Anda di halaman 1dari 19

Abu Raihan Al-Biruni (Khawarazmi, Turkmenistan, Persia, 15

September 973 – 13 Desember 1048)

Meneliti: matematika, astronomi (determined


Earth’s circumference), fisika, ensiklopedia, filsafat, sejarah, obat-obatan, farmasi.
Merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis
ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak
menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan.

Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan di Khawarazmi, Turkmenistan atau Khiva di


kawasan Danau Aral di Asia Tengah yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran
Persia. Dia belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur.

Abu Raihan Al-Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-
Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu
Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas
Ma’mun Khawarazmshah. Dia lahir 15 September 973 dan meninggal 13 Desember
1048. Bidang lain: Astronomy, Mathematics, determined Earth’s circumference.

Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi (Iran, 780 – 850)


Meneliti: matematika (Algebra / Algoritma
/ Aritmatika / Aljabar), astronomi dan geografi.
Adalah seorang pakar dalam bidang matematik, astronomi dan geografi dari Iran.

Al-Khawarizmi juga dikenali sebagai bapa Algebra. Orang Eropa menyebutnya


dengan AlGorisma. Nama itu kemudian dipakai orang-orang barat dalam arti kata
Aritmatika atau ilmu hitung.

Mengapa ? Karena dia adalah seorang muslim yang pertama-tama dan ternama
dalam ilmu Matematika dan ilmu hitung.

Bukunya yang terkenal berjudul Al-jabar Wal Muqobalah, kemudian buku tersebut
disalin oleh orang-orang barat dan sampai sekarang ilmu itu kita kenal dengan nama
Al-Jabar.
Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi / Razes (864-930)
Meneliti: Ilmu Kimia (Distilasi, Kalsinasi dan
sebagainya), Medicine, Ophthalmology, Smallpox , Chemistry, Astronomy.
Hidup antara tahun 864-930 dan namanya dilatinkan menjadi Razes. Seorang
dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu penelitian
Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu Kimia.

Di dalam penelitiannya pada waktu itu Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi sudah
menggunakan peralatan khusus dan secara sistimatis hasil karyanya dibukukan,
sehingga orang sekarang tidak sulit mempelajarinya.

Disamping itu Al-Razi telah mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi,
Kalsinasi dan sebagainya dan bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan
Lboratorium Kimia yang pertama di dunia. Bidang lain: Medicine, Ophthalmology,
Smallpox , Chemistry, Astronomy.

Abu Nasir Al-Farabi / Al-Farabius (870-900)


Meneliti: bidang logika, matematika, etika, filosofi, politik, sosiologi, music, sains.
Orang barat menyebutnya dengan ALFARABIUS. Ia hidup tahun antara tahun 870-
900 Masehi dan merupakan tokoh Islam yang pertama dalam bidang Logika.

Al Farabi juga mengembangkan dan mempelajari ilmu Fisika, Matematika, Etika,


Filosofi, Politik, dan sebagainya. Bidang lain: Sociology, Logic, Philosophy, Political
Science, Music.

Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Buzjani /
Abul Wafa (Buzhgan, Nishapur, Iran / Persia 940 – 997 / 998)

Meneliti: astronomi (pergerakan Bulan),


matematika (trigonometri).
Adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Persia. Pada tahun 959,
Abul Wafa pindah ke Irak, dan mempelajari matematika khususnya trigonometri di
sana.

Dia juga mempelajari pergerakan bulan; salah satu kawah di bulan dinamai Abul
Wáfa sesuai dengan namanya.

Salah satu kontribusinya dalam trigonometri adalah mengembangkan fungsi tangen


dan mengembangkan metode untuk menghitung tabel trigonometri.

Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina / Ibnu Sina / Syeh Al-Rais / Avicenna (986-
1037)
Meneliti: kedokteran, pengobatan (medicine),
fisika, geologi, mineralogi, matematika, astronomi, filsafat, ilmuwan ensiklopedi,
psikologi, penulis kaidah kedokteran modern (dipakai sebagai referensi ilmu
kedokteran barat), menulis buku tentang fungsi organ tubuh, meneliti penyakit TBC,
diabetes dan penyakit yang ditimbulkan oleh efek fikiran.
Atau dikenal dengan nama Avicenna, hidup antara tahun 986-1037 M. Ia adalah
seorang ilmuwan muslim dan Filosof besar pada waktu itu, hingga kepadanya
diberikan julukan Syeh Al-Rais.

Keistimewaannya antara lain pada masa umur 10 tahun sudah hafal Al-Qur`an,
kemudian pada usia 18 tahun sudah mampu menguasai semua ilmu yang ada pada
waktu itu. Bidang keahliannya adalah ilmu Kedokteran, ilmu Fisika, Geologi,
Mineralogi. Juga dibidang Medicine, Philosophy, Mathematics, Astronomy.

Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi / Al-Idrisi (Sicily, Masihi, Ceuta,


Spanyol, 1099 – 1166)
Meneliti: geografi.
Merupakan salah seorang pakar sains Islam yang hidup di Sicily. Sumbangan utama
tokoh ini ialah menghasilkan peta bebola perak seberat 400 paun untuk Raja Roger
II, lengkap dengan membagikan dunia kepada 7 iklim, laluan perdagangan, teluk,
tasik, sungai, bandar-bandar besar, bukit dan lembah serta gunung-ganang. Al Idrisi
lahir 1099 Masihi di Ceuta, Spanyol dan meninggal pada 1166 Masihi.

Beliau juga mencatatkan jarak dan ketinggian sesuatu tempat dengan tepat. Tokoh
Geografi kurun ke-12 ini kemudiannya menghasilkan buku Nuzhah al Musytaq fi
Ishtiraq al Afaq (Kenikmatan pada Keinginan Untuk Menjelajah Negeri-negeri)
atau Roger’s Bookyaitu sebuah ensiklopedia geografi yang mengandungi peta dan
informasi tentang negara Eropa, Afrika dan Asia.
Buku ini mencatatkan perihal masyarakat, budaya, kerajaan dan cuaca negara-
negara yang terdapat di dalam petanya. Beliau penemu garisan lintang dan garisan
bujur yang diperkenalkannya dalam peta yang dihasilkan. Beberapa abad lamanya,
Eropa menggunakan peta Al-Idrisi, dan turut menggunakan hasil kerja ilmuwan ini
ialah Christopher Columbus.

Piri Reis
Meneliti: geografi, peta dunia.
Pencipta peta dunia terlengkap dibuat pada tahun 1513. Para ahli satelit sendiri pun
merasa terkejut dengan model pemetaan yang dibuat oleh tokoh Muslimin ini.

Peta yang dibuat diatas sepotong kulit rusa berukuran 90×65 centimeter itu benar-
benar digambarkan lengkap dan cukup detail.

Bahkan hasil perbandingan dengan pemotretan dari angkasa yang dilakukan


menggunakan satelit saat ini, memiliki bentuk yang sangat mirip.

Mulanya para sejarawan tidak percaya akan bukti keberadaan peta tersebut. Di peta
yang terlihat jelas hanyalah kawasan Laut Timur Tengah. Sementara kawasan
lainnya seperti benua Afrika dan Amerika sama sekali tergambar sangat berbeda.

Barulah setelah gambar hasil pemotretan dari satelit pada zaman modern ini
dipadukan dengan peta kuno karya muslimin bangsa Turki tersebut, ternyata sangat
nyata kebenarannya bahwa gambar yang ditorehkan dalam kulit itu memang sangat
detail dan terperinci!. (klik disini unuk membaca artikel: Ilmuwan Muslim Pencipta
Peta Dunia Pertama)
Ghiyatuddin Abu al-Fatah Omar ibni Ibrahim Al-Nisaburi Khayami /
Omar Al-Khayyám (Nishapur, Iran / Persia, 18 Mei 1048 – 4 Desember
1131)
Meneliti: sastra, matematika, astronomi.
Adalah seorang sastrawan, pemuisi (pembuat puisi), ahli matematik, dan ahli
astronomi. Khayam yang lahir pada 18 Mei 1048 di Nishapur, Iran (Parsi) dan
meninggal 4 Desember 1131 itu mempunyai nama asli Ghiyatuddin Abu al-Fatah
Omar ibni Ibrahim Al-Nisaburi Khayami.

Khayam adalah perkataan pinjaman bahasa Arab yang bermakna “pembuat


khemah.” Beliau paling dikenali kerena himpunan puisinya, Rubaiyat Omar
Khayyam. Ia juga memecahkan persamaan pangkat tiga dan empat melalui kerucut-
kerucut yang merupakan ilmu aljabar tertinggi dalam matematika modern, penyair.
Ibn Al-Nafis Damishqui / Ibnu Nafis (Damaskus, Suriah 1210 – Kairo,
Mesir 17 Desember 1288)

Meneliti: kedokteran (peredaran darah, paru-


paru)
Merupakan orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah
dalam tubuh manusia (pada 1242). Penggambaran kontemporer proses ini telah
bertahan hingga kini. Namun, Harvey (1628) dianggap pertama yang
menemukannya.
Khususnya, ia merupakan orang pertama yang diketahui telah mendokumentasikan
sirkuit paru-paru.

Secara besar-besaran karyanya tak tercatat sampai ditemukan di Berlin pada 1924.
Dia lahir di Damaskus (kini wilayah Suriah) tahun 1210 dan meninggal di Kairo (kini
wilayah Mesir), 17 Desember 1288 pada umur 77/78 tahun).

Ibnu Khaldun (Tunisia, 27 Mei 1332/732H –


19 Maret 1406/808H)
Meneliti: filsafat, sejarah, sosiologi, ekonomi.
Ibnu Khaldun, lahir 27 Mei 1332/732H, wafat 19 Maret 1406/808H adalah
sejarahwan, pendidik ulung, pendiri filsafat sejarah dan sosiologi.

Ia adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak
pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal
adalah Muqaddimah (Pendahuluan).
MAKALAH TENTANG
AL- QUR'AN DAN ILMU PENGETAHUAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti
“bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang
berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
melalui perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa
terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metodeyang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak
atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama
adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau
mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang
di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi
juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga
mempunyai pengaruh (positif atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu Al- Qur’an?
2. Apa itu Ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana Korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan?
C. Tujuan Penulisan
1. Ingin mengetahui apa itu Al- Qur’an?
2. Ingin mengetahui apa itu Ilmu Pengetahuan?
3. Ingin mengetahui bagaimana korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al- Qur’an dan Ilmu Pengetahuan


Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan
atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan
kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat
Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal
ibadah.
Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber,
basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah
Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang
terlewatkan, semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan manusia, baik
yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia (Hablum minannas); alam,
lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.(Q.S.
Al-an’am: 38). Lebih lanjut Achmad Baiquni mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan
manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an”
Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai sumber hukum dan pedoman hidup bagi pemeluk Islam dan bernilai ibadat yang
membacanya.
1) RuangLingkupnya Al-Qur’an
Pokok-pokok isi Al-Qur’an ada 5:
1. Tauhid, kepercayaan terhadap Allah, malaikat-malaikat Nya, Kitab-kitab Nya, Rosul-rosul Nya, Hari
Akhir dan Qodho, Qadar yang baik dan buruk.
2. Tuntutan ibadat sebagai perbuatan yang jiwa tauhid.
3. Janji dan Ancaman
4. Hidup yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
5. Inti sejarah orang-orang yang taat dan orang-orang yang dholim pada Allah SWT.
2.) Dasar-dasar Al-Qur’an Dalam Membuat Hukum
1. Tidak memberatkan
“Allah tidak membenari seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Misalnya:
a. Boleh tidak berpuasa pada bulan Ramadhan.
b. Boleh makan-makanan yang diharamkan jika dalam keadaan terpaksa/memaksa.
c. Boleh bertayamum sebagai ganti wudhu’
2. Menyedikitkan beban
Dari prinsip tidak memberatkan itu, maka terciptalah prinsip menyedikitkan beban agar menjadi
tidak berat. Karena itulah lahir hukum-hukum yang sifatnya rukhsah. Seperti: mengqashar sholat.
3. Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum
Hal ini dapat diketahui, umpamanya; ketika mengharamkan khomr.
a. Menginformasikan manfaat dan mahdhorotnya.
b. Mengharamkan pada waktu terbatas, yaitu; sebelum sholat.
c. Larangan secara tegas untuk selama-lamanya.
Fungsi dan Isi Kandungan Al-Qur’an
Fungsi Al-Qur’an
1. Petunjuk bagi Manusia.
Allah swt menurunkan Al-Qur’ansebagai petujuk umar manusia,seperti yang dijelaskan dalam surat (Q.S
AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44)

2. Sumber pokok ajaran islam.


Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap
hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti hukum, ibadah,
ekonomi, politik, social, budaya, pendidikan, ilmu pengethuan dan seni.
3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat yang taat
melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran Nya.Bagi
kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-
kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.
4. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw.
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw.
Tujuan Pokok Al-Quran
1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan
akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila
yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
3. Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus
diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang
lebih singkat, “Al-Quran adalah petunjuk bagi selunih manusia ke jalan yang harus ditempuh demi
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”
Pokok Ajaran Dalam Isi Kandungan Al-Qur’an
1. Akidah, Akidah adalah keyakinan atau kepercayaan.Akidah islam adalah keyakinan atau kepercayaan
yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap muslim.Dalam islam,akidah bukan hanya
sebagai konsep dasar yang ideal untuk diyakini dalam hati seorang muslim.Akan tetapi,akidah tau
kepercayaan yang diyakini dalam hati seorang muslim itu harus mewujudkan dalam amal perbuatan dan
tingkah laku sebagai seorang yang beriman.
2. Ibadah dan Muamalah. Kandungan penting dalam Al-Qur’an adalah ibadah dean muamallah.Menurut Al-
ur’an tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah agar mereka beribadah kepada Allah.Seperti yang
dijelaskan dalam (Q.S Az,zariyat 51:56)
Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial.manusia memerlukan berbagai
kegiatan dan hubungan alat komunikasi .Komonikasi dengan Allah atau hablum minallah ,seperti
shalat,membayar zakat dan lainnya.Hubungan manusia dengan manusia atau hablum minanas ,seperti
silahturahmi,jual beli,transaksi dagang, dan kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan seperti itu disebut kegiatan
Muamallah,tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 82.
3. Hukum
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti hukum
perkawinan,hukum waris,hukum perjanjian,hukum pidana,hukum musyawarah,hukum perang,hukum antar
bangsa.
4. Akhlak
Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral .Akhlak,di samping memiliki kedudukan
penting bagi kehidupan manusia,juga menjadi barometer kesuksesan seseorang dalam melaksanakan
tugasnya.Nabi Muhammad saw berhasil menjalankan tugasnya menyampaikan risalah islamiyah,anhtara
lain di sebabkan memiliki komitmen yang tinggi terhadap ajhlak.ketinggian akhlak Beliau itu dinyatakan
Allah dalam Al-Qur’an surat al-Qalam ayat 4.
5. Kisah-kisah umat terdahulu. Kisah merupakan kandungan lain dalam Al-Qur’an.Al-Qur’an menaruh
perhatian penting terhadap keberadaan kisah di dalamnya.Bahkan,di dalamnya terdapat satu surat yang di
namaksn al-Qasas.Bukti lain adalah hampir semua surat dalam Al-Qur’an memuat tentang kisah. Kisah
para nabi dan umat terdahulu yang diterangkan dalam Al-Qur’an antara lain di jelaskan dalam surat al-
Furqan ayat 37-39.
6. Isyarat pengemban ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an banyak mengimbau manusia
untuk mengali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Seperti dalam surat ar-rad
ayat 19 dan al zumar ayat 9.Selain kedua surat tersebut masih banyak lagi dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti dalam kedokteran,farmasi,pertanian,dan astronomi yang
bermanfaat bagi kemjuan dan kesejahteraan umat manusia.
Keistimewaan Dan Keutamaan Al-qur’an :
1. Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia seluruh bangsa di mana pun berada serta segala zaman / periode waktu.
2. Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci al-qur’an dapat dipengaruhi
jiwanya.
3. Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
4. Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami hukum
dunia manusia.
5. Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya. Yang
menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT adalah taqwa.
6. Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta
menanamkan tauhid dalam jiwa.
Ilmu Pengetahuan
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metodeyang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang
bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup
pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan
dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan
bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Manusia merupakan ciptaan yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan
Allah.Karena, manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan disertakan alat untuk berfikir. Dengan akal
dan fikirannya manusia dapat membangun peradaban dan menghadirkan ilmu pengetahuan.
Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-
Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata
jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali[8]. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa
tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat
yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji
semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi.
Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai waktu-waktu tertentu”. Banyak
lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknologi, seperti untuk
menunaikan ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat
transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an,
manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain
sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.
Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).
Al-Qur’an sejak empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah
kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk
mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan);
kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan
atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang ini, dengan di
temukannya alat transportasi yang mampu menembus angksa luar bangsa-bangsa yang telah
mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan
di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan pelanet -pelanet lainnya.
Menurut Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat Al-Qur’an tentang ”Kebenaran Ilmiah”
tersebut lebih bertujuan untuk menunjukkan tentang kebesaran Tuhan dan ke Esa-an Nya, serta
mendorong manusia seluruhnya mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan
iman dan kepercayaan KepadaNya.
Pemaparan-pemaparan di atas secara tidak langsung menerangkan, bahwa antara ilmu
pengetahuan dan al-qur’an ada kaitan erat. Akan tetapi keterkaitan antara keduanya disesuaikan
dengan porsi yang sesuai.
B. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan penghormatan yang tidak
ditemukan bandingannya dalam kitabkitab suci yang lain. Sebagai bukti, Al-Quran menyifati
masa Arab pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus
ayat yang menyebut tentang ilmu dan pengetahuan. Di dalam sebagian besar ayat itu
disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang telah diberikan kepada manusia,
Allah berfirman:
"Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS 96:5)
"Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan mempunyai ilmu." (QS
58:11)
"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?"
(QS 39:9)
Di samping itu masih banyak ayat lain yang menyatakan tentang kemuliaan ilmu. Dan
dalam hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait - yang kedudukannya mengiringi Al-
Quran - terdapat dalil-dalil yang tidak terhitung banyaknya tentang anjuran untuk mencari ilmu,
arti penting dan kemuliaannya.
Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan akherat
namun juga untuk kebaikan kehidupan di dunia. Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu
sarana manusia untuk menuju kehidupan di dunia lebih baik. Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an
pun tak luput memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan
manusia.
Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan ayat yang
membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara kerja Alam dunia ini.
Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an memberikan gambaran kepada manusia
untuk memperhatikan alam sekitarnya. Selain itu, biasanya ayat-ayat yang membahasnya
diawali maupun diakhiri dengan sindiran-sindiran seperti; "apakah kamu tidak memperhatikan?",
"Apakah kamu tidak berpikir?", "Apakah kamu tidak mendengar?", "Apakah kamu tidak
melihat?". Sering pula di akhiri dengan kalimat seperti "Sebagai tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir", "Tidak dipahami kecuali oleh Ulul Albaab". Demikianlah Mukjizat terakhir Rasul, yang
selalu mengingatkan manusia untuk mendengar, melihat, berpikir, merenung, serta
memperhatikan segala hal yang diciptakan Allah di dunia ini.
Berkat dorongan ayat-ayat tersebutlah, ulama-ulama pada abad ke 8-10 Masehi di Timur
Tengah mampu mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada riset (dengan
cara mendengar, melihat, memperhatikan, merenungkan, dan memikirkan) dan
mengimplementasikannya dalam bentuk alat-alat maupun metode yang berguna bagi kehidupan
manusia.
Membuka kembali lembaran sejarah masa kejayaan Islam, kita akan mendapati begitu
banyak sumbangsih umat Islam bagi dunia Ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa itu,
dunia di luar Islam diselubungi kegelapan Ilmu. Perdukunan, mantra dan jampi-jampi menjadi
jalan untuk pengobatan. Namun berbeda di dunia Islam, seorang Ibnu Sina telah
mengembangkan berbagai metode pembedahan manusia, dialah sang bapak kedokteran
modern. Karya monumentalnya, Alqanun fi At Tib (yang diterjemahkan ke Eropa menjadi CANON),
menjadi rujukan utama dunia kedoktekan sampai abad ke 19.
Kita juga harus berterima kasih kepada Al-Khawarizmi, yang telah mengembangkan
metode Al-goritma. Kenapa disebut Al-goritma? Al-goritma merupakan aksen eropa dari nama al-
khawrizmi. Seperti ilmuwan lainnya, Ibnu Sina menjadi Avecina, Ibnu Rusyd menjadi Averoes. Dan
masih banyak lagi penemuan-penemuan di dunia Islam pada masa itu seperti, metode fotografi paling awal
yang disebut ruang gelap, jam air, piston.
Namun alangkah ruginya, umat Islam saat ini yang kurang sekali mengapresiasi kandungan Al-
Qur’an, akibat banyaknya muslim yang tidak paham bahasa Al-Qur’an (Bahasa Arab), meskipun hanya
sebatas pemahaman tingkat dasar. Akibat tidak paham bahasa Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an hanya
sebatas ritual saja (meskipun begitu dasyatnya Al-Qur’an, sehingga orang yang tidak paham maksudnya
pun dapat menjadi tenang hatinya). Bahkan banyak generasi muda yang enggan untuk sekedar
menyentuhnya, apalagi untuk membacanya. Hal ini tidak lain disebabkan oleh minimnya pengetahuan
generasi muda Islam tehadap bahasa Al-Qur’an.
C. Korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau
tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah melihat :
adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, karena
kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada masyarakat
atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat
psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau negative) terhadap
kemajuan ilmu pengetahuan.
Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya tidak mendapat
tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana ia hidup. Mereka memberikan
tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan agama. Akibatnya, Galileo pada akhirnya menjadi korban
penemuannya sendiri.
Dalam Al qur’an ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai bentuknya yang terulang sebanyak
854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat Al qur’an yang menganjurkan untuk menggunakan akal
pikiran, penalaran, dan sebagainya, sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang menjelaskan hambatan
kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Subjektivitas (a) suka dan tidak suka (baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79); (b) taqlid atau mengikuti tanpa
alasan (baca antara lain, QS 33:67 ; 2:170).
2. Angan-angan dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS 10:36).
3. Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca antara lain QS 21:37).
4. Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca antara lain QS 7:146).
Di samping itu, terdapat tuntutan tuntutan antara lain :
1. Jangan bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36), dalam arti tidak menetapkan
sesuatu kecuali benar-benar telah mengetahui dulu persoalan (baca antara lain QS 36:17), atau menolaknya
sebelum ada pengetahuan (baca antara lain, QS 10:39).
2. Jangan menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam pribadi tokoh yang paling
diagungkan.
Ayat- ayat semacam inilah yang mewujudkan iklim ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan
pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai disiplin ilmu. “tiada yang lebih baik dituntun
dari suatu kitab akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta tidak
menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk menggunakan akalnya atau membatasinya
menambah pengetahuan selama dan dimana saja ia kehendaki. Inilah korelasi pertama dan utama antara Al
qur’an dan ilmu pengetahuan.
Korelasi kedua dapat ditemukan pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak
ayat Al qur’an yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut sebagian nya
telah diketahui oleh masyarakat arab ketika itu. Namun apa yang mereka ketahui itu masih sangat terbatas
dalam perinciannya.
Dalam dalam penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat Al qur’an, membawa kita kepada, paling tidak,
tiga hal pula hal yang perlu di garisbawahi, yaitu (1) Bahasa (2) konteks ayat-ayat ; dan (3) sifat penemuan
ilmiah.
1. Bahasa
Disepakati oleh semua pihak bahwa untuk memahami kandungan Al qur’an dibutuhkan
pengetahuan bahasa arab. Untuk memahami arti suatu kata dalam rangkaian redaksi suatu ayat,
seorang terlebih dahulu harus meneliti apa saja pengertian yang dikandung oleh kata tersebut.
Kemudian menetapkan arti yang paling tepat setelah memperhatikan segala aspek yang
berhubngan ayat tadi.
2. Konteks antara kata atau ayat
Memahami pengertian suatu kata dalam sdalam rangkaian satu ayat tidak dapat dilepaskan dari
konteks kata tersebut dengan keseluruhan kata dalam redaksi ayat tadi.
3. Sifat penemuan ilmiah
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa hasil pemikiran seseorang dipengaruhi oleh banyak
factor, antara lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalamannya.
Perkembangan ilmu pengetahuan sudah sedemikian pesatnya, sehingga dari faktor ini saja
pemahaman terhadap redaksi Al qur’an dapat berbeda-beda.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang kebenaran Al
qur’an adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa
sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada
masa turunnya, namu terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti :
 Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47 ).
 Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya matahari (QS
10:5).
 Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal dari perut bumi, serta
bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS 27:88).
 Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga
kimia melalui proses foto sintesis sehingga menghasilkan energy (QS 36:80).bahkan, istilah Al
qur’an, al syajar al akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun),
karena zat-zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di semua bagian pohon, dahan dan
ranting yang warnanya hijau.
 Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan yang setelah fertilisasi(pembuahan)
berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan 7; 96:2).

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah dibahas dalam bab sebelumnya maka kami selaku penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan
akherat namun juga untuk kebaikan kehidupan di dunia. Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah
salah satu sarana manusia untuk menuju kehidupan di dunia lebih baik. Oleh sebab itu, dalam
Al-qur'an pun tak luput memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
kehidupan manusia. Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan
ayat yang membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara kerja Alam
dunia ini. Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an memberikan gambaran kepada
manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang kebenaran Al
qur’an adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa
sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada
masa turunnya, namu terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti :
Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47 ), Matahari adalah
planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya matahari (QS 10:5),
Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal dari perut bumi,
serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS 27:88), Zat hijau daun (klorofil)
yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga kimia melalui proses
foto sintesis sehingga menghasilkan energy (QS 36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al
akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat
tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di semua bagian pohon, dahan dan ranting
yang warnanya hijau, dan masih banyak yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, PT. Dana Bakhti Prima Yasa, Yogyakarta,
1997. h. 17.
H.G. Sarwar, Filsafat Al-Qur’an, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994. h. 125.

Anda mungkin juga menyukai