SKRIPSI
Disusun oleh :
AL AS’ARI
G1A116030
i
PERSETUJUAN SKRIPSI
Disusun oleh :
AL AS’ARI
G1A116030
Pembimbing I Pembimbing II
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Disusun oleh :
AL AS’ARI
G1A116030
Pembimbing I Pembimbing II
Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
Dr.dr. Humaryanto.Sp.OT.,M.Kes
NIP 19730209 200501 1 001
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nama : Al As’ari
NIM : G1A116030
Judul Skripsi : Hubungan Higienitas Botol Susu Terhadap Kejadian Diare Pada
Tahun 2020
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Tugas Akhir Skripsi yang saya tulis ini
Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir Skripsi ini adalah hasil
tersebut.
Al As’ari
NIM : G1A116030
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas beribu karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Higienitas Botol Susu Terhadap Kejadian Diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kenali Besar Kota Jambi Tahun 2020”.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan
berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr.dr.Humaryanto, Sp.OT, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi.
2. dr. Armaidi Darmawan,M.Epid selaku pembimbing substansi yang telah berkenan
meluangkan waktu dalam segala kesibukan beliau untuk memberikan bimbingan,
motivasi, dan masukan untuk penyelesaian proposal ini.
3. dr. Erny Kusdiyah, M.Kes selaku pembimbing metodologi yang penuh ketenangan,
pengertian, dan kesabaran dalam membimbing, memberikan dukungan serta arahan,
dan memberikan motivasi kepada penulis selama penelitian ini berlangsung.
4. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan dan do’a.
5. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
penulis dalam melakukan penelitian dan penyelesaian proposal skripsi ini. Semoga
Allah SWT membalasnya dengan kebaikan.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun diharapkan oleh penulis
untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Al As’ari
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1.4.1 Bagi Peneliti......................................................................................5
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan..................................................................5
1.4.3 Bagi Masyarakat...............................................................................5
v
2.1.1.7 LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare)....................15
2.1.2 Higienitas………….................................................................................16
2.1.2.1 Pengertian…………..................................................................16
2.1.2.2 Manfaat Higienitas………….....................................................17
2.1.3 Higienitas Botol Susu…………..............................................................17
2.1.3.1 Persiapan Penggunaan Botol Susu………….............................17
2.1.3.1.1 Mencuci Botol Susu…………............................................17
2.1.3.1.2 Penggunaan Sabun…………..............................................18
2.1.3.1.3 Penggunaan Sikat…………................................................19
2.1.3.1.4 Sterilisasi Botol Susu…………..........................................19
2.1.3.1.1 Penyimpanan………….......................................................20
2.1.3.1.1 Memilih Botol Susu…………............................................21
2.2 Kerangka Teori…………..........................................................................22
2.3 Kerangka Konsep………….......................................................................23
vi
3.5.1 Wawancara.......................................................................................26
3.5.1 Observasi..........................................................................................27
3.6 Definisi Operasional..................................................................................28
3.7 Instrumen Penelitian..................................................................................29
3.8 Pengolahan dan Analisis Data...................................................................29
3.8.1 Pengolahan Data...............................................................................29
3.8.2 Analisis Data.....................................................................................30
3.8.3 Uji Validitas dan Realibilitas............................................................31
3.9 Etika Penelitian ..........................................................................................31
vii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................44
5.2 Saran...........................................................................................................45
5.2.1 Bagi Puskesmas................................................................................45
5.2.2 Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Jambi..................................45
5.2.3 Bagi Peneliti Lain.............................................................................45
Daftar Pustaka...................................................................................................46
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Daftar Singkatan
WHO : World Health Organization
KLB : Kejadian Luar Biasa
CFR : Case Fatality Rate
ASI : Air Susu Ibu
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
HIV : Human Immunodeficiency Virus
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
INOS : Inducible Nitric Oxide Synthase
LINTAS Diare : Lima Langkah Tuntaskan Diare
UNICEF : United Nations Children's Fund
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiii
ABSTRACT
xiv
ABSTRAK
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Cakupan pemberian ASI eksklusif di kota jambi tahun 2018 sebesar 39,9%
yang tergolong cukup rendah, pada wilayah kerja puskesmas kenali besar dari
738 balita terdapat 315 balita yang tidak mendapat asi eksklusif.5
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, persentase tertinggi
proses mulai menyusu pada anak umur 0-23 bulan adalah pada 1-6 jam (35,2%).
Proses mulai menyusu pada satu jam pertama setelah lahir/IMD hanya 34,5%.
IMD mengalami peningkatan pada tahun 2018. Berdasarkan hasil Riskesdas
tahun 2018, proporsi IMD pada anak umur 0-23 bulan adalah 58,2%. Dari
proporsi ini, yang melakukan IMD ≥ 1 jam hanya 15,9%.6
Jika berdasarkan daerah tempat tinggal, hasil Susenas Maret 2017
menunjukkan bahwa persentase status IMD di daerah perkotaan (70,02%) lebih
tinggi dibandingkan perdesaan (64,05%). Berdasarkan provinsi, persentase
tertinggi bayi baru lahir mendapat IMD tahun 2017 adalah Provinsi Aceh
(97,31%), sedangkan persentase terendah adalah Provinsi Papua (15%).6
Pada kota Jambi tahun 2018 memiliki status IMD cukup tinggi dengan
presentase 79,1% dengan angka IMD tertinggi di lingkugan kerja puskesmas
Kebun Kopi dari 594 bayi baru lahir 574 yang mendapat IMD, sedangkan IMD
terendah di lingkungan kerja puskesmas Kenali Besar dari 949 bayi baru lahir
hanya 195 bayi yang mendapat IMD.5
Penelitian yang dilakukan oleh Ayaz, Furrukh, & Matee pada tahun 2017,
penelitian ini menemukan bahwa 52% botol susu yang dianggap bersih oleh
pengasuh di Rawalpindi Pakistan ternyata telah terkontaminasi bakteri penyebab
diare. Pencegahan risiko terjadinya penyakit diare dapat dilakukan melalui
perilaku keluarga dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk anaknya selalu
memperhatikan kebersihan.7
Di negara berkembang, 75% masyarakatnya memberikan susu botol kepada
balita. Indonesia sebagai negara berkembang juga merupakan salah satu
konsumen susu botol. Botol susu yang tidak seril amat berbahaya sehingga
menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme yang bersifat patogen
4
seperti bakteri, virus dan parasit, yang dapat menyebabkan penyakit, salah
satunya diare.8
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan higienitas botol susu terhadap kejadian diare pada
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi tahun 2020.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Belum diketahui Hubungan antara Higienitas
Botol Susu Terhadap kejadian diare pada balita di Puskesmas Kenali Besar Kota
Jambi 2020.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Mengetahui gambaran dan hubungan higienitas botol susu dengan
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran kejadian diare, sosiodemografi, cara mencuci
botol susu, penggunaan sabun, penggunaan sikat khusus, sterilisasi botol susu
dan penyimpanan botol susu pada ibu balita di wilayah kerja puskesmas
Kenali Besar.
2. Untuk mengetahui hubungan cara mencuci botol susu responden terhadap
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota
Jambi 2020.
3. Untuk mengetahui hubungan penggunaan sabun untuk mencuci botol susu
terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar
Kota Jambi 2020.
4. Untuk mengetahui hubungan penggunaan sikat khusus terhadap kejadian diare
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi 2020.
5. Untuk mengetahui hubungan cara sterilisasi botol susu terhadap kejadian diare
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi 2020.
5
cairan serta makanan dengan baik.15 Adapun virus yang dapat menyebabkan diare
adalah Rotavirus, Adennovirus, Norwalk virus, astrovirus, Coronavirus,
Echovirus.
3. Parasit
a) Protozoa :Entamobe histolytica, Giardia Lamblia, Balantidium coli,
Cryptosporidium parvum.
b) Cacing :Acsaris sp., Trichuris sp., Strongyloides stercoralis.
c) Jamur :Candida sp.
Penyebab diare terbanyak pada anak di bawah 5 tahun pada negara
berkembang adalah rotavirus (grup A), astrovirus, adenovirus serotype 40 dan
41.16 Bakteri penyebab diare terbanyak yaitu Enteropathogenic Escherichia coli
dan Enterotoxigenic Escherichia coli yang menyebabkan acute watery
diarrhea.17
Shigella sp., dan Entamoeba histolytica merupakan penyebab terbanyak dari
acute bloody diarrhea (disentri), Campylobacter sp.,invasive Escherichia coli,
Salmonella dan Yersinia sp. juga dapat menyebabkan disentri.18
b. Malabsorpsi
Merupakan kegagalan usus dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan
tekanan osmotic meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus, atau dapat diartikan
dengan ketidak mampuan usus menyerap zat-zat makanan tertentu sehingga
menyebabkan diare
c. Alergi
Yaitu tubuh tidak tahan terhadap makanan tertentu, seperti alergi terhadap
laktosa yang terkandung dalam susu sapi
d. Keracunan
Keracunan yang dapat menyebabkan diare dapat dibedakan menjadi dua yaitu
keracunan dari bahan-bahan kimia, serta keracunan oleh bahan yang dikandung
8
dan diproduksi oleh makhluk hidup tertentu (seperti racun yang dihasilkan oleh
jasad renik, alhgae, ikan, buah-buahan, sayur-sayuran)
e. Immunodefisiensi
Immunodefisiensi dapat bersifat sementara (misalnya sesudah infeksi virus),
atau bahkan berlangsung lama seperti pada penderita HIV/AIDS.Penurunan daya
tahan tubuh ini menyebabkan seseorang lebih mudah terserang penyakit
termasuk penyakit diare.
f. Sebab-sebab lain
Berasal dari faktor lingkungan seperti kondisi jamban dan sumber air yang
digunakan, faktor karakteristik individu yang dilihat dari status gizi dan jenis
kelamin anak, faktor perilaku seperti pemberianasi eksklusif, dan hygienitas.
2.1.1.3 Klasifikasi Diare
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut:19
1. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat.
2. Diare kronik adalah diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut
2.1.1.4 Patofisiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme di
bawah ini:,12
a) Diare osmotic
Disebabkan oleh osmolaritas intra lumen usus lebih tinggi dibandingkan
osmolaritas serum sehingga cairan dalam lumen usus menjadi bertambah.Hal ini
dapat terjadi pada intoleransi laktosa, malabsorpsi karbohidrat, sprue, pemakaian
obat laksatif (laktulosa, magnesium sulfat) atau obat antasida magnesium
hidroksida.
9
b) Diare sekretorik
Disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi cairan intestinal dan
berkurangnya tingkat absorpsi.Bentuknya berupa diare cair dan banyak serta
tidak mengandung darah atau pus.Pada umumnya disebabkan oleh enterotoksin
(V. cholera, E. coli, S. aureus), tumor endokrin, malabsorpsi garam empedu atau
laksatif katartik.
c) Diare karena gangguan motilitas
Hal ini disebabkan oleh masa transit usus yang cepat sehingga waktu absorpsi
air oleh usus menjadi singkat untuk membuat tinja menjadi padat.Keadaan ini
terjadi pada penyakit Irritable Bowel Syndrome tipe diare, hipertiroid, dumping
syndrome pada postgastrektomi, tumor carcinoid.
Atau gangguan motilitas yang menyebabkan perlambatan transit usus, terjadi
stasis isi lumen usus yang berdampak timbulnya pertumbuhan berlebih bakteri
usus (bacterial overgrowth).
d) Diare inflamatorik/eksudatif
Disebabkan oleh proses inflamasi kronik dinding usus berupa eksudasi mukus,
darah dan protein. Misalnya pada inflammatory bowel disease, infeksi invasif
usus (Shigella, Salmonella, Tuberculosis, Amoeba, C. difficile), kolitis radiasi,
divertikulitis, kolitis iskemik.
2.1.1.5 Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Diare
a) Faktor umum atau secara langsung
1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba di mana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran). Pengetahuan
10
sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu
yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat. Kurangnya pengetahuan
atau pemahaman diare dan penanganannya menjadi salah satu faktor
meningkatnya kejadian terjadinya diare pada anak balita. Pengetahuan tentang
pencegahan diare penting disebarluaskan karena sangat membantu dalam
penanganan pertama pada anak yang mengalami diare.20
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat dilihat langsung.
Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk
reaksinya dapat positif dan negatif. Sikap meliputi rasa suka dan tidak suka,
mendekati dan menghindari situasi benda, orang, kelompok dan kebijakan sosial.
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada objek tersebut. Sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur,
sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan
cara menanyakan terhadap yang bersangkutan. Sikap mencakup tiga komponen
yaitu kognisi, afeksi dan konasi.20
3. Perilaku cuci tangan
Kebersihan pada ibu dan balita terutama dalam hal perilaku mencuci tangan
setiap makan, merupakan sesuatu yang baik. Sebagian besar kuman infeksi diare
ditularkan melalui jalur fecal-oral. Dapat ditularkan dengan memasukan ke
dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalkan air minum
dan makanan. Kebiasaan dalam kebersihan adalah bagian penting dalam
penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan dengan tidak mencuci
tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Penularan 14-18%
terjadinya diare diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kesehatan dan
perbaikan kebiasaan.21,22
11
mordibilitas (keadaan sakit) semakin menurun, hal ini tidak hanya akibat
kesadaran ibu balita yang terbatas, karena kebutuhan status ekonominya yang
belum tercukupi.20
2. Status pekerjaan ibu
Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian
diare pada anak balita. Pada pekerjaan ibu atau keaktifan ibu dalam berorganisasi
sosial berpengaruh pada kejadian diare pada balita. Dengan pekerjaan tersebut
diharapkan ibu mendapat informasi tentang pencegahan diare. Terdapat 9,3%
anak balita menderita diare pada ibu yang bekerja, sedangkan ibu yang tidak
bekerja sebanyak 12%.20
3. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik.
Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik fasilitas dan cara hidup
mereka yang terjaga akan semakin baik. Pendapatan merupakan faktor yang
menentukan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga.
Demikian ada hubungan yang erat antara pendapatan dan kejadian diare yang
didorong adanya pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang
meningkatkan, perbaikan sarana atau fasilitas kesehatan serta masalah keluarga
lainnya, yang berkaitan dengan kejadian diare, hampir berlaku terhadap tingkat
pertumbuhan pendapatan.20
Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, di mana
status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang
diberikan. Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka
khususnya di dalam rumahnya akan terjamin, masalahnya dalam penyediaan air
bersih, penyediaan jamban sendiri atau jika mempunyai ternak akan diberikan
kandang yang baik dan terjaga kebersihannya. Rendahnya pendapatan
merupakan rintangan yang menyediakan orang tidak mampu memenuhi fasilitas
kesehatan sesuai kebutuhan. Pada ibu balita yang mempunyai pendapatan kurang
14
akan lambat dalam penanganan diare karena ketiadaan biaya berobat ke petugas
kesehatan yang akibatnya dapat terjadi diare yang lebih parah.20
4. Status gizi balita
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi makanan,
penyimpanan dan penggunaan makanan. Status gizi adalah tanda-tanda atau
penampilan yang diakibatkan oleh keadaan keseimbangan di satu pihak dengan
pengeluaran oleh organisme dan pihak lain yang terlihat melalui variabel tertentu
disebut indikator misalnya Berat Badan dan Tinggi Badan.21
Kurang gizi juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang kurang gizi
karena pemberian makanan yang kurang, diare akut yang lebih berat, yang
berakhir lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare persisten juga lebih sering
dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri
sangat meningkat, apabila anak sudah kurang gizi secara umum hal ini sebanding
dengan derajat kurang gizinya dan paling parah jika anak menderita gizi buruk.21
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.2
4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.2
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan
kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun
meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek
samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan
bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).2
5. Pemberian nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :2
a) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
1. Diare lebih sering
2. Muntah berulang
3. Sangat haus
4. Makan/minum sedikit
5. Timbul demam
6. Tinja berdarah
7. Tidak membaik dalam 3 hari.
2.1.2 Higienitas
2.1.2.1 Pengertian
Menurut UNICEF pada tahun 2009, higienitas dapat didefinisikan dengan
beberapa pengertian, yaitu:24
1. Bersih, perilaku baik, dan aman untuk kesehatan.
17
2. Kebersihan fisik dan mental yang dapat menciptakan lingkungan sehat dan
tubuh yang sehat.
3. Orang yang menjaga kebersihan dan lingkungannya serta makanan yang
dikonsumsi.
2.1.2.2 Manfaat Higienitas
Menurut UNICEF pada tahun 2009, manfaat higienitas botol susu adalah
salah satu cara untuk mendorong berperilaku higienis untuk mencegah
penyebaran penyakit diare.24
2.1.3 Higienitas Botol Susu
Botol susu yang juga dikenal sebagai dummy, soother, atau pacifier adalah
pengganti puting susu ibu yang biasanya terbuat dari karet atau plastik. Non
nutritive sucking seperti halnya botol sudah lama dikenal dalam sejarah umat
manusia, penggunaannya merupakan usaha orangtua untuk memberikan sesuatu
yang dapat menenangkan dan memberika rasa nyaman untuk bayinya. Botol
secara universal seakan menjadi simbol perlengkapan perawatan bayi,
penggunaanya sangat luas di seluruh dunia.
Higienitas botol susu adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan objeknya yaitu botol susu yang meliputi persiapan
penggunaan botol susu, penyajian, dan penyimpanan.25
2.1.3.1 Persiapan Penggunaan Botol Susu
Persiapan penggunaan botol susu meliputi mencuci botol susu dan sterilsasi
botol susu.26
2.1.3.1.1 Mencuci Botol Susu
Standard Operasional Prosedur mencuci botol susu menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 adalah:26
1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum membersihkan peralatan minum bayi.
2. Mencuci semua peralatan (botol, dot, sikat botol dan sikat dot) dengan air
bersih yang mengalir.
18
3. Membilas botol dan dot dengan air bersih yang mengalir. Air merupakan
faktor yang sangat menentukan kualitas dari makanan dan miniuman seperti
susu, karena air digunakan sebagai bahan baku untuk menyiapkan susu,
mencuci alat-alat makanan dan minuman seperti botol susu, dot, gelas dan
sendok. Apabila air yang tersedia tidak memenuhi persyaratan yang
diperlukan, maka dimungkinkan minuman yang diolah menjadi
terkontaminasi oleh bakteri patogen. Persyaratan kualitas air bersih untuk
parameter fisika adalah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Menurut Soetomo pada tahun 2010, langkah-langkah cara mencuci botol
sebelum disterilkan, adalah:27
a. Gunakan sabun cuci yang aman untuk bayi.
b. Gunakan sikat khusus untuk membersihkan botol susu.
c. Sikat dengan bersih bagian dasar botol dan bagian leher botol karena di bagian
ini sisa susu formula mengendap.
d. Bilas botol hingga benar-benar bersih menggunakan air mengalir.
e. Langkah selanjutnya adalah menyeterilkan botol.
a. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun kalium. Bahan dasarnya adalah
minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1
b. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakanminyak
19
Gunakan sabun cair Jangan pernah menggunakan sabun colek atau deterjen
untuk mencuci botol bayi karena sabun colek dan deterjen mengandung zat
berbahaya bagi kesehatan bayi.
c. Panci biarkan tertutup, biarkan botol dan dot di dalamnyasampai segera akan
digunakan.
d. Mencuci tangan dengan sabun sebelum mengambil botol dan dot.
e. Bila botol tidak langsung digunakan setelah direbus botol harus disimpan
ditempat yang bersih dan tertutup.
f. Dot dan tutupnya terpasang dengan baik.
2.1.3.1.5 Penyimpanan
Bila susu tidak langsung diberikan kepada bayi, simpan susu di dalam botol
tertutup rapat didalam ruang utama kulkas. Susu formula yang disimpan dalam
kulkas dapat bertahan selama 24 jam. Dalam suhu ruangan, susu formula dapat
bertahan selama tiga jam.27
cara menyiapkan dan menyajikan Susu Formula Bayi, meliputi :
a. membersihkan tempat penyiapan Susu Formula Bayi;
b. mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan;
c. rebus air minum sampai mendidih dalam panci tertutup;
d. biarkan air tersebut didalam panci tertutup selama 10-15 menit agar suhunya
turun menjadi tidak kurang dari 70°C;
e. tuangkan air tersebut (suhunya tidak kurang dari 70°C) sebanyak yang dapat
dihabiskan oleh bayi (jangan berlebihan) ke dalam botol susu yang telah
disterilkan;
f. tambahkan bubuk Susu Formula Bayi sesuai takaran yang dianjurkan pada
label;
g. tutup kembali botol susu dan kocok sampai Susu Formula Bayi larut dengan
baik
h. dinginkan segera dengan merendam bagian bawah botol susu di dalam air
bersih dingin, sampai suhunya sesuai untuk diminum (dicoba dengan
meneteskan Susu Formula Bayi pada pergelangan tangan, akan terasa agak
hangat, tidak panas); dan
i. Sisa Susu Formula Bayi yang telah dilarutkan dibuang setelah 2 (dua) jam.
21
Faktor Infeksi
Malabsorpsi
Alergi
Etiologi Diare
Keracunan
Balita
mencuci botol susu
Immunodefisiensi
pemberian asi
penggunaan sabun
eksklusif
Perilaku
penyimpanan botol
susu
Kasus
2
1.96 √ 2 x 0.2 x 0.8+ 0.84 √ 0.3 x 0.7+ 0.1 x 0.9
n 1=n2= [ 0.3−0.1 ]
= 61.53 (dibulatkan menjadi 62)
Keterangan :P
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga Zα = 1.96
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ = 0.84
P1 = proporsi pajanan pada kelompok kontrol sebesar 0.1 (Gaby Nursila 2014)
Q2 = 1 - 0.1 = 0.9
P1-P2 = selisih proporsi pajanan minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan
sebesar 0.2
P1 = P2 + 0.2 = 0.1 + 0.2 = 0.3
Q1 = 1 - P1 = 1 - 0.3 = 0.7
P = (P1 - P2)/2 = (0.3 + 0.1)/2 = 0.2
Q = 1 - P = 1 - 0.2 = 0.8
Kemudian, untuk menghindari bias, maka peneliti menambah sampel sebesar
10% sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 138 responden, dengan
jumlah kelompok kasus sebanyak 69, kelompok control sebanyak 69.
3.3.3.2 Kontrol
26
1. Ibu yang mempunyai balita yang tidak terkena diare di wilayah kerja
puskesmas Kenali Besar Jambi dari 6 bulan terakhir
2. Ibu bersedia menjadi sampel penelitian
3. Balita yang menggunakan botol susu
1. Kasus :
Balita yang menggunakan botol susu menderita diare di wilayah kerja puskesmas
kenali besar kota Jambi
2. kontrol :
Balita yang menggunakan botol susu tidak menderita diare di wilayah kerja
puskesmas kenali besar kota Jambi.
3.5.2 Observasi
Peneliti melakukan observasi terhadap responden (baik secara langsung dan
tidak langsung) untuk meyakinkan jawaban yang telah diberikan responden
terhadap peneliti.
3 Sikat khusus sikat botol berbahan nylon Wawancara 1 = Tidak Baik Nominal
khusus yang bertekstur pada
lebih lembut dengan ujung responden 2 = Baik
spons yang berbentuk dengan
bunga, sangat cocok untuk panduan
membersihkan botol susu. kuisioner
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini
disebabkan karena data yang diproleh langsung dari penelitian masih mentah,
belum memberikan informasi apa-apa, dan belum siap disajikan. Untuk
memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik,
diperlukan pengolahan data. Tahap-tahap pengolahan data meliputi:
c. Scoring
Membuat skor sesuai dengan format kuesioner yang digunakan pada program
pengolahan data. Skor yang telah didapatkan berdasarkan pengisian kuesioner
dikategorikan sesuai dengan skor pada mean/median setelah proses coding dan
30
editing. Dengan pilihan A, B, dan C dimana nilai benar di beri skor 1 dan 0 yang
tidak sesuai jawabannya,dari pertanyaan dalam kuisioner yang disediakan
dikatakan hieginitas bila >50% benar.
d. Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data dan menyimpan data yang telah
dikumpulkan kedalam computer.
e. Cleaning data
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan
sehingga bila ada kesalahan pada saat proses memasukkan data dapat segera
diperbaiki atau digunakan, sebelum dilakukan analisa data.
1. Analisa Univariat
Analisia univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
proporsi dari variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel
independen.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel dependen
dan variabel independen. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik chi
square. Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam
penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antar dua
variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p<0,05, artinya terdapat
hubungan bermakna antara variabel dependen dan independen. Namun
sebaliknya, bila nilai p>0,05 berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara variabel dependen dan variabel independen.
31
Pelaporan Wawancara
Analisis Pengolahan
Hasil & mengisi
Data Data
Penelitian kuesioner
Kesimpulan
dan Saran
33
34
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sampel terbanyak ; Tamat SMA pada
tidak diare dengan jumlah 20 orang (25%), usia terbanyak lebih dari 30 tahun
pada kelompok diare dengan jumlah 17 orang (21,3%), pekerjaan tidak tetap
pada kelompok diare 28 orang (35%), jumlah penghasilan terbanyak pada
kelompok diare penghasilan Rp. 500.000- Rp. 1.000.000 dengan jumlah 17 orang
(21,3%), Usia balita pada kelompok tidak diare 6-12 bulan dengan jumlah 21
balita (26,3%), pada kelompok tidak diare jenis kelamin balita perempuan 24
balita (30%), Pada kelompok tidak diare anak lahiran pertama 21 balita (26,1%).
Diperoleh nilai p value = 0,210 dimana nilai p lebih besar dari 0,05 dan
confindence interval 95% = 0,112-1,667. dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara sikat khusus dengan kejadian diare.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Distribusi frekuensi sosiodemografi
1. Pendidikan Terakhir Ibu yang Memilik Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi
Dalam penelitian ini pendidikan diklasifikasikan kedalam lima kategori yaitu
SD, SMP, SMA, S1 dan S2 . Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
dari 80 orang ibu yang memiliki balita, pendidikan terbanyak adalah pendidikan
SMA pada kelompok tidak diare dengan jumlah 20 orang (25%).
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan
makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang
memiliki tingkat pendidikan yang rendah maka akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru yang
diperkenalkan.
Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam
menjaga higienitas botol susu. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka
semakin baik pula pengetahuhan ibu dalam menjaga higienitas botol susu yang
selanjutnya akan mempengaruhi tindakan ibu dalam pencucian botol susu,
penggunaan sabun, sikat khusus , sterilisasi botol susu dan penyimpanan botol
susu.
Menurut Robert M. Gagne tingkat pendidikan formal merupakan landasan
seseorang dalam berbuat sesuatu, membuat lebih mengerti dan memahami
sesuatu. Tingkat pendidikan formal juga memungkinkan perbedaan pengetahuan
dan pengambilan keputusan.
2. Umur Ibu yang memiliki Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali
Besar Kota Jambi
Dalam penelitian ini umur diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu
kurang dari 20 tahun, 20-25 tahun, 26-30 tahun dan lebih dari 30 tahun.
39
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 80 orang ibu yang
memiliki bayi dan balita usai 6 bulan-5 tahun lebih banyak ibu berusia lebih dari
30 tahun pada kelompok diare dengan jumlah 17 orang (21,3%)
Menurut notoatmojo 2003 ,Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator
dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan untuk melakukan
sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya. Umur seseorang sedemikian
besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut umurnya maka
semakin lebih bertanggung jawab.
3. Pekerjaan Ibu yang Memiliki Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali
Besar Kota Jambi
Dalam penelitian ini pekerjaan ibu diklasifikasikan ke dalam dua kategori
yaitu tetap dan tidak tetap. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
dari 80 orang ibu yang memiliki balita lebih banyak ibu yang bekerja tidak tetap
pada kelompok diare 28 orang (35%).
Faktor pekerjaan memiliki peran yang perlu dipertimbangkan, hal ini
dikarenakan seseorang yang sibuk bekerja memiliki waktu yang lebih sedikit
bersama keluarga, sehingga secara tidak langsung ibu kurang memperhatikan
kesehatan bayi dan balitanya.
4. Penghasilan Ibu yang Memiliki Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kenali Besar Kota Jambi
Dalam penelitian ini penghasilan ibu diklasifikasikan ke dalam empat
kategori yaitu kurang dari Rp. 500,000,-, Rp.500.000 – Rp 1.000.000,
Rp1.000.000 – Rp. 2.000.000 dan lebih dari Rp 2.000.000,-. Berdasarkan hasil
penelitian dapat diketahui bahwa dari 80 orang ibu yang memiliki balita, ibu
berpenghasilan terbanyak pada kelompok diare dengan penghasilan Rp. 500.000-
Rp. 1.000.000 dengan jumlah 17 orang (21,3%).
Penghasilan ibu untuk memenuhi kebutuhan hidup sedikit banyaknya
berpengaruh, dimana status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh pada
fasilitas yang diberikan. Tingkat penghasilan akan mempengaruhi pola kebiasaan
40
ibu dalam menjaga higienitas botol susu dimana semakin bertambahnya tingkat
penghasilan maka ibu akan cenderung lebih berhati-hati dalam pemilihan botol
susu.
4.2.2 Hubungan Cara Mencuci Botol Susu Terhadap Kejadian Diare
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013, cara mencuci
botol yang benar adalah;
1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum membersihkan peralatan minum bayi.
2. Mencuci semua peralatan (botol, dot, sikat botol dan sikat dot) dengan air
bersih yang mengalir.
3. Membilas botol dan dot dengan air bersih yang mengalir. Air merupakan
faktor yang sangat menentukan kualitas dari makanan dan miniuman seperti
susu, karena air digunakan sebagai bahan baku untuk menyiapkan susu,
mencuci alat-alat makanan dan minuman seperti botol susu, dot, gelas dan
sendok. Apabila air yang tersedia tidak memenuhi persyaratan yang
diperlukan, maka dimungkinkan minuman yang diolah menjadi
terkontaminasi oleh bakteri patogen. Persyaratan kualitas air bersih untuk
parameter fisika adalah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nurjannah 2008;
Higienitas botol susu yang dilakukan responden dengan kategori baik 19 orang
(42,2%) mempunyai anak usia 6 bulan-2 tahun yang mengalami diare 9 orang
dan tidak megalami diare 10 orang, sedangkan responden yang melakukan
higienitas botol susu dengan kategori kurang baik 26 orang (57,8%) mempunyai
anak usia 6 bulan-2 tahun yang mengalami diare sebanyak 23 orang dan tidak
diare 3 orang. Dimana penelitian yang dilakukan peneliti saat dilapangan
didapatkan pada cara mencuci botol yang baik terdapat dalam kelompok diare
30 orang (37,5%) dan tidak diare 28 orang (35%) sedangkan yang tidak baik
pada kelompok diare 10 orang (12,5%) dan tidak diare 12 orang (15%).
41
Didapatkan hasil p value = 0,617 dimana nilai p lebih besar dari 0,05 dan
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara cara
mencuci botol susu dengan kejadian diare.
Pada penelitian ini juga menggunakan studi kasus dan kontrol dengan 1:1
dengan higienitas botol susu yang di fokuskan pada masing-masing poin berupa
cara mencuci botol susu, penggunaan sabun, penggunaan sikat khusus, cara
sterilisasi botol susu dan penyimpanan botol susu. Sedangkan pada penelitian
sebelumnya tidak memfokuskan pada masing-masing poin dalam higienitas botol
susu tersebut.
4.2.3 Hubungan Penggunaan Sabun Terhadap Kejadian Diare
Saat mencuci botol susu Gunakanlah sabun cair jangan pernah menggunakan
sabun colek atau deterjen untuk mencuci botol bayi karena sabun colek dan
deterjen mengandung zat berbahaya bagi kesehatan bayi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Muhammad Ardasir Musawir
2013; bahwa sebanyak 25 bayi (45,5%) mengalami diare dengan kebiasaan cuci
tangan pakai sabun yang buruk dan sebanyak enam bayi (14,0%) mengalami
diare dengan kebiasaan cuci tangan pakai sabun yang baik. Hasil uji statistik
dengan uji chi square diperoleh p=0,001, Dimana penelitian yang dilakukan
peneliti saat dilapangan didapatkan pada penggunaan sabun yang baik terdapat
dalam kelompok diare 28 orang (35%) dan tidak diare 16 orang (20%)
sedangkan yang tidak baik pada kelompok diare 12 orang (15%) dan tidak diare
24 orang (30%).
Didapatkan hasil p value = 0,007 dimana nilai p lebih kecil dari 0,05 dan
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan
sabun dengan kejadian diare.
4.2.4 Hubungan Penggunaan Sikat Khusus Terhadap Kejadian Diare
menggunakan sikat botol yang bersih berbahan nylon khusus yang bertekstur
lebih lembut dengan ujung spons yang berbentuk bunga, sangat cocok untuk
membersihkan botol susu.
42
anak usia 6 bulan-2 tahun yang mengalami diare sebanyak 23 orang dan tidak
diare 3 orang. Dimana penelitian yang dilakukan peneliti saat dilapangan
didapatkan pada cara sterilisasi botol susu yang baik terdapat dalam kelompok
diare 34 orang (42,5%) dan tidak diare 31 orang (38,8%) sedangkan yang tidak
baik pada kelompok diare 6 orang (7,5%) dan tidak diare 9 orang (11,3%).
Diperoleh nilai p value = 0,390 dimana nilai p lebih besar dari 0,05 dan dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sterilisasi
botol susu dengan kejadian diare.
4.2.6 Hubungan Cara Penyimpanan Botol Susu Terhadap Kejadian
Diare
Bila susu tidak langsung diberikan kepada bayi, simpan susu di dalam botol
tertutup rapat didalam ruang utama kulkas. Susu formula yang disimpan dalam
kulkas dapat bertahan selama 24 jam. Dalam suhu ruangan, susu formula dapat
bertahan selama tiga jam.27
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nurjannah 2008;
Higienitas botol susu yang dilakukan responden dengan kategori baik 19 orang
(42,2%) mempunyai anak usia 6 bulan-2 tahun yang mengalami diare 9 orang
dan tidak megalami diare 10 orang, sedangkan responden yang melakukan
higienitas botol susu dengan kategori kurang baik 26 orang (57,8%) mempunyai
anak usia 6 bulan-2 tahun yang mengalami diare sebanyak 23 orang dan tidak
diare 3 orang. Dimana penelitian yang dilakukan peneliti saat dilapangan
didapatkan pada cara penyimpanan botol susu yang baik terdapat dalam
kelompok diare 33 orang (41,3%) dan tidak diare 39 orang (48,8%) sedangkan
yang tidak baik pada kelompok diare 7 orang (8,8%) dan tidak diare 1 orang
(1,3%).
Diperoleh nilai p value = 0,025 dimana nilai p lebih kecil dari 0,05 dan dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyimpanan botol
susu dengan kejadian diare.
4. 3 Keterbatasan Penelitian
44
5.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Gambaran Sosiodemografi Ibu Balita penelitian terbanyak berdasarkan
pendidikan terakhir yaitu Tamat SMA pada tidak diare dengan jumlah 20
orang (25%), usia terbanyak lebih dari 30 tahun pada kelompok diare
dengan jumlah 17 orang (21,3%), pekerjaan tidak tetap pada kelompok
diare 28 orang (35%), jumlah penghasilan terbanyak pada kelompok diare
penghasilan Rp. 500.000- Rp. 1.000.000 dengan jumlah 17 orang (21,3%) , Usia
balita pada kelompok tidak diare 6-12 bulan dengan jumlah 21 balita
(26,3%), pada kelompok tidak diare jenis kelamin balita perempuan 24
balita (30%), Pada kelompok tidak diare anak lahiran pertama 21 balita
(26,1%).
2. Gambaran cara mencuci botol susu yang baik pada kelompok diare
sebanyak 30 orang (37,5%), Penggunaan sabun yang baik pada kelompok
diare sebanyak 28 orang (35%), Penggunaan sikat khusus pada kelompok
diare sejumlah 36 orang (45%), Cara sterilisasi botol susu pada kelompok
diare sebanyak 34 orang (38,8%), Cara penyimpanan botol susu pada
kelompok tidak diare sebanyak 39 orang (48,8%)
3. Tidak terdapat hubungan antara cara mencuci botol susu dengan kejadian
diare (p value = 0,617; OR = 0,778; 95% CI = 0,291-2,082)
4. Terdapat hubungan Antara penggunaan sabun dengan kejadian diare (p
value = 0,007; OR = 0,285; 95% CI = 0,113-0,721)
5. Tidak terdapat hubungan antara penggunaan sikat khusus dengan kejadian
diare (p value = 0,210; OR = 0,444; 95% CI = 0,122-1,617)
6. Tidak terdapat hubungan antara cara sterilisasi botol susu dengan kejadian
diare (p value = 0,390; OR = 0,608; 95% CI = 0,194-1,904)
46
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Puskesmas
Bagi puskesmas kenali besar kota Jambi agar terus melakukan promosi
kesehatan tentang pentingnya menjaga higienitas botol susu sehingga kejadian
diare dapat diminimalkan. Kepada ibu-ibu yang memiliki balita di wilayah kerja
puskesmas kenali besar kota Jambi agar terus meningkatkan perilaku dalam
menjaga higienitas botol susu dengan cara mencuci botol susu dengan air bersih
yang mengalir, menggunakan sabun dengan sikat yang tepat, melakukan
sterilisasi botol susu, menggunakan air yang direbus hingga mendidih untuk
menyajikan susu serta penyimpanan yang baik sehingga kejadian diare dapat
diminimalkan.
5.2.2 Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi atau rujukan
untuk penelitian selanjutnya terutama mengenai pengaruh higienitas botol susu
terhadap kejadian diare pada balita.
5.2.3 Bagi Peneliti Lain
Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, maka
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu suatu penelitian serupa dengan
sampel yang lebih banyak dan metode yang lebih baik untuk mengetahui lebih
terperinci mengenai hubungan higienitas botol susu terhadap kejadian diare pada
balita di puskesmas kenali besar kota Jambi.
47
Daftar Pustaka
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta; 2013. p.72
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengendalian penyakit
diare. Jakarta; 2011.
3. World Health Organization. The treatment of diarrhoea : a manual for
physicians and other senior health workers, 4th rev. Geneva : World Health
Organization. 2005. p.3
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2017. Jakarta;2018.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Profil Kesehatan Provinsi Jambi. Jambi;
2018.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta;2018.
7. Lanida BP, Farapti F. Prevention of the incidence of diarrhea in infants
through hygiene of milk bottles. J Berk Epidemiol;2018.
8. Irawan Anasta Putra, Rizky AR. Hubungan Pemberian Susu Formula dengan
Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Mojolaban
Sukoharjo;2014.
9. Sinthamurniwaty. Faktor-faktor risiko kejadian diare akut pada balita;2006.
10. Tanto,chris et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Essensial of medicine.
Edisi IV jilid II. Jakarta: Media Aesculapius.
11. Ulshen M. Manifestasi Klinis Penyakit Saluran Pencernaan. Dalam: Ilmu
Kesehatan Anak Nelson Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC, 2018. 1273.
12. Setiati, Siti et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Edisi ke-6. Jakarta:
Interna Publishing ;2014
13. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines .Acute Diarrhea In
Adults And Children: A Global Perspective;2012
48
14. Buku Saku Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan, Kementerian Kesehatan
RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Jakarta : 2010.15-17.
15. Cook GC. Manson’s Tropical Diseases twentieth edition. Saunders;1996
16. Behrman, kliegman, Arvin . Ilmu kesehatan Anak. Edisi 15 vol 2. Jakarta:
EGC; 2012
17. Claudio F.L,et al. Global causes of Diarrhea Disease Mortality in Children < 5
years of Age : Systematic Review. Child Health Epidemiology Reference
Group of the World Health Organization and UNICEF; 2013.
18. Clifton Y, Douglas L, Jorge RM. Diarrhea and Dehydration. International
Module of Diarrhea; 2011
19. Ambarwati. et al. Superbook for Supermom. Jakarta: FMedia;2015.
20. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka
Cipta;2010
21. Depkes RI. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta:Departemen Kesehatan RI;2013
22. Van Dijk MD, Mulder SA, Erasmus V, van Beeck AHE, Vermeeren JMJJ,
Liu X, et al. A multimodal regional intervention strategy framed as friendly
competition to improve hand hygiene compliance. Infection Control &
Hospital Epidemiology. Cambridge University Press; 2019;40(2):187–93.
23. Satyanegara Surya ,dkk. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi dan Balita.
Jakarta: Arca;2010
24. UNICEF. Diarrhoea: Why children still dying and what can be done. 2009
25. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Modul Khusus Hygiene Sanitasi
Makanan dan Minuman. Jakarta; 2004.
26. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 39 Tahun 2013, Susu Formula dan
Produk Bayi Lainnya, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta;2013.
27. Soetomo. B.Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta: Demedia
Pustaka;2010.
49
28. Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. Handbook of Cosmetic Scienceand
Technology, 3rd Edition. New York: Informa Healthcare USA, Inc;2009
29. Priyono, Agus. Pembuatan Sabun. Riau: Unirau;2009
30. UNICEF. Start 4 Life. Guide to bottle feeding.2012
31. Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. Leaflet botol susu bayi.2010
50
KUISIONER PENILITIAN
Jambi , 2020
Responden
( )
51
Sosiodemografi No.:___
Nama :
Usia :
Pendidikan Terakhir : SD SMP SMA S1 S2
Pekerjaan : Tetap Tidak Tetap
Penghasilan : Kurang dari Rp 500.000,-
Rp 500.000 – Rp 1.000.000,-
Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000,-
Lebih dari Rp 2.000.000,-
Data Bayi
Jenis Kelamin :
Usia Bayi :
Anak ke :
Kasus /control :
c. tidak tau
3. menurut ibu bagian botol susu yang yang paling rentan terkontaminasi bakteri
pada bagian apa ?
a. botol
b. dot
c. tidak tau
4. bagaimana cara ibu membilas botol dan dot ?
a. bilas botol dan dot dengan air mengalir
b. masukan botol dan dot di dalam ember berisi air
c. tidak tahu
5. berapa kali dalam sehari ibu mencuci botol susu?
a. <3 kali sehari
b. ≥ 3 kali sehari
c. tidak tau
Penggunaan sabun
6. Menurut ibu apakah perlu memakai sabun saat mencuci botol susu?
a. ya perlu
b. tidak terlalu
c. tidak perlu
7. Apakah ibu selalu menggunakan sabun saat mencuci botol susu?
a. ya selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
8. Apakah ibu tahu sabun jenis apa yang berbahaya bagi bayi?
a. ya tahu
b. sedikit tahu
c. tidak tahu
9. Dibawah ini jenis sabun apa yang tidak aman bagi bayi ?
a. Sodium lauryl sulphate (SLS)/ deterjen
53
b. sabun cair
c. tidak tahu
10. Sabun jenis apa yang ibu gunakan untuk mencuci botol susu?
a. sabun cair
b. sabun serbuk (deterjen)
c. tidak pernah
Sikat khusus
11. Apakah ibu menggunakan sikat khusus untuk mencuci botol susu?
a. ya selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
12. Jenis bahan sikat apa yang digunakan untuk mencuci botol?
a. busa
b. nilon
c. silicon
13. Apakah ibu tahu bentuk sikat khusus yang digunakan saat mencuci botol susu
?
a. ya tahu
b. sedikit tahu
c. tidak tahiu
14. Dibawah ini bentuk sikat yang digunakan saat mencuci botol adalah
a. sikat berbentuk bundar dengan lubang di gagangnya
b. sikat berbentuk bunga dengan tekstur lembut berbahan nylon
c. tidak tahu
15. Apakah ibu menyikat botol susu setiap kali botol akan digunakan?
a. ya selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
Sterilisasi botol susu
54
a. 3 jam
b. > 3 jam
c. tidak tahu
23. Apakah ibu membersihkan tempat penyiapan susu saat akan menyajikan susu
?
a. ya selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
24. bagaimana cara menyampur rata susu didalam botol ?
a. tutup botol susu dan kocok sampai larut dengan baik
b. tidak pakai tutup botol langsung dokocok sampailarut dengan baik
c. tidak tahu
25. Berapa lama susu yang sudah disiapkan diletakkan dalam kulkas dapat
bertahan untuk diberikan kembali ke bayi?
a. >24 jam
b. <24 jam
c. 24 jam
62
JENIS
JENIS
PENDIDIKAN_TERAKHIR S1 Count 8 10 18
% within
44,4% 55,6% 100,0%
PENDIDIKAN_TERAKHIR
S2 Count 3 2 5
63
% within
60,0% 40,0% 100,0%
PENDIDIKAN_TERAKHIR
SD Count 2 3 5
% within
40,0% 60,0% 100,0%
PENDIDIKAN_TERAKHIR
SMA Count 18 20 38
% within
47,4% 52,6% 100,0%
PENDIDIKAN_TERAKHIR
SMP Count 9 5 14
% within
64,3% 35,7% 100,0%
PENDIDIKAN_TERAKHIR
% within
50,0% 50,0% 100,0%
PENDIDIKAN_TERAKHIR
JENIS
Total Count 40 40 80
JENIS
JENIS
% within
56,8% 43,2% 100,0%
JENISKELAMIN_BALITA
perempua Count 19 24 43
% within
44,2% 55,8% 100,0%
JENISKELAMIN_BALITA
% within
50,0% 50,0% 100,0%
JENISKELAMIN_BALITA
JENIS
JENIS
ANAK_KE 1 Count 20 21 41
2 Count 12 15 27
3 Count 6 2 8
4 Count 2 2 4
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Chi-Square Tests
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
N of Valid Cases 80
Chi-Square Tests
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Chi-Square Tests
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50.
b. Computed only for a 2x2 table
69
Risk Estimate
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate