Anda di halaman 1dari 34

SKENARIO

Ny.S, 29 tahun, menikah datang ke poliklinik obstetri dan ginekologi karena keluar cairan
putih kekuningan berbau sejak 1 minggu yang lalu. Siklus menstruasi normal. Riwayat alat
kontrasepsi kondom. Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter menjelaskan mengenai gangguan
haid dan siklus menstruasi. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan ginekologi dan IVA test.
Setelah dilakukan pemeriksaan IVA test, Ny.S disarankan untuk melakukan pemeriksaan pap’s
smear. Ny.S sebelum menikah memiliki banyak pasangan, dan hubungan seksual aktif, belum
pernah mendapatkan imunisasi HPV. Ny.S juga minta dijelaskan mengenai kanker seviks dan apa
yang terjadi padanya, pengobatan serta pencegahannya.
KLARIFIKASI ISTILAH

1. Obstetri : Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal


yang mendahuluinya dan gejala gejala sisanya.1
2. Ginekologi : Cabang ilmu kedokteran yang mengobati penyakit saluran kelamin
pada wanita.2

Ilmu penyakit kandungan, ilmu kelamin wanita.3


3. Kondom : Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan
seksual.4
4. IVA test :
Sebuah pemeriksaan skrinning pada kanker serviks dengan
menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dapat
dilihat dengan pengamatan secara langsung.5
5. Pap’s Smear : Sebuah pemeriksaan sitologi apusan dengan mengambil sel-sel lepas
atau deskuamasi dari sistem alat kandungan wanita, meliputi sel-sel
yang lepas dari vagina, serviks, endoserviks dan endometrium sebagai
diagnostik sitologi untuk evaluasi sitohormonal, meniagnosis
peradangan, idenifikasi organisme penyebab peradangan,
mendiagnosis kelainan prakanker/displasia serviks (NIS) dan kanker
serviks dini maupun lanjut (karsinoma insitu/invasive) dan memantau
hasil terapi.6
6. Imunisasi HPV : Upaya spesifik pencegahan primer kanker serviks denagn memberikan
tubuh kekebalan terhadap Human Papilloma virus (HPV).7
7. Kanker serviks : Merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher Rahim,
merupakan tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di
daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa
vagina dan mukosa kanalis servikalis.8

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana mekanisme keluarnya cairan keputihan dan jenis jenisnya?
2. Apa hubungan usia dengan keluhan yang dirasakan Ny.S?
3. Apa saja penyakit yang ditandai dengan keluarnya cairan putih kekuningan berbau?
4. Jelaskan makna klinis keluarnya cairan putih kekuningan berbau sejak 1 minggu yang
lalu!
5. Bagaimanakah siklus menstruasi normal dan sebutkan gangguan-gangguan haid!
6. Jelaskan indikasi, kontraindikasi, tujuan dan mekanisme pengerjaan IVA test!
7. Jelaskan indikasi, kontraindikasi, tujuan dan mekanisme pengerjaan pap’s smear!
8. Apa saja pemeriksaan ginekologi, tujuan, indikasi dan prosedurnya!
9. Apa hubungan belum imunisasi HPV dengan keluhan Ny.S?
10. Apa manfaat dan tujuan dari imunisasi HPV?
11. Apa resiko dari hubungan seks aktif dan banyak pasangan dengan keluhan Ny.S?
12. Apa saja alat kontrasepsi dan keuntungan serta kerugiannya?
13. Jelaskan tentang kanker serviks!
14. Apa yang terjadi pada Ny.S dan bagaimanakah tatalaksanaya?

ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana mekanisme keluarnya cairan keputihan dan jenis jenisnya?


Jawab:

Mekanisme keluarnya keputihan


Perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi
hingga menopause. Keputihan merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologisdan
patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti
jamur, parasit, bakteri, dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu.
Bakteri ini memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina
sehingga mengakibatkan keadaan pH vagina basa dan menjadikan kuman penyakit
berkembangdan hidup subur di dalam vagina.9

Ada 2 jenis keputihan yang dijelaskan oleh yaitu: 9


a. Keputihan normal (fisiologis)
Keputihan fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi,
mendapatkan ransangan seksual, mengalami stres berat, sedang hamil atau
mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan,
tidak berbau dan tidak terasa gatal. Keputihan semacam ini merupakan sesuatu yang
wajar, sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu.
b. Keputihan abnormal (patologis)
Keputihan patologis disebut keputihan dengan ciri-ciri jumlahnya banyak,
warnanya putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, disertai dengan rasa gatal
dan pedih, terkadang berbau busuk atau amis. Keputihan menjadi salah satu tanda
atau gejala adanya kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat
berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker), serta adanya benda
asing. Namun tidak semua infeksi pada saluran reproduksi wanita memberikan gejala
keputihan.

Jenis keputihan berdasarkan organisme penyebabnya 9:


a. Bakteri

1) Grandnerella  Keputihan yang timbul berwarna putih keruh keabu-abuan, agak


lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina.
Menimbulkan peradangan pada vagina yang tidak spesifik dan menghasilkan asam
amino yang akan diubah menjadi senyawa amin. Peradangan yang ditimbulkan oleh
bakteri ini disebut Vaginosis bakterial.
2) Gonococcus Ada beberapa macam bakteri golongan coccus. Salah satunya
Neisseria Gonorrhea, suatu bakteri yang dilihat dengan mikroskop tampak diplokok
(berbentuk biji) intraseluler dan ekstraseluler, bersifat tahan asam dan bersifat “gram
negatif”. Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual (PHS/PMS/STD)
yang paling sering ditemukan yaitu Gonorrhea. Pada laki- laki, penyakit ini
menyebabkan kencing nanah. Sedangkan pada perempuan menyababkan keputihan.

3) Chlamydia Trachomatis  Bakteri ini sudah lebih dahulu dikenal sebagai penyebab
penyakit mata yang disebut Trakoma, namun ternyata bisa juga ditemukan dalam
cairan vagina yang menyebabkan penyakit uretritis non-spesifik (non-gonore).
Keputihan yang ditimbulkan bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila
dibandingkan dengan Gonorrhea. Namun, bila infeksinya terjadi bersamaan dengan
bakteri gonococcus, bisa menyebabkan peradangan panggul yang berat, kemandulan,
hingga kehamilan diluar kandungan.

b. Jamur Candida
Keputihan yang timbul berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi, di sertai
rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan di sekitarnya. Keputihan yang disebabkan
oleh jamur candida, paling sering oleh spesies albicans. Peradangan yang ditimbulkan
oleh jamur ini disebut Kandidosis vaginalis. Pada keadaan normal jamur ini terdapat di
rongga mulut, usus besar maupun dalam liang kemaluan wanita. Namun, pada keadaan
tertentu, jamur ini meluas sehingga menimbulkan keputihan. Beberapa faktor dapat
mempermudah seseorang terinfeksi jamur ini, seperti saat haid, hamil, minum
antibiotika dalam jangka waktu lama, kontrasepsi oral (pil KB), obat kortikosteroid,
dan penyakit kencing manis (diabetes mellitus).

c. Parasit
Keputihan jenis ini bersifat khas yaitu jumlah banyak, warna kuning kehijauan,
bau tak sedap, sakit saat melakukan hubungan seksual dan gatal. Penularan terjadi
melalui hubugan seksual. Peradangan yang ditimbulkan oleh parasit ini disebut
Trichomoniasis.
2. Apa hubungan usia dengan keluhan yang dirasakan Ny.S?
Jawab:

Pada sebuah penelitian didapatkan bahwa dari 49 responden, terdapat lebih dari
separuh (61.2%) responden wanita yang menderita fluor albus merupakan golongan umur
20-35 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa umur yang baik untuk
hamil bagi wanitausia subur adalah antara 20-35 tahun. Tetapi dalam kenyataannya masih
banyak wanita yang melahirkan dibawah umur 20 tahun yang memiliki tingkat
pengetahuan rendah. Sikap dan pengetahuan yang dimiliki oleh wanita usia subur
merupakan salah satu faktor pentingyang dapat mempengaruhi responden dalam
meningkatkan derajat kesehatan.10
Penelitian secara epidemiologi, keputihan patologis dapat menyerang wanita
mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat
pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada
wanita dengantingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. 2 Pada perempuan
muda datang dengan keluhan mengeluarkan duh vagina (keputihan) dengan diagnosis
yang paling sering dijumpai adalah hygiene yang buruk, benda asing adanya cacing
kremi, dan penganiayaan seksual. Duh tubuh pada wanita dalam usia reproduksii
kemungkinan besar disebabkan oleh infeksi, paling sering dijumpai adalah pengguna
kontrasepsi oral, dan setelah melahirkan. Dan harus dipikirkan kemungkinan suatu
penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksilainnya. Pada wanita dengan usia
yang lebih tua, kemungkinan terjadinya keganasan,terutama kanker servik.10
Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda
SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35
tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks. Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang
berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen
yang akan memicu displasia dari SCJ tersebut. Sehingga usia muda menjadi faktor resiko
terjadinya displasia epitel servix.11
3. Apa saja penyakit yang ditandai dengan keluarnya cairan putih kekuningan
berbau?
Jawab:
Keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina, karena
keputihan bisa terjadi akibat pH vagina tidak seimbang. Sementara kadar keasaman
vagina disebabkan oleh dua hal, faktor intern dan ekstern. Faktor intern antara lain dipicu
oleh pil kontrasepsi yang mengandung estrogen, IUD yang bisa menyebabkan bakteri,
trauma akibat dari pembedahan, terlalu lama menggunakan antibiotik, kortikostiroid dan
imunosupresan pada penderita asma, kanker atau HIV positif. Sedangkan faktor ekstern
antara lain kurangnya personal hygiene, pakaian dalam yang ketat, seks dengan pria yang
membawa bakteri Neisseria gonorrhea, menggunakan WC umum yang tercemar bakteri
Clamydia, lactobacillus, candida albicans, infeksi trikomonas. Adapun penyakit-penyakit
yang ditandai dengan keputihan :
a. Vaginitis bacterial
Umumnya tidak dianggap sebagai penyakit menular seksual. Tidak ada penyebab
infeksi tunggal, tetapi lebih merupakan pergesaran komposisi flora vagina normal
dengan peningkatan bakteri anaerobic sampai sepuluh kali dan kenaikan
konsentrasi gardnella vaginalis. Ciri – ciri keputihan adalah homogen, warna
putih abu-abu dan berbau amis. Keputihan bias banyak sekali dan pada
pemeriksaan speculum lengket divagina.
b. Trikomonas
Infeksi trikomonas adalah infeksi oleh protozoa Tricomonas vaginalis ditularkan
secara seksual. Keluhan biasanya keluar cairan vagina warnya biasanya abu-abu,
putih atau kuning kehijauan, berbuih, tipis, berbau tidak enak dan banyak.
c. Candidiasis
Kandidiasis bukan infeksi menular seksual karena candida merupakan penghuni
normal vagina. Keluhan yang menonjol adalah pruritus, seringkali disertai iritasi
vagina, dysuria atau keduanya. Keluarnya secret vagina berwarna putih seperti
susu dan tidak berbau.
d. Gonorea
Keluhan dan gejala sering tidak ada, tetapi mungkin dengan keluarnya secret
cairan vagina dysuria atau pendarahan uterus abnormal
e. Human papilloma virus
Tanda – tanda dini kanker cervik mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda –
tanda dini yang tidak spesifik seperti secret vagina yang agak berlebihan dan
kadang- kadang disertai engan bercak perdarahan. Gejala umum yang terjadi
berupa perdarahan pervagina (pascacoitus, perdarahan diluar haid) dan keputihan.
Pada penyakit lanjut cairan pervagina yang berbau busuk, nyeri panggul, nyeri
pinggang dan pinggul, dysuria, sering berkemih.
4. Jelaskan makna klinis keluarnya cairan putih kekuningan berbau sejak 1 minggu
yang lalu!
Jawab:

Keluarnya cairan dari vagina selain darah haid dapat disebut sebagai keputihan. Ada
2 jenis keputihan, yaitu13:

a. Keputihan normal (fisiologis)


Keputihan fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi,
mendapatkan ransangan seksual, mengalami stress berat, sedang hamil atau
mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau
kekuningan, tidak berbau dan tidak terasa gatal. Keputihan semacam ini
merupakan sesuatu yang wajar, sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu.

b. Keputihan abnormal (patologis)


Keputihan patologis disebut keputihan dengan ciri-ciri jumlahnya banyak,
warnanya putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, disertai dengan rasa gatal
dan pedih, terkadang berbau busuk atau amis. Keputihan menjadi salah satu tanda
atau gejala adanya kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut
dapat berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker), serta
adanya benda asing. Namun tidak semua infeksi padas aluran reproduksi wanita
memberikan gejala keputihan.

Berdasarkan bahasan diatas dapatdisimpulkan bahwa keluhanNy. A berupa


keluarnya cairan putih kekuningan dari vagina sejak 1 minggu lalu menunjukkan
adanya gejala patologis yang terjadi pada organ reproduksinya.

5. Bagaimanakah siklus menstruasi normal dan sebutkan gangguan-gangguan haid!


Jawab:
Fisiologi Menstruasi
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal
atau dianggap yang klasik adalah 28 hari dengan interval 25 – 35 hari, tetapi variasinya
cukup luas, biasanya antara 21-35 hari. Siklus menstruasi ini terbagi atas dua, yaitu siklus
ovarium dan siklus endometrium.14
Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran


FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit
yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur
didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi
ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur
dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan
mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi,
korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional
endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.14,15

Siklus Endomentrium

Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu 14,15:


a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar
estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai
meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24
hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium
secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan
berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar
8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi
tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang
matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen
dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke

endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah


dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai

Siklus Hipofisis-hipotalamus

Gambar 1. Perubahan Hormon Siklus Menstruasi15


Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron
darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi
hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya,
Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi
perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai
menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan
lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari
siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus
luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi
menstruasi.14,15
Gangguan Menstruasi
Adapun kelainan kelainan dalam menstruasi ialah16:

a. Kelainan jumlah dan lama perdarahan Haid


a. Menoragia, yaitu perdarahan haid dengan jumlah darah > 80 ml dan/atau durasi
perdarahan > 7 hari.
b. Hipomenorea, yaitu perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih kurang
dari biasanya. Keadaan ini akibat gangguan endokrin, konstitusi penderita, dan
gangguan pada uterus.
b. Kelainan Siklus Haid
1) Polimenorea, yaitu perdarahan haid yang terjadi kurang dari 21 hari. Biasanya
disebabkan oleh gangguan hormonal, endometriosis, maupun kongesti ovarium
karena peradangan.
2) Oligomenorea, yaitu perdarahan haid yang terjadi lebih dari 35 hari.
3) Amenorea, yaitu tidak terjadi haid selama 3 bulan berturut – turut. Amenorea juga
merupakan tanda fisiologis pada saat sebelum pubertas, kehamilan, massa laktasi,
dan menopause. Amenorea patologis di bagi menjadi dua yaitu :
Amenorea primer,belum pernah terjadi Amenorea skunder, sebelumnya pernah
haid hingga usia di atas 18 tahun. haid, namun sekarang tidak haid lagi.
Etiologi : Etiologi :
a) Abnormalitas kromosom (45 %)  Gangguan Organik Pusat : Tumor,
b) Keterlambatan pubertas fisiologis (20
radang, obstruksi
%)  Gangguan Kejiwaan : Syok
c) Agenesis Mulllerian (15 %) Emosional, psikosis, anoreksia
d) Septum Vaginal Transversal atau
Nervosa, pseudosiesis.
Himen imperforata (5 %)  Gangguan aksis HPO : Sindrom
e) Gagal produksi GnRH (5 %)
amenorea-Galaktorea, sindrom Stein-
f) Anoreksia Nervosa (2 %)
g) Hipopituitarisme (2 %) Leventhal, amenorea hipotalamik.
 Gangguan hipofisis : Sindrom
Sheehan, penyakit Simmonds, tumor
 Gangguan gonad : Menopause
immatur, Insensitie ovary, hilangnya
fungsi ovarium, tumor sel granulosa
dan sel teka.
 Gangguan glandula suprarenalis :
Sindrom Adrogenital
 Gangguan Pankreas : Diabetes
Melitus
 Gangguan uterus-vagina : Sindrom
Asherman, endometritis TB,
histerektomi.
 Penyaki-penyakit umum : gangguan
Gizi, obesitas.
Tabel 1. Klasifikasi amenorea dan etiologinya.16
c. Perdarahan Diluar Haid
- Metroragia, yaitu perdarahan haid dengan interval tidak teratur
- Menometroragia, yaitu perdarahan haid dengan jumlah dan/atau durasi yang
meningkat dengan interval tidak teratur.

6. Jelaskan indikasi, kontraindikasi, tujuan dan mekanisme pengerjaan IVA test!


Jawab:

Pemikiran perlunya metode pemeriksaan alternatif dilandasi oleh fakta, bahwa


temuan sensitifitas dan spesitifitas tes Pap bervariasi dari 50-98%. Selain itu juga
kenyataannya skrining massal dengan tes Pap belum mampu dilaksanakan antara lain
karena keterbatasan ahli patologi/sitologi dan teknisi sitologi.

- Mudah, praktis dan sangat mampu dilaksanakan.

- Dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan bukan Dokter Ginekologi, dapat


dilakukan oleh bidan disetiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu.

- Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana.

- Metode skrining IVA sesuai untuk pelayanan sederhana.

A. Siapa yang harus menjalani tes iva


Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30
dan 45 tahun. Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara wanita berusia
antara 40 dan 50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-
kanker lebih mungkin terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal. Sejumlah
faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan kanker leher rahim,
diantaranya sebagai berikut:
o Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20)
o Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya)
o Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual), seperti Chlamydia
o atau gonorrhea, dan khususnya HIV/AIDS
o Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim
o Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal
o Merokok
o Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (mis.,
o HIV/AIDS) atau mengunakan costicosteroid secara kronis (mis.,pengobatan
asma atau lupus) berisiko lebih tinggi terjadinya kanker leher rahim jika
mereka memiliki HPV.
B. Kapan Harus Menjalani Tes IVA
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes
tersebut dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki IMS
atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika konseling
dibutuhkan. Untuk masing-masing hasil akan diberikan beberapa instruksi baik yang
sederhana untuk ibu tersebut (mis., kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 1 tahun
secara berkala atau 3/5 tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas
seperti kapan dan dimana pengobatan dapat diberikan, risiko potensial dan manfaat
pengobatan, dan kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih
lanjut.
C. Penilaian Klien
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:
- Riwayat menstruasi
- Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur)
- Paritas
- Usia pertama kali berhubungan seksual
- Penggunaan alat kontrasepsi
D. Peralatan dan Bahan Lain
IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana sebagai berikut ini:
- Meja periksa
- Sumber cahaya/lampu
- Spekulum Bivalved (Cusco or Graves)
- Rak atau wadah peralatan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan tes IVA harus tersedia di tempat:
- Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari
serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim.
- Sarung tangan periksa harus baru
- Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika
menonjol melalui bilah spekulum.
- Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%)
- Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada leher
rahim.
- Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi leher rahim
(sel-sel epithel) dengan menghasilkan reaksi “acetowhite”. Pertama-tama petugas
melakukan menggunakan spekulum untuk memeriksa leher rahim, lalu
dibersihkan untuk menghilangkan keputihan, kemudian asam asetat dioleskan
secara merata pada serviks.
- Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh SSK (sambungan
skuamokolumner), sebagai sambungan antara epitel skuamous dan epitel
glanduler diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. hasil tes
(positif atau negatif) harus dibahas bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan
setelah konseling, jika diperlukan dan tersedia.

7. Jelaskan indikasi, kontraindikasi, tujuan dan mekanisme pengerjaan pap’s smear!


Jawab:
Indikasi
a. Skrining pada wanita yang sudah melakukan hubungan seksual aktif,
b. Deteksi dini adanya keganasan pada serviks,
b. pemantauan setelah tindakan pembedahan,
c. Radioterapi, atau
d. Kemoterapi kanker serviks.
Prosedur
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi dengan tidur terlentang dengan kedua kaki berada pada penyangga kaki
di kiri dan kanan tempat tidur.
3. Periksa apakah ada pembengkakan, luka, inflamasi, atau gangguan lain pada alat
kelamin bagian luar.
4. Masukkan speculum ke dalam vagina. Tujuannya agar mulut rahim dapat leluasa
terlihat.
5. Mengambil sel pada saluran mulut Rahim, pada puncak mulut Rahim, dan pada
daerah peralihan mulut Rahim dan vagina dengan menggunakan swab atau spatula
kayu.
6. Letakkan sel-sel tersebut pada kaca obyek.
7. Kaca obyek akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
8. Spekulum kemudian dilepas.

Keuntungan
Adapun keuntungan pap smear adalah kemampuan pap smear mendeteksi kelainan sel
displastik.

Kekurangan
Kekurangan pap smear adalah kemampuan mendeteksi HPV tetapi tidak mampu
mendifferensiasikan infeksi HPV tersebut sebagai infeksi HPV risiko rendah ataupun
risiko tinggi. Ditemukan adanyaketerbatasan pap smear sebagai metode skrining, baik
keterbatasan sensitivitasmaupun spesifitas.
Nuranna, Laila, dkk. Buku Acuan untuk Dokter dan Bidan. Jakarta : Female Cancer
Programme; 2012
8. Apa saja pemeriksaan ginekologi, tujuan, indikasi dan prosedurnya!
Jawab:

Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan secara


bimanual untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita, berkaitan
dengan upaya pengenalan atau penentuan ada tidaknya kelainan pada bagian tersebut.

Pemeriksaan ini merupakan rangkaian dari suatu prosedur pemeriksaan yang


lengkap sehingga hasil pemeriksaan ini terfokus pada tampilan genitalia eksterna dan
upaya untuk mengetahui arah, besar, konsistensi uterus dan serviks, kondisi adneksa,
parametrium dan organ-organ disekitar genitalia interna (rongga pelvik).

Indikasi
- Pemeriksaan bentuk, arah, besar, dan konsistensi uterus
- Pemeriksaan adneksa dan parametrium
- Pemeriksaan ballotemen
- Konfirmasi kehamilan intra atau ektra uterin
- Konfirmasi peradangaan atau infeksi
- Pemeriksaan flour albus, perdarahan, tumor pelvis

Prosedur Pemeriksaan Ginekologi

ANAMNESIS DAN PERSETUJUAN PEMERIKSAAN


1 Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2 Lakukan anamnesis secara sistematis:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Perlangsungan penyakit/keluhan
4. Jumlah anak dan siklus haid
5. Riwayat penyakit
6. Riwayat berobat
Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan
perasaan khawatir atau kurang menyenangkan tetapi pemeriksa berusaha
menghindarkan hal tersebut
Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan
Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.
B. PERSIAPAN
1 PASIEN
 Kapas dan larutan antiseptic
 Tampong tang
 Spekulum cocor bebek (Grave’s speculum)
 Meja instrumen
 Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
 Lampu sorot
2 PEMERIKSA
 Sarung tangan DTT
 Apron dan baju periksa
 Sabun dan air bersih
 Handuk bersih dan kering
 MEMPERSIAPKAN PASIEN
1 Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian
dalam
2 Persilahkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi
3 Atur pasien pada posisi litotomi
4 Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan
diperiksa
 MEMAKAI SARUNG TANGAN
1 Cuci tangan kemudian keringkan dengan handuk bersih
2 Buka lipatan sarung tangan, ambil sarung tangan dengan ibu jari dan
telunjuktangan kanan pada bagian sebelah dalam kemudian pasang
sesuai dengan jari-jari tangan kiri. Tarik pangkat/gelang sarung tangan
untuk mengencangkannya.
3 Ambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri (yang telah menggunakan
sarung tangan) dengan menyelipkan jari-jari tangan kiri dibawah lipatan
sarung tangan, kemudian tahan pangkal sarung tangan tersebut dengan
ibu jari tangan kiri
4 Pasang sarung tersebut pada tangan kanan, sesuaikan dengan alur
masing-masing jari tangan, kemudian kencangkan dengan cara menarik
pangkal/gekang sarung tangan
E. PEMERIKSAAN
1 Duduklah pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspekus
genitalis penderita
2 Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian usapkan pada
daerah vagina, vulva dan perineum
3 Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan perineum
4 Buka celah antara kedua labium mayus, perhatikan muara uretra dan
introitus (bila kandung kemih belum dikosongkan, lakukan
pemasangankateter untuk mengeluarkan air kemih)
5 Raba dan telusuri labium mayus kanan dan kiri (terutama dibagian
kelenjarBartolin) dengan ibu jari dan ujung telunjuk (perhatikan dan
catat kelainan-kelainan yang ditemukan)
6 Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri
pada introitus (agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah
sejajar introitus (yakinkan bahwa tidak ada bagian yang terjepit) lalu
dorong bilah ke dalam lumen vagina
7 Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90º hingga
tangkainya ke arah bawah.

 Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas
bawah (hingga masing-masing bila menyentuh dinding atas dan bawah
vagina)
8 Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas
(perhatikan ukuran dan warna porsio, dinding dan sekret vagina atau
forniks)
9 Setelah periksa pandang selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak
bilah, kemudian keluarkan spekulum
Gambar 1. Pemeriksaan inspekulo
10 Letakkan spekulum pada tempat yang telah disediakan
11 Berdirilah untuk melakukan tuse vaginal, buka labium mayus kiri dan
kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan jari telunjuk
dan tengah tangan kanan ke dalam vagina (vaginal toucher)
12 Letakkan ujung-ujung jari tangan kiri pada suprasimfisis, tentukan tinggi
fundus uteri (apabila besar kandungan memungkinkan untuk diraba dari
luar).

 Tangan dalam memeriksa dinding vagina, kemudian


secara bimanual tentukan besar uterus, konsistensi dan
arahnya. Periksa konsistensi serviks, keadaan
parametrium dan kedua adneksa.

 Pindahkan jari-jari tangan luar dan dalam ke bagian isthmus (tentukan


apakah ada tanda Hegar, dengan mencoba untuk mempertemukan
kedua ujung jari tangan luar dan dalam)
Gambar 2. Pemeriksaan bimanual untuk menilai uterus

Gambar 3. Pemeriksaan bimanual untuk menilai adneksa


13 Tangan kiri menahan uterus pada bagian suprasimfisis, keluarkan jari
tengah dan telunjuk tangan kanan
14 Angkat tangan kiri dari dinding perut, usapkan larutan antiseptik pada
bekas sekret/cairan di dinding perut dan sekitar vulva/perineum1
15 Beritahu ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk
mengambil tempat duduk

Pemeriksaan Obstetri dan ginekologi. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo, 2010

9. Apa hubungan belum imunisasi HPV dengan keluhan Ny.S?


Jawab:
Pada wanita yang belum Imunisasi HPV tubuhnya belum memiliki
kekebalan/imunitas terhadap HPV sehingga jika terpapar virus tersebut dapat menyerang
host hingga menimbulkan kanker sevix pada host tersebut.

10. Apa manfaat dan tujuan dari imunisasi HPV?


Jawab:

Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan, vaksin berisi VLP (virus like protein) yang
merupakan hasil cloning dari L1 (viral capsid gene) yang mempunyai sifat imunogenik
kuat.

Tujuan

Mencegah infeksi HPV 16, 18 (karsinogen kanker serviks), Vaksinasi tidak bertujuan
untuk terapi. Lama proteksi vaksin bivalen 53 bulan, dan vaksin quadrivalen berkisar 36
bulan. Vaksinasi HPV memberi perlindungan terhadap infeksi HPV sebesar 89%.

 Vaksin pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh humoral agar dapat


terlindung dari infeksi HPV.

 Mengurangi resiko ca serviks

Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks Di Unduh Dari


Http://Indonesia.Digitaljournals.Org/Index.Php/Idnmed/Article/Download/508/506
Vaksin Human Papiloma Virus (Hpv) Untuk Pencegahan Kanker Serviks Uteri Diunduh Dari
Http://Elib.Fk.Uwks.Ac.Id/Asset/Archieve/Jurnal/Vol%20Edisi%20Khusus%20Desember
%202011/VAKSIN%20HUMAN%20PAPILOMA%20VIRUS.Pdf

11. Apa resiko dari hubungan seks aktif dan banyak pasangan degan keluhan Ny.S?
Jawab:
Pada wanita yang aktif melakukan hubungan seksual di usia muda, apalagi
sering berganti pasangan akan berisiko dengan flour albus. Hal ini dikarenakan pada
wanita muda memiliki mulut rahim yang belum matang, sehingga ketika melakukan
hubungan seksual terjadi gesekan yang dapat mengundang masuknya virus.10 selain itu
Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena
trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin11
Beberapa bakteri penyebab infeksi vagina yang berujung keluarnya fluor albus
juga sering dijumpai akibat hubungan seksual yang tidak wajar seperti bakteri Chlamydia
Trachomatis, Nesseria Gonoorrhoae, Dan Trichomonas Vaginalis (Lisnawati 2013, h.
301). Juga akibat dari koitus dengan pasangan yang terinfeksi atau dengan pasangan
multiple.10
Keputihan akibat kanker rahim salah satu penyebabnya adalah sering berganti-
ganti pasangan. Maka sang suami menularkan kepada istrinya. Para istri biasanya baru
memeriksakan setelah terjadi keputihan dan gejala lain yang menyertainya seperti
hubungan seks berdarah dan itu sudah menunjukkan kanker stadium dua atau tiga.10
12. Apa saja alat kontrasepsi dan keuntungan serta kerugiannya?
Jawab:
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau melawan dan
“konsepsi” yang berarti pertemuan antara sperma dan sel telur yang matang dan sel
sperma yang menyebabkan kehamilan. Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel
telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya telur yang dibuahi ke
dinding rahim. Tujuan kontrasepsi adalah mengindari atau mencegah kehamilan akibat
pertemuan sel telur dan sperma tersebut.4
Menurut Saifuddin dkk (2003) metode kontrasepsi terdiri dari beberapa macam
yaitu4:
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode MAL atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah
kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eklusif (tanpa tambahan makanan dan minuman). MAL dapat dikatakan sebagai
KBA apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lainnya.
Cara kerja MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi, pada
saat laktasi/menyusui hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin,
semakin sering menyususi semakin tinggi kadar prolaktin sehingga hormon
gonadotropin akan melepaskan inhibitor yang menekan kadar estrogen sehingga
tidak terjadi ovulasi.
Pelaksanaan kontrasepsi metode MAL harus memenuhi syarat; 1)
Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila diberikan minimal
8 hari sekali. 2) belum mendapatkan haid. 3) umur bayi kurang dari 6 bulan.
Efektifitas MAL juga tergantung pada frekuensi dan intensitas menyusui.
Yuliana K. KB Metode Amenore Laktasi (MAL) [online]. 2013 [diakses pada 22 Februari
2019]. Dapat diakses di: https://www.slideshare.net/kersihyuliana/kb-metode-amenore-
laktasi-mal
b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Cara kerja metode KBA ialah menghindari pertemuan sel sperma dengan
sel telur dengan teknik pantangan berkala yaitu menghindari senggama atau
menggunakan alat kontrasepsi pada masa subur. Masa subur terdapat pada
pertengahan siklus haid atau dapat dilihat tanda-tanda kesuburan seperti keluarnya
lender encer dari vagina. Utuk menghitung masa subur dengan rumus siklus
terpanjang dikurangi 11, hasilnya merupakan hari terakhir masa subur dan siklus
terpendek dikurangi 18, hasilnya merupakan hari pertama masa subur. Efektifitas
9-20 % .
Kusdianingrum H. Contraseption Method [online]. 2017 [diakses pada 22 Februari 2019].
Dapat diakses di: https://www.slideshare.net/hestikusdianingrum/contraseption-method?
qid=aac455d5-2152-4666-bc42-1d9204f59890&v=&b=&from_search=1
c. Senggama Terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi. Kontraindikasi metode ini ialah; 1) Pengalaman suami ejakulasi dini. 2)
Suami yang sulit melakukan senggama terputus. 3) Suami yang mengalami
kelinan fisik atau psikologis. 4) Pasangan yang sulit berkomunikasi. 5) Pasangan
yang tidak bersedia melakuakn senggama terputus. Efektifitas 4-27 kehamilan per
100 perempuan.
d. Metode Barier
Metode barier menghentikan proses reproduksi manusia dengan menghambat
perjalanan sperma dari pasangan pria ke wanita sehingga pembuahan dapat
dicegah.
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang diinersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual atau menurut
serviks.
3) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh seperma yang dikemas dalam bentuk aerosol
(busa), tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film dan krim
e. Kontrasepsi Kombinasi
1) Pil Kombinasi
Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus diminumm
setiap hari yang memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai
efektivitas tubektomi) bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan). Pil bekerja dengan cara
mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma.
2) Suntikan Kombinasi
Suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg
Estradiol sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem), dan
50 mg noretindron enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi
I.M. sebulan sekali.
f. Kontrasepsi Implan
Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis
Progesteron levebogestrol yang ditanamkan dibawah kulit yang bekerja
mengurangi transportasi sperma dan menganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
g. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seseorang secara permanen dengan cara mengoklusi tuba falopii
(mengikat dan memotong/memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum.
2) Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi
pria dengan jalan melakukan oklusi vasa diferensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan ovum) tidak terjadi.
h. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang
bekerja menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii.

Metode Kontrasepsi Kelebihan Kekurangan


MAL (Metode Amenorea 1. Efektifitas tinggi (98%) 1. Memerlukan persiapan dimulai
Laktasi)/ Lactational 2. Dapat dimulai segera setelah sejak kehamilan
2. Hanya efektif untuk 6 bulan
Amenorrhea Method (LAM) melahirkan
3. Tidak memerlukan prosedur setelah melahirkan, belum
khusus, alat maupun obat mendapatkan haid dan
4. Tidak memerlukan pengawasan
menyusui secara eklusif.
medis 3. Tidak melindungi dari PMS,
5. Tidak mengganggu senggama
hepatitis B ataupun HIV/AIDS
6. Mudah dilakukan dan tidak
4. Tidak menjadi pilihan bagi
memerlukan biaya
wanita yang tidak menyusui
7. Tidak menimbulkan efek
5. Kesulitan dalam
samping sistemik
mempertahankan pola menyusui
8. Tidak bertentangan dengan
secara eklusif.
budaya maupun agama
(KBA) Keluarga Berencana 1. Tidak ada resiko kesehatan yang 1. Keefektifan tergantung kemauan
Alamiah berhubungan dengan kontrasepsi dan disiplin
2. Tidak ada efek samping sistemik 2. Perlu ada pelatihan penggunaan
3. Tidak perlu pengawasan medis
KBA
4. Murah tanpa biaya
3. Perlu pantangan selama masa
subur
4. Perlu pencatatan setiap hari
5. Tidak melindungi dari IMS
Senggama Terputus 1. Efektif bila dilakukan dnegan 1. Keefektifan tergantung pada
benar kesediaan pasangan melakukan
2. Tidak mengganggu produksi ASI
senggama terputus
3. Tidak ada efek samping sistemik
2. Efektifitas akan jauh menurun
4. Dapat digunakan sebagai
apabila sperma dalam 24 jam
pendukung metode KB lainnya
5. Dapat digunakan setiap waktu sejak ejakulasi masih melekat
6. Tidak membutuhkan biaya
pada penis.
3. Memutuskan kenikmatan dalam
berhubungan seksual
Kondom 1. Tidak menggangu produksi ASI 1. Cara penggunaan sangat
2. Tidak ada efek samping sistemik
mempengaruhi keberhasilan
3. Murah dan dapat dibeli secara
kontrasepsi
umum
2. Agak mengganggu hubungan
4. Tidak perlu resep dokter atau
seksual
pemeriksaan kesehatan khusus
3. Harus tersedia setiapkali
5. Metode kontrasepsi sementara
melakukan hubungan seksual
bila metode kontrasepsi yang lain
(hanya sekali pakai).
ditunda
4. Pada beberapa orang dapat timbul
alergi karena bahan pembuatan
kondom
5. Beberapa klien malu untuk
membeli kondom di tempat
umum
6. Membuang kondom bekas
mungkin menimbulkan masalah
dalam hal limbah.
Diafragma 1. Dapat digunakan dengan 1. Diafragma yang terlalu besar bisa
spermisida untuk meningkatkan membuat rasa yang tidak nyaman,
efektifitasnya sedangkan terlalu kecil beresiko
2. Bisa dipakai berulang kali lepas atau pindah posisi
2. Data menimbulkan iritasi
Spermisida 1. Alternative bagi wanita yang 1. Masa perlindungan yang singkat,
menginginkan proteksi sementara efektivitas berkurang apabila
2. Bisa didapatkan dengan mudah
melebihi pemakaian selama 1 jam
2. Tidak mencegah penularan
penyakit kelamin
Pil Kombinasi 1. Mengurangi perdarahan saat 1. Meningkatkan risiko hipertensi
menstruasi. dan penyakit kardiovaskular.
2. Mengurangi gejala PMS. 2. Dapat mengganggu produksi ASI

3. Membuat siklus haid lebih teratur. 3. Tidak mengurangi risiko infeksi


4. Meningkatkan kepadatan tulang. menular seksual

5. Mengurangi risiko penyakit


kanker ovarium dan endometrium,
stroke, salphingitis, dan rematik.

13. Jelaskan tentang kanker serviks!


Jawab:
Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di
daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa
kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher
rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher
rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher
rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim. Menurut perkiraan
Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar
90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.

Etiologi
Human Papilloma Virus(HPV) merupakan virus penyebab utama dari kanker
serviks, khususnya virus HPV tipe 16 dan 18 .Virus ini sangat mudah berpindah dan
menyebar, tidak hanya melalui cairan, tetapi juga dapatberpindah melalui sentuhan kulit.
Selain itu, penggunaan toiletumum yang sudah terkena virus HPV dapat menjangkit
seseorang yang menggunakannya jika tidak membersihkannya dengan baik. Faktor lain
yang menjadi penyebab kanker serviks menurut Tim Kanker-Serviks pada Panduan
Lengkap Menghadapi Bahaya Kanker Serviks sebagai berikut :
a. Kurangnya tes Pap Smear secara teratur.
Kanker leher rahim lebih sering terjadi pada wanita yang tidak menjalani tes Pap
Smear secara teratur. Dengan melakukan tes ini dapat membantu dokter
menemukan sel abnormal pada serviks.
b. Seringnya merokok
Merokok dapat meningkatkan kemungkinan resiko kanker leher rahim untuk
wanita yang terinfeksi virus HPV.
c. Melemahnya sistem kekebalan tubuh karena sejarah kehidupan seksual.
Wanita yang memiliki banyak pasangan seksual memiliki risikotinggi terkena
kanker serviks. Selain itu, seorang wanita yang telah berhubungan seks dengan pria
yang memiliki banyak pasangan seksual juga memiliki risiko tinggi untuk
mengalami kanker serviks.
d. Menggunakan pil KB untuk waktu yang lama atau memiliki banyak anak.
Penelitian menunjukkan bahwa melahirkan banyak anak (5 atau lebih)
meningkatkan resiko kanker leher rahim pada wanita dengan infeksi HPV.
e. Wanita yang yang terkena obat dietilstil bestrol (DES) sebelum kelahiran.
f. Faktor kemiskinan dan kebersihan.

Gejala Kanker Serviks


Gejala pada kanker serviks stadium awal umumnya tidak terlihat. Namun gejala baru
muncul ketika sel-sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan sekitarnya, yaitu berupa :
a. Keputihan abnormal, beraroma tidak enak dan tidak sembuh-sembuh.
b. Terjadi pendarahan apabila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan
menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya.
c. Pendarahan abnormal diluar siklus menstruasi dan setelah berhubungan seks.
d. Siklus menstruasi tidak teratur.
e. Nyeri selama berhubungan seks.
f. Rasa nyeri saat berkemih.
g. Nyeri sekitar panggul.
h. Pendarahan pada masa pra atau paska menopause.
i. Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan terjadi pembengkakan pada
anggota tubuhseperti betis, paha, tangan dan sebagianya.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik.

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah menjadi
kanker invasif, gejalan yang paling umum adalah perdarahan (contact bleeding,
perdarahan saat berhubungan intim) dan keputihan.
Pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang mejladi nyeri pinggang atau perut
bagian bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi
ureter, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan
infiltrasi tumor ke organ yang terkena, misalnya: fistula vesikovaginal, fistula
rektovaginal, edema tungkai.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi,
rektoskopi, USG, BNO -IVP, foto toraks dan bone scan , CT scan atau MRI, PET scan.
Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi
dan histologik. Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik.
Khusus pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus dengan
stadium IB2 atau lebih.

Deteksi lesi pra kanker terdiri dari berbagai metode :


1. Papsmear (konvensional atau liquid-base cytology /LBC ),
2. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA),
3. Inspeksi Visual Lugoliodin (VILI),
4. Test DNA HPV (genotyping / hybrid capture)
Tatalaksana Lesi Prakanker
Tatalaksana lesi pra kanker disesuaikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan,
sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada.
Pada tingkat pelayanan primer dengan sarana dan prasarana terbatas dapat
dilakukan program skrining atau deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes IVA
dapat dilakukan dengan cara single visit approach atau see and treat program, yaitu bila
didapatkan temuan IVA positif maka selanjutnya dapat dilakukan pengobatan sederhana
dengan krioterapi oleh dokter umum atau bidan yang sudah terlatih.
Pada skrining dengan tes Pap smear, temuan hasil abnormal direkomendasikan
untuk konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan kolposkopi. Bila diperlukan maka
dilanjutkan dengan tindakan Loop Excision Electrocauter Procedure (LEEP) atau Large
Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ) untuk kepentingan diagnostik
maupun sekaligus terapeutik. Bila hasil elektrokauter tidak mencapai bebas batas
sayatan, maka bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau histerektomi total.
Temuan abnormal hasil setelah dilakukan kolposkopi :
o LSIL (low grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan observasi
1 tahun.
o HSIL(high grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan observasi
6 bulan
Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks:
1. Terapi NIS dengan Destruksi Lokal
Beberapa metode terapi destruksi lokal antara lain: krioterapi dengan N2O
dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser. Metode tersebut ditujukan
untuk destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi prakanker yang
kemudian pada fase penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel
skuamosa yang baru.
a. Krioterapi
Krioterapi digunakan untuk destruksi lapisan epitel serviks dengan metode
pembekuan atau freezing hingga sekurang-kurangnya -20oC selama 6 menit
(teknik Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas N2O atau CO2.
Kerusakan bioselular akan terjadi dengan mekanisme: (1) sel‐ sel mengalami
dehidrasi dan mengkerut; (2) konsentrasi elektrolit dalam sel terganggu; (3)
syok termal dan denaturasi kompleks lipid protein; (4) status umum sistem
mikrovaskular.
b. Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan
melakukan eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi prakanker pada zona
transformasi. Jaringan spesimen akan dikirimkan ke laboratorium patologi
anatomi untuk konfirmasi diagnostik secara histopatologik untuk menentukan
tindakan cukup atau perlu terapi lanjutan.
c. Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan efektif
jika dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan dengan
anestesi umum. Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan jaringan
serviks sampai kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi,
terutama jika lesi tersebut sangat luas.
d. Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation emission of radiation), suatu
muatan listrik dilepaskan dalam suatu
tabung yang berisi campuran gas helium, gas nitrogen, dan gas CO2 sehingga
akan menimbulkan sinar laser yang mempunyai panjang gelombang 10,6u.
Perubahan patologis yang terdapat pada serviks dapat dibedakan dalam dua
bagian, yaitu penguapan dan nekrosis. Lapisan paling luar dari mukosa
serviks menguap karena cairan intraselular mendidih, sedangkan jaringan
yang mengalami nekrotik terletak di bawahnya. Volume jaringan yang
menguap atau sebanding dengan kekuatan dan lama penyinaran.

Tatalaksana Kanker Serviks Invasif


 Stadium 0 / KIS (Karsinoma in situ)
Konisasi (Cold knife conization). Bila margin bebas, konisasi sudah adekuat pada
yang masih memerlukan fertilitas. Bila tidak tidak bebas, maka diperlukan re-
konisasi. Bila fertilitas tidak diperlukan histerektomi total Bila hasil konisasi
ternyata invasif, terapi sesuai tatalaksana kanker invasif.
 Stadium IA1 (LVSI negatif)
Konisasi (Cold Knife) bila free margin (terapi adekuat) apabila fertilitas
dipertahankan.(Tingkat evidens B) Bila tidak free margin dilakukan rekonisasi
atau simple histerektomi. Histerektomi Total apabila fertilitas tidak dipertahankan
 Stadium IA1 (LVSI positif)
Operasi trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik apabila fertilitas
dipertahankan. Bila operasi tidak dapat dilakukan karena kontraindikasi medik
dapat dilakukan Brakhiterapi
 Stadium IA2,IB1,IIA1
Pilihan :
1. Operatif.
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvik. (Tingkat evidens 1 /
Rekomendasi A)
Ajuvan Radioterapi (RT) atau Kemoradiasi bila terdapat faktor risiko yaitu
metastasis KGB, metastasis parametrium, batas sayatan tidak bebas tumor,
deep stromal invasion, LVSI dan faktor risiko lainnya. Hanya ajuvan radiasi
eksterna (EBRT) bila metastasis KGB saja. Apabila tepi sayatan tidak bebas
tumor / closed margin, maka radiasi eksterna dilanjutkan dengan brakhiterapi.
2. Non operatif
Radiasi (EBRT dan brakiterapi)
Kemoradiasi (Radiasi : EBRT dengan kemoterapi konkuren dan brakiterapi)
 Stadium IB 2 dan IIA2
Pilihan :
1. Operatif (Rekomendasi A)
Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi
anatomi untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
2. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Tujuan dari Neoajuvan Kemoterapi adalah untuk mengecilkan massa tumor
primer dan mengurangi risiko komplikasi operasi.
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi anatomi
untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
 Stadium IIB
Pilihan :
1. Kemoradiasi (Rekomendasi A)
2. Radiasi (Rekomendasi B)
3. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan pelvik
limfadenektomi.
4. Histerektomi ultraradikal, laterally extended parametrectomy (dalam
penelitian)
 Stadium III A  III B
1. Kemoradiasi (Rekomendasi A)
2. Radiasi (Rekomendasi B)
 Stadium IIIB dengan CKD
1. Nefrostomi / hemodialisa bila diperlukan
2. Kemoradiasi dengan regimen non cisplatin atau
3. Radiasi
 Stadium IV A tanpa CKD
1. Pada stadium IVA dengan fistula rekto-vaginal, direkomendasi terlebih dahulu
dilakukan kolostomi, dilanjutkan :
2. Kemoradiasi Paliatif, atau
3. Radiasi Paliatif
 Stadium IV A dengan CKD, IVB
1. Paliatif
2. Bila tidak ada kontraindikasi, kemoterapi paliatif / radiasi paliatif dapat
dipertimbangkan.
Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks [diakses pada 26
February 2019]. Available from : www. kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKServiks.

14. Apa yang terjadi pada Ny.S dan bagaimanakah tatalaksanaya?


Jawab:

Anda mungkin juga menyukai