Anda di halaman 1dari 47

Cert. No.

EGS-09050010

LAPORAN HASIL
MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG
RAMASHINTA RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Stase Manajemen Keperawatan
Disusun Oleh :

ANITA ULFA : 2008115


ANING SRI ANGGORO MEY : 2008114
CHRISNA AYU INTANIAR : 2008125
DIYAH SETYANINGSIH : 2008129
DWI EFENDI : 2008131
IRA PUSPITA : 2008149
URIP BUDIARTO : 2008183
WAHYUNI : 2008186

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup
kegiatan planning, organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf,
sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey,
1999). Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang
difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu
keuntungan (Nursalam, 2011).
Manajemen keperawatan harus diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
keperawatan nyata yaitu Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami
konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep
manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa strategi melalui
pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan model keperawatan profesional dan melakukan
pengawasan serta pengendalian (Santosa, 2003).
Salah satu upaya profesi perawat dalam meningkatkan mutu layanan
keperawtan adalah dengan adanya sistem model asuhan keperawatan
profesional (MAKP). Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan
prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas
produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai
tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, amak
tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi pasien tidak
akan terwujud. Untukmenunjang hal tersebut maka perlu adanya proses
manajemen yang baik. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan
proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung
(Nursalam, 2011).

2
Perubahan peran dan fungsi manajemen keperawatan masa kini yang
berorientasi pada sentralisasi kewenangan dan tanggung jawab menjadi
desentralisasi. Dengan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
berfokus pada kegiatan koordinasi, memungkinkan manajemen
keperawatan dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan secara nyata baik
di rumah sakit maupun dalam komunitas, sehingga perawatan perlu
memahami konsep dan aplikasinya.
Program pendidikan profesi Ners khususnya pada stase manajemen
keperawatan merupakan suatu kegiatan belajar yang memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan konsep yang
telah didapat dari materi kuliah manajemen keperawatan dalam kenyataan
di lapangan untuk mengelola pelayanan keperawatan maupun asuhan
keperawatan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka diharapkan mahasiswa dapat
lebih mempelajari dari pengalaman yang didapatkan di ruangan sehingga
dapat diaplikasikan sesuai dengan pengetahuan yang didapat agar dapat
menjadi perawat manajerial yang terampil dalam pengelolaan sebuah
pelayanan keperawatan di rumah sakit sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada klien melalui tahapan pengkajian sampai dengan
evaluasi dengan baik, untuk ruangan sebagai bahan masukan perencanaan
manajemen asuhan keperawatan dimasa yang akan datang.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengelola unit pelayanan keperawatan di ruang
Ramashinta RSJD Dr Amino gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
sesuai dengan konsep dan langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan di
ruang Ramashinta selama 2 minggu( 8 hari ), mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan untuk
menemukan masalah-masalah yang ada.

3
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terkait dengan
pelayanan keperawatan maupun asuhan keperawatan.
c. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang ada.
d. Melakukan tindakan berdasarkan rencana kegiatan yang disusun
untuk menyelesaikan masalah.
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanakan kegiatan.
f. Melakukan role play tentang manajerial ruangan ( Kepala Ruang,
Ketua Tim, Perawat Pelaksana ).

C. Manfaat Pelaksanaan Praktik Keperawatan Manajemen


1. Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan manajemen keperawatan dalam meningkatkan
mutu pelayanan yang terbaik bagi pasien di rumah sakit khususnya
ruang Ramashinta RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah
2. Perawat Ruangan
Sebagai masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan
praktik guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan :
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan pasien, serta
dengan keluarga pasien.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
3. Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dan pengelolaan suatu ruang rawat inap di
rumah sakit sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang
akan dilaksanakan.
Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model
asuhan keperawatan profesional ( MAKP ) yang diaplikasikan di
ruang Ramashinta RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.

4
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan MAKP di ruang Ramashinta RSJD Dr Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
c. Mahasiswa dapat menganalisis masalah di ruang Ramashinta RSJD
Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dengan metode
SWOT dan menyusun rencana strategi.
d. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan
model asuhan keperawatan professional di ruang Ramashinta RSJD
Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
4. Bagi pasien dan keluarga pasien
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan di
ruangan meningkat.
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat praktek mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Stase
Manajemen Keperawatan dilaksanakan di ruang Ramashinta RSJD Dr
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang berlangsung mulai
tanggal 12 Juli 2021 sampai dengan 22 Juli 2021.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektivitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur
operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2002).
B. Organizing
1. Struktur organisasi
Masing- masing organisasi memiliki struktur formal dan informal
yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar
pribadi.Struktur formal direncanakan dan dipublikasikan, untuk informal
tidak direncanakan dan sementara.Seorang manager keperawatan harus
mengerti dan memakai keduanya. Struktur formal organisasi merupakan
susunan usaha resmi jabatan ke dalam pola hubungan kerja yang akan
mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari timbal balik pribadi yang
tidak resmi diantara pekerja yang mempengaruhi efektivitas kerja
mereka.kualitas timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung
dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya.
Mengingat struktur formal dan informal organisasi saling
melengkapi, manager perawat bisa memakai struktur organisasi informal
untuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam
struktur formal.

6
2. Job Description
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia
jalankan, misalnya seorang kepala ruang maka tugas dan tanggung
jawabnya sebagai kepala ruang, jadi antara satu dengan yang lainnya
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan
perannya.
3. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus memudahkan pembagian
perawat yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dan
sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak
diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien menjadi tidak optimal. Jenis model asuhan keperawatan menurut
Grant and Messey, 1997 dan Marquis and Houston, 1998 antara lain :
a. Model fungsional
Model fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada
saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi (merawat
luka pada semua pasien di bangsal).
b. Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda –
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling
membantu.
c. Model Primer
Model penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar RS.
d. Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh

7
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya dilakukan
untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan
intensive care.
e. Model Tim Primer
Pada model ini digunakan kombinasi dalam kedua sistem. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini diterapkan pada
beberapa alasan :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang S1 Keperawatan
atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
3) Melalui kombinasi model tersebut diharapkan komunikasi asuhan
keperawatan terdapat pada primer.
Hal – hal yang perlu dipertimbangkan penentuan pemilihan metode
pembelian asuhan keperawatan (Marquis and Houston, 1998), yaitu :
1. Sesuai Visi dan Misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif dalam biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
C. Staffing
Menurut Fadillah dkk.(2010) ketenagaan (staffing) sering dimulai
dengan rencana sumber daya manusia, dimana terdiri dari antisipasi dan
mempersiapkanuntuk perpindahan karyawan ke dalam, masuk dan keluar dari
perusahaan. Proses ini mengharapkan dapat mengantisipasi kebutuhan SDM
dimasa yang akan datang dan seleksi SDM merupakan cara untuk mendekati
pemenuhan kebutuhan sumber daya yang tepat. Ketenagaan adalah aktivitas

8
yang diambil untuk menarik, mempekerjakan dan menggaji personil atau
karyawan yang dapat memberikan dukungan efektif bagi penjualan dalam
organisasi. Dalam keperawatan ketenagaan adalah pemilihan, pelatihan,
memotivasi dan mempertahankan personil dalam organisasi. Staf perawat
merupakan tantangan konstan untuk fasilitas perawatan kesehatan.
Sebelum pemilihan karyawan seseorang harus membuat analisa
pekerjaan tertentu, yang dibutuhkan dalam organisasi sehingga kemudian
dapat muncul pemilihan personil (Fadillah dkk, 2010). Manajemen ketenagaan
keperawatan memerlukan peran orang yang terlibat didalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Keterlibatan perawat dalam perumusan kebijakan dan perencanaan
program :
1. Semua kebijakan kesehatan dan program mempengaruhi perawat
2. Perawat secara langsung dipengaruhi oleh perubahan pada
kebijakankesehatan
3. Keterlibatan perawat membantu percepatan perkembangan
profesikeperawatan, termasuk kapasitas dalam bekerjasama secara
konstruktifdalam sistem kesehatan Rencana strategik keperawatan
(dokumen kebijakan) sebagai bagianintegral dari sistem pengembangan
pelayanan kesehatan.
4. Memberikan arah yang jelas untuk perkembangan SDM
Keperawatandengan pendekatan terstruktur dan POA yang spesifik
serta kerjasama lintas sektor, lintas profesi dsb.
5. Mekanisme utama untuk pengembangan keperawatan pada
suatunegara melalui pembentukan focal point ( Direktorat
Keperawatan ), Badan Regulatori / Konsil.
6. Keterpaduan upaya pengembangan SDM (keterpaduan perencanaan
SDM dengan pelayanan, perencanaan untuk SDM terintegrasi misal tim
multidisiplin, keterpaduan proses perencanaan lintas disiplin,
wilayah dan sektor). Rencana dan kebijakan terkait dengan sumber dan
finansial

9
7. Meningkatkan efisiensi sumber dan cost containtment
8. SDM merupakan investment
9. Pengembalian investment memerlukan penanaman/
penggunaanfinansial yang memadai
D. Actuating
1. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang
menebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan, tingkah laku manusia
dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 1995) Motivasi adalah sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil point penting yaitu kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan
sesuatu yang kurang baik fisiologis maupun psikologis,dorongan
merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan
adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthan).
2. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien
menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka.Didalam
kebanyakan sistem klasifikasi pasien dikelompokkan sesuai dengan
ketergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu
pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan tujuan setiap sistem klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji
pasien dan menghargai masing-masing angkanya mengukur volume usaha
yang diperlikan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijaankan, manager perawat harus menentukan jumlah kaegori pembagian
pasien, karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis
perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien didalam masing-masing
kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut,
memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran kesehatan
kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi

10
pasien adalah menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban kerja
keperawatan, masing-masing sistem memperbolehkan usaha kualifikasi
waktu.
3. Ketenagaan keperawatan dan pasien
a. Jenis Perawatan
Menurut Douglas, 1984 pada suatu pelayanan profesional, jumlah
tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat
ketergantungan pasien. Douglas, 1984 mengklasifikasikan derajat
ketergantungan pasien dibagi menjadi 3, antara lain :
1) Perawatan minimal ( minimal care ) memerlukan waktu 1-2 jam per
24 jam.
Kriteria :
a) Kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum sendiri
c) Ambulasi dan pengawasan
d) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
e) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
f) Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
2) Perawatan intermediet ( intermediet care ), memerlukan waktu 3-4
jam per 24 jam.
Kriteria :
a) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebh dari sekali
d) Foley cateter atau monitor intake dan output
e) Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
3) Perawatan maksimal ( total care ), memerlukan waktu 5-6 jam per
24 jam.
Kriteria :
a) Segalanya diberikan atau dibantu
b) Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena

11
d) Pemakaian suction
e) Gelisah atau disorientasi
b. Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Untuk memperkirakan kebutuhan tenaga keperawatan disuatu
ruang rawat inap dapat ditinjau dari :
1) Waktu keperawatan langsung, dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan.
2) Waktu keperawatan tidak langsung, waktu yang dibutuhkan
perawat dalam perawatan tidak langsung adalah 60 menit, meliputi:
membaca status, menulis, membuat rencana, kolaborasi dengan tim
kesehatan lain.
3) Waktu penyuluhan atau pendidikan kesehatan, waktu yang
dibutuhkan adalah 15-30 mnt, meliputi: aktivitas sehari-hari, obat-
obatan, kelanjutan perawatan dll.
Rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
menurut Gillis untuk RS di Indonesia adalah:
AxBx 365
tenaga Perawat =
( 365−C ) x jam kerja/hari
Keterangan:
A : jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien.
B : sensus harian = BOR x jumlah tempat tidur.
BOR : Jumlah pasien x 100%
Jumlah TT
C : jumlah hari libur = 76 hari (52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12 hari
libur nasional)
Proporsi dinas pagi: siang: malam adalah 47%: 36%: 17%.
Formulasi PPNI:
Tenaga Perawat : A x 52(minggu) x 7 hari (TT x BOR)
41 ( minggu) x 40 jam / minggu
Keterangan:
A : jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu keperawatan yang
dibutuhkan klien.
4. Penjadwalan

12
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi
kepegawaian.Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja
yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi dari sebuah organisasi.
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit seksi atau divisi,
kebijaksanaan penjadwalan (Gillies, 1994).
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu
personel yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen
atau divisi luas kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan
keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak
ada maka manager perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok
untuk menyusun:
a. Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal untuk personel di masing-masing unit.
b. Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk
atau libur
c. Banyaknya pemberitahuan dimuka yang diberikan pada pekerja
menyangkut jadwal masuk atau libur
d. Waktu masuk atau libur total yang diperlukan oleh masing-
masing pekerja perhari perminggu dan perbulan.
e. Hari dimulainya minggu kerja
f. Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran
tugas
g. Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-
masing pekerja
h. Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian
i. Keperluan pergiliran dari satu unit ke unit lain dan frekuensi
dari pergiliran tersebut.
j. Penjadwalan 2 hari libur perminggu atau rata-rata 2hari libur
perminggu
k. Frekuensi libur akhir pekan untuk personel tugas malam
l. Definisi dari libur akhir pekan untuk personel tugas malam

13
m. Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tidak
berurutan
n. Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
o. Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan
pergantian tugas
p. Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-
masing pekerja
q. Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja
r. Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal tugas liburan masuk atau libur
s. Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada
hari tertentu
t. Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada
masing-masing pekerja
u. Lamanya waktu pemberitahuan dimuka untuk diberikan
pegawai mengenai jadwal liburan.
v. Prosedur yang diikuti memohon waktu libur khusus
w. Pembatasan waktu penjadwalan liburan selama hari libur
thanksgiving, natal, tahun baru,
x. Jumlah personel masing-masing kategori yang akan
dijadwalkan untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu
y. Prosedur penyelesaian perselisihan antar personel sehubungan
dengan permintaan waktu libur dan hari libur
z. Prosedur pemprosesan permintaan darurat utuk penyesuaian
jadwal waktu.
Biasanya supervisor permintaan darurat untuk penyesuaian jadwal waktu
dan libur personel perawat karena jadwal kerja harus disiapkan beberapa
minggu sebelumnya dan diperbaiki untuk penyesuaian perubahan dalam
sensus pasien, keadaan pasien yang sakit, permintaan libur dari lebaran,
banyak waktu yang berkaitan dengan kegiatan super visi diluangkan
dalam penyesuaian jadwal.

14
5. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja mengurangi absensi dan perputaran serta memperbaiki
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan yang akan digunakan
untuk meningkatkan prestasi kerja (Munir, 1994: 162):
a. Metode seminar atau konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan
sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan
diserahi jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang
menyangkut sesi manajemen maupun penyelenggaraannya atau
proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
b. Metode lokakarya (workshop)
Penyelenggarannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah materinya. Pada ateri
lokakarya bersifat teknis , administrative dan sedikit bersifat
manajerial.
c. Metode sekolah atau khusus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus di
mengerti dan harus dilaksanakan oleh peserta. Metode ini juga
digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi peserta yang ada
kaitannya dengan pekerjaan peserta.Pada akhir sekolah atau kursus,
biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
d. Metode belajar sambil kerja (learning by doing)
Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh
atasan kepada bawahan secara langsung dalam membimbing
pegawai kantor. Dalam prakteknya metode pendidikan dan pelatihan
ini sesuai dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya,
waktu dan kegiatan instalansi lainnya.
E. Controling

15
1. Definisi
Kontroling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, dan terpadu dalam menetapkan penyebab
masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu (Azwar,
1996).
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir
dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga
fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan.Melalui
fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan (target,
prosedur bekerja, dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah
dicapai atau yang mampu dikerjakan.Jika ada kesenjangan atau
penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara
dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan
dan pengendalian bertujuan agar efisien pengguanan sumber daya dapat
lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staff untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.
2. Peran leader shift dalam controling
a. Mendorong staff untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
pelayanan kesehatan
b. Mengkomunikasikan secara jelas standar yang diharapkan terhadap
staff
c. Mendorong atau memotifasi standar tertinggi untuk kualitas maksimal
dengan menyediakan standar keamanan minimum.
d. Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif dan reaktif
e. Menggunakan pengawasan sebagai metode menentukan tujuan yang
tidak tercapai
f. Secara aktif mengesahkan pengawasan mutu yang ditemukan yang
mempunyai kesatuan profesi dan konsumen.

16
g. Menghargai standar klinis dengan menggunakan sumber yang
menyakinkan pasien menerima perawatan sesuai harapan.
h. Menjadi role model bagi staff terhadap tanggung jawab dan tanggung
gugat.
i. Berpartisipasi dalam penelitian keperawatan.
3. Fungsi manajemen dalam controling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standar ukuran
yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling
tepat untuk mengukur standar yang ada.
4. Manfaat controling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi
akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program yang telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja dengan
mengguanakan sumber data yang telah ditetapkan.
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuaan dan
pengertian staff dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan digunakan secara benar
d. Dapat digunakan sebab-sebab terjadi penyimpangan
e. Dapat diketahui staff yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi adanya latihan lanjutan

BAB III
ANALISA SITUASI

17
A. PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Lokasi penerapan proses manajemen keperawatan yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran manajemen keperawatan mahasiswa Program
Studi Profesi Ners STIKES Karya Husada adalah di ruang Ramashinta
RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Pengkajian di
lakukan pada tanggal 13 Juli 2021 sampai dengan 15 Juli 2021 dengan
sumber data dari kepala ruang, perawat pelaksana, bidan, dan pasien
menggunakan teknik pengambilan data dengan observasi dan wawancara
terhadap sumber data.
Pengkajian di fokuskan pada komponen manajemen keperawatan
yang terdiri dari Planing, Organising dan Actuating dengan menyertakan
pula analisa situasi terhadap sarana dan prasarana di ruang Ramashinta
RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

B. PROFIL RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JATENG


1. Sejarah Singkat RSJD AMINO GONDOHUTOMO
Nama : RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Alamat : Jln. Brigjend Sudiarto no 347 Semarang 50191
Status Tanah : Milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Luas Tanah : 60.000 m2
Pembuatan : 1928 (Belanda)
Luas Bangunan : 24.000m2
Sejarah perkembangan RSJD Dr Amino Gondohutomo cukup panjang.
Rumah sakit ini pertama kali didirikan pada tahun 1814 di jl sompok
Semarang sebagai tempat penampungan bagi pasien psikotik akut.
Tahun 1912 dipindah ke gedung tua yang dibangun tahun 1878 di jl
Cendrawasih, Tawang tahun 1928 berubah status menjadi Rumah Sakit
Jiwa Pusat Semarang. Menerima perawatan pasien psikotik mulai
tanggal 2 Februari 1928, dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari
jadi RSJD. Tanggal 4 oktober 1986 dipindahkan ke Jl. Brigjen Sudiarto
no 347 Semarang. Tanggal 9 oktober 2001 RSJD berubah nama

18
menjadi RSJP dr. Amino Gondohutomo. Nama tersebut adalah nama
psikiater pertama di Indonesia kelahiran Surakarta Jawa Tengah.
Tanggal 1 januari 2002 berubah nama menjadi RSJD dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sesuai SK gubernur no.
440/09/2002. Direktur yang menjabat dr.Alex Jusran pada tanggal 1
April 2019 – sekarang.
2. Tipe Rumah Sakit
RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah adalah rumah
sakit tipe A
3. Lokasi Rumah Sakit
Rumah Sakit Jiwa Dr Amino Gondohutomo terletak di ruas jalan
utama merupakan rangkaian jalur tengah yang menghubungkan kota
Semarang dengan kota Purwodadi tepatnya di Jl. Brigjen Sudiarto no
347 Semarang. Pada pusat kota Semarang dan pusat pemerintahan
provinsi Jawa Tengah sangat menguntungkan dan strategis karena
peran sebagai rumah sakit khusus tipe A yang merupakan pusat
rujukan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat seluruh wilayah
kabupaten kota Jawa Tengah. Posisi sangat strategis dan mudah
dijangkau dari seluruh wilayah dengan transportasi yang tersedia.
4. Pelayanan yang diberikan rumah sakit
Jenis pelayanan yang diberikan :
a. Pelayanan rawat inap meliputi
1) Pelayanan jiwa dewasa
2) Pelayanan jiwa gerontik
3) Pelayanan jiwa anak remaja
4) Pelayanan jiwa komprehensif
5) Pelayanan rawat inap umum
6) Pelayanan obsgyn
Pelayanan ICU
7)
b. Pelayanan rawat jalan meliputi
1) Poli rawat jalan jiwa dewasa
2) Poli rawat jalan jiwa geriatri
3) Poli tumbuh kembang anak dan remaja

19
4) Poli rawat jalan obsgyn
5) Poli rawat jalan gigi
6) Poli rawat jalan akupuntur
7) Poli rawat jalan anak
8) Poli rawat jalan bedah umum
C. Hasil Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 13 Juli 2021 sampai
dengan 15 Juli 2021 melalui pendekatan, observasi dan wawancara dengan
kepala ruang, perawat /bidan serta pasien di dapatkan data sebagai berikut :
1. Pengkajian input
a. Man
1) Rekruitment
Status kepegawaian perawat di Ruang Ramashinta, PNS yang
melalui tes seleksi CPNS, dan pegawai BLUD.
2) Penempataan
Penempatan pegawai sesuai dengan hasil kredential yang telah
dilakukan setiap tahun. Rotasi pegawai secara berkala tidak rutin
dilakukan.
3) Struktur organisasi
Ruang Ramashinta RSJD dr Amino Gondohutomo belum
mempunyai bagan struktur organisasi. Ruang ramasinta terdiri
dari 1 kepala ruang dan 3 katim serta 12 perawat / bidan dan 1
tenaga administrasi.
No Nama Pendidikan Jabatan Status pegawai

1 Sri Widatun S1 profesi Keperawatan Kepala Ruang PNS

2 Denis Mulanita S1 Profesi Keperawatan Ketua Tim 1 PNS

3 Laras Handayani S1 Kebidanan Ketua Tim 2 PNS

4 Wahyu Setyorini S1 Kebidanan Ketua Tim 3 PNS

5 Aziroh D3 Kebidanan Bidan BLUD

6 Ika Puji P. D4 Kebidanan Bidan PNS

7 Asri Puji D3 Kebidanan Bidan BLUD

20
8 Munawaroh D3 Kebidanan Bidan BLUD

9 Mega D3 Keperawatan Perawat PNS

10 Laily Alifah D3 Kebidanan Bidan PNS

11 Khoirotul H S1 Kebidanan Bidan PNS

12 Sri Aning S1 Keperawatan Perawat PNS

13 Nurul Khamidah D3 Kebidanan Bidan BLUD

14 Triya Rhokana D3 Kebidanan Bidan BLUD

15 Yuni Damayanti D3 Kebidanan Bidan BLUD

16 Marisa Fergie D3 Kebidanan Bidan BLUD

17 Vira S1 Pendidikan Tenaga administrasi BLUD

b. Material
1) Denah Ruang Ramashinta

Bangsal Pasien

Ruang Nurse Station Bangsal Pasien


Tindakan

Ruang Obat Kamar Perawat

Pantry Gudang
Sofa tamu
Kamar Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Ruang
mandi
petugas Ramashinta dapat disampaikan bahwa :
a) Pencahayaan :
Terang di semua ruang bisa untuk membaca jika lampu
ruangan di hidupkan di ruang pencahayaan baik dari sinar
matahari maupun lampu ruangan.
b) Ventilasi :
Untuk ruang pasien sirkulasi udara ada ventilasi dengan
jendela tetapi jarang dibuka karena setiap kamar terdapat
fasilitas AC

21
c) Lantai : Lantai granit, bersih dan kering
d) Atap : Semua ruangan tidak ada kebocoran, bagian dalam
bersih
e) Dinding : Kuat, tidak retak, bersih
f) Sarana air bersih : Tersedia
g) Pembuangan air limbah : Lancar
h) Tempat sampah medis dan non medis terpisah dan disetiap
ruangan ada handrub untuk cuci tangan
2) Kapasitas ruang Ramashinta
Ruang Ramashinta memiliki kapasitas 23 tempat tidur dengan
klasifikasi :
a) Kamar pasien kelas VIP : 4 tempat tidur
b) Kamar pasien kelas 1 : 4 kamar tidur
c) Kamar pasien kelas 2 : 6 tempat tidur
d) Kamar pasien kelas 3 : 8 tempat tidur
e) Kamar pasien isolasi : 1 tempat tidur

3) Fasilitas untuk Petugas


a) Ruang Nurse station
b) Ruang ganti perawat
c) Kamar mandi dan WC
d) Ruang Administrasi menjadi satu dengan Nurse Station
e) Ruang Pantry
f) Ruang tamu
4) Fasilitas alat tenun

KARTU INVENTARIS RUANGAN (KIR)


DATA Ada Tidak JUMLAH
ada

TENUN

22
 Sprei √ 30
√ 30
 Sarung bantal
√ 30
 Selimut √ 6
√ -
 Handuk Lap

 Penutup tabung √ 5

 Perlak 10

 Jas Tindakan √ 3
√ -
 Taplak -

 Gorden jendela

 Gorden pasien

MUBELLER

 Bed pasien √ 23
√ 23
 Meja pasien √

10
 Cermin √ 25
√ 35
 Ember √ 1

 Tempat sampah √ 1
11
 Nurse station

√ 3
 Toilet perawat √ 30


 Toilet pasien
10
4
 Meja kerja √ 5

 Kursi tunggu √
√ 11
 Kursi staf √ 1

23
 Loker perawat √ 1

 Kulkas
- 30
6
 Televisi
2
 Telepon 23

 Komputer

 Bantal

 Kipas angin

 Kasur perawat

 Standar infus

Alat kesehatan

 Sterilisator √ -
√ 1
 ECG √ 2

 Troly obat √ 2
√ 3
 Lemari obat √

 Termometer √ 2
1
 Tensimeter 3

 Glucotest √
√ 2
√ 2
 Blood warmer
√ 5
10
 Torniquet

 Pispot √ 5

 GB set
√ 1
 Kom sedang 1

24
 Kom besar 5

 Bak instrumen besar

 Bak instrumen kecil

 Suction
ALAT TULIS

 Buku polio besar √ 5


√ 2
 Buku quarto √ 31
√ 2
 Map pasien
4

 Box file 2

2

 Spidol 3

 Penggaris 1

1
 Staples besar √
√ 1

 Staples kecil
√ 1
 Pelepas staples 2

 Isi staples kecil √ 2
√ 8
 Isi staples besar √

 Lem 2
5
 Bantalan tinta 3

 Tipe X

 Pensil red blue

 Penjepit kertas

 Gunting

 Spidol kecil

c. Metode

25
1) Metode pelayanan asuhan keperawatan. Ruang Ramashinta
belum mempunyai metode manajemen keperawatan yang jelas,
karena terdiri dari kepala ruang dan perawat / bidan pelaksana.
Terdapat katim tetapi katim yang berjumlah 3 orang bertugas
shift pagi sedangkan untuk shift sore dan malam tidak terdapat
katim, tetapi penanggung jawab shift. Sehingga fungsi katim
belum optimal.
Dokumentasi proses keperawatan belum diisi secara lengkap,
pengisian asuhan keperawatan masing-masing pasien belum
optimal. Hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah perawat /
bidan dan waktu.
2) Operan
Berdasarkan hasil wawancara dengan karu dan perawat / bidan
pelaksana, timbang terima selama ini belum dilakukan secara
optimal. Timbang terima seringkali dimulai ketika shift berakhir
(mepet) karena menungu yang shift berikutnya datang semua
sehingga yang jaga shift sebelumnya selalu pulang terlambat,
terkadang operan hanya dilakukan dengan membaca buku besar
saat pergantian shift. Pre dan post conference belum dilakukan di
ruang Ramashinta dikarenakan menambah lama waktu operan
mengingat timbang terima baru dilakukan ketika shift berakhir.
3) Ronde keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara di ruang Ramashinta , tidak pernah
dilakukan ronde keperawatan karena untuk ronde keperawatan
membutuhkan waktu yang cukup lama > 30 menit, sedangkan
pasien lainnya juga perlu mendapat pengawasan dari
perawat/bidan ruangan. Pertimbangan yang terakhir yaitu
memerlukan tim yang melibatkan dari unit lain.
4) Pendokumentasian keperawatan
Sistem pendokumentasian yang ada diruang Ruang Ramasinta
berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya:

26
perawat, dokter, laboratorium, gizi, radiologi, apotik.
Pendokumentasian di ruang Ruang Ramashinta terdapat :
a) RM 1 = identitas pasien
b) RM 1.1 = Surat perintah rawat inap
c) RMI. 2 = Catatanpemindahan pasien
d) RMI. 3a = Persetujusn rawat inap
e) RMI. 3b =Penolakan rawat inap
f) RMI.4 = Persetujuan umum (general consent)
g) RMI.5 = Pemberian informasi proses pelayanan
h) RMI.6 = Inform consent (persetujuan tindakan medis)
i) RMI.7a s/d RMI. 7c = Asesment medis rawat inap fisik
j) RMI. 9 =Assesment nyeri
k) RMI. 10 = Assesment resiko jatuh
l) RMI. 11 = Assesment gizi
m)RMI. 12 = Dischange planning
n) RMI. 13 = Catatan perkembangan terintegrasi
o) RMI. 14 = Pemberian edukasi
p) RMI. 15 = Rekonsiliasi obat
q) RMI. 16 = Instruksi pemberian obat
r) RMI. 17 = Grafik
s) RMI. 18 = Resume
t) RMI. 19 = Penempelan resep
u) RMI. 20 = Penempelan hasil
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang ada di ruang
Ramashinta sudah menggunakan chek list dengan berpanduan
Nanda Noc Nic. Pada saat pengambilan acak sepuluh file pasien
ditemukan :
a) Pengkajian 85% sudah terisi
b) Diagnosa, ditemukan diagnose yang digunakan merupakan
diagnosa medis karena sebagian besar yang mengisi askep
adalah bidan, ditemukan juga diagnosa yang sama dari pasien
masuk sampai pulang sedangkan apabila ada pasien yang ada

27
penyakit lainnya diagnose keperawatannya tidak dimunculkan
(80%)
c) Intervensi, ditemukan sudah ada intervensi karena perawat /
bidan menggunakan dokumentasi chek list (80%) terutama
pasien-pasien post operasi dan pasien-pasien dengan keluhan
nyeri.
d) Implementasi, ditemukan perawat / bidan
mengimplementasikan sesuai dengan intervensi. Tetapi masih
ditemukan kekurang lengkapan dalam lembar monitoring
nyeri untuk pencatatan skala nyeri yang kurang sesuai dengan
implementasinya. Dan juga lembar di catatan perkembangan.
e) Evaluasi, ditemukan penulisan respon pasien tidak sesuai
dengan diagnose keperawatan (90%).
f) Catatan perkembangan, ditemukan sudah sesuai. (90%)
5) Pelaksanaan pasien safety
a) Cuci tangan (hand wash) sebelum ke pasien belum
dilaksanakan sepenuhnya, masih ditemukan petugas yang lupa
untuk cuci tangan sebelum ke pasien.
b) Cuci tangan setelah dari pasien sudah dilakukan
c) Cuci tangan sebelum tindakan ke pasien belum dilakukan
d) Cuci tangan setelah tindakan pada pasien sudah dilakukan
e) Cuci tangan 5 momen belum dilaksanakan semua
f) Cuci tangan 6 langkah sudah dilakukan oleh perawat
g) Terdapat sarana untuk cuci tangan
Perawat yang ada di ruang Ramashinta 90 % melakukan cuci tangan
dengan 6 langkah tetapi untuk 5 momentnya belum sepenuhnya
dilakukan. Di ruang Ramashinta belum ada symbol pasien jatuh di
tempat tidur pasien. Padahal sudah ada SOP resiko jatuh dan lembar
pengisian resiko jatuh
6) Perencanaan pasien pulang
Perencanaan pasien pulang sesuai advis dokter. Sebelum pulang
pasien dan keluarga pasien diberi edukasi tentang perawatan dan

28
pengobatan pasien di rumah. Form pemberian edukasi pada pasien
sudah ada.

d. Money
Penyediaan alat/ fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur
permintaan barang yang diajukan kebagian pengadaan Rumah Sakit.
Pengadaan kebutuhan bahan habis pakai diruangan dapat langsung
diperoleh melalui permintaan barang ke gudang umum, sedang untuk
kebutuhan baranng medis diperoleh melalui permintaan ke gudang
farmasi. Kebutuhan ruangan dan pasien sepenuhnya tanggungjawab
rumah sakit sebagai rumah sakit pemerintah.
Sedangkan pembayaran biaya pasien yang dirawat di ruang
Ramashinta melalui perawat jaga ruangan untuk melaporkan rincian
biaya ke petugas kasir rumah sakit dan keluarga pasien membayarkan
semua biaya langsung ke petugas kasir.
e. Market
Mahasiswa yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSJD
Dr Amino Gondohutomo untuk praktik klinik yaitu Mahasiswa DIII
keperawatan, S1 Keperawatan, Profei Ners, DIII Kebidanan STIKES
Karya Husada, DIII kebidanan Poltekes, DIII Kebidanan Poltekes, dll
tetapi masa pandemi saat ini sedang diliburkan untuk prakteknya.
Pembiayaan Rumah sakit di ruang Ramashinta banyak keluarga pasien
menggunakan BPJS 85%, Mandiri 5%, Asuransi lain 10%.

PELAYANAN RAWAT INAP


a. Ruang Perawatan
Berdasarkan pengkajian, di Ruang Ramashinta terdapat 5 orang
perawat dan 11 orang bidan yang terbagi dalam jadwal dinas menjadi
3 shift yaitu pagi rata-rata 5 orang, siang 3 orang dan malam 3 orang
dan 1 tenaga administrasi. Sistem penjadwalan dibuat berdasarkan
komitmen bersama perawat/bidan di ruang Ramashinta.
b. Segmen Pasar Rawat Inap

29
Ruang Ramashinta merupakan bangsal Obsgyn kelas tunai maupun
BPJS, dengan kapasitas 23 tempat tidur
Data Indikator
TT : 23 tempat tidur
Bed Occupancy Rate (BOR) bulan Juni : 47 %
Legth of stay (LOS) bulan Juni : 2,5
Bed turn Over (BTO) bulan Juni : 6,08
Berdasarkan analisa, jadwal dinas yang terbagi menjadi 3 shift yaitu
pagi rata-rata 5 orang, siang 3 orang dan malam 3 orang.
- Jumlah perawat/bidan : 16 perawat/bidan (aktif bekerja 8,
dikarenakan 3 sakit, 3 latsar, 1 cuti melahirkan dan 1 pelatihan )
- Jumlah tempat tidur : 23 buah
- Rata-rata pasien per hari : 12 pasien
- Perawatan langsung : 47 jam
Tingkat ketergantungan pasien
5 TC x 6 jam = 30 jam
5 PC x 3 jam = 15 jam
2 MC x 1 jam = 2 jam
- Perawatan tidak langsung : 1 jam x 12 = 12 jam
- Penyuluhan kesehatan : 12 x 0,25 jam = 3 jam
Total jam perawatan : 47 + 12 + 3 = 62 jam
Total jam keperawatan yang dibutuhkan per klien per hari adalah 62 :
12 = 5,2 jam

30
Menurut PPNI

5,2 ( 52 )x 7 (23 x 47%) + 25%


1722
270,4 x 7567 + 25%
1722
= 11,8 + 25%
= 12,05
= 12 perawat.
Untuk cadangan / libur : 20% x 12 = 2,4 orang
Jumlah perawat yang jaga : 12 – 2 = 10 orang
Jumlah tenaga perawat per sift :

47% sif pagi = 4,7 (5 orang)

36% sif sore = 3,6 (4 orang)

17% sif malam = 1,7 (2 orang)

Berdasarkan hitungan diatas, ruang Ramashinta masih kekurangan tenaga perawat /


/ bidan sebanyak 4 orang.

2. Pengkajan Proses
a. Visi dan Misi
Ruang Ramashinta tidak mempunya visi dan misi di ruangan.
b. Perencanaan ruangan

1) Di ruang Ramashinta belum ada visi dan misi ruangan


2) Perencanaan pengembangan SDM dengan jumlah tenaga keperawatan
yang kurang sudah disampaikan kepala ruang dengan kabid keperawatan
tetapi belum ada penambahan tenaga
3) Perencanaan pengembangan sarana prasaran diruangan sudah cukup
memadai yang mana sarana prasarana yang tersedia mampu memenuhi
kebutuhan pasien.

31
c. Pengorganisasian
Dari hasil pengkajian yang di lakukan terhadap perawat/bidan di dapatkan
hasil bahwa:
1) Sebagian besar perawat/bidan mengatakan; karu membagi tugas kepada
perawat/bidan pelaksana dan menilai hasil pekerjaanya
2) Sebagian besar perawat/bidan mengatakan karu menciptakan kerjasama
yang harmonis dengan perawat/bidan pelaksana (85 %)
3) Sebagian perawat/bidan mengatakan operan dilakukan tiap pergantian
dinas (70%) sebagian mengatakan operan kadang dilakukan hanya
dengan membaca buku laporan jaga
4) Jadwal dinas : ada
5) Jam kerja dipakai dalam pembuatan jadwal (40 jam/mgg)
6) Absensi datang dan pulang sudah ada.
7) Hasil observasi dan wawancara, sudah ada supervisi yang dilakukan
oleh tenaga perawat yang ditunjuk oleh Rumah sakit untuk melakukan
supervisi peruangan yang ada di RSJD Dr Amino Gondohutomo.
8) Hasil wawancara dan observasi, Ruang Ramashinta belum mempunyai
metode manajemen keperawatan yang jelas, terdiri dari kepala ruang ,
katim dan perawat/bidan pelaksana, katim hanya berjaga /bertugas di
shift pagi sedangkan shif sore dan malam tidak terdapat katim. Perawat /
bidan ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilakukan
kepada semua pasien yang dirawat dalam suatu ruangan. Setiap staff
perawat/bidan hanya melakukan 1 atau 2 intervensi keperawatan
kelebihannya efisiensi dalam menyelesaikan banyak pekerjaan dalam
waktu singkat, kelemahannya pelayanan terpisah pisah tidak total
sehingga kesulitan dalam penerapan proses keperawatan, perawat /bidan
cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas, persepsi
perawat cenderung kepada tindakan yang kaitannya dengan ketrampilan,
tidak memberikan kepuasan pada klien, hubungan perawat dan klien sulit
terbentuk.
d. Pengarahan
1) Motivasi

32
Kepala ruang Ramashinta sering memberi motivasi kepada pegawai
untuk menjaga kebersamaan dan tanggung jawab dalam melakukan
pekerjaan.
2) Manajemen Konflik
Berdasarkan hasil wawancara dengan karu, untuk manajemen konflik
di ruang Ruang Ramashinta biasanya dilakukan oleh kepala ruang
dengan cara mempertemukan kedua belah pihak ketika terjadi konflik.
Selanjutnya masing-masing di beri kesempatan untuk menjelaskan
persepsi masing-masing dan di ambil jalan tengah untuk penyelesaian
masalah sehingga tidak terjadi permasalahan yang berlarut. Di
harapkan dengan cara seperti itu masalah dapat di tangani sehingga
tidak mengganggu dalam proses pemberian pelayanan pasien.
e. Pengawasan
1) Supervisi
a) Rencana pelaksanaan supervise sudah terjadwalkan dari bagian
kabid keperawatan. Supervisi sudah dilakukan oleh tenaga perawat
yang sudah terjadwal dari RS untuk keliling per ruangan yang ada. .
b) Belum ada format pendokumentasian supervisi yang sesuai dengan
standard keperawatan
c) Apabila supervisor menemukan masalah dalam supervisinya sudah
ada umpan balik dan tindak lanjut untuk dicarikan solusi, dalam
bentuk audit pelayanan.
f. Pengendalian
1) Evaluasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan karu evaluasi pada prinsipnya
telah dilakukan oleh kepala ruang yang meliputi evaluasi terhadap
tindakan dan kinerja perawatan, dalam hal ini acuan yang digunakan
adalah SKP dan SOP yang dibuat oleh RSJD . Hasil observasi
didapatkan karu selalu mengevaluasi tindakan keperawatan dan 80%
asuhan keperawatan sudah sesuai SPO.
2) Kontrol Kualitas

33
Dari hasil wawancara dengan Karu, kontrol kualitas belum ada form
cheklist. Hasil observasi diruang Ramashinta belum terdapat kotak
saran. Penilaian kinerja perawat diruang Ramashinta dilakukan setiap
bulan dan dalam bentuk SKP.
3) Sistem Informasi
Dari hasil observasi sistem informasi / billing telah berjalan dengan
baik
4) Hubungan Teman Sejawat
Jika ada masalah / konflik, kepala ruang akan menyelesaikan dengan
cara kekeluargaan.
5) Audit Klien
a) Pasien masuk dan keluar
Pasien keluar masuk dilakukan pencatatan setiap hari di buku
mutasi.
b) Pelaporan tiap bulan.tidak dilakukan pelaporan bulanan tentang
jumlah pasien tunai, JKD dan BPJS karena sudah masuk sistem
billing RS.
3. Pengkajian Output
a. Tingkat kepuasan pasien
Dari hasil wawancara dengan 10 keluarga pasien didapat data bahwa mereka
puas dengan pelayanan dan perawatan ruang Ramashinta.

b. Tingkat kepuasan perawat / bidan


Dari hasil wawancara perawat di ruang Ramashinta mereka menyatakan puas
dengan dan nyaman dengan lingkungan kerja ruang Ramashinta
c. Bed Occupancy Rate ( BOR )
BOR : jumlah hari perawatan x 100% = %
(jumlah tempat tidurxjumlah hari dlm 1 bln
BOR : 325 x 100 %
23 x 30
: 47,1 %
d. Lenght of Stay ( LOS )
LOS pasien di ruang Ramashinta di bulan Juni 2021 (1-30)

34
Jumlah lama dirawat : 30 hari

LOS : jumlah lama dirawat


Jumlah pasien keluar dan meninggal
: 350
140
: 2,5 hari
e. Bed Turn Over ( BTO )
Jumlah TT : 23
Jumlah periode : 30 hari
Jumlah hari perawatan : 325
Jumlah pasien pulang dan meninggal : 140 pasien
BTO = jumlah pasien keluar hidup dan mati
Jumlah tempat tidur
= 140
23
= 6, 08 kali

f. TOI = (jumlah TT x jumlah periode) – jumlah hari perawatan


Jumlah pasien pulang dan meninggal
= (23 x 30) – 325
140
= 365
140
= 2,6 hari

35
Wawancara Kepala ruangan
A. Data Biografi
Umur : 50 tahun
Pendidikan terakhir keperawatan : S1 profesi keperawatan
Jabatan saat ini : KARU
Tempat tugas : Ruang Ramashinta
Lama tugas diruangan ini : 27 tahun
Pelatihan yang diikuti (2 tahun terakhir) : -
B. Perencanaan
1. Bagaimanakah pemahaman ibu mengenai visi, misi RS dan visi misi bidang
keperawatan?
Sudah paham dengan visi, misi RS dan visi misi bidang keperawatan
mengacu pada visi misi RS hanya menetap khusus di bidang atau ruang
lingkup keperawatan saja.
2. Apakah tujuan unit perawatan telah disesuaikan dengan kedua visi, misi
tersebut ?Bagaimana dengan rencana strategis bidang keperawatan ?
Belum ada visi misi ruangan.
3. Bagaimana koordinasi dengan bidang keperawatan dalam perencanaan alat
dan fasilitas ruangan , perencanaan kebutuhan tenaga, penyusunan SAK,
SOP, dan format askep ?

36
Ada koordinasi, untuk perencanaan alat dan fasilitas ruangan dari pihak
bidang keperawatan kurang merespon dan memperhatikan. Untuk
perencanaan kebutuhan tenaga kami bekerja sama dengan kepala bidang
keperawatan dan kasie keperawatan.
4. Apakah sudah membuat dan memiliki rencana harian, bulanan dan tahunan ?
Jadwal shift, rencana pertemuan dengan staf, rencana bimbingan dengan
supervisi , Apakah terdapat kendala?
a. Rencana Harian : belum ada rencana harian
b. Rencana pertemuan dengan staf : pertemuan rutin dilakukan secara
terjadwal sebulan sekali, dan di laksanakan pada saat ada masalah, ada
keluhan dan ada hal yang penting. Tetapi dimasa pandemi ini sementara
pertemuan ditiadakan. Koordinasi dilakukan via wa group.
5. Bagaimana perencanaan pengembangan staf, pelatihan, pendidikan lanjutan
?
Setiap staf di ruangan jarang mendapatkan kesempatan untuk pelatihan
keluar rumah sakit. Sedangkan pendidikan lanjut dalam pengajuannya
diberikan kemudahan dengan biaya sendiri. Direncanakan sesuai dengan
kebutuhan ruangan masing-masing, biasanya mengajukan kebutuhan yang
ada diruangan dan kemudian diajukan kebidang keperawatan.
6. Bagaimana dengan perencanaan jenjang karir perawat /bidan? Harapannya ?
Jenjang karir berdasarkan dengan penambahan penilaian kerja, dengan
urutan pangkat. Harapan kedepannya perawat / bidan lebih tertata jenjang
karirnya, lebih mapan dan lebih professional.
C. Pengorganisasian
1. Apakah uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab sudah jelas ?Apakah
ada kendala ?
Uraian tugas ada, jelas, sudah terinci dalam surat tugas dan kewenangan
klinis, kendalanya pada anggota karena ada yang kinerjanya tinggi ada juga
yang rendah, ada yang sudah melaksanakan SPO ada juga yang belum.
2. Bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan dengan metode fungsional ?
Apakah ada Kendala? Bagaimana solusinya ?
Pelaksanaan asuhan keperawatan tidak menggunakan metode fungsional.

37
3. Bagaimana pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan ?
Dengan adanya stiker nama sudah mulai lebih tertata, dan asuhan
keperawatan juga sudah terisi dengan SOAP tetapi memang di catatan
perkembangan masih menggunakan analisa nya dengan diagnosa medis,
untuk intervensinya sudah menggunakan ceklist, tetapi ceklist yang dipakai
baru yang berkaitan dengan nyeri (diagnosa keperawatan nyeri) untuk
diagnosa keperawatan yang lain belum digunakan. Untuk data penunjang
masih ada yang belum lengkap, pengkajian tambahan resiko jatuh,
monitoring nyeri sudah terisi tetapi pengisian skala nyeri masih belum tepat..
Dalam pengisian rekam medis masih ada yang belum terisi lengkap. Edukasi
kepada pasien yang baru datang kadang belum dilakukan. Harapannya bisa
dipermudah dengan diadakan ceklist untuk kelengkapan dokumen dan juga
pemahaman kembali mengenai skala nyeri, karena sebagian besar pasien
yang dirawat di ramasinta adalah pasien-pasien dengan sectio caesaria yang
notabene diagnosa utamanya adalah nyeri.
4. Bagaimana kinerja staf?
Ada yang etos kerjanya tinggi, semangat, biasa-biasa saja, ada yang kurang
memperhatikan aturan yang berlaku.
5. Bagaimana program orientasi staf baru
Setiap ada staf / perawat baru dilakukan orientasi terlebih dahulu. Ada
patokan tersendiri untuk orientasi tersebut, misalnya; dibimbing shif pagi
selama 1 minggu sambil memperkenalkan alat-alat serta program kerja dan
memberikan asuhan keperawatan dengan dampingan perawat / bidan senior.
D. Pengarahan dan pengawasan
1. Bagaimana pengarahan terhadap staf ?
Baik dan berjalan lancar, setiap hari ada pengarahan diadakan setiap pagi
dari Karu ke staf sebelum mulai tugas dinas, setelah operan, Karena waktu
yang tidak memungkinkan pengarahan belum maksimal dilaksanakan.
2. Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan dan supervisi kepada staf ?
kendalanya ?
Sudah berjalan tapi belum optimal, dari hasil laporan siang harus selalu
disampaikan, jika ada masalah urgent dilakukan morning meeting, untuk

38
komunikasi selalu dilakukan lewat media sosial (WA) bimbingan tidak
dilakukan 100% karena ada kesulitan jika mengadakan pertemuan kadang
ada yang tidak datang.
3. Bagaimana usaha untuk meningkatkan motivasi kerja staf ?
Karu berusaha meningkatkan motivasi kerja staf dengan memberikan
reward/ nilai PI sesuai dengan kinerja perawat. .
4. Bagaimana komunikasi dengan staf?
Berjalan dengan baik dan lancar, komunikasi dilakukan 2 arah.
5. Bagaimanakah mengatasi konflik antar staf ?
Dengan diskusi, musyawarah mengacu pada managemen konflik.
E. Pengendalian
1. Bagaimanakah pengendalian mutu di ruangan? Apa indikatornya ?
Bagaimana sosialisasinya kepada staf ? Bagaimana pengawasannya ?
Pengendali mutu: melalui askep sesuai SAK dan SPO
Indikator : laporan tentang BOR, LOS, BTO, INOS
Sosialisasi : pada waktu pertemuan rutin bulanan
Pengawasan : berjalan lancar setiap hari. Pada shift pagi pengawasan
dilakukan oleh kepala ruang dan pada shift sore/ malam ada pengawasan
dari supervisi keperawatan.
2. Bagaimanakah pengawasan terhadap SAK dan SPO?
Meneliti pendokumentasian SAK dan SPO
3. Bagaimanakah cara mengetahui tingkat kepuasan keluarga pasien ?
Belum dapat diketahui. Belum tersedia kotak saran/ kritik dan lembar
kuesioner tentang kepuasan keluarga pasien di ruang Ramashinta.
4. Bagaimanakah tindak lanjut dalam menangani keluhan pasien terhadap
pelayanan keperawatan di ruangan ?
Saat itu juga saat keliling diruangan pasien langsung diselesaikan.
5. Bagaimanakah system pemberian reward dan punishment terhadap staf di
ruangan?
Pemberian reward melalui pujian dan punishmen melalui teguran serta
penilaian PI sesuai kinerja pegawai.

39
40
No Keterangan MEI 2021 JUNI 2021

1 Jumlah tempat tidur 23 23


2 Jumlah kunjungan RI 118 98
3 Jumlah pasien keluar 116 140

4 Jumlah pasien keluar H+M 116 140

5 Jumlah pasien mati 0 0

6 Jumlah pasien mati >48jam 0 0

7 Jumlah pasien di rujuk 0 0


8 Jumlah pasien lama di rawat 364 350

9 Jumlah hari perawatan 365 325


10 BOR 51 % 47 %
11 LOS 3,1 2,5
12 TOI DATA BOR, LOS, BTO RUANG RAMASHINTA
3 2,6

41
I. PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG
RAMASHINTA
Dari masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi, kemudian diprioritaskan
menggunakan kriteria penapisan atau penilaian untuk menentukan masalah
utama yang akan diselesaikan dengan pihak ruang Ramashinta.

No. Masalah Keefektifan Jumlah Prioritas


Mg Sv Mn Nc Ar
1 Timbang terima 4 4 4 4 3 19 1
belum optimal
dilakukan.

2 Dokumentasi 3 3 4 4 3 17 3
keperawatan belum
optimal dilakukan

3 Sebagian perawat 4 4 2 4 4 18 2
belum melakukan 5
moment cuci tangan
secara optimal

4 Manajemen 2 2 3 3 4 14 4
keperawatan model
tim belum optimal

5 Pre dan post 2 2 2 2 2 10 5


conference jarang
dilakukan

Keterangan :
Mg (Magnitude) : kecenderungan besar dan seringnya masalah
tersebut
Sv(Severity) : besar kerugian yang timbul
Mn (Manage Ability) : bisa dipecahkan atau diselesaikan
Nc (Nursing Consent) : perhatian bidang keperawatan
Ar (Affordability) : ketersediaan sumber daya
Skala yang digunakan dalam rentang nilai 1-5

42
PL
AN
OF
AC Problem Uraian kegiatan Sasaran Waktu Meto
TI
ON
No
 Mendiskusikan dengan kepala
ruang untuk lebih meningkatkan
kegiatan timbang terima
 Timbang terima dilakukan oleh
KaRu &
semua perawat sesuai dengan Disk
Belum optimalnya Perawat 21 Juli
1 jadwal shift dan tepat waktu tanya
timbang terima /bidan 2021
 Timbang terima dilakukan jawa
Pelaksana
langsung ke depan pasien
 Timbang terima dilakukan tidak
hanya berdasarkan buku laporan

Sebagian besar  Melakukan supervisi secara rutin Disk


perawat belum tentang pelaksanaan 5 moment KaRu & 21 Juli Tany
melakukan 5 cuci tangan Perawat/bi 2021 jawa
moment cuci  Selalu mengingatkan dan
perawat/bidan untuk melakukan 5
tangan secara Pelaksana
2 moment secara benar
optimal  Sosialisasi secara rutin tentang 5
moment cuci tangan
 Menempel poster tentang 5
moment cuci tangan dekat tempat
cuci tangan

3 Belum  Mengupayakan KaTim, & Setiap disku


maksimalnya pendokumentasian asuhan perawat / hari
pendokumentasian keperawatan yang lebih lengkap bidan
asuhan keperawatan kepada katim, dan perawat/bidan

43
pelaksana.

 Mendemonstrasikan cara
pengisian skala nyeri pada lembar
monitoring nyeri

 Diseminasi ( pemberian Karu, 21 Juli Cera
Manajemen
informasi) tentang model asuhan katim & 2021 h
keperawatan
4 keperawatan model tim perawat/
metode tim belum
bidan
optimal
pelaksana
 Mendiskusikan dengan karu Karu, Disk
Pre dan post terkait pelaksanaan pre dan post katim &
5 conference belum conference bersamaan dengan perawat /
optimal timbang terima bidan
pelaksana

44
BAB IV
PEMBAHASAN

A. IMPLEMENTASI/ PENYELESAIAN MASALAH MANAGEMEN RUANGAN


Pada kegiatan Praktek belajar managemen keperawatan ditemukan beberapa poin
masalah yaitu :
1. Belum efektifnya timbang terima di ruangan Ramashinta
Belum efektifnya timbang terima ini telah dilakukan implementasi dengan
diskusi dengan karu, katim dan juga perawat/bidan pelaksana, agar timbang terima
ini lakukan dengan maksimal dan pendokumentasian timbang terima dilakukan
dengan lengkap disertai tanda tangan dari kedua belah pihak.
2. Sebagian besar perawat/bidan belum melakukan 5 moment cui tangan secara optimal
Belum dilakukannya 5 moment cuci tangan secara optimal, telah dilakukan
implementasi sebagai berikut, yaitu melakukan supervisi secara rutin tentang
pelaksanaan 5 moment cuci tangan, Selalu mengingatkan perawat/bidan untuk
melakukan 5 moment secara benar, Sosialisasi secara rutin tentang 5 moment cuci
tangan, dan menempel poster tentang 5 moment cuci tangan dekat tempat cuci tangan
3. Belum maksimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang Ramashinta
Belum maksimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan ini telah
dilakukan implementasi berupa diskusi dengan karu, katim dan perawat / bidan
pelaksana untuk dilakukan pendokumentasian yang lengkap mengenai asuhan
keperawatan.
4. Manajemen perawatan dengan metode tim belum optimal
Belum optimalnya metode tim keperawatan telah dilakukan implementasi
berupa pemberian informasi mengenai metode tim.
5. Pre dan post conference belum optimal
Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference telah dilakukan
implementasi berupa diskusi dengan karu, katim dan perawat/bidan pelaksanan untuk
dilakukan pre dan post conference bersamaan dengan timbang terima

B. DISKUSI
Dalam penyelesaian masalah managemen ruangan ini sangat kompleks jadi
dalam penyelesaian masalahnya kita harus memperbanyak diskusi dan musyawarah

57
agar apa yang diinginkan dan di harapkan serta yang menjadi visi misi dari ruangan
maupun visi misi dari Rumah Sakit bias tercapai.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Selama melakukan kegiatan pengkajian dan implementasi manajemen keperawatan di
ruang Ramashinta didapatkan kesimpulan bahwa masalah yang didapatkan yaitu : belum
efektifnya timbang terima ( post conference ), Sebagian besar perawat/bidan belum
melakukan 5 moment cuci tangan secara optimal, belum maksimalnya
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang Ramashinta, manajemen metode tim
belum optimal dan pelaksanaan pre dan post conference yang belum optimal.

B. Saran
1. Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Amino Gondohutomo
Berdasarkan masalah yang didapat, kami menyarankan agar Rumah Sakit
mengadakan atau mengikutsertakan perawat yang ada di ruangan untuk dapat lebih
mengoptimalkan lagi pelaksanaan timbang terima, melakukan cuci tangan sesuai 5
moment dan pendokumentasian asuhan keperawatan lebih di maksimalkan, pelayanan
keperawatan dengan metode tim membuat nyaman pemberi asuhan dan tugas katim
lebih optimal,serta pelaksanaan pre dan post conference tetap dilaksanakan.
2. Ruang Ramashinta RSJD Dr Amino Gondohutomo
Berdasarkan masalah yang didapat kami menyarankan agar lebih di
maksimalkan lagi timbang terima, 5 moment cuci tangan dan pendokumentasian
asuhan keperawatan sehingga keperawatan berjalan lancar dan tidak ada masalah.
Metode tim yang telah diterapkan mampu membawa kenyamanan bagi pemberi

58
asuhan dengan tugas katim yang optimal, katim tidak lagi hanya di shift pagi tetapi
disetiap shift ada katim sehingga pelayanan lebih optimal.
3. Mahasiswa Stikes Karya Husada Semarang
Menjadi bahan pembelajaran di bidang ilmu managemen keperawatan
khususnya tentang timbang terima dan pendokumentasian asuhan keperawatan.

59

Anda mungkin juga menyukai