
h) Pola Konsep Diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya saat MRS
i) Pola Koping
Yang perlu dikaji adalah kemampuan klien dalam menghadapi penyakitnya
j) Pola Nilai dan Kepercayaan
Kaji kepercayaan yang dianut klien, bagaimana ibadahnya sebelum dan saat MRS
k) Pola Aktivitas
Kaji aktivitas klien saat MRS apakah ada gangguan
4. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
meliputi pemeriksaan:
1) Status Kesehatan Umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernafasan yang meningkatkan, penggunaan otot-otot
pembatu pernafasan sianosis batuk dengan lender dan posisi istirahat klien.
2) Pengukuran tanda-tanda vital meliputi: Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan Suhu
Tubuh
3) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembapan dan kusam
4) Thorak
a. Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesimetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama
pernafasan serta frekwensi pernafasan
b. Palpasi
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah
d. Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan wheezing

5. Sistem Pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi
produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih
tetapi juga kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder
2) Frekuensi pernafasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernafasan hipertrofi
4) Bunyi pernafasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi
kering dan wheezing
5) Ekspirasi lebih dari pada 4 detik atau 3x lebih panjang dari pada inspirasi bahkan
mungkin lebih
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga
dada yang pada perkusi terdengar hipersonor
- Pernafasan makin cepat dan susah ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas
( antar iga, sternokleidomastoideus ), sehingga tsmpsk retrsksi suprasternal,
supraclavikula dan sela iga serta penafasan cuping hidung
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernafasan cepat dan dangkal dengan
bunyi pernafasan dan wheezing tidak terdengar ( slient chest ) sianosis.
6. Sistem Kardiovaskuler
a) Tekanan Darah meningkat, nadi juga meningkat
b) Pada psien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1) Takikardi makin hebat disertai dehidrasi
2) Timbul Pulsus paradoksus dimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari
10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih dari pada 5 mmHg pada asma
yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
c) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung
7. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif ( D.0001 )
a) Definisi : Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten
b) Batasan Karakteristik (Data Mayor dan Minor)
1. Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif
( tidak tersedia )
b. Objektif
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
- Mengi , wheezing dan atau ronkhi kering
- Mekonium di jalan napas ( pada neonatus )
2. Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
- Dispnea
- Sulit bicara
- Ortopnea
b. Objektif
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah
c) Faktor yang berhubungan
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Benda asing dalam jalan napas
4. Sekresi yang tertahan
5. Hiperplasia dinding jalan napas
6. Proses infeksi
7. Respon alergi

2.Pola Nafas Tidak Efektif ( D.0005 )


a) Definisi: Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
b)Batasan Karakteristik ( Data Mayor dan Minor )
1. Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif
- Dispnea
b. Objektif
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea,
Hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
2.Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
- Ortopnea
b. Objektif
- Pernapasan pursed-lip
- Ventilasi semakin menurun
- Diameter thoraks anterior- posterior meningkat
- Tekanan ekspirasi menurun
- Tekanan inspirasi menurun
- Ekskursi dada berubah
c) Faktor yang berhubungan
- Hambatan upaya napas (mis, nyeri saat bernapas, kelemahan otot
Pernapasan)
- Deformitas dinding dada
- Gangguan neuromuscular
- Penurunan energy
- Obesitas
- Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
- Kecemasan
8. Perencanaan
Diagnosa 1 : Besihan Jalan Nafas Tidak Efektif ( L.01001 )
Tujuan dan Kriteria Hasil :
1. Batuk efektif
2. Produksi sputum
3. Mengi, wheezing, meconium ( pada neonatus )
4. Dispnea
5. Ortopnea
6. Sulit bicara
7. Gelisah
8. Frekuensi napas
9. Pola napas
( SLKI ,PPNI, 2019)
Intervensi : Latihan Batuk Efektif ( I.01006 )
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
Terapeutik
1. Atur posisi semi Fowler atau Fowler
2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan)
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran jika perlu
( SIKI , PPNI, 2018 )

9.Implementasi Keperawatan
Merupakan tindakan-tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi keluhan pasien
berdasarkan intervensi-intervensi yang telah dibuat.
10. Evaluasi Keperawatan
Lihat catatan perkembangan
Sesuaikan antara tujuan dan kriteria hasil
Subjektif : Data dari pasien atau keluarga
Objektif : Data langsung dari pengamatan ke pasien
Assasment : Masalah kebutuhan pasien terpenuhi atau tidak
Plan of care : RTL
DAFTAR PUSTAKA

Almazini , P. 2012.Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito , L.J. 2000.Diagnosa Keperawatan , Aplikasi pada praktik klinis , Edisi : 6. Jakarta : EGC
Corwin , Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
GINA (Global Initiative for Asma) 2006: Pocket Guide for Asthma Management and Prevension in
Children. www. Dimuat dalam www. Gina asthma.org
Johson , M ., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Mansjoer , A dkk.2007.Kapita Selekta Kedokteran , jilid 1 Edisi 3. Jakarta : EGC
PPNI, T. P. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : DPP PPNI.
PPNI, T. P. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. D. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnosis.
Jakarta : DPP PPNI.
PURNOMO. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada
Anak. Semarang; Universitas Dipenegoro
Saheb , A.2011. Penyakit Asma. Bandung: CV Medika
Santosa , Budi. 2007. Panduan Diagnosan Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Sundaru H. 2006. Apa yang diketahui tentang Asma. Jakarta Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI /
RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM
STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama: Tn. S Nama: Ny. E
Tanggal lahir: 02-02-1963 Status Perkawinan: Menikah
Status Perkawinan: Menikah Pekerjaan: IRT
Pendidikan: SMA Alamat: Pungging
Pekerjaan: PNS Hubungan dengan klien: Istri
Agama: Islam
Alamat: Pungging
MRS Tanggal:
Dx Masuk:
Ruang:
Pengkajian tanggal:
Waktu pengkajian:

B. STATUS KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Px mengatakan sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Px mengatakan sesak nafas disertai batuk berdahak dan adanya secret, px
belum sempat dibawa ke pelayanan kesehatan untuk saat ini, tetapi px
mengatakan kalau sesaknya kambuh px minum obat yang sudah dibeli di
apotik (dengan resep) dan terkadang juga menggunakan inhaler untuk
meredakan sesaknya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Px mengatakan punya riwayat asma
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Px mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita penyakit asma
KEADAAN UMUM :
K/U : Composmentis. Px kooperatif

Tanda-tanda vital : Nadi : 110x/menit SUHU : 36,8ºC RR : 28x/menit TD : 110/80

II. PENGKAJIAN SISTEM


1. B1 (BREATING)
Inspeksi : terdapat pernafasan cuping hidung. Terdapat pergerakan otot dinding dada (retraksi
dada). RR : 28x/mnt
Palpasi : vocal vremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdapat adanya suara wheezing (+/-)
2. B2 (BLOOD)
Inspeksi : Point max impuls (tidak terlihat)
Palpasi : ictus cordis di area 2 ICS 4 dan 5. tidak ada pembesaran vena jugularis, frekuensi
denyut nadi 110x/mnt
Perkusi : suara pekak pada jantung
Auskultasi : bunyi s1, s2 tunggal (lup dup)

3. B3 (BRAIN)
Inspeksi : kesadaran composmentis. Px kooperatif. GCS : 4-5-6. Wajah simetris, px tampak
lemas
Palpasi : tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada benjolan kelenjar tyroid

4. B4 (BLADDER)
Inspeksi : tidak terpasang alat bantu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

5. B5 (BOWEL)
Inspeksi : bentuk abdomen simetris, BAB 1x/hari konsistensi lunak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi tympani
Auskultasi : bising usus normal 6-8x/menit

6. B6 (BONE)
Palpasi : turgor kulit baik, kekuatan otot 5 5
Akral hangat, kering, merah
5 5
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. S No. Reg:


NO
DATA ETIOLOGI MASALAH TTD
Dx

1. DS : Px mengatakan sesak nafas Fx Pencetus Pola nafas tidak


efektif
DO : 1. Alergen
K/u : - Composmentis. 2. Idiopatik
- Px kooperatif
- Px tampak gelisah
- Px tampak lemas Spasme otot polos
- Adanya pernafasan cuping bronkiolus
hidung, penggunaan otot bantu
pernafasan dan terdengar
adanya suara wheezing (+/-) Diameter bronkeolus
- Akral hangat, kering, merah mengecil
- Posisi px (Semi fowler)
TD : 110/80
N : 110x/menit Dispneu
RR : 28x/menit
S : 36,8ºC
Pola nafas tidak
efektif

2. DS : Px mengatakan batuk berdahak dan Fx Pencetus Bersihan jalan nafas


adanya secret tidak efektif
DO :
K/u : - Composmentis. 1. Alergen
- Px kooperatif 2. Idiopatik
- Px batuk, dan tidak bisa
mengeluarkan sputum
- Px tampak gelisah Spasme otot polos
- Px tampak lemas bronkiolus
- Adanya pernafasan cuping
hidung, penggunaan otot bantu
pernafasan dan terdengar Diameter bronkeolus
adanya suara wheezing (+/-) mengecil
- Akral hangat, kering, merah
- Posisi px (Semi fowler)
TD : 110/80 Bersihan jalan
N : 110x/menit nafas tidak efektif
RR : 28x/menit
S : 36,8ºC
DAFTAR DIAGNOSIS

Nama Pasien : Tn. S No. Reg:


NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN TTD

Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)


Pola Nafas tidak efektif (D.0005)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. S No. Reg:


NO. DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI
DX KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Bersihan jalan nafas Tujuan : (L.01001) Manajemen jalan nafas
tidak efektif Setelah dilakukan
Observasi
(D.0001) tindakan asuhan
 Monitor pola napas (frekuensi,
keperawatan selama kedalaman, usaha napas)
2x24 jam bersihan jalan  Monitor bunyi napas
tambahan (mis., gurgling,
napas meningkat mengi, wheezing, ronkhi
kering)
 Monitor sputum (jumlah,
Kriteria Hasil : warna, aroma)
1.Batuk efektif Terapeutik
meningkat (5)  Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
2.Gelisah membaik (5) chin-lift (jaw-thrust jika curiga
3.Pola napas membaik trauma servikal)
 Posisikan semi-fowler atau
(5)
fowler
4. Ortopnea menurun (5)  Berikan minuman hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000
ml/jam, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif

2. Pola Napas Tidak Tujuan : Manajemen Jalan Napas (1.01011)


Efektif (D.0005) Setelah dilakukan
. tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama 1. Monitor pola napas (frekuensi,
2x24 jam masalah pola kedalaman, dan usaha napas)
napas tidak efektif sudah 2. Monitor bunyi tambahan (mis.
teratasi. wheezing)

Kriteria Hasil : Terapeutik


1.Tidak ada sesak 1. Posisikan semi fowler atau fowler
2.Tidak ada pernapasan
cuping hidung Edukasi
3.Tidak ada rekstraksi 1. Jelaskan cara latihan napas
dinding dada
4.Tidak ada bunyi
wheezing

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO. Waktu IMPLEMENTASI

12/01/2021 Observasi
Jam : 16.30
1. Memonitor pola napas :
Frekuensi : RR : 28x/menit
Kedalaman nafas : dalam dan dangkal
Usaha nafas : Pernafasan cuping hidung, penggunaan otot
bantu pernafasan (+)

2. Monitor bunyi tambahan : Wheezing (+)

Terapeutik

1. Memposisikan semi fowler atau fowler : Respon px


kooperatif, nyaman dengan posisi semi fowler

Edukasi
1. Menjelaskan pengertian, penyebab dan pengobatan
penyakit asma : Px mengerti dan mampu menjelaskan
kembali
2. Menjelaskan latian napas dan batuk efektif
3. Memberikan minuman hangat : respon px kooperatif
4. Mengajarkan teknik batuk efektif : respon px kooperatif

13/01/2021 Observasi
Jam : 16.30
1. Memonitor pola napas : RR : 24x/menit. Pernafasan
cuping hidung (-)

2. Monitor bunyi tambahan : Wheezing (-)

Terapeutik

Memposisikan semi fowler atau fowler : Jika sesak nafas


kambuh bisa melakukan posisi semi fowler atau fowler, dan
bisa mencoba latihan napas dan batuk efektif supaya
sesaknya bisa berkurang
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien: Tn S No. Reg:


DIAGNOSA/ EVALUASI TTD
TGL S-O-A-P
Bersihan jalan nafas S : Px mengatakan sesak nafasnya mulai berkurang
tidak efektif O : K/u : - Composmentis.
- Px kooperatif
12/01/2021 - Px tampak batuk, dan tidak bisa mengeluarkan sputum
- Px tampak gelisah
- Px tampak lemas
- Adanya pernafasan cuping hidung, penggunaan otot
bantu pernafasan dan terdengar adanya suara wheezing
(+/-)
- Akral hangat, kering, merah
- Posisi px (Semi fowler)

TD : 110/80
N : 110x/menit
RR : 28x/menit
S : 36,8ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas)
- Memonitor bunyi tambahan (mis. wheezing)
- Memposisikan semi fowler atau fowler, dan latihan napas,
batuk efektif.
Bersihan jalan nafas S : Px mengatakan bisa bernafas dengan baik (plong)
tidak efektif O : - Px tampak rileks
- Px tidak kesulitan untuk bernafas
13/01/2021 - Tidak terdapat suara nafas tambahan (wheezing -/-)
TD : 110/80
N : 98x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,6ºC
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai