Anda di halaman 1dari 125

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen Keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama


dimasa depan, berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengolahan perubahan,
konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa rencana strategis
melalui pendekatan: pengumpulan data analisa SWOT, dan menyusun
langkah-langkah perencanaan, penatalaksanaan secara operasional, khususnya
dalam pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dan
melakukan pengawasan dan pengendalian (Nursalam 2002). Di Indonesia saat
ini, masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi,
yaitu suatu proses berjangka panjang, yang ditujukan untuk memenuhi
tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia (Nursalam 2002)

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalankan suatu kegiatan di organisasi, mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan (Grant &
Massay, 1999) dalam (Nursalam, 2002). Dalam Proses Keperawatan,
manajemen keperawatan memilki kesamaan dengan metode pelaksanaan
asuhan keperawatan secara professional, seperti diantaranya, pengumpulan
data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil
(Nursalam 2002).

Adanya tuntutan peningkatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat,


khususnya dalam bidang keperawatan, menjadi salah satu faktor yang harus

1
diperhatikan oleh tenaga perawat. Sebagai suatu fenomena yang harus
direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan
belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaanya. Salah satu usaha untuk meningkatkan peran dan
fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen
keperawatan, dengan mengembangkan berbagai aspek keperawatan yang
bersifat saling berhubungan. Oleh karena itu, pengembangan inovasi dalam
bidang pengelolaan keperawatan secara profesional, diantaranya; pendidikan
keperawatan., praktik keperawatan, ilmu keperawatan, kehidupan keprofesian
menjadi fokus utama dalam profesionalisasi

Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan
menjadi tempat bagi perawat untuk menerapkan ilmu secara optimal. Namun
diperlukan tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang
profesional, serta peran aktif dari semua pihak untuk menentukan kualitas
produksi atau jasa layanan keperawatan Oleh karena itu, perawat perlu
menanamkan prinsip nilai yang mencakup beberap unsur dalam praktik
keperawatan, guna untuk mewujudkan kepuasan klien. Salah satunya adalah
penyelenggaraan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) mulai dari
ketenagaan/pasien, dan perbaikan dokumentasi keperawatan dengan
menerapkan prinsip mampu SME (Sesuai standar, mudah dilaksanakan.
Efisien dan Efektif), khususnya diterapkan di Graha Jasmine Lantai 2. Dasar
pertimbangan penerapan Model Praktik Keperawatan (MPKP) adalah
(Nursalam, 2002): 1) Sesuai visi dan misi rumah sakit, 2) Dapat diterapkanya
proses keperawatan dalam asuhan keperawatan, 3) Efisiensi dan efektif
penggunaan biaya, 4) Terpenuhinya kepuasaan klien keluarga dan masyarakat,
5) Kepuasan kinerja perawat, 6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat
antara perawat dan tim kesehatan lainya.

Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara dan observasi pada


tanggal 20 Agustus 2018 – 21 Agustus 2018, didapatkan data bahwa, RS
Gatoel Kota Mojokerto, khususnya Graha Jasmine Lantai 2. Jumlah

2
kelesuruhan tenaga perawat sebanyak 14 orang, dan 3 orang perawat magang,
kebutuhan sarana dan prasarana sebagian besar sudah memenuhi standar.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang digunakan adalah
MPKP modifikasi fungsional.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka mahasiswa Program Studi S1


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Mojokerto
mencoba menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
dengan metode TIM Modifikasi, karena memiliki kelebihan yaitu (Nursalam
2002); memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh,mendukung
pelaksanaan proses keperawatan memungkinkan komunikasi antar tim,
sehingga konflik mudah teratasi dan member kepuasan kepada anggota tim.
Dimana pelaksanaannya melibatkan pasien kelolaan di Graha Jasmine Lantai
2 RS Gatoel Kota Mojokerto. Model asuhan keperawatan tersebut diharapkan
mampu menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan profesional sehingga mampu memenuhi tuntutan masyarakat.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan,


mahasiswa diharapkan dapat menerapkan manajemen keperawatan dan
model asuhan keperawatan yang sesuai dengan Graha Jasmine Lantai 2
RS Gatoel Kota Mojokerto.

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan di


Graha Jasmine Lantai 2 RS Gatoel Kota Mojokerto, mahasiswa mampu

a. Menganalisa kebutuhan tenaga keperawatan (SDM) di Graha


Jasmine Lantai 2 RS Gatoel Kota Mojokerto.
b. Menganalisa kecukupan sarana dan prasarana di Graha
Jasmine Lantai 2 RS Gatoel Kota Mojokerto.

3
c. Melaksanakan peran sesuai dengan model MPKP metode
Modifikasi Fungsional yang telah ditentukan:
1. Melakukan penerimaan pasien baru.
2. Melakukan supervisi keperawatan.
3. Melakukan Modifikasi fungsional timbang terima
keperawatan.
4. Melakukan Discharge Planning.
5. Melakukan penerapan sentralisasi obat.
6. Melakukan ronde keperawatan
7. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan
salah satu model penugasan asuhan keperawatan
d. Menganalisa tingkat kepuasan pasien dalam pelayanan di
Graha Jasmine Lantai 2 RS Gatoel Kota Mojokerto.

1.3 Manfaat

1. Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu menjalankan tugasnya sesuai dengan
perannya masing-masing dalam penerapan MPKP Metode
Primer Modifikasi.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MPKP
metode Modifikasi Fungsional di Graha Jasmine Lantai 2 RS
Gatoel Kota Mojokerto.
c. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MPKP
Metode Primer Modifikasi di Graha Jasmine Lantai 2 RS
Gatoel Kota Mojokerto.
d. Mahasiswa dapat menganalisa masalah dengan metode SWOT
dan menyusun rencana strategi
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan
model asuhan keperawatan metode Primer Modifikasi di Graha
Jasmine Lantai 2 RS Gatoel Kota Mojokerto.

4
f. Meningkatkan pelayanan keperawatan melalui praktik
manajemen pelayanan keperawatan profesional.

2. Perawat Graha Jasmine Lantai 2 RS Gatoel Kota Mojokerto.


a. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat mengetahui
beberapa masalah yang ada di Graha Jasmine Lantai 2 RS
Gatoel Kota Mojokerto yang berkaitan dengan pelaksanaan
MPKP metode Primer Modifikasi
b. Melalui praktik manajemen keperawatan perawat ruangan
dapat mempelajari penerapan model keperawatan metode
Primer Modifikasi.
c. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal Primer
Modifikasi.
d. Terbinanya hubungan yang kondusif antara perawat dengan
perawat, perawat dengan Primer Modifikasi kesehatan lain,
dan perawat dengan pasien serta keluarga.
e. Meningkatnya kinerja perawat di Graha Jasmine Lantai 2 RS
Gatoel Kota Mojokerto.

3. Pasien dan Keluarga Pasien


a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal
Primer Modifikasi sehingga memperoleh kepuasan selama
mendapat perawatan di Graha Jasmine Lantai 2 RS Gatoel
Kota Mojokerto.

4. Institusi Keperawatan
a. Mampu menerapkan ilmu manajemen keperawatan khususnya
terkait penerapan model keperawatan metode Primer
Modifikasi Fungsional.

5
b. Mampu menjalin kerjasama yang lebih baik antara institusi
pendidikan dengan institusi pelayanan di Graha Jasmine Lantai
2 RS Gatoel Kota Mojokerto.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan

2.1.1 Definisi

Manajemen adalah sebuah cara untuk menyelesaikan tugas atau


tujuan secara maksimal dengan cara bekerja sama dengan orang
lain/staf lain untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Winarti et al.,
2012).

Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk


mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber
daya manusia serta sumber daya organisasi lainnya (Simamora, 2012).

Manajemen sebagai suatu usaha dengan melibatkan banyak


orang dalam organisasi sebagai upaya untuk mencapai tujuan
organisasi (Sudarta, 2015).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen


operasional untuk merencanakan, mengatur, dan menggerakkan
karyawan dalam memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya
pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan (Kuntoro, 2010).

6
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses
keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling
mendukung (Nursalam, 2013).

Manajemen pelayanan keperawatan dalam ruang perawatan


menjadi tanggung jawab kepala ruang sebagai koordinator unit
pelayanan. Hal ini berarti seorang kepala ruangan harus mampu
memfasilitasi kebutuhan asuhan keperawatan kepada pasien Bukan
hanya kebutuhan asuhan keperawatan saja tetapi kebutuhan asuhan
medis, asuhan nutrisi dan lainnya. Peran dan fungsi seorang kepala
ruang sangat menentukan baik tidaknya/kondusif tidaknya situasi
ruang, karena di sanalah adanya interaksi antar kebutuhan rumah sakit,
kebutuhan tenaga kesehatan serta kebutuhan pasien yang sering
mengalami benturan kepentingan (Winarti, 2012).

2.1.2 Fungsi Manajemen Keperawatan

Agar Manajemen yang dilakukan mengarah kepada


kegiatan secara efektif dan efisien, manajemen perlu dijelaskan
berdasarkan fungsinya atau dikenal sebagai fungsi manajemen
(managerial functions).

Fungsi manajemen adalah berbagai tugas atau kegiatan


manajemen yang mempunyai peranan khas dan bersifat saling
menunjang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya (Simamora, 2012).

Rosyidi (2013), fungsi manajemen keperawatan adalah


memudahkan perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan

7
yang holistik sehingga seluruh kebutuhan klien di rumah sakit
terpenuhi

Manajemen keperawatan mempunyai fungsi dalam


merencanakan,mengorganisasikan, memimpin dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan efisien kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Winarti, 2012).

Fungsi manajemen dapat kita artikan sebagai suatu proses.


Setiap pakar mengidentifikasikan fungsi manajemen beragam,
namun dalam dunia keperawatan lebih sering menggunakan fungsi
manajemen menurut G.R. Terry yaitu: planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (pengarahan), dan
controlling (pengawasan).

2.1.2.1 Planning (perencanaan)

Planning (perencanaan) adalah memutuskan


seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukannya,
dan siapa yang melakukannya. Fungsi perencanaan
merupakan suatu penjabaran dari tujuan yang ingin dicapai,
perencanaan sangat penting untuk melakukan tindakan
(Rosyidi, 2013).

Perencanaan merupakan pemikiran/konsep-konsep


tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi
yang penting dalam mengurangi risiko dalam pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan efek-efek dari
perubahan (Arwani & Supriyatno, 2005).

8
Perencanaan merupakan proses pemilihan alternatif
tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.
Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk
mengerjakan sesuatu di masa yang akan datang yaitu suatu
tindakan yang di gambarkan di masa yang akan datang.
Perencanaan manajemen akan memberikan cara pandang
secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dilaksanakan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan
dilakukan (Winarti et al., 2012).

Dalam perencanaan juga harus menentukan metode


yang akan dipakai dalam pelaksanaan kerja. Suatu metode
dapat menetukan lancar atau tidaknya pekerjaan dan
menentukan pula berhasil atau tidaknya tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itulah penentuan atau pembuatan
metode harus dipikirkan dengan matan Penggunaan metode
berhubungan erat dengan keahlian dan pengalaman tenaga
kerja (Tando, 2013).

2.1.2.2 Organizing (pengorganisasian)

Organizing (pongorganisasian) adalah suatu


kegiatan untuk menghimpun sumber daya yang dimiliki
dalam suatu manajemen dengan menyesuaikan sumber
dana yang tersedia, dan memanfaatkan secara efisien dan
maksimal sesuai dengan keahliannya (Winarti et al., 2012).

Pongorganisasian atau organizing berarti


menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang
terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antar
bagian-bagian yang satu dengan lainnya dipengaruhi oleh

9
keseluruhan struktur tersebut. Pengorganisasian bertujuan
membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan
yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer dalam
melakukan pengawasan dan menentukan orang yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagi-bagi (Tando, 2013)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk


menetapkan, mengelompokkan dan mengatur berbagai
macam kegiatan, penetapan tugastugas dan wewenang
seseorang pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat
untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil,
finansial, material, dan tata cara dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Rosyidi, 2013)

2.1.2.3 Actuating (pengarahan)

Segala sesuatu yang telah direncanakan dan


diorganisasikan tidak mungkin berjalan apabila tidak
diarahkan dan diberitahu tentang apa yang harus mereka
kerjakan. Pengarahan merupakan suatu usaha yang
berkaitan dengan segala sesuatu agar seluruh anggota
organisasi/lembaga dapat melaksanakan bagian
pekerjaannya dari bekerja sama unutk mencapai tujuannya
(Wijayanti, 2012).

Kepemimpinan adalah penggunaan proses


komunikasi untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan
seseorang atau kelompok ke arah pencapaian satu atau
beberapa tujuan dalam suatu kegiatan yang unik dan
tertentu. Di dalam kepemimpinan selalu melibatkan semua
elemen dalam sistem pelayanan kesehatan dan yang

10
mempengaruhi elemen tersebut adalah seorang pemimpin
(Rosyidi, 2013)

Fungsi pengarahan manajer memiliki deskripsi


pekerjaan sebagai berikut memberitahukan serta
menjelaskan tujuan yang ingin dicapai kepada para
bawahan, mengelola dan mengajak para bawahan agar
bekerja semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan,
membimbing serta mengembangkan para bawahan,
memberikan hak untuk mendengarkan, memuji,
memberikan sangsi dan pengarahan

Dalam beberapa buku manajemen, kita sering


menjumpai istilah untuk fungsi pelaksanaan dan
pembimbingan yaitu actuating (memberi bimbingan).
motivating (membangkitkan motivasi). directing
(memberikan arah), influencing (mempengaruhi).
commanding memberikan komando atau perintah). Secara
lebih sederhana fungsi pelaksanaan dan bimbingan ini
merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama di
antara staf pelaksana program, sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Tujuan fungsi pelaksanaan dan pembimbingan, yaitu:

a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien


b. Mengembangkan kemampuan dan
keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja
yang meningkatkan motivasi prestasi kerja
staf

11
e. Membuat organisasi berkembang secara
dinamis. (Winarti et al., 2012).

Fungsi bimbingan dan pelaksanaan ini merupakan


fungsi pengerak semua kegiatan program atau ditetapkan
pada fungsi pengorganisasian, untuk mencapai tujuan
program pengorganisasian, untuk mencapai tujuan program
atau dirumuskan dalam fungsi perencanaan. Oleh karena
itu, fungsi manajemen pelaksanaan ini lebih menekankan
bagaimana pimpinan mengarahkan dan menggerakkan
semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati. Menurut Suyatno (2009) mengarahkan,
menggerakkan dan memotivasi staf agar bekerja dengan
sebaik-baiknya adalah salah satu fungsi manajemen yang
harus dikuasai dan diterapkan oleh manajer keperawatan
sehari-harinya. Ada beberapa hal yang dapat menggerakkan
dan mengerahkan sumber daya manusia dalam organisasi,
yaitu :

a. Peran kepemimpinan (leadership)


b. Motivasi staf
c. Kerjasama antar staf
d. Komunikasi yang lancar antar staf

2.1.2.4 Controlling (pengawasan)

Controlling adalah proses pemeriksaan apakah


segala suatu yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah
disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta untuk
menunjukkan prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang

12
bertujuan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki
dan tidak terjadi lagi (Rosyidi, 2013).

Controlling (pengawasan) merupakan kegiatan yang


paling menentukan dalam proses manajemen, karena tanpa
ada pengawasan atau pengendalian, maka dapat terjadi
berbagai kesalahan-kesalahan yang secara langsung dapat
menggagalkan kelangsungan organisasi (Tando, 2013).

Fungsi pengawasan merupakan fungsi yang terakhir


dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat
dengan ketiga fungsi manajemen yang lain, terutama fungsi
perencanaan. Melalui fungsi pengawasan, standar
keberhasilan program yang telah dibuat dal am bentuk
target, prosedur kerja, dan sebagainya harus selalu
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang
mampu dikerjakan oleh staf Jika ada penyimpangan yang
terjadi harus segera diatasi. Penyimpangan harus dapat
dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi
oleh pimpinan (Winartiet, 2012)

2.2 Konsep MPKP

2.2.1 Pengertian MPKP

Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari


praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada
filosofi, konsep dan teori keperawatan. Era globalisasi dan
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat,
sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan
profesional (MPKP).

13
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi
perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus
& Yuli, 2006).

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu


sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi
perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur
ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai
kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak
sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi
perawat untuk melakukan tindakan keperawatan

Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan


PA, sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan
kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas. Pada aspek
struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat
sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau
berdasarkan sistem tubuh.

2.2.2 Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan


2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawata.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan

14
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.

2.2.3 Pilar-pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional

(MPKP)

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari


empat pilar diantaranya adalah

a. Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan


pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan
professional yang pertama. Pada pilar 1 yaitu pendekatan
manajemen terdiri dari

1. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai

di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi,


kebijakan dan rencana jangka pendek : harian bulanan,
dan tahunan)

2. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi,


jadwal dinas dan daftar alokasi pasien
3. Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi,


supervise. menciptakan iklim motifasi, manajemen

15
waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan
post conference, dan manajemen konflik

b. Pilar II : sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik


keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi
kerja orientasi, penilaian kinerja, star perawat proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.

c. Pilar III : hubungan professional

Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata


(tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan
keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara
interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan
kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan dan lain-lain. Sedangkan hubungan
professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan.

d. Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan


keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan

2.2.4 Komponen-Komponen MPKP

16
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan
professional, yaitu sebagai berikut :

1. Ketenagaan Keperawatan
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan

2.2.5 Macam Metode Penugasan Dalam Keperawatan

Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu


menggunakan salah satu metode pendekatan di bawah ini :

2.2.5.1 MPKP deskripsi fungsional

Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan,


dimana perawat melaksanakan tugas atau (tindakan) tertentu
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Metode fungsional di
laksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke 2. Pada saat itu,
karena maih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka
setap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi
(misalnya merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di
bangsal perawat yang bertugas pada tindakan tertentu.

Penanggung jawab Model fungsional adalah perawat yang


bertugas pada tindakan tertentu, misalnya dalam pemasangan infus,
pemberian obat, dan lain-lain.

a. Dipusatkan pada satu tugas/ pekerjaan atau aktivitas


yang harus dikerjakan

17
b. Setiap perawat satu tugas atau lebih untuk semua pasien
diruang rawat Ex: perawat A. tugas menyuntik perawat
B. mengobati luka
c. Asuhan kep, tidak berdasar masalah pasien (tidak
profesional)
d. Perawat senior sibuk administrasi dan manajerial,
yunior merawat pasien
e. Metoda ini baik untuk RS dengan tenaga kurang

Kelebihan dari metode fungsional yaitu

1. Menekankan efesiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan


2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga
3. Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
pasien di serahkan kepada perawat yunior dan atau yang belum
berpengalaman

Kekurangan dari metode fungsional yaitu:

1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat


2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak menerapakan proses
keperawatan
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan

Kepala Ruangan

18
Perawat Luka
Perawat Suntik Pengobatan

Klien

Gambar MPKP Fungsional

2.2.5.2 MPKP kasus

Berdasarkan pendekatan holistik dan filosofi keperawatan Perawat


bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu

Ratiol:1 pasien-perawat

Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan


pasien pada saat dia dinas.pasien akan di rawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa di
terapakan satu pasien satu perawat umumnya di laksankan untuk perawat

19
privat atau untuk perawatan khusus seperti (isolasi, intensif care).
Penanggung jawab pada Model Kasus adalah Manajer Keperawatan.

Keuntungan dari MPKP khusus

1. Perawat lebih memahami kasus per kasus


2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kelemahan dari MPKP khusus:

1. Belum dapat di identifikasi perawat penanggung jawab


2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama

Kepala Ruangan

Staf Perawat
Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar MPKP kasus

2.2.5.3 MPKP Tim

Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan, enam-tujuh


perawat professional dan perawat associet bekerja sebagai suatu tim, disupervisi

20
oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda terdiri dari perawat profesional sebagai ketua tim, non professional sebagai
pembantu perawat. Pemberian askep sesuai dg kebutuhan obyectif dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien

Perawat ruangan di bagi menjadi 2-3 tim atau grup yang terdiri atas tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.

Ketua tim adalah perawat professional yang mampu menggunakan


berbagai teknik kepemimpinan

Keuntungan dari MPKP TIM

1. Dapat memberikan kepuasan klien dan perawat, klien memiliki


sekelompok perawat dan lebih mengenal
2. Merawat secara komprehensif dan holistik
3. Kerja perawat lebih produktif melalui kerja sama dan berkomunikasi
dalam kelompok
4. Kemampuan tim dapat di optimalkan
5. Penanggung jawab dalam Model Tim ini adalah Ketua Tim.
6. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
7. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atas
memberikan kepuasan kepada anggota tim

Kelemahan dari metode ini adalah:

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk


konferensi im, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu waktu sibuk

Tanggung jawab ketua tim:

1. Tangung jawab dalam perencanaan

21
2. Tanggung jawab kelancaran
3. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
4. Mencatat hal-hal yang terjadi pada pasien, melaporkan perkembangan
pasien
5. Memimpin pertemuan tim
6. Melakukan pengajaran pada, pasien, kelompok, anggota tim

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Staf Staf

Pasien Pasien
Pasien

Gambar MPKP Tim

2.2.5.4 MPKP Primer

22
Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari
filosofi Keperwatan Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek
Asuhan Keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi pasien untuk
mengkoordinir Asuhan Keperwatan, dimana ratio Perawat: Pasien 1:4/ 1:5.

Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab


penuh selam 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai dengan keluar rumah sakit. Mendorong praktek
kemandirian perawat ada kejelasan antara si pembuat asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan perawat di tugaskan untuk merencanakan
melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di rawat.
Berorientasi pada pasien, bukan pada tugas. Merawat 4 - 6 pasien

Kelebihan MPKP Primer adalah:

a. Lebih komprehensif dan memperlakukan klien secara holistik


b. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri
c. Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter dan Rumah Sakit
d. Perawat puas otoritas, hubungan terus menerus klien dan perawat,
memiliki tanggung gugat, memperpendek hari perawatan

Kelemahan MPKP Primer adalah:

a. Perlu biaya lebih banyak


b. Perlu banyak tenaga professional
c. Perawat mungkin kurang menguasai kasus, pengkajian kurang dan
menyusun rencana tidak tepat
d. Kesalah fahaman anggota per asosiet dapat terjadi dalam komunikasi
e. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kemampuan self direction,

23
kemampuan mengambil keputusan yang tepat menguasai keperawatan
klinik dan mampu bekolaborasi dengan berbagai

Tim Medis Tim Medis Tim Medis

PP 1 PP 1

Pa 1 Pa 1

Pa 2 Pa 2

Pasien Pasien

12345 12345

Gambar MPKP Primer

2.2.5.5 Metode MPKP MODULAR/MODIFIKASI

24
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer.
Metode ini sama dengan model keperawatan Tim karena baik perawat profesional
maupun non professional bekerja bersama dalam memberikan asuhan
keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional. Disamping itu,
dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau
tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk
dalam perawatan hingga pulang bahkan sampai dengan waktu follow up care.

Sekalipun didalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan


metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga orang perawat, tanggung jawab yang
paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga
memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non profesional. Apabila
perawat profesional sebagi ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk,
tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya yang
berperan sebagai ketua tim. Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager)
diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan
anggota untuk bekerja sama dan berperan sebagai fasilitator. pembimbing serta
motivator. 2-3 perawat bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien 4-6
pasien, Keperawatan primer digunakan murni pendidikan SDM tidak sama.

KEPALA RUANGAN

PP 1 PP 2

PAGI

25
PA PA

SIANG PA PA

MALAM

PA PA PA

PP1 PP1

LIBUR /

CUTI

4-6 PASIEN 4-6 PASIEN

Gambar MPKP modular asuhan keperawatan Nursalam. 2012

2.2.6 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI MODEL PRAKTIK

KEPERAWATAN PROFESIONAL

Kelebihan model praktek keperawatan professional:

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

26
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberikankepuasan pada anggota tim
d. Bila di implementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan
e. Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
f. Ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing

Kekurangan model praktek keperawatan professional:

a. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim


membutuhkan waktu
b. Dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
c. Akuntabilitas pada tim Konsep
d. Beban kerja tinggi
e. Pendelegasian tugas terbatas
f. Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien tugas

2.2.7 KARATERISTIK MPKP

1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan


2. Penetapan jenis tenaga keperawatan
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan
4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

2.2.8 LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI MPKP

Tahap persiapan

1. Pembentukan team

27
Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat
ruangan, ketua MPKP

2. Rancangan penilaian mutu

Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang


meliputi kepuasan klien

3. Presentasi MPKP

Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat
presentasi

4. Penetapan tempat implementasi

Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan :


mayoritas tenaga perawat apakah ada staf baru.

5. Identifikasi jumlah klien

Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu: minimal, parsial, dan total)

6. Penetapan tenaga keperawatan


7. Penetapan jenis tenaga
a. kepala ruang rawat
b. clinical care manager
c. perawat primer
d. perawat associate
8. Pengembangan standar asuhan keperawatan

Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga


waktunya habis untuk melakukan tindakan keperawatan

9. Penetapan format dokumentasi keperawatan

28
10. Identifikasi fasilitas
a. Badge atau kartu nama tim
b. Papan nama
c. Papan MPKP

Tahap pelaksanaan

1. Pelatihan MPKP
2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan
konferensi
3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan
standar Renpra
5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak
dengan klien
6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim
7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP
dan PA
8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan

Tahap evaluasi

1. Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga


untuk setiap klien pulang
2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian
3. Penilaian infeksi nosokominal di ruang rawat
4. Penilaian rata-rata lama hari rawat

29
2.2.9 Tingkatan MPKP Menurut Sudarsono (2000)

Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan


masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan
suatu model PKP yang disebut Model Praktek Keperawatan Profesional
Pemula (PKPP). Ada beberapa jenis model PKP yaitu:

a. Model Praktek Keperawatan Profesional III

Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan


keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga
perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang
berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat
melakukan riset sera memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan

b. Model Praktek Keperawatan Profesional II

Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan


profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan spesian keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu
tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi
tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area
spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-
hasil niset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat
spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area
spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan Jumlah perawat
spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10).

c. Model Praktek Keperawatan Profesional

30
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat 1 dan untuk itu diperlukan penataan 3
komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan pada model ini adalah kombinasi
metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.

d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek

Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal


untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3
komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.

2.3 Konsep Analisa Manajemen Keperawatan (M1-M5)

2.3.1 M1 (Man)

a. SDM

Sumber daya manusia atau biasa di singkat SDM potensi yang


terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai
makhluk sosial yang adektif dan transformatif yang mampu mengelolah
dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju
tercapainya esejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan
berkelanjutan. Manajemen sumber daya manusia, di singkat MSDM,
adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan
sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki individu secara efisien dan
efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan
(goal) bersama perusahaan, karyawan, dan masyarakat menjadi maksimal.

b. Struktur Organisasi

31
Adalah pola tentang hubungan antara bagaimana kompetensi dan
bagaian organisasi. Pada organisasi formal struktur direncanakan dan
merupakan usaha sengaja untuk menetapkan pola hubungan antara
berbagai komponen, sehingga dapat mencapai sasaran efektif

Henry Mintzberg mengatakan bahwa ada 5 bagian dasar organisasi


yaitu

 The Operating Core. Yang termasuk disisni adalah para pegawai


yang melaksanakan pekerjaan dasar yang berhubungan dengan
barang dan jasa The Strategic Apex. Yang termasuk dalam
bagian ini adalah manajer tingkat puncak (top Menejemen)
 The Technostructure. Yang termasuk dalam bagian ini mereka
yang diserahi tugas untuk menganalisa dan bertanggung jawab
terhadap bentuk standarisasi organisasi The Middle Line. Yang
termasuk didalam bagian ini adalah para manajer yang
menjembatani manajer tingkat atas dengan bagian operasional
 The Support Staf Yang termasuk disini adalah orang-orang yang
member jasa pendukung tidak langsung terhadap organisasi
(orang-orang yang mengisi unit staf)

c. Visi (vision)

Adalah pernyataan yang mendefinisikan sesuatu yang ingin dicapai


perusahan/ organisasi diwaktu yang akan datang Visi terkonsetrasi ke
masa depan jangka panjang, future) dan cenderung merupakan pernyataan
yang sifatnya strategis. Misi (mission) adalah pernyataan-pernyataan yang
mendefinisian apa yang sedang akan dilakukan atau ingin diacapai dalam
waktu (sanagat) dekat atau saat ini. Misi lebihh terkonsentrasi ke saat ini
dan merupakan target-target yang sifatnya lebih opeasional yang mungkin
dikaitkan dengan customer, proses-proses dalam organisasi, serta tingkat

32
kinerja yang diinginkan. Ada beberapa strategi dalam menentukan visi,
yaitu

 Mengidentifikasikan aktifitas perusahaan berdasrkan impian yang


ingin dikejar
 Menetapkan arah yang jauh kedepan (pandangan masadepan)
 Menyediakan gambaran bersar yang menggambarkan siapa 'kita',
apa yang 'kita' lakukan, dan kemana 'kita' mengarah.

Sedangkan strategi dalam membentuk misi adalah

 Menetapkan perusahan menjadi bagian-bagian yang kecil


 Membangun rasa yang kuat tchadap identitas perusahan dan
tujuan bisnis Seorang pemimpin yang strategis akan selalu mulai
dengan :
 Konsep yang harus dan tidak harus dilakukan oleh perusahaan
 Visi kemana perusahan akan melangkah

d. Komunikasi

Adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)


dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi
diantara keduanya Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses
komunikasi secara spesifik sebagai berikut:

 Mempelajari atau mengajarkan sesuatu


 Mempengaruhi perilaku seseorang
 Mengungkapkan perasaan
 Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
 Berhubungan dengan orang lain
 Menyelesikan sebuah masalah
 Mencapai sebuah tujuan

33
 Menurunkan ketegangan dan menyelesaikan konflik
 Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain

e. Ketenagaan

Menghitung ketenagaan menurut Metode Depkes RI 2005.

N JENIS/KATEGOR RATA 2 RATA JAM JUMLAH


O I PASIEN/HAR PERAWATAN PERAWATAN/HAR
I / I

PASIEN/HARI

A B C D E

1 PASIEN 0 3,5 0
PENYAKIT
DALAM

2 PASIEN BEDAH 0 4 0

3 PASIEN GAWAT 0 10 0

4 PASIEN ANAK 2 4,5 9

5 PASIEN 0 2,5 0
KEBIDANAN

JUMLAH 2 9

 Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah

Jumlah jam perawat = 9/7 = 1,29

Jam kerja efektif per sif

34
 Loss Day

Jumlah hari minggu 1th + cuti + hari besar x jumlah perawat tersedia

Jumlah hari kerja efektif

12+ 14: 286 = 78 x 1,29 = 0,35

 Faktor Koreksi

Tabel Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruangan

 (Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%

(1,29 +0,35) x 25% =0,41

 Jumlah tenaga yang dibutuhkan

Tenaga yang tersedia + faktor koreksi

=1.64 + 0.41 = 2,05

Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 2 orang

 Beban kerja

Adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus


dicapai dalam satu satuan waktu tertentu Menghitung beban kerja,
biasanya diperlukan untuk menentukan jumlah pegawai yang diperlukan
dalam suatu unit kerja Penghitungan beban kerja adalah suatu teknik untuk
menetapkan waktu bags seorang pegawai yang memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dengan standar persentasi
yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan untuk mengukur
perhitungan beban kerja, menggunakan

35
o Metode teknik analitis, metode ilmiah dengan mengunakan
pengukuran atau yang teliti melalui pengamatan langsung
o Metode praktis empiris, didasarkan pada pengalaman perorangan
atau pemegang jabatan
o Metode identifikasi beban kerja dengan mengidentifikasikan
beban kerja memalui hasil kerja, obyek kerja, peralatan kerja dan
tugas per-tugas jabatan

2.3.2 M2 (material)

Material, merupakan satu dari lima metode manajemen keperawatan


yang memiliki karakteristik antara lain:

1. Umumnya kebutuhannya tidak pasti


2. Sangat menentukan kelancaran proses pelayanan
3. Keberadaan dan ketidak beradaan kekurangannya menimbulkan biaya
4. Umumnya memiliki persentase tertinggi dalam Neraca

Tujuan dari perencaan kebutuhan dari bahan baku adalah sebagai


berikut (yamit, 1996)

1. Menjamin tersedianya material, item, atau komponen pada saat


dibutuhkan untuk memenuhi jadwal induk produksi dan menjamin
tersedianya produk! jadi bagi konsumen,
2. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum.
3. Merencanakan aktifitas pengiriman, dan aktifitas pemberian

Perencanaan kebutuhan material atau yang sering dikebal dengan material


retuirement planning (MRP) adalah suatu system informasi yang terkomputerisasi
untuk mengatur persediaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi System
ini berbertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan
produktifitas

36
2.3.3 M3 (Methode)

2.3.3.1 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu sistem


(struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
menurut (Hoffart Woods, 1996)

Oleh karena itu direncanakan terdapat beberapa jenis MPKP, yaitu :

1. Model praktek keperawatan profesional III melalui pengembangan


MPKP III dapat diberikan asuhan keperawatan profesional tingkat III.
Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan dokter
dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan
membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan
2. Model praktek keperawatan profesional II pada model ini, akan
mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada
ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat
spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan
keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping
itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan 1 orang untuk 10 perawat primer (1:10).
3. Model praktek keperawatan profesional 1 model praktek keperawatan
professional pemula MPKP. Pada model ini mampu diberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan profesional I dan untuk ini
diperlukan penataan 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan

37
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawtan. Model ini merupakan model yang akan dikembangkan
secara bertahap (Developmental model) dan telah diuji coba di
RSUPN Cipto mangunkusumo dan RSUP persahabatan

2.3.3.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP)

Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang


sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi
tren pelayanan keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus,
modifikasi metode - primer

1. Metode fungsional (Bukan MPKP)

Metode Fungsional

Metode ini merupakan menejemen klasik yang menekan efisiensi,


pembagian tugas yang yang jelas, dan pengawasan yang baik Metode
ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat
senior menyibukkan diri dengan tugas manjerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum
berpengalaman Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan
keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jam jenis intervensi
(misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan
kepada pasien maupun perawat dan persepsi maupun perawat dan
persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.

1. Metode Tim

38
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas
tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil
yang saling membantu. Metode ini memungkinkan pemberian
pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan
proses keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga
konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada antar anggota tim
terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu sibuk.
Hal pokok dalam metode tim akan berhasil bila didukung oleh kepala
ruang.

Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan


perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah
media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota
tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi
tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi tujuan asuhan
keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim memfokuskan
pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim
untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan
keperawatan

2. Metode Primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab


penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik

39
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung
jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan
keluarga.

Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan


keterampilan manajemen, bersifat kontuinitas dan komprehensif,
perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil,
dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa
dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat
primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap
kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan
mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan
keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan
keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga
kesehatan lainnya. Selain itu, asauhan yang diberikan bermutu tinggi,
dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi, dan advokasi.

3. Metode Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan


pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu
pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat

40
privat atau untuk keperawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem
evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah Kekurangannya adalah
belum dapat diidentifikasikan perawat penanggung jawab, perlu tenaga
yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

4. Metode Modifikasi Tim Primer

Pada model MPKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua


sistem Menurut Ratna S.Sudarsono (2000) penetapan sistem model
MPKP ini didasarkan pada beberapa alasan :

1. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat


primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
2. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
3. Melalui kombinasi tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada
primer.

Adapun tugas dari Kepala Ruangan. Perawat Primer, dan Perawat


Associate menurut MPKP Pemula adalah sebagai berikut ini :

a. Kepala Ruang Rawat

Ada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah
perawat dengan kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman dan
pada MPKP tingkat satu adalah perawat dengan kemampuan SKP atau

41
Ners yang berpengalaman Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja
yaitu dinas pagi

1. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)


2. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketrampilan ruangan
3. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
diruangan
4. Bimbingan membimbing siswa atau mahasiswa (bekerja sama dengan
pembimbing klinik). Dalam pemberian askep diruangan, dengan
mengikuti sistem MPKP yang sudah ada.
5. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
6. Mengorientasikan pegawai baru residen, mahasiswa kedokteran atau
keperawatan yang akan melakukan praktik diruangan.
7. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala ruang rawat
mengingatkan kembali pasien dan keluarga tentang perawat tim yang
bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan
8. Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal lima
set setiap hari.
9. Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal
implementasi MPKP termasuk sikap dan tingkah laku profesional
10. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepada
PA senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap dibawah
pengawasan kepala ruang rawat
11. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang
dibutuhkan diruangan.
12. Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang
ada diruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat
13. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan
14. Membuat peta resiko diruangan

b. Perawat Primer/Ketua Tim

42
Perawat primer (PP) pemula adalah perawat lulusan D3 Keperawatan
dengan pengalaman minimal 4 tahun dan pada MPKP minimal 1 tahun. PP
dapat bertugas pada pagi, sore atau malam hari. Namun sebaiknya PP
hanya bertugas pagi atau sore saja karena pada malam hari, PP akan libur
beberapa hari sehingga sulit untuk menilai perkembangan pasien.
Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal masuk ruangan
sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini di bina secara terus
menerus. Pada saat melakukan pengkajian atau tindakan pada
pasien/keluarga

1. Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian


yang sudah dilakukan oleh PP pada sore, malam atau libur.
2. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar
renpra sesuai dengan hasil pengkajian.
3. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat.
4. Menetapkan PA yang bertanggung jawab ada setiap pasien, setiap kali
giliran jaga. Pembagian klien berdasarkan jumlah pasien, tingkat
ketergantungan pasien.
5. Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam melakukan
tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP
6. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
7. Membantu tindakan keperawatan yang bersikap terapi keperawatan
dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA.
8. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
9. Melakukan kegiatan serah terima pasien dibawah tanggung jawabnya
bersama PA
10. Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya. Bila PP
tidak ada, visite didampingi oleh PA (Perawat Associate/Perawat
Pelaksana) sesuai dengan timnya.

43
11. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
parkembangan klien setiap hari.
12. Melakukan pertemuan dengan pasien/ keluarga minimal setiap dua hari
untuk membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisi
klien)
13. Bila PP cuti atau libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang
telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat
14. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien/keluarga
15. Membuat perencanaan pulang pasien

c. Perawat Acocciate/Perawat Pelaksana

PA pada MPK pemula atau MPKP tingkat satu, sebaiknya adalah


perawat dengan kemampuan D3 Keperawatan. Namun, pada beberapa
kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan,
beberapa MPKP, PA adalah perawat dengan pendidikan dengan SPK
tetapi memiliki pengalaman yang cukup lama dirumah sakit.

1. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP


2. Membina hubungan terapeutik dengan pasien/ keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP.
3. Menerima klien baru (kontrak dan memberikan informasi berdasarkan
format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada ditempat).
4. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan.
5. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia.

2.3.3.3 Timbang terima

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan


menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien,

44
menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya, tersusun rencana kerja untuk dinas berkutnya (Nursalam,
2002).

Mekanisme laporan dikerjakan ketika pergantian shift sebagai


kesatuan proses komunikasi dalam menyampaikan informasi tentang
kondisi klien saat itu sebagai wujud profesional perawat dan bentuk
tanggung jawab perawat kepada klien (Dowding, 2001 dan Kerr, 2002)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi


yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat diwujudkan dengan
baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim
kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus
ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift (timbang terima
pasien). Tujuan timbang terima:

a. Tujuan umum

Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi


yang penting,

b. Tujuan khusus
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
2. Menyampaikan hal yang sudah belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh
perawat dinas berikutnya
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

c. Manfaat

45
1.Bagi perawat

a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.


b. Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar
perawat.
c. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

2.Bagi pasien Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila


ada yang belum terungkap.

Alur Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA KEPERAWATAN

MASALAH KOLABORATIF (DIDUKUNG DATA)

RENCANA TINDAKAN

TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN

PERKEMBANGAN / KEADAAN

PASIEN

46
MASALAH

1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU

2.3.3.4 Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi


masalah Perawatan pasien yang dilaksanakan perawat serta melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. (Nursalam, 2007)

Karakteristik:

a. Pasien dilibatkan secara langsung


b. Pasien merupakan fokus kegiatan
c. PA, PP dan konselor melakukan diskusi
d. Konselor memfasilitasi kreatifitas dalam
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah

1. Tujuan

a. Tujuan Umum

47
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan seluruh tim


keperawatan mampu

1. Menumbuhkan cara berpikir yang positif dan sistematis.


2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
5. Meningkatkan kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
7. Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan
keperawatan

c. Manfaat

1. Masalah pasien dapat teratasi


2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi 3
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat

d. Kriteria pasien

Pasien yang dipilih untuk ronde keperawatan adalah pasien


yang memiliki kriteria sebagai berikut :

48
1. mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka

e. Metode
1. Diskusi
2. Demonstrasi
f. Alat bantu
1. Sarana diskusi: buku, pulpen
2. Alat bantu demonstrasi
3. Status atau dokumentasi keperawatan pasien
4. Materi yang disampaikan secara lisan

Gambar Alur Ronde Keperawatan

Tahap PP
Pra
………….…………

Penetapan pasien

49
Persiapan pasien :

- Informed Consert
- Hasil pengkajian

Penyajian masalah - Apa diagnosis


keperawatan ?
- Apa data yang
mendukung ?
- Bagaimana intervensi yang
Tahap sudah dilakukan?
pelaksanaan di ……………………………. - Apa hambatan yang di
Nurse Station

Validasi Data

Diskusi PP-PP, konseler, KARU

Lanjutkan diskusi di nurse station

Tahap pelaksanaan Kesimpulan dan rekomendasi saolusi


di pasien masalah
. ……………………………….....

2.3.3.5 Sentralisasi Obat

50
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat akan di
berikan pada pasien di serahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam
2002). Saat ini harga obat atau alat kesehatan sangat mahal, diluar jangkauan
masyarakat terutama bagi klien yang dirawat dirumah sakit yang mayoritas
menggunakan berbagai merk obat paten bagi setiap klien. Penggunaan berbagai
merk obat dengan harga yang sangat tinggi tersebut tentu saja tidak hanya
berpengaruh secara ekonomis semata, namun lebih dari itu resiko penyimpangan
pengguanaan diluar hal semestinya juga dapat menimbulkan kerugian bagi klien
sendiri. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat
terjadi manakala konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik
(Nursalam, 2011).

Kontrol penggunaan obat dan konsumsi obat merupakan salah satu peran
perawat, oleh karena itu pengontrolan obat bagi pasien perlu digalakkan lagi
sehingga resiko penyimpangan dapat diminimalisir (Nursalam, 2011).

Namun dalam kemyataan di rumah sakit sering ditemukan adanya jumlah


tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga beberapa tugas dan peran
perawat harus "diserahkan" kepada keluarga atau klien sendiri. Termasuk di
dalamnya adalah penggunaan obat. Untuk itu perlu diupayakan langkah
peningkatan mutu pelayanan dengan sentralisasi obat dan pengontrolan keluarga
dalam menciptakan suatu bentuk "pendelegasian" peran dari perawat kepada
keluarga klien khususnya dalam pengolaan obat sehingga resiko-resiko
penyimpangan dapat diminimalisir (Nursalam,2007).

1. Tujuan Sentralisasi Obat (Nursalam, 2007)

a. Tujuan Umum:

- Mengaplikasikan peran peran perawat primer dalam pengelolaan


sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan
sentralisasi obat.

51
- Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien, terutama dalam
pemberian obat.
- Sebagai tanggungg jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun
moral.
- Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien

b. Tujuan khusus

- Mengelola obat pasien: Pemberian obat secara tepat dan benar sesuai
dengan prinsip 6 BENAR dan mendokumentasikan hasil pengelolaan
- Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan
Perawat Associate dalam penerapan prinsip 6 BENAR
- Meningkatkan kepuasaan klien dan keluarga atas asuhan keperawatan
yang di berikan
- Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang di berikan
- Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi

2. Manfaat Sentralisasi Obat (Nursalam, 2007)

1. Bagi klien

a. Tercapainya kepuasaan klien yang optimal terhadap pelayanan


keperawatan
b. Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat

2. Bagi perawat

a. Tercapainya kepuasaan kerja yang optimal dapat mengontrol secara


langsung obat-obatan yang di konsumsi klien
b. Meningkatkan kepercayaan klien/ keluarga kepada perawat

3. Bagi Institusi

52
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
b. Terciptanya asuhan keperawatan

3. Pengorganisasian Peran (Nursalam, 2007)

1. Kepala Ruangan

a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap perlindungan


malpraktik
b. Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi
c. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi

2. Perawat Primer

a. Menjelaskan tujuan di laksanakan sentralisasi obat


b. Menjelaskan manfaat di laksanakan sentralisasi obat
c. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program
terapi

3. Perawat Associate

Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat


selama klien di rawat

4. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat

Teknik pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana


seluruh obat yang di berikan kepada pasien baik obat oral maupun
obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada perawat
(Nursalam,2007) penanggung jawab pengelolaan obat adalah
kepala ruangan yang secara operasional dapat di delegasikan
terhadap staf yang di tunjuk (Nursalam, 2002). Pengeluaran dan
pembagian obat tersebut di lakukan oleh perawat dimana pasien

53
atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat tersebut: Prinsip 6 benar

a. Benar Pasien
b. Benar Obat
c. Benar Dosis
d. Benar cara/ rute
e. Benar waktu
f. Benar Dokumentasi

2.3.3.5 Supervisi

Supervisi keperawatan merupakan upaya untuk membantu


pembinaan peningkatan kemapuan pihak yang disupervisi agar
mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan
secara efisien dan efektif (Nursalam, 2007). Supervisi adalah
melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh "atasan
terhadap pekerjaan yang telah dilakukan "bawahan" untuk
kemudian jika ditemukan masalah segera diberikan bantuan secara
langsung guna mengatasinya (Bachtiar, 2009). Supervisi
keperawatan merupakan proses pemberian sumber yang diberikan
perawat dalam menyelesaikan tugas, dengan supervisi manajer
keperawatan dapat menemukan berbagai kendala dalam melakukan
asuhan keperawatan dan dapat menghargai potensi setiap
anggotanya (Apwani, 2006).

Dari berberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa


supervisi adalah kegiatan dalam membantu pembinaan dan
melakukan pembinaan dan melakukan pengamatan secara langsung
oleh atasan kepada bawahan agar mereka dapat melakukan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien yang apabila

54
ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa


supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan
yang dilakukan oleh supervisor. Dalam mencakup masalah
pelayanan keperawatan dan merupakan proses pemberian sumber
yang diberikan perawatan dalam menyelesaikan tugas dengan
supervisi manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala
dalam melakukan asuhan keperawatan dan dapat menghargai
potensi setiap angggota.

a. Manfaat supervisi

Manfaat supervisi ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan


menjadi 2 yaitu :

1. Meningkatkan aktivitas kerja

Peningkatan efektivitas ini berhubungan erat dengan makin


meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan "Bawahan" serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih
harmonis antara atasan dan bawahan.

2. Meningkatkan efisiensi kerja

Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin


berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh bawahan, dan
karena itu pemakian sumber daya (tenaga, dana, saran) yang
sia-sia kan dapat dicegah Nurslam. 2007).

Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada 2 teknik yaitu:

55
1. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung dilaksanakan supervisi dan harus


memperhatikan:

a. Sasaran pengamatan langsung

Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya, dapat


menimbulkan Kebingungan untuk mencegah hal ini, maka
pengamatan langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifat
pokok dan strategi

b. objektifitas pengamatan

pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat


menganggu objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini,
maka diperlukan suatu daftar isian atau checklist yang telah
dipersiapkan.

c. Pendekatan pengamatan

Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak


dan kesan negatif. Dianjurkan pendekatan pengamatan
dilakukan secara edukatil dan suportif, bukan kekuasaan atau
otoriter. (Nursalam, 2007)

2. Kerjasama

Tujuan pokok supervisi adalah meningkatkan kinerja bawahan


dengan memberikan bantuan secara langsung di tempat, sesuai
dengan kebutuhan. Untuk mengatasi masalah yang ditemukan,
diperlukan kerjasama antara pelaksana supervisi dan yang di

56
supervisi merasakan masalah yang di hadapi juga merupakan
masalah mereka sendiri (sense of belonging). (Bahtiar, 2002).

b. Penerapan Supervisi Keperawatan Pada Penerapan Metode Asuhan


Keperawatan Profesional (MPKP)

1) Prinsip supervisi:

a) Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi

b)Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,


keterampilan antar hubungan antar manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan

c) Uraian jelas, terorganisasi, dan dinyatakan melalui petunjuk atau


peraturan atau kebijakan, uraian tugas dan standart

d) Proses kerjasama yang demokratis antara supervisior dan


perawat pelaksanaan

e) Berdasarkan visi, misi, falsafah tujuan dan rencana yang


spesifik.

f) Lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan


motivasi.

g) Keamanan, hasil dan daya guna dalam pelayanan keperawatan


yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer. (Nursalam,
2007)

2) Pelaksana Supevisi

a) kepala ruang

57
1. Bertangung jawab dalam supervise pelyanan keperawatan
kepada klien diruang perawatan

2. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan


pelayanan kesehatan di rumah sakit

3. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik


keperawatan di ruang perawatan dengan tugas yang
didelegasikan

b) Pengawas keperawatan

Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan


kepada ruangan yang ada di instalasinya

c) Kepala Seksi Keperawatan

Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung


dan seluruh perawat secara tidak langsung (Nursalam, 2007).

ALUR SUPERVISI

KEPALA RUANGAN

KEPERAWATAN

58
MENETAPKAN
KEGIATAN ATAU
KEPALA SEKSI
INSTRUMENT/ALAT
UKUR
KEPERAWATAN

KEPALA

PERAWATAN IRNA

MENILAI KINERJA PERAWAT

SUPERVISER

KEPALA

PEMBINAAN (3 F) SUPERVISER

PENYAMPAIAN PENILAAN

FEED BACK
Pp1 Pp 1
FOLLOW UP ,PEMECAHAN

MASALAH
Pp 1 Pp 1

KINERJA PERAWAT DAN

PELAYANAN MENINGKAT

59
2.3.3.6 Discharge Planning (Perencanaan Pulang)

Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistemik


dan penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan
sesudah pulang (Carpenito, 1990).

Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana perawat


profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur
kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien dimana perencanaan harus
berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif serta
perawatan rutin yang sebenarnya. (Swanburg,2000).

a. Tujuan:

Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai


tingkat kesehatan yang optimal. Discharge planing yang efektif juga menjamin
perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress.
Discharge planning bertujuan untuk meningkatkan kontinuitas perawatan,
meningkatkan kwalitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan
kesehatan. (Nursalam,

2007).

b. Manfaat

Menurut Spath (2003) perencanaan pulang mempunyai manfaat:

1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada


pasien

60
yang dimulai dari rumah sakit.

2) Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis dan digunakan untuk


menjamin kontinuitas perawatan pasien.

3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan

pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.

4) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan


rumah

5) Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya


pengobatan

6) Bahan pendokumentasian keperawatan

c. Prinsip-prinsip Discharge Planning:

1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan


kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.

2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan


masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi

3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang


merupakan pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling bekerja
sama

4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang


ada

Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan


dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang
tersedia di masyarakat

61
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan,
setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus
dilakukan.

d. Jenis-jenis Discharge Planning

1. Conditional discharge (pulang sementara)

Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi, klien
pulang untuk sementara di rumah dan masih dalam proses perawatan dan
harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
Keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak
terdapat komplikasi.

2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)

Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh dari
sakitnya. Jika klien perlu perawatan kembali, maka prosedur perawatan
dapat dilakukan kembali.

3. Judocal discharge (pulang paksa)

Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum memungkinkan


untuk pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama
dengan tim home care RS atau puskesmas terdekat.

e. Keuntungan Discharge Planning

1. Bagi Pasien:

a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien.

b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan


sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.

c. Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya.

62
d. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh
support sebelum timbulnya masalah

e. Dapat memilih prosedur perawatannya.

f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang
dapat dihubunginya.

2. Bagi Perawat

a. Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat digunakan.

b. Menerima informasi kunci setiap waktu.

d. Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru.

e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan


cara yang berbeda.

f. Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

f. Hal-hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang

1. Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan


serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2. Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan.
3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan
4. Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasinya.
5. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien
sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan lain-lain.
6. Informasi tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter dan pelayanan
keperawatan serta kunjungan rumah apabila pasien memerlukan

g. Tahap-tahap Discharge Planning

63
1. Pengkajian

Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang


klien Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan
bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan
dalam proses discharge agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat
efektif. Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:

- Data Kesehatan
- Data Pribadi
- Pemberi Perawatan
- Lingkungan
- Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge


planning. dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga.
Keluarga sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota
keluarga yang membutuhkan perawatan, adalah penting untuk menentukan
apakah masalah tersebut aktual atau potensial.

3.Perencanaaan

Hasil yang diharapkan Menurut Luverne & Barbara, 1988,


perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan
spesifik klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana
pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan
METHODE, yaitu:

a. Medication (obat) Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus


dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (Lingkungan) Lingkungan tempat klien akan pulang dari

64
rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas

pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.

c. Treatment (pengobatan) Perawat harus memastikan bahwa pengobatan

dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau
anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus
dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk
memberikan keterampilan perawatan

d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan) Klien yang akan pulang


sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan.
Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
pearwatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referal Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah
sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan
yang kontinue.
f. Diet Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.
Sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.


Seluruh pengajaran yang diberikan harus di dokumentasikan pada
catatan perawat dan ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi
tertulis diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus
memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan
dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan di rumah.
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang Informasi tentang

65
klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut Seperti
informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan
terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien, faktor social
yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau tidak ada
pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien.
Transportasi harus tersedia pada saat ini.

5. Evaluasi

Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam


membuat kerja proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan
harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan
yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi
dan juga perubahan. Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya
dilakukan seminggu setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan
melalui telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam
variable

1. Derajat penyakit
2. Hasil yang diharapkan dari perawat
3. Durasi perawat yang dibutuhkan
4. Jenis-jenis pelayanan yang di perlukan
5. Komplikasi tambahan
6. Ketersediaan sumber-sumber

LANGKAH LANGKAH DISCHARD PLANNING

DOKTER DAN TIM KESEHATAN PP DIBANTU PA

KEADILAN PASIEN

KLINIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


66
LAINNYA

TINGKATKAN KETERGANTUNGAN KLIEN


PERENCANAAN PULANG

PENYELESAIAN ADMINITRASI LAIN-LAIN

PROGAM HEALT EDUCATION

1. CONTROL DAN OBAT/ PERAWATAN


2. GIZI
3. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

MONITOR ( SEBAGAI PROGAM SERVICE


SAFETY) OLEH : KELUARGA DAN PETUGAS

2.3.4 M4 (Money)

Budget (anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis,


yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
mond dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

Dari pengertian di atas nampaknya bahwa suatu Budget mempunyai 4


unsur. yaitu:

67
 Rencana
 Dinyatakan dalam unit moneter
 Jangka waktu tertentu yang akan datang
 Meliputi seluruh kegiatan perusahaan

1. Manfaat Budget

 Sebagai Pedoman Kerja

Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arahan


serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh
kegiatan kegiatan perusahaan diwaktu yang akan datang.

 Sebagai Alat Pengawasan Kerja

Budget berfungsi pula sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding


untuk mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan
membandingkan apa yang tertuang di dalam budget dengan apa yang
dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah
perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses bekerja.

 Sebagai Alat Pengkoordinasian Kerja Budget berfungsi sebagai alat


untuk mengkoordinaksikan kerja semua bagian-bagian yang terdapat
di dalam perusahaan Sains menunjang, saling bekerja sama dengan
baik untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian
kelancaran jalannya perusahaan lebih terjamin.

2.3.5 M5 Marketing)

1. Definisi

68
Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan produknya. Memasarkan produk barang tentu penting
sebagai bahan apabila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses
produksi barang akan berhenti

2. Faktor Kunci Keberhasilan Dari Pemasaran

- Adanya subbag marketing dalam struktur organisani suatu rumah sakit


- Adanya visi dan misi
- Status rumah sakit yang profit
- Adanya upaya pemasaran yang telah dilaksanakan di rumah sakit
- Tersedianya fasilitas medis dan non medis yang memadai

3. BOR Pasien

4. Mutu Pelayanan Keperawatan

- Meningkatkan mutu pelayanan dapat dilihat dari beberapa aspek,


antara lain kejadian dekubitus, kematian pasien dan tingkat kepuasan
pasien

- Upaya pengurangan infeksi nosokomial dapat dilihat dari kejadian


flebitis, ILO tidak terjadi, ISK tidak terjadi dan pneumonia tidak terjadi.

5. ALOS (Average Long of Stay)

Lama rawat inap pasien di sebuah ruangan rumah sakit dengan rata-rata
rawat inap beberapa hari. Pasien dapat dikelompokan menjadi dua
kelompok yaitu pasien pulang dengan kondisi baik dan pasien pulang
dengan kondisi belum sembuh. Sedangkan menurut Depkes (2005)
standart ALOS yaitu selama 6-9 hari.

69
ВАВ ІII

PENGKAJIAN

3.1 Kajian Situasi Manajemen RS Gatoel

3.1.1 Visi

Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat yang mengutamakan


peningkatan mutu dan keselamatan pasien

3.1.2 Misi

1. Menyediakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi melebihi harapan


pelanggan dengan mengutamakan keselamatan pasien.
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia.
3. Mengembangkan fasilitas Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan
masyarakat.
4. Memotivasi karyawan untuk bekerja dalam tim dengan dedikasi tinggi dan
inovatif .
5. Menyediakan lingkungan rumah sakit yang aman dan menunjang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
6. Mewujudkan Rumah Sakit berwawasan lingkungan.

3.1.3 Moto

"Pelayanan Profesional Sepenuh Hati"

3.1.4 Nilai Perusahaan

1. Team Work
Meningkatkan kerjasama demi kepuasan pelanggan
2. Integrity
Memberikan pelayanan terbaik sesuai kode etik yang berlaku.
3. Profesionalisme

70
Melaksanakan tugas sesuai standar profesi.

4. Respect
Melayani semua orang dengan sopan, jujur, terbuka dan rendah hati.
5. Inovation
Selalu melakukan perubahan dan perbaikan berkelanjutan
6. Social Responsibility Memiliki kontribusi terhadap pembangunan
kesehatan dan social masyarakat disekitar unit kerja
3.2 M1 (MAN)
STRUKTUR ORGANISASI RS. GATOEL MOJOKERTO

71
Struktur organisasi Graha Jasmine Silver Lantai II Rumah Sakit gatoel .

Kepala Subdivisi
Khairun Nisak ,S.kep., Ners

Kepala Jaga Kepala Jaga Kepala Jaga Kepala Jaga


Elmi Riana, S.Kep., Ners Risa Ari, S.Kep., Ners Asih , S.Kep.Ners Risa Ari, S.Kep., Ners

Perawat Pelaksana : Perawat Pelaksana : Perawat Pelaksana : Perawat Pelaksana :


1. Siti C.M, S.,Kep.,Ns 1. Lilis S, S.Kep., Ns 1. Sucitra , S.Kep., Ns 1. Indah , S.Kep., Ns
2. Yustika , S.Kep., Ns 2. Ogiek , Amd. Kep 2. Siti N C , S.Kep., 2. Agung W.S ,
3. Dista , S.Kep.,Ns 3. Candra T, S.Kep Ns S.Kep., Ns

72
ALUR MASUK PASIEN

PASIEN POLI UMUM PASIEN IGD

MRS / OPNAME

TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN


RAWAT INAP (TPPRI)

IGD

ICU IRNA

KASIR

PASIEN PULANG

3.2.2 Perhitungan ketenagakerjaan

Jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari


klarifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Menurut Douglas
(1992), jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di rumah sakit pada pagi,
sore dan malam berdasarkan klarifikasi klien dapat dilihat pada table.

Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan


klasifikasi pasien Pasien Pagi Siang Malam

Total Care 2 2x0,36=0,72 2x0,30=1,8 2x0,2=0,4

Partial care 5 5x0,27=1,35 5x0,15=0,75 5x0,07=0,35

73
Minimal Care 31 31x0,17=5,27 31x0,14=4,34 31x0,10 3,1

Total 38 7,34 6,89 3,85

Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruangan pada


tanggal 21 Agustus 2018.

Total tenaga perawat:

Pagi :7

Siang :7

Malam : 4 +

Klasifikasi
Kebutuhan tenaga keperawatan
pasien Jumlah
Pasien Pagi Siang Malam

Total Care 4 4x0,36=1,44 4x0,30=1,2 4x0,2=0,8

Partial care 12 12x0,27=3,24 12x0,15=1,8 12x0,07=0,84

Minimal Care 25 25x0,17=4,25 31x0,14=3,5 31x0,10=2,5

Total 41 8,93 6,5 4,14


Total : 18 per hari

74
Jumlah tenaga perawat yang di butuhkan pada suatu ruangan pada tanggal
21 Agustus 2018

Total tenaga perawat :

Pagi :9

Siang : 7

Malam : 4 +

RATA JAM
RATA PERAWATAN JUMLAH
JENIS / PASIEN / / PERAWATAN/
NO KATEGORI HARI PASIEN/HARI HARI

A B C D E
 PASIEN PENYAKIT
 1 DALAM  5  3,5  17,5

 2  PASIEN BEDAH  2  4  8

 3  PASIEN GAWAT  1  10  10

 4  PASIEN ANAK  5  4,5  22,5


 PASIEN
 5 KEBIDANAN  0  2,5  0

JUMLAH  13    58 


Total : 20 per hari

 RATA JAM JUMLAH


 RATA PERAWATAN/ PERAWATAN/
NO   JENIS / KATEGORI PASIEN /HARI PASIEN/HARI HARI 

A B C D E
 PASIEN PENYAKIT
 1 DALAM  19  3,5  66,5

 2  PASIEN BEDAH  5  4  20

 3  PASIEN GAWAT  2  10  20

 4  PASIEN ANAK  12  4,5  54

 5  PASIEN KEBIDANAN  0  2,5  0

75
RUMAH
SAKIT
GATOEL

JUMLAH  38    160,5 

Ketenagakerjaan shift pagi tanggal 20 Agustus 2018

 Jumlah tenaga perawat yang diperlukan adalah


Jumlah jam perawat = 160 = 22,9 = 23
Jam kerja efektif per sift 7
 Loss Day
Jumlah hari minggu 1th + cuti + hari besar x Jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
52 + 12 + 14 x 23 = 6,2
286
 Jumlah tenaga keperawatan non keperawatan (non nursing job)
(jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
(23 + 6,2) x 25% = 7,3
 Jumlah tenaga yang dibutuhkan
Tenaga yang tersedia + faktor koreksi
23 + 6,2 + 7,3 = 36,5 perawat = 37 perawat

Ketenagakerjaan shift siang tanggal 20 Agustus 2018

 Jumlah tenaga perawat yang diperlukan adalah

Jumlah jam perawat = 58 = 8,2

Jam kerja efektif per shift


 Loss day
Jumlah hari minggu 1th + cuti + hari besar x jumlah perawat tersedia

76
Jumlah hari kerja efektif

52 + 12 + 14 x 8,2 = 2,2

286

 Jumlah tenaga keperawatan non keperawatan (non nursing job)


(jumlah tenaga keperawatan + loss day ) x 25 %
(8,2 + 2,2 ) x 25 % = 2,6 = 3
 Jumlah tenaga yang dibutuhkan
Tenaga yang tersedia + faktor koreksi
8,2 + 2,2 + 3 = 13,4 = 13
2.7 Jumlah BOR Pasien Diruang jasmin silver dan

BOR pasien ruang keperawatan jasmin silver tanggal 20 Agustus 2018 di


RS Gatoel Mojokerto

BOR pasien tanggal 20 Agustus 2018

Pasien VIP = 10 orang

Pasien jasmin silver = 28 orang

BOR = jumlah pasien/jumlah bed x 100%

= 38/32 x 100% = 118,75 %

BOR pasien tanggal 31 Mei 2018

Pasien VIP = 9 orang

Pasien jasmin silver = 32 orang BOR

- jumlah pasien/jumlah bed x 100%

= 41/32 x 100% = 128,12 %

3.3 M2 (MATERIAL)

Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 20-21 Agustus 2018.


Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut :

77
3.3.1.1 Lokasi dan Denah Ruangan
Rumah sakit Gatoel merupakan bangunan dan lokasi yang
strategis yang berada ditengah tengah penduduk. Lokasi Ruang
Jasmine Silver RS Gatoel Kota Mojokerto lerletak di Gedung
Instalasi Rawat Inap Lantai 2, dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan menuju ke parkir karyawan
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Loundry
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Ruang ipal dan gas medis
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Mushola

DENAH RUANG JASMINE SILVER


2 2 2 2 2 2 2 LINEN 2 2 2
LIFT
&
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
KAMAR
1 3 5 7 9 1 3 MANDI 5 7 9
PEGAW
AI

2 2 2 2 2 2 2 R. KANTOR 2 2 2

0 0 0 0 1 1 1 TUNGG PERAWA 1 1 2
U T
2 4 6 8 0 2 4 6 8 0

78
Berdasarkan hasil pengkajian pada hari Senin dan Selasa tanggal
20-22 Agustus 2018, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang
Jasmine Silver adalah 32 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut :

1. Data Tempat Tidur Pasien


A. Gambaran umum jumlah tempat tidur Jasmine Silver
VIP - 4 bed
Kelas 1 : 28 bed
Total jumlah bed di Ruang Jasmine Silver=32 bed
B. Gambaran berdasarkan jumlah pasien
BOR pasien ruang keperawatan Jasmine Silver tanggal 20 - 21
Agustus 2018 di RS Gatoel BOR pasien ruang keperawatan jasmin
silver tanggal 20 - 21 Agustus 2018 di RS Gatoel Mojokerto

BOR pasien tanggal 20 Agustus 2018

Pasien VIP = 10 orang

Pasien jasmin silver = 28 orang

BOR = jumlah pasien / jumlah bed x 100%

= 38/32 x 100%

=118,75%

BOR pasien tanggal 21 Agustus 2018

Pasien VIP = 9 orang

Pasien jasmin silver = 32 orang

BOR - jumlah pasien/jumlah bed x 100%

79
=41/32 x 100%

= 128, 12 %

3.3.4 PERALATAN DAN FASILITAS

No Nama barang Jumlah Kondisi


1 Tempat tidur pasien 32 bed Baik
2 Sofa 6 set Baik
3 Bed penunggu pasien 4 bed Baik
4 Lemari pasien 32 bed Baik
5 Meja makan pasien 32 buah Baik
6 Standard infuse roda 15 buah Baik
7 Ac permanen 32 unit Baik
8 Standing AC 2 unit Baik
9 Remote AC 32 unit Baik
10 Televise 21 unit Baik
11 Dispenser 1 buah Baik
12 Kursi roda 2 buah Baik
13 Troli linen 2 buah Baik
14 Tempat linen kotor 2 buah Baik
15 Tempat sampah pasien 9 buah Baik
16 Tempat sampah botol infuse 1 buah Baik
17 Tempat sampah medis 2 buah Baik
18 Tempat sampah non medis 3 buah Baik
19 Meja oplos 1 buah Baik
20 Computer 1 set Baik
21 Printer 1 set Baik
22 Meja kantor 1 buah Baik
23 Loker perawat 1 buah Baik
24 Lemari perawat 1 buah Cukup baik
25 Almari dokumen 4 buah Baik
26 Almari penyimpanan obat 1 buah Baik
27 Bantal pasien 14 buah Baik
28 Lemari obat 1 buah Baik
29 Kulkas obat 1 buah Baik
30 Foto (lumitur) 1 buah Baik
31 Termometer 2 buah Baik
32 Bak instrument 4 buah Cukup baik
33 ECG 1 buah Baik
34 Meja ECG 1 buah Baik
35 Telepon 1 buah Baik
36 Hand phone ruangan 1buah Cukup baik

80
37 Meja perawat 1 buah Baik
38 Timbangan dewasa 1 buah Baik
39 Bel telepon pasien 1 buah Baik

Table 3.3.5 bed dalam satu ruangan

No Nama ruangan silver Jumlah Keadaan Ket


1 Graha jasmine silver 28 bed Baik
2 VIP 4 bed Baik

Inventaris alat-alat Medis

No Nama alat Jumlah Keadaan


1 Thermometer 2 buah Baik
2 Bak instrument 4 buah Cukup baik
3 ECG 1 buah Baik
4 Meja ECG 1 buah Cukup baik
5 Kom kecil 2 buah Baik
6 Pinset 2 buah Baik
7 Gunting lancip 1 buah Baik
8 Gunting AJ 1 buah Baik
9 Tensimeter air raksa 3 buah 1 rusak

2 baik
10 Tensimeter digital 1 buah Cukup baik
11 Stetoskop 3 buah Baik
12 Meja perawat 1 buah Baik
13 O2 Central 26 buah Baik
14 O2 Transport 1 buah Baik
15 Nebulizer 1 buah Baik
16 Troli emergency 1 buah Baik
17 Tromol 1 buah Baik
18 Bengkok 1 buah Baik
19 Suction 1 buah Baik

81
3.4 M3 (METHODE)

3.4.1 Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan Profesional

Dari hasil observasi dan wawancara pada tanggal 20-21 Agustus 2018
kepada perawat Ruang Jasmine silver, Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) di Ruang Jasmine silver sejak 4 bulan yang lalu, yaitu telah
menggunakan MPKP dengan model ringsional yang mana dalam model ini
perawat ruangan dibagi tugas menjadi Beberapa bagian yang bertanggung jawab
sesuai tugas masing-masing yaitu sebagai berikut Kepala Ruangan, Perawat Staff,
Perawat Pelaksana.

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 20-21 Agustus 2018 perawat


berpendapat bahwa MPKP yang digunakan diruangan adalah MPKP TIM
modifikasi fungsional dan Komunikasi antara sesama perawat dan tenaga
kesehatan lain sudah berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar pada tanggal 21 Agustus 2018


didapatkan hasil 88 % perawat di ruang Jasmine Silver memiliki pengetahuan
yang cukup terhadap model MPKP yaitu model Tim Modifikasi fungsional

3.4.2 Timbang Terima

Setiap timbang terima dihadiri oleh perawat staff, perawat pelaksanadan


kepala ruangan (kecuali untuk shiftsore ke malam tanpa kepala ruangan).
Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift di ruang perawat. Pengoperan
timbang terima berupa identitas pasien, nomor bed pasien, diagnosa medis,
keadaan umum atau keluhan utama, data objektif, data subjektif, masalah
keperawatan, intervensi baik mandiri maupun kolaborasi dan catatan tambahan.
Pada saat timbang terima kurang mengupas setiap masalah yang ada pada pasien.
Selain itu masalah keperawatan kurang diangkat, lebih banyak medis. Setelah itu
perawat staff, perawat pelaksana serta kepala ruangan melakukan validasi ke
pasien dengan secara bersama-sama.

82
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, perawat mengatakan timbang
terima dilakukan pada fokus masalah medis dan kurang fokus keperawatan dan
selalu dilakukan tiap pergantian shift.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar pada tanggal 21 Agustus 2018 di


ruang Jasmine Silver didapatkan hasil 95% melakukan timbang terima setiap kali
pergantian shift dengan jam pelaksanaan yang tepat waktu dan dihadiri oleh
seluruh anggota perawat sesuai dengan jadwal shift yang dipimpin oleh kepala
ruangan saat pagi hari, oleh katim oleh dinas siang, dan oleh perawat pelaksana
saat dinas malam.

3.4.3 Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara perawat mengatakan telah mengenal dan


memahami ronde keperawatan, namun dalam pengaplikasiannya ronde
keperawatan belum dilakukan secara optimal dikarenakan beberapa kendala
diantaranya ketidakseimbangan antara jumlah SDM yang rendah dibandingkan
dengan pasien yang tinggi serta tingkat ketergantungan pasien yang tinggi
(ketergantungan total dalam artian segala sesuatu yang pasien dan keluarga pasien
butuhkan harus dipenuhi oleh perawat).

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar pada tanggal 21 Agustus


2018, didapatkan hasil 95% perawat mengerti dan memahami mengenai ronde
keperawatan dan ruangan mendukung adanya pelaksanaan ronde keperawatan.

3.4.4 Supervisi Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara perawat mengatakan telah mengenal dan


mengerti ronde keperawatan, namun dalam pengaplikasiannya ronde keperawatan
belum dilakukan secara optimal dikarenakan beberapa kendala diantaranya
ketidakseimbangan antara jumlah SDM yang rendah dibandingkan dengan pasien
yang tinggi serta tingkat ketergantungan pasien yang tinggi (ketergantungan total
dalam artian segala sesuatu yang pasien dan keluarga pasien butuhkan harus
dipenuhi oleh perawat).

83
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar pada tanggal 20 Agustus
2018 di ruang Jasmine Silver didapatkan hasil 96,7% perawat mengatakan bahwa
setiap satu minggu sekali dilakukan supervisi oleh kepala ruangan.

3.4.5 Discharge Planning

Discharge Planning di Ruang Jasmine Silver sudah dilakukan mulai pasien


datang hingga keluar. Pada saat pasien pulang, pasien tidak diberikan DP karena
DP terlampir direkan medik pasien, akan tetapi ketika pasien pulang diberikan
surat control, obat serta penkes. Lembar DP sudah ada dengan format sesuai
dengan standart: Identitas pasien, tanggal kontrol, aturan diet, obat, perawatan
luka di rumah, keadaan umum pasien saat dipulangkan serta saran untuk pasien
selama di rumah. Pengisian DP dilakukan oleh perawat jaga saat itu, namun tidak
diserahkan ke pasien oleh PP melainkan dilampirkan di Rekam Medis pasien.
Berdasarkan hasil wawancara perawat menyatakan DP telah dilaksanakan namun
belum optimal karena lembar discharge planning tidak diserahkan kepada pasien

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar pada tanggal 20 agustus 2018


didapatkan hasil 85% perawat mengatakan memahami tentang discharge planning,
perawat juga telah melakukan discharge planning sesuai dengan alur yang sudah
ditentukan (sesuai SOP).

3.4.6 Pengelolaan Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat di Ruang Jasmine Silver dilaksanakan dengan metode


ODD (One Day Dose) yaitu pemerian obat disiapkan dalam bentuk dosis siap
pakai dalam selama 24 jam saja. Sistem sentralisasi obat seharusnya dilakukan
terhadap obat tertentu misalnya obat-obat emergensi, sedangkan obat yang lain
diletakkan di masing-masing lemari pasien. Namun di Ruang Jasmine Silver
sudah ada tempat penyimpanan obat sesuai dengan nama , rekam medis pasien
dan kamar hanya saja belum mempunyai tempat rak obat. Alur penerimaan obat
adalah obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan kepada perawat untuk
diberikan ke depo farmasi. Obat tersebut tidak diambil oleh perawat melainkan
depo farmasi mengantarkan obat ke rungan jasmin silver.

84
Setelah itu berdasarkan resep yang diberikan, obat diserahkan oleh depo ke
perawal dalam kemasan perdosis pemberian. Setelah itu, perawat menerima obat
dan melakukan pengecekan. Setelah obat sesuai dengan dosis yang diminta,
perawat baru memberikan obat kepada pasien. Berdasarkan hasil observasi untuk
pelaksanaan penerimaan obat dari depo farmasi sampai ke pasien juga sudah
terdokumentasikan dengan baik. Pengoplosan obat seharusnya dilakukan oleh
petugas depo farmasi, namun dalam realisasinya pengoplosan obat di Ruang
Jasmine Silver masih dilakukan oleh perawat pelaksana, akan tetapi pendelegasian
SK untuk pengoplosan obat dari apoteker ke perawat sudah diberikan).
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan pada tanggal 20 Agustus 2018
didapatkan hasil 95% perawat di ruang Jasmine Silver telah melaksanakan
sentralisasi obat dengan baik.

3.4.7 Dokumentasi Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada medical record (status)


didapatkan pendokumentasian yang berlaku di Ruang Jasmine Silver adalah
sistem SOR (Sources Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian
yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya dari dokter,
perawat, ahli gizi dan lain-lain yang terlampir dalam lembar CPPT (Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi).

Berdasarkan hasil observasi terhadap seluruh status pasien yang ada, didapatkan:

1. Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap shift dan


pendokumentasian mencakup asuhan keperawatan mulai dari keluhan
utama, data objektif, data objektif dan tindakan keperawatan.

2. Rekam Medik disusun sesuai urutan berdasarkan nomor register dan


identitas pasien dicantumkan, jam pendokumentasian sudah ada dan
keluhan pasien juga sudah disebutkan dalam lembar CPPT.

3. Pendokumentasian perawat terdapat pada daftar tersendiri yang terdiri


dan lembar penerimaan pasien baru, pengkajian, diagnosa keperawatan
implementasi serta format pembagian obat intervensi dan

85
4. SOP tentang cuci tangan ditempel di dekat tempat cuci tangan

Selama ini pendokumentasian asuhan keperawatan sudah dilaksanakan


pada lembar rekam medis dan format asuhan keperawatan. Catatan
tindakan keperawatan pada rekam medis terkait advice dari dokter,
sedangkan pada format pencatatan askep meliputi diagnosa dan intervensi
serta evaluasi keperawatan

Berdasarkan hasil observasi menggunakan rekam medis pasien


pada tanggal 21 Agustus 2018 diruang jasmin silver

1. Pengkajian

Dari hasil observasi yang telah dilakukan mulai tanggal 21 Agustus 2018
dari 21 Rekam Medis pasien didapatkan hasil, terdapat format pengkajian pada
masingmasing rekam medis pasien. status pengkajian pemeriksaan fisik sudah
terdokumentasi, untuk format pengkajian riwayat kesehatan tidak terdokumentasi
Secara keseluruhan, hanya terdokumentasi pada keluhan utama pada semua status
pasien. Format pengkajian orientasi ruangan dan pola kebiasaan sehari-hari sudah
terdokumentasi semua. Hasil pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa
yang melakukan pengkajian lengkap sebanyak 11 responden (53%) dan

yang melakukan pengkajian tidak lengkap sebanyak 10 responden (47%)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan harus sesuai dengan kondisi klien artinya terdapat


keterkaitan antara diagnosis dan pengkajian (Sitorus, 2006). Diagnosis
keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan pasien.
Komponen diagnosis keperawatan terdiri atas P-E-S (problem-etiologi-symptom)
(Nursalam. 2008)

Ruangan menggunakan diagnosa medis dan diagnosa keperawatan sebagai


acuan untuk membuat rencana keperawatan. Hasil diagnosa keperawatan
didapatkan data bahwa yang melakukan pencatatan diagnosa sebanyak 20
responden (95%) dan yang tidak melakukan diagnose sebanyak 1 responden (5
%).

86
3. Perencanaan

Perencanaan disusun dan ditandatangani oleh perawat pelaksan (PP) yang


bertangung jawab kepada pasien. Terdapat tujuan yang meliputi kriteria
pencapaian tujuan. Tindakan observasi keperawatan antara lain: monitor tanda
vital dan mengukur jumlah pemasukan tindakan terapi keperawatan antara lain:
mengubah posisi pasien, melatih nafas dalam dan batuk, meingkatkan koping
pasien, tindakan pendidikan kesehatan, tindakan kolaborasi: pelibatan pasien dan
keluarga (Sitorus, 2006).

Dari hasil observasi yang telah dilakukan mulai tanggal 21 Agustus 2018
dari 16 rekam medis pasien didapatkan hasil, perencanaan ditulis didalam format
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT), dalam CPPT tertulis rencana
medis, rencana keperawatan dan tindakan yang akan dilakukan atau yang sudah
dilakukan berdasarkan konsultasi dengan dokter. Rencana yang terdapat sebagian
besar hanya kolaborasi pemberian terapi, belum ditemukan rencana keperawatan
didalamnya. Pada perencanaan yang dilakukan perawat mencakup tindakan
observasi keperawatan, dan kolaborasi. Hasil pelaksanaan rencana keperawatan
didapatkan data bahhwa pada tahap perencanaan yang melakukan pengisian
intervensi lengkap sebanyak 17 responden (81%) dan yang melakukan pengisian
intervensi tidak lengkap sebanyak 4 responden (19%).

4. Implementasi

Dalam implementasi keperawatan tindakan keperawatan, terapi,


pendidikan kesehatan, dan tindakan kolaborasi dicatat pada format implementasi.
Serta terdapat penilaian terhadap respon klien dari tiap-tiap tindakan yang
dilakukan (Sitorus, 2006).

Dari hasil observasi yang telah dilakukan mulai tanggal 21 Agustus 2018
pasien didapatkan hasil, semua tindakan implementasi sudah dilaksanakan sesuai
perencanaan dan sudah terdokumentasi namun tidak ada perencanaan
keperawatan, hanya mengacu pada intervensi dokter, untuk respon klien terhadap
tindakan keperawatan tidak terdokumentasi. Hasil pelaksanaan implementasi

87
keperawatan didapatkan data bahwa yang melakukan pengisian implementasi
sebanyak 21 responden (100%)

5. Evaluasi

Dalam evaluasi SOAP ditulis setiap hari untuk setiap masalah dan tero da
atau pernyataan bahwa diagnosis sudah di atasi atau belum teratasi (Sitorus,2006).
Dari hasil observasi yang telah dilakukan mulai tanggal 21 Agustus 2010 rekam
medis pasien didapatkan hasil. evaluasi dilakukan sesuai dengan SOAT namun
pada assessment tidak terdapat diagnose keperawatan dan pada planning
dijelaskan intervensi apa yang akan dilanjutkan. Hasil pelaksanaan evaluasi
keperawatan didapatkan data bahwa yang melakukan pengisian implementasi
sebanyak 21 responden (100%). Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar
pada tanggal 22 Agustus 2018 di ruang Jasmine Silver didapatkan hasil 91,7%
perawat telah mengerti dan melaksanakan dokumentasi keperawatan dengan baik
sesuai dengan SOP.

3.4.8 Penerimaan Pasien Baru

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan, proses


penerimaan pasien yang datang di Ruang Jasmine Silver, dilakukan kegiatan PPB
(penerimaan pasien baru). Bila ada pasien datang. perawat akan menyiapkan
tempat tidur pasien penyuluhan, cara minum obat dan dosis, pencegahan penyakit,
resiko penyakit, aktivitas yang boleh dilakukan, menjelaskan fasilitas yang ada
diruangan, memperkenalkan diri, dokter penanggung jawab pasien dan
memperkenalkan aturan rumah sakit.

3.5 M4 (Money)

1.Tarif RS. Gatoel Mojokerto

Sebagian besar pembiayaan ruangan berasal dari rumah sakit yang


diperoleh dari swadaya rumah sakit itu sendiri. Sedangkan pembiayaan pasien
sebagian besar dari Askes Maskin atau Jamkesmas, sedangkan yang lain dari
Askes PNS, Askes Swasta, Jamsostek atau Astek, Lahan praktik dan biaya
sendiri. Biaya perawatan yang berlaku saat ini sesuai kelas perawatan diruang

88
Jasmine Silver ada 2 ruang yaitu rawat inap kelas 1 dan rawat inap VIP. Rumah
Sakit Gatoel memiliki sebuah sistem pembiyaan tersendiri yang disebut SIM RS
(Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit). Dimana perawat dapat melihat
pembiayaan pasien yang ada di ruang jasmine silver, akan tetapi perawat tidak
bisa melihat pembiayaan ruangan yang lain dikarenakan yang memiliki password
untuk melihat pembiayaan pasien selama dirumah sakit adalah kabsudiv.

Kerjasama antar asuransi Pembiayaan pasien yang berasal dari asuransi


sebagian besar diperoleh dari

- PT. Telkom - Pertamina

- Mandiri Syariah - CJ Indonesia

- BNI Life - Asuransi MAG

- Asuransi Generali indonesia - Jasa Raharja

- Asuransi Sinarmas - Asuransi jasindo

- BPJS -Sinarmas MSIG

- Im Care 177 - PAL Indonesia

- ABDA - Yance BCA

- BANK JATIM - Gesha

- Asuransi Sinarmas - Asuransi Jaya proteksi

- Allianz - Bank BRI

- Lippo Insurance - Asuransi Jaya PLN

- PT. Ajinomoto

- PT Roman Keramik

- Great Estream

Tarif pelayanan khusus ruang jasmine silver RS. Gatoel Mojokerto


No Jenis pelayanan VIP Kelas 1
1 Tarif Kamar Rp. 550.000 Rp. 350.000
2 Visite dr.Spesialis Rp. 150.000 Rp. 100.000
3 Visite dr.Umum Rp. 110.000
89 Rp. 85.000
4 Jasa Keperawatan Rp. 65.000 Rp. 55.000
Tarif pelayanan keseluruhan RS.GATOEL MOJOKERTO

No RAWAT INAP TARIF


1 Visite dr. Spesialis (VIP) Rp. 150.000
2 Visite dr. Spesialis (Kelas I) Rp.100.000
3 Visite dr. Perusahaan (VIP) Rp. 85.000
4 Visite dr. Perusahaan (Kelas I) Rp. 70.000
5 Visite dr. Umum luar (VIP) Rp. 110.000
6 Visite dr. Umum luar (KelasI) Rp. 85.000
7 Asuhan keperawatan VIP Rp. 85.000
8 Asuhan keperawatan kelas I Rp. 55.000
9 Tarif kamar kelas VIP (Jasmine VIP ) Rp. 550.000
10 Tarif kamar kelas I (Jasmine Silver) Rp. 350.000
11 Pemakaian ambubag / jackson rees / hari Rp. 35.000
12 Tindakan resusitasi RJPO Rp. 55.000
13 ECG Rp. 60.000
14 Pembacaan ECG oleh dr. Spesialis Rp. 15.000
15 Pasang infus dewasa Rp. 70.000
16 Pasang infus balita Rp. 100.000
17 Pengawasan transfusi Rp. 35.000
18 Pemakaian O2 Rp. 3000
19 Pemberian obat per anus Rp. 11.000
20 Angkat jahitan Rp. 22.000
21 Pemeriksaan GDA Rp. 35.000
22 Pasang kateter Rp. 90.000
23 Lepas kateter Rp. 20.000
24 Lavemen Rp. 35.000
25 Surat keterangan perusahaan jasa raharja Rp. 55.000
26 Konsultasi gizi Rp. 30.000
27 Tensi per hari Rp. 15.000
28 Punksi pleura / abdomen / lumbal oleh dr. Rp. 425.000
Spesialis VIP
29 Punksi pleura / abdomen / lumbal oleh dr. Rp. 365.000
Spesialis kelas I

90
30 Nebulizer per pemakain Rp. 40.000
31 Tindakan IM/IC/SC/Tindakan Rp. 20.000
32 Tindkan suntik IV Rp. 20. 000

Tarif pelayanan kamar operasi RS. Gatoel Mojokerto

No Kamar operasi Tarif


1 Honor dr. Operasi besar kelas I Rp. 3000.000
2 Honor dr. Operasi sedang kelas I Rp. 2000.000
3 Honor dr. Operasi kecil kelas I Rp. 1.500.000
4 Honor dr. Operasi khusus kelas I Rp. 5000.000
5 Penggunaan obat bius kelas I Rp. 500.000
6 Penggunaan obat bius general operasi Rp. 1.300.000
besar kelas I
7 Penggunaan obat bius general operasi Rp. 900.000
sedang kelas I
8 Penggunaan obat bius general operasi kecil Rp. 550.000
kelas I
9 Penggunaan obat bius general operasi Rp. 2.000.000
khusus kelas I
10 Penggunaan bahan habis pakai untuk Rp. 1.100.000
operasi besar kelas I
11 Penggunaan bahan habis pakai untuk Rp. 900.000
operasi sedang kelas I
12 Penggunaan bahan habis pakai untuk Rp. 550.000
operasi kecil kelas I
13 Penggunaan bahan habis pakai untuk Rp. 250.000
operasi kusus kelas I

3.6 M5 (Marketing)

3.6.1 SDM Marketing

a. gambar SDM Marketing

Drg. Ani

Kepala divisi pemasaran


dan pengembangan bisnis

91
Eni, SE Nurul Mahnuna

Kepala sub divisi Kepala sub divisi Humas


pemasaran

Priadi,SE

Ayu, S.Km

Fransiska,Amd.Kep

Nanang, S.Kom

Yohanna, SE

b.Dari asuransi dengan admedika maupun non admedika sesuai dengan perjanjian
kerjasama:

- PT. Telkom - Pertamina

- Mandiri Syariah - CJ Indonesia

- BNI Life - Asuransi MAG

- Asuransi Generali indonesia - Jasa Raharja

- Asuransi Sinarmas - Asuransi jasindo

- BPJS -Sinarmas MSIG

- Im Care 177 - PAL Indonesia

92
- ABDA - Yance BCA

- BANK JATIM

- Asuransi Sinarmas

- Allianz

- Lippo Insurance

- Gesha

- Asuransi Jaya proteksi

- Bank BRI

- Asuransi Jaya PLN

- PT. Ajinomoto

- PT Roman Keramik

- Great Estream

Pemasaran dalam bentuk melalui :

1. Siaran radio Mojekerto setiap 1 minggu hari rabu

2. Bekerjasama dengan siaran radio

3. Tipe RS Gatoel merupakan RS tipe C

4. Web www.rsgatoel.com

Memuat tentang pelayanan professional,medical chek up, dan pelayanan 24 jam.


Memuat keunggulan rumah sakit yang meliputi akreditasi C paripurna, dokter

yang telah terkualifikasi dan unit gawat darurat yang siaga 24 jam.

c. Program Rutin RS Gatoel

1. Setiap ada efent pihak marketing ikut kontribusi dengan mebuka stand cek

kesehatan gratis dan memberikan penyuluhan kesehatan ke lingkungan

lingkungan sekitar

2. Mengadakan siaran setiap minggu pada hari rabu melalui radio

93
d. indikator mutu RS. Gatoel Mojokerto

BAB IV
TABEL ANALISA SWOT

Tabel 4.1 Analisa SWOT


No Analisa Swot Bobot Rating BXR Skor

94
M1 (MAN )
Strenght
1 Jenis ketenagakerjaan di ruang 0,1 2 0,2
Jasmin Silver
1) Tenaga Perawat
a. S1 Kep Ns : 13
b. D3 Kep : 2
c. Magang : 4
2 Dari hasil wawancara tenaga 0,1 2 0,2
perawat di Graha Jasmine
Lantai II dalam satu tahun
terakhir seluruh perawat Graha
Jasmine Lantai II telah
mengikuti pelatihan BLS S–W=
sebanyak 15 orang, Mutu 15
2,3 – 2
orang , Update Ners 1 orang,
= 0,2
IV Insersi 9 orang , CI
sebanyak 1 orang serta
kemoterapi sebanyak 2 orang
3 Sebagian besar tenaga 0,1 3 0,3
keperawatan berpendidikan S1
yaitu 87 % dari total perawat
yang jaga di ruang graha
jamine lt 2
4 RS memiliki visi misi, tujuan, 0,3 2 0,6
motto dan falsafah sebagai
acuan dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan.
5 Adanya pembagian jam kerja/ 0,2 3 0,6
shift dan penanggung jawab
shift
6 Adanya pembagian tugas di 0,2 2 0,4
ruangan

95
Jumlah 1 14 2,3
Weaknes
1 Kurangya jumlah tenaga 1 2 2
keperawatan diruang jasmin
silver
Jumlah 1 2 2
Opportunity
1 Adanya kesempatan untuk 0,5 3 1,5
melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi. O–T=
2 Adanya kerjasama yang baik 0,2 2 0,4
3,1 – 3
antar mahasiswa keperawatan
dengan perawat klinik =
3 Memiliki SDM yang memadai 0,3 4 1,2
0,1
yang di dukung dengan
kemampuan skill yang
kompeten
Jumlah 1 10 3,1
Threath
1 Adanya persaingan antar RS 0,5 3 1,5
yang semakin kuat
2 Kepala ruangan belum 0,5 3 1,5
mempunyai pelatihan khusus
untuk manajemen bangsal
Jumlah 1 6 3
M2 ( MATERIAL)
STRENGTH
1 Bangunan dan lokasi yang 0,1 2 0,2
strategis yang berada ditengah
S – W=
tengah penduduk
2 Adanya SIM RS (Sistem 0,2 4 0,8 2,3– 2,2
Informasi Manajemen Rumah
= 0,1
Sakit )
3 Mempunyai sarana dan 0,1 2 0,2
prasarana untuk tenaga
kesehatan yaitu nurse station,

96
ruang karu, ruang sentralasi
obat
4 Tempat linen kotor berbagai 0,1 1 0,1
macam diruang jasmin silver
dan VIP, seperti tempat linen
kotor tanpa darah dan tempat
linen kotor khusus darah
5 Tempat sampah yang berbagai 0,1 1 0,1
macam diruang jasmine silver
dan VIP, seperti sampah medis
, sampah non medis,
pembungan sampah khusus
botol, pembungan sampah
khusus jarum, pembungan
sampah khusus vial
6 Terdapat sarana dan prasarana 0,1 1 0,1
diruang jasmin silver dan VIP,
seperti kursi roda dan Troly
7 Memiliki dokumen SOP 0,1 4 0,4
8 Bisa dijadikan sebagai rumah 0,1 3 0,3
sakit rujukan
9 Sesuainya fasilitas 0,1 1 0,1
a. Ruangan VIP
Terdiri dari bed pasien,
standart infuse, kulkas, bed
penunggu, kamar mandi,
televisi + remot , oksigen
set + flow meter
b. Ruangan graha silver kelas 1
Terdiri dari bed pasien,
standar infus, kamar mandi,
televisi + remot, oksigen set
+flow meter , sofa + meja

97
kecil , cover bed tabel, ac,
jam dinding 1.
Jumlah 1 19 2,3
WEAKNESS
1 Kurangya alat termometer dan 0,6 3 1,8
tensi diruang jasmin silver
2 Sudah ada loker obat 0,4 1 0,4
melainkan belum tertata
dengan rapi
Jumlah 1 4 2,2
OPPORTUNITY
1 Penambahan sarana dan 0,5 3 1,5
prasarana meliputi mesin HD,
2 adanya poli onkologI, poli 0,5 3 1,5
eksekutif, poli mata peko,
USG 4 dimensi, st scan, griya
O–T=
batra, hipnoterapi,poli
3-3 = 0
psikologi dan psikiator
Jumlah 1 6 3
THREATH
1 Makin tingginya kesadaran 1 3 3
masyarakat akan sarana dan
prasarana RS serta keinginan
terhadap mutu pelayanan yang
memadai.
Jumlah 1 0 3
M3 (METHODE)
PENERAPAN MODEL
MAKP
STRENGH
1 Berdasarkan hasil wawancara 1 3 3
yang disebar pada tanggal 21
Agustus 2018 didapatkan hasil
88 % perawat di ruang Jasmine
Silver memiliki pengetahuan S–W=
yang cukup terhadap model

98
MPKP yaitu model fungsional. 3–3=
Jumlah 1 3 3
WEAKNESS 0
1 Semua perawat bertanggung 0,5 3 1,5
jawab kepada seluruh pasien
2 Tidak bisa fokus, jika pasien 0,5 3 1,5
banyak
Jumlah 1 6 3
OPPORTUNITY
1 Adanya mahasiswa praktik 0,5 2 1 O–T=
manajemen
2 Dengan model fungsional 0,5 3 1,5 2,5 – 3
kekompakan bisa terjalin = - 0,5
dengan semua perawat dan
tidak ada grab
Jumlah 1 2 2,5
THREATH
1 Persaingan rumah sakit yang 1 3 3
semakin kuat.
Jumlah 1 3 3
DOKUMENTASI
KEPERAWATAN
STRENGHT
1 Berdasarkan hasil observasi 0,2 2 0,4
yang dilakukan pada medical
record (status) didapatkan
pendokumentasian yang
berlaku di Ruang Jasmine
Silver adalah sistem SOR
(Sources Oriented Record)
2 Ruangan menggunakan 0,2 2 0,4
diagnosa medis dan diagnosa
keperawatan sebagai acuan
untuk membuat rencana
keperawatan.

99
3 Berdasarkan hasil wawancara 0,4 3 1,2
yang telah disebar pada
S–W=
tanggal 21 Agustus 2018 di
2,6 – 2
ruang Jasmine Silver
didapatkan hasil 91,7% = 0,6
perawat telah mengerti dan
melaksanakan dokumentasi
keperawatan dengan baik
sesuai dengan SOP.
4 Evaluasi yang digunakan 0,3 2 0,6
menggunakan SOAP (secara
langsung) dan SBAR (jika
melalui telephone).
Jumlah 1 9 2,6
WEAKNESS
1 Dikarenakan menggunakan 1 2 2
metode SOR yang
memerlukan pengkajian data
dari beberapa sumber untuk
menentukan masalah dan
tindakan pada klien
menyebabkan pemberian
asuhan keperawatan
memerlukan waktu yang lama
sedangakan yang diinginkan
pasien adalah respon time yang
cepat dalam memberikan
penanaganan
Jumlah 1 2 2
OPPORTUNITY
1 Adanya kerja sama yang baik 1 1 1
antara mahasiswa dengan

100
perawat ruangan
Jumlah 1 1 1
THREATH O–T=
1 Persaingan antar RS yang 1 2 2
1-2= -1
semakin kuat
Jumlah 1 2 2
RONDE KEPERAWATAN
STRENGHT
1 Berdasarkan hasil kuesioner 0,5 3 1,5
yang telah disebar pada
tanggal 21 Agustus 2018
S–W=
didapatkan hasil 95% perawat
mengerti dan memahami 2,5 – 3
mengenai ronde keperawatan
= - 0,5
2 Ruangan mendukung adanya 0,5 2 1
pelaksanaan ronde
keperawatan.
Jumlah 1 5 2,5
WEAKNESS
1 Ronde keperawatan sudah 1 3 3
terlaksana namun dokumentasi
belum optimal
Jumlah 1 3 3
OPPORTUNITY O–T
1 Masalah cepat teratasi sesuai 1 2 2
=2–2
dengan harapan pasien
Jumlah 1 2 2 =0
THREATH
1 Jika terjadi suatu insiden tidak 1 2 2
bisa memberikan bukti secara
tertulis karena tidak
terdokumentasi
Jumlah 1 2 2
SENTRALISASI OBAT
STRENGHT
1 Obat diberikan sesuai dengan 0,2 2 0,4

101
advis dokter
2 Perawat jaga mengolah obat 0,2 2 0,4
S–w=
baik oral maupun dengan
injeksi 2,2 – 2
3 Perawat jaga menyetorkan 0,1 1 0,1
= 0,2
resep ke farmasi
4 Sudah ada form khusus jadwal 0,3 3 0,9
memasukkan obat dan jadwal
sisa obat
5 Berdasarkan hasil wawancara 0,2 2 0,4
yang telah disebarkan pada
tanggal 21 Agustus 2018
didapatkan hasil 95% perawat
di ruang Jasmine Silver telah
melaksanakan sentralisasi obat
dengan baik.
Jumlah 1 10 2,2
WEAKNESS
1 Sudah ada loker obat 1 2 2
melainkan belum tertata
dengan rapi
Jumlah 1 2 2
OPPORTUNITY
1 Adanya kepercayaan keluarga 1 1 1 O–T=
pasien yang menyetujui 1–1=
sentralisasi obat.
Jumlah 1 1 1 0
THREATH
1 Jika ada obat lebih, tidak 1 1 1
digunakan oleh pasien. obat
tersebut tidak diketahui oleh
keluarga
Jumlah 1 1 1
TIMBANG TERIMA
STRENGHT
1 Operan dilakaukan setiap 0,2 3 0,6

102
pergantian jadwal shift
2 Adanya buku khusus untuk 0,1 2 0,2 S-W=
2,3 – 2
mencatat timnbang terima
= 0,3
3 Setiap operan perawat 0,2 2 0,4
mempersiapkan catan kecil dan
mencatat hasil operan melalui
catatan kecil
4 Operan dilaksanakan sesuai 0,2 3 0,6
tepat waktu sehingga
kedisiplinan menjaga waktu
tetap ada
5 Cara penyampaian operan 0,1 1 0,1
dilakukan secara lisan ditempat
nurs stasion diruang jasmin
silver dan VIP
6 Berdasarkan hasil wawancara 0,2 2 0,4
yang disebar pada tanggal 21
Agustus 2018 di ruang Jasmine
Silver didapatkan hasil 95%
melakukan timbang terima
setiap kali pergantian shift
dengan jam pelaksanaan yang
tepat waktu dan dihadiri oleh
seluruh anggota perawat sesuai
dengan jadwal shift yang
dipimpin oleh kepala ruangan
saat pagi hari, oleh katim oleh
dinas siang, dan oleh perawat
pelaksana saat dinas malam.
Jumlah 1 13 2,3
WEAKNESS
1 Belum dilaksanakan post 1 2 2
converence , hanya dilakukan

103
pre converence
Jumlah 1 2 2 O–T=
OPPORTUNITY
1 Adanya mahasiswa praktek 1 1 1 1– 1=
manajemen 0
Jumlah 1 1 1
THREATH
1 Hal hal yang perlu dievaluasi 1 1 1
setelah keliling dari kamar
pasien belum terbahas
Jumlah 1 1 1
DISCHARD PLANNING
STRENGH
1 Perawat melakukan 0,3 4 1,2
pelaksanaan discharge
S–W=
planning setiap pasien dari
2,5 – 2
awal pasien masuk sampai
pasien pulang = 0,5
2 Tersedianya format discharge 0,2 3
planning
3 Jika pasien pulang pasien 0,2 2
diberikan resum medis
pasien,obat dan surat control,
hasil pemeriksaan penunjang,
Surat keterangan opname dan
SDR (jika diperlukan )
4 Teknik yang digunakan 0,1 1
perencanaan pulang untuk
pasien berupa lisan dan tertulis
5 Berdasarkan hasil wawancara 0,2 1
yang disebar pada tanggal 21
Agustus 2018 didapatkan hasil
85% perawat mengatakan
memahami tentang discharge
plannig, perawat juga telah

104
melakukan discharge planning
sesuai dengan alur yang sudah
ditentukan (sesuai SOP).
Jumlah 1 11 2,5
WEAKNESS
1 Belum diberikannya form 0,5 2 1
discharge planning kepada
pasien saat pasien pulang
2 Belum ada pemberian lefalet 0,5 2 1
kepada pasien ketika pasien
pulang dari rumah sakit gatoel
mojokerto
Jumlah 1 5 2
OPPORTUNITY
1 Dengan diberikan discharge 1 2 2
O–T=
planning yang dibawa pasien
pulang, pasien dan keluarga 2–1=
bisa memahami dan bisa
1
memenuhi kebutuhan secara
mandiri pasca MRS dengan
bertambahnya informasi
Jumlah 1 2 2
THREATH
1 Tidak ada bukti tertulis jika 1 1 1
perawat sudah memberikan
informasi tentang HE
Jumlah 1 1 1
M4 (MONEY)
STRENGHT
1 Pembiayaan pasien sebagian 0,5 2 1
besar dari asuransi yang
diperoleh dari hasil kerjasama
S-W =
dengan perusahaan-perusahaan
dan JKN 2-2 =0

105
2 Pihak rumah sakit memiliki 0,5 2 1
kerjasama dengan berbagai
asuransi kesehatan
Jumlah 1 4 2
WEAKNES
1 Pasien terbanyak jaminan 1 2 2
menggunakan BPJS
Jumlah 1 2 2
OPPORTUNITY O–T=
1 Kerjasama dengan institusi 0,4 2 0,8
2,6 – 3
dalam menyediakan lahan
untuk praktik klinik = - 0,3
2 Adanya depo farmasi (UGD, 0,6 3 1,8
Rawat Inap dan rawat jalan)
Jumlah 1 5 2,6
THREATH
1 Swadaya sendiri dari rumah 1 3 3
sakit sehingga sedikit
banyaknya laba yang masuk di
RS
Jumlah 1 3 3
M5 (MARKETING)
STRENGHT
1 Pihak rumah sakit memiliki 0,3 4 1,6
kerjasama dengan berbagai
asuransi kesehatan
2 Tingkat kepuasan pasien di 0,2 3 0,9
ruang perawatan Jasmin Silver
S–W=
3 Pemasaran melalui media 0,2 2 0,4
cetak dan elektronik 3,2– 2,6
4 Mempunyai petugas 0,1 1 0,1
= 0,6
pemasaran sendiri, bukan dari
tim medis atau perawat lain
5 Setiap ada efent pihak 0,1 1 0,1
marketing ikut kontribusi

106
dengan mebuka stand cek
kesehatan gratis dan
memberikan penyuluhan
kesehatan ke lingkungan
lingkungan sekitar
6 Mengadakan siaran setiap 1 0,1 1 0,1
sekali dalam seminggu pada
hari rabu melalui radio dan
media sosial berupa FB, WA,
IG untuk menyebar luaskan
informasi
Jumlah 1 10 3
WEAKNESS
1 Jumlah brosur atau leaflet di 0,4 2 0,8
ruangan graha jasmin silver
dan VIP terbatas
2 Belum terlaksananya 0,6 3 1,8
penyuluhan kesehatan di ruang
jasmine silver
Jumlah 1 5 2,6
OPPORTUNITY
1 Memiliki kerjasama dengan 0,3 4 1,2
asuransi kesehatan
2 Adanya kerjasama dengan 0,4 3 1,2
institusi
3 Semakin berkembang rumah 0,2 2 0,4 O–T=
sakit kesempatan untuk
2,9 –
menambah peluang pegawai
2,4 =
semakin tinggi
4 Adanya pelatihan seluruh 0,1 1 0,1
0,5
pegawai rumah sakit yang
telah terjadwal
Jumlah 1 10 2,9
THREATH
1 Adanya media komunikasi 0,6 2 1,2

107
yang semakin canggih ,
sehingga memudahkan pasien
untuk komplain dan
menyebarluaskan ke media
2 Adanya pesaing pelaayanan 0.4 3 1,2
kesehatan yang lain
Jumlah 1 5 2,4

KESIMPULAN SWOT
Y
1

0,9 Dischard planning


0,5 , 1 K1
0,8
K3
= 0,7

0,6
0,5 M5 ( Marketing)
0,6 , 0,5

0,4 M 2 (Material)
0,1 , 0
0,3
Sentralisasi obat
0,2 , 0
0,2 M1 (Man)
Ronde keperawatan 0,2 , 0,1
- 0,5 , 0 0,1 Timbang terima
     0        
0,3 , 0
                0             

-1 -0,9 -0,8 -0,7 -0,6 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0  0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1

-0,1

-0,2 M4 (Money)
-0,3 0, -0,3

-0,4
-0,5
M3 (METHODE)
Mpkp 0, - 5
-0,6
K4
=
-0,7 K2
- 0,8
Pendokumentasian
-0,9 0,6 , - 1

-1

Gambar Kesimpulan SWOT

108
SOLUSI : alan rachman dani

MASALAH SOLUSI
M1 : Kurangnya jumlah tenaga perawat Menambah jumlah tenaga perawat dengan
cara mengangkat perawat magang
berdasarkan kualitasnya
M2 : 1. kurangnya alat kesehatan Menambah 1-2 alat lagi
(termometer) dan tensi
2. Loker obat belum tertata rapi Merapikan loker obat dan membuatkan
loker obat setiap pasien
M3 : MPKP
1. Tidak bisa fokus jika pasien banyak Lebih baik menggunakan MPKP team
DOKUMENTASI
1. Menggunakan dokumentasi model Mempercepat pengkajian agar pasien cepat
SOR mendapatkan penanganan
RONDE KEPERAWATAN
1. Ronde keperawatan sudah terlaksana Mengoptimalkan pendokumentasian setelah
namun dokumentasi belum optimal melakukan ronde keperawatan
SENTRALISASI OBAT
1. Loker obat belum tertata rapi Merapikan loker obat dan
membuatkan loker untuk setiap pasien
TIMBANG TERIMA
1. Belum dilakukan post converence Dilakukan pre converence di ruangan
hanya dilakukan pre converence saat keperawatan setelah melaksanakan timbang
timbang terima terima pasien

M4 : Pasien terbanyak menggunakan Memberikan pelayanan terbaik kepada


asuransi BPJS pasien swasta untuk meningkatkan peluang
adanya banyak pasien
M5 : Pelaksanaan penyuluhan kesehatan di Mengupayakan adanya pelaksanaan

109
ruang Jasmine Silver belum terlaksana penyuluhan kesehatan agar pasien dapat
mempertahankan kesehatannya

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Sesuai dengan tujuan umum praktik manajemen keperawatan yaitu


mahasiswa mengerti prinsip-prinsip manajemen keperawatan dan mampu
melakukan dapat pengolaan unit pelayanan keperawatan dengan model
asuhan keperawatan profesional sesuai dengan konsep dan langkah-
langkah manajemen keperawatan dengan pendekatan proses penyelesaian
masalah, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan sudah terlaksana.

1. M1 (Man)

Aplikasi struktur organisasi berdasarkan MPKP telah dilaksanakan


dengan menggunakan model TIM modifikasi primer kebutuhan rata-rata
perawat sebanyak 3 orang dengan job description yang jelas antara kepala
ruang, ketua tim dan perawat bisa diimplementasikan sesuai dengan teori
yang ada. Rata-rata BOR selama tanggal 20-25 Agustus 2018 sebanyak
83,3% sesuai dengan ruang kelolaan

2. M2 (Material)

Selama praktek untuk alat dan prasarana sudah sesuai mahasiswa


hanya menyiapkan tensimeter.

3. M3 (Methode)
a. MPKP yang diterapkan saat praktek manajemen adalah model tim
modifikasi primer yang mana rata-rata penilaian kinerja kepala
ruangan sebanyak 82,9%, rata-rata penilaian kinerja ketua tim
sebanyak 76% dan rata-rata penilaian kinerja perawat dan perawat
pelaksana sebanyak 77%. Pelaksanaa job dise kepala ruang, ketua tim

110
dan perawat pelaksana sudah mengacu pada teori yang dalam kategori
baik
b. Timbang terima
timbang terima telah dilaksanakan dengan baik oleh kelompok sesuai
dengan prosedur yang ada dengan rata-rata efektifitas pelaporan
timbang terima pershif sebanyak 90%
c. Sentralisasi obat sebagian besar telah dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan prosedur yang ada sebanyak 72%. Pada pelaksanaa SO tanda-
tangan keluarga belum berjalan secara optimal
d. Ronde keperawatan sudah dilaksanakan dengan baik dan sudah sesuai
dengan prosedur yang ada sebanyak 100% sesuai tahapan ronde
keperawatan.
e. Discharge planning sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
ada, mulai pasien pertama masuk ruangan, selama di rawat dan ketika
pasien pulang sebanyak 80%.
f. Supervisi sudah dilaksanakan dengan baik oleh kepala ruang, beberapa
tindakanyang disupervisi diantaranya adalah injeksi, pemberian 02,
nebulizer, cuci tangan dengan handwash, cuci tangan dengan handrub,
timbang terima, supervisi, discarghe planning, ronde keperawatan,
sentralisasi obat dengan rata-rata 83,3% kategori baik.
g. Dokumentasi keperawatan di ruang jasmine silver dari pengkajian
sampai evaluasi sesuai SOP dengan nilai rata rata 98,8% dengan
kategori baik
4. M4 (Money)

Selama tanggal 20-25 Agustus 2018 hampir seluruh pasien


menggunakan asuransi BPJS. Pembayaran pasien BPJS menempati
peringkatan pertama dengan prosentase 72,8 %, asuransi di
sesuaikan dengan diagnosa pasien dan cara pembayarannya di kasir
BPJS (bila naik kelas keperawatan, jika sesuai kelas maka tidak
dilakukan pembayaran sama sekali). Sedangkan pasien umum, tarif
pembayaran terhitung perhari sesuai dengan ketentuan tarif

111
fasilitas keperawatan di Jasmine Silver Rumah Sakit Gatoel Kota
Mojokerto dan pembayarannya melalui kasir.

5. M5 (Market)

Tingkat Kepuasan pasien yang telah disebarkan pada yang telah


disebarkan pada 17 pasien nilai tertinggi sebanyak 16 pasien (84.2 %)
merasa sangat puas terhadap pelayanan. Sedangkan untuk indikator mutu
didapatkan resiko jatuh tinggi sebanyak 8 pasien (42,1%), yang termasuk
nyeri sedang sebanyak 4 pasien (66,7 %), kejadian Flebitis didapatkan 1
(5,3) Untuk hasil perhitungan ALOS, rata-rata pasien di rawat di Jasmine
Silver sebanyak 3 hari yangmtermasuk dalam kategori cukup.

5.2 SARAN

Berdasarkan pengalaman yang kami dapat selama praktik


manajemen STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto di ruang Jasmine Silver,
kami dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi ruangan:
a. Bagi perawat di ruangan diharapkan ketika melakukan timbang
terima dapat melakukan timbang terima dengan baik dan sesuai
SOP dan saat dilakukan validasi pada pasien hendaknya
perawat juga memperkenalkan diri ke pasien setiap kali shif.
b. Untuk pelaksanaan Discharge planning diharapkan perawat
dapat melakukan dengan baik dan sesuai prosedur yang ada
mulai dari pasien awal masuk, selama dirawat dan ketika
pasien pulang. Pemberian edukasi kesehatan kepada pasien
hendaknya dilakukan selama pasien dirawat dan ketika pulang
perawat memberikan leaflet pada setiap pasien sebagai sarana
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemandirian pasien dan
keluarga dengan media audio visul pada saat proses edukasi
dan dilakukan secara terjadwal.
c. Diharapkan bagi kepala ruangan maupun ketua tim untuk
melaksanakan supervise nyata secara rutin setiap bulan pada

112
setiap tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
pelaksana dan dikomunikasikan sebelum pelaksanaan sehingga
perawat pelaksana dapat mempersiapkan diri. Pelaksanaan
supervise didokumentasikan di buku supervisi dan hasilnya
diumumkan kepada perawat pelaksana yang bersangkutan.
Sebaiknya di berikan reward bagi perawat pelaksana yang
mendapatkan nilai terbaik, dan bagi perawat yang kurang dapat
dilakukan follow up dan pelatihan
d. Diharapkan pada pelaksanaan sentralisasi obat ada tempat
khusus untuk masing masing pasien agar tidak berisiko tinggi
dan minta tanda-tangan sebagai bukti legalitas bahwa perawat
sudah memebrikan obat pada pasien.
e. Diharapkan untuk pengisian dokumentasi sesuai dengan SOP
mualai dari Pengkajian hingga Evaluasi.
2. Bagi Mahasiswa:

Sebaiknya lebih banyak belajar lagi tentang MPKP dan job


deiscription dari masingmasing tugas, dan lebih memahami proses
manajemen rumah sakit terutama pada M3 (method) agar lebih
terampil dan apa yang sudah didapatkan selama praktik di rumah
sakit dapat bermanfaat dan bisa diterapkan dimasyarakat.

a. Mahasiswa belum mengerti sepenuhnya tentang MPKP


sehingga mahasiswa banyak bertanya kepada pembimbing.

113
PEDOMAN PELAKSANAAN

RONDE KEPERAWATAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
04/20/SPO/10/15.003 0 1/3
RUMAH
SAKIT
GATOEL Tanggal Terbit Ditetapkan:
STANDART 30 Juni 2015 Kepala Rumah Sakit
PROSEDUR
OPERASIONAL

Aditya B Djatmiko dr, Mkes


Merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan disamping pasien
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
PENGERTIAN
kasus tertentu yang dilakukan oleh perawat Jaga, Perawat
pelaksana , kepala Sub Divisi yang melibatkan seluruh
anggota tim
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis

2. Meningkatkan falidasi data klien

TUJUAN 3. Meningkatkan kemampuan justifikasi

4. Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum


teratasi

KEBIJAKAN 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun tentang

Rumah Sakit.

3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga

114
Kesehatan

4. Surat keputusan Kepala Rumah Sakit Gatoel Mojokerto No

XX-SURKP/RSG-AKRED/2015.006 Tentang Kebijakan pelayanan

Pasien.

PROSEDUR PERSIAPAN
1. Menentukan jadwal ronde keperawatan
2. Memilih pasien yang akan dilakukan ronde
keperawatan
3. Membuat kontrak atau inform concent dengan pasien
4. Menyiapkan data mengenai kondisi pasien yang akan
dilakukan ronde keperawatan
5. Mempersiapkan tempat yang cukup
6. Menyiapkan alat yang diperlukan
PELAKSANAAN
1. Membuka ronde keperawatan dengan mengucap salam
2. Menjelaskan tentang kegiatan, waktu, tujuan ronde
keperawatan (tidak didepan pasien)
3. Menjelaskan tentang hasil yang diharapkan
4. Menjelaskan tentang pasien oleh perawat Kepala jaga
yang difokuskan pada masalah keperawatan dan
rencana tindakan yang akan dilakukan
5. Mengajak peserta jeruang pasien
6. Memberikan kesempatan untuk bertanya dan
berdiskusi pada peserta yang lain keluaga/pasien
EVALUASI
1. Menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan (tidak
didepan pasien)
2. Membuat rencana tindak lanjut setelah kegiatan ronde

115
keperawatan
3. Menutup kegiatan ronde keperawatan
SUB DIVISI IRNA , ICU, OK, IRJ, IGD, HD, MLP, HLO

116
PEDOMAN PELAKSANAAN

SENTRALISASI OBAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
04/20/SPO/10/15.002 0 1/3
RUMAH SAKIT
GATOEL

Tanggal Terbit Ditetapkan:


STANDART 30 Juni 2015 Kepala Rumah Sakit
PROSEDUR
OPERASIONAL

Aditya B Djatmiko dr, Mkes


Pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan

PENGERTIAN diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya


kepada perawat

TUJUAN Acuan dalam pelaksanaan sentralisasi obat

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan.

6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun tentang Rumah Sakit.

7. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang

KEBIJAKAN Tenaga Kesehatan

8. Surat keputusan Kepala Rumah Sakit Gatoel

Mojokerto No

XX-SURKP/RSG-AKRED/2015.006 Tentang

Kebijakan pelayanan Pasien.

PROSEDUR a. Penerimaan Obat


1. Resep obat yang diberikan kepada
pasien diberikan kepada depo farmasi

117
2. Obat diberikan kepada perawat oleh
petugas farmasi dengan model ODD
(one Day Dose) Obat yang telah
diterima perawat dicatat dalam lembar
serah terima obat dan format
pemberian obat oral dan injeksi yang
meliputi identitas klien, No RM nama
obat, dosis, rute pemberian tanggal
penerimaan dan jumlah obat yang
diterima dan kolom paraf pada kolom
pemeberian obat di Tanda tangani
oleh perawat, sementara kolom paraf
di format serah terima obat ditanda
tangani oleh petugas farmasi.
3. Kemudian obat yang sudah diterima
disimpan didalam kotak obat dan
dikelolah oleh perawat
Pembagian Obat
1. Obat yang telah disimpan untuk
selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang
tercantum dalam format pemberian
obat oral / Injeksi degan terlebih
dahulu dicocokkan dengan terapi
yang diinstruksikan dokter.
2. Sebelum obat diberikan kepad pasien
perawat harus melakukan kroscek
dengan perawat lain untuk
meminimalkan kesalahan kemudian
perawat menjelaskan macam obat,

118
cara pemberian , kontra indikasi, dan
jumlah obat pada pasien/ keluarga.
Dan evaluasi efek sampingnya.
Kemudian perawat yang melakukan
kroscek mebubuhkan paraf pada
kolom pemberian obat.
3. Sediaan obat yang ada selanjutnya
diperiksa oleh perawat setiap shift
Penambahan obat baru
1. Bilamana terdapat penambahan obat,
perubahan jenis, dosis dan jadwal
pemberian obat maka informasi ini
akan dimasukkan dalam format daftar
pemberian obat injeksi/ oral dan
diinformasikan ke depo farmasi
2. Pada pemberian obat yang tidak rutin
maka dokumentasikan pada format
daftar pemberian injeksi/ oral
Obat khusus
1. Obat khusus apabila sediaan
mempunyai harga yang cukup mahal.
Informasikan kepada keluarga pasien
dan mintakan ttd persetujuan biaya
pembelian obat jika setuju resep
diberikan kepada depo farmasi dan
dicatat dalam form pemberian obat

Pengembalian obat
1. Kembalikan obat yang sudah tidak

119
diperlukan oleh pasien dengan
menggunakan form retur ditulis oleh
perawat untuk diserahkan kepada
depo farmasi
SUB DIVISI IRNA , IFRI

120
PEDOMAN PELAKSANAAN

DISCHARGE PLANING

RENCANA PEMULANGAN PASIEN RAWAT INAP


No. Dokumen No. Revisi Halaman
04/20/SPO/10/15.004 0 1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan:


STANDART 30 Juni 2015 Kepala Rumah Sakit
PROSEDUR
OPERASIONAL

Aditya B Djatmiko dr, Mkes


Merupakan persiapan pasien sebelum pulang kerumah

PENGERTIAN dengan memberikan penyuluhan tentang perawatan


dirumah, pencegahan dan sebagainya
1. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
dalam melakukan keperawatan dirumah

TUJUAN 2. Membantu pasien memiliki pengetahuan,


keterampilan, dan sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien

KEBIJAKAN 9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan.

10. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

tentang Rumah Sakit.

11. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan

12. Surat keputusan Kepala Rumah Sakit Gatoel Mojokerto No

XX-SURKP/RSG-AKRED/2015.006 Tentang Kebijakan

pelayanan Pasien.

121
PERSIAPAN PERAWAT
1. Perawat harus tahu penyakit apa yang diderita oleh
pasien dan bagaimana melakukan perawatan dirumah
dan pencegahannya
2. Perawat harus percaya diri
PERSIAPAN ALAT
1. Lembar Discharge planning
2. Bolpoint
PERSIAPAN PASIEN
1. Beri Penjelasan pada pasien dan keluarga tentang cara
perawatan dirumah dan pencegahannya
PROSEDUR CARA KERJA
1. Memberikan salam
2. Mengenalkan nama perawat
3. Memberi penyuluhan kepada pasien dengan cara
diskusi Tanya jawab dan demonstrasi
4. Menggunakan alat peraga bila diperlukan
5. Mengadakan evaluasi
6. Memberikan umpan balik
7. Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam
8. Mencatat hasil penyuluhan dilembar discharge
planing

SUB DIVISI IRNA ,RM

122
123
PLANNING OF ACTION

DI RUANG JASMINE SILVER

SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU

- BHSP - Timbang - Timbang - Timbang - Timbang - Persiapan


- Analisa terima pasien terima pasien terima pasien terima pasien presentasi
Situasi - Membuat - Melengkapi - Membuat - Melanjutkan
ruangan pengkajian data yang laporan bab 4 skoring SWOT
keperawata - Meminta kurang - Menentukan - Melanjutkan
n data yang di - Membuat SWOT validasi data
- Membuat butuhkan laporan bab 3 - Melakukan dengan kepala
pertanyaan - Wawancara skoring ruangan
M1-M5 pada kepala SWOT - Melanjutkan
ruangan - Validasi laporan bab 5
- Membuat data dengan
laporan bab kepala
1&2 ruangan
- Bimbingan
kelompok

124
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji, (2013) Manajemen Keperawatan konsep dan Aplikasi. Jogjakarta
Arruzz Media
Bahtiar. Yanyan & Suarli 2010. Manajemen Keperawatan dengan
Pendekatan praktis.Jakarta: Erlangga
Nursalam. 2014 Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan sional, Jakarta : Salemba Medika
Nursalam2016. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Bufesional Jakarta : Salemba Medika.
Sudarta, I W 2015. Manajemen Keperawatan Penerapan Teori Model
dalam sanan Salemba MedikaKeperawatan Sleman: Gosyen Publishing
Simamora, Roymond 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan, Jakarta:
EGC
Sitorus. Ratna & Panjaitan, R. 2011. Manajemen Keperawatan :
Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat Jakarta: Sagung Seto.
Tando, Naomy Marie, 2013. Organisasi dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Jakarta: In Media
Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap: Implementasi. Jakarta:EGO
Sudarsono, 2000. Berbagai Model Praktik Keperawatan Profesional Di
Rumah Sakit
Supriyatno. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan EGC: Jakarta
Tribowo, C. 2013. Manajemen pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Jakarta: Trans Info Media
Widayanti. 2010. Kepemimpinan Dan Manajeman Keperawatan: Teori &
Aplikasi. Edisi 4, Jakarta, EGC

125

Anda mungkin juga menyukai