Anda di halaman 1dari 26

GAMBARAN RADIOLOGIS PADA PEMERIKSAAN USG

KASUS KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Oleh:
INDIRA LARASATI
G1A220032

Pembimbing:
dr. Chairunnisa, Sp. Rad
PENDAHULUAN
• Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dengan pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi dan tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri.

• Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan
peristiwa ini disebut kehamilan ektopik terganggu (KET).

• Kehamilan ektopik terganggu menjadi penyebab utama kematian yang berhubungan


dengan kehamilan dalam trisemester pertama pada kehamilan di Amerika Serikat. Di
Indonesia, kejadiannya sekitar 5-6 dari 1000 kehamilan.
TINJAUAN PUSTAKA
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
• Definisi
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang mengalami abortus atau
ruptur pada dinding tuba.

• Epidemiologi
Kehamilan ektopik terganggu menjadi penyebab utama kematian yang berhubungan
dengan kehamilan dalam trisemester pertama pada kehamilan di Amerika Serikat. Di
Indonesia, kejadiannya sekitar 5-6 dari 1000 kehamilan.
• Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik sesuai dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan
sampai nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum uteri atau di luar endometrium maka terjadilah
kehamilan ektopik. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi
embrio ke endometrium adalah:
 Faktor Tuba
 Faktor abnormalitas dari zigot
 Faktor ovarium
 Faktor Hormonal
 Faktor lain:
Pemakaian IUD, banyaknya pasangan seksual, terminasi kehamilan sebelumnya,
keguguran, seksio sesarea, wanita yang subfertil, reproduksi buatan seperti fertilisasi in vitro,
kehamilan heterptopik dan riwayat kehamilan ektopik.
• Klasifikasi
 Kehamilan tuba, meliputi > 95% yang terdiri atas:
 Pars ampullaris (55%)
 Pars ismika (25%)
 Pars fimbrae (17%)
 Pars intertisialis (2%)

 Kehamilan ektopik lain ( < 5%)


 Serviks uterus
 Ovarium
 Abdominal

 Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit


 Kehamilan heterotopik, kehamilan ganda dimana satu janin berada di kavum uteri
sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik. Kejadian sekitar satu per 15.000
– 40.000
 Kehamilan ektopik bilateral, sangat jarang terjadi
DIAGNOSIS
• Amenorrhea, kadang terdapat gejala subjektif kehamilan.
• Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu (KET).
• Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada KET.
• Penderita tampak kesakitan, pucat, dan pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda
syok serta pendarahan rongga perut.
• Pada pemeriksaan ginekologik: Kavum douglas menonjol, nyeri goyang portio (+)
GAMBARAN PEMERIKSAAN USG

• Pemeriksaan USG dapat dilakukan abdominal atau transvaginal.


• Pada KET sering tidak ditemukan kantung gestasi ektopik, apabila sudah
terganggu atau ruptur maka gambaran kantung gestasi sudah tidak jelas.
Gambar 2.7 Hasil USG Transvaginal:
Kehamilan Ektopik pars ampullaris tuba kiri .
 
Keterangan:
Hasil pemeriksaan USG transvaginal
menunjukkan tidak tampak kantong gestasi
pada cavum uteri dan adanya masa adnexa
kiri.
Kehamilan Ektopik Pars Ampullaris Tuba
Kanan
Gambar 2.9 Kehamilan Ektopik pars
intertitialis tuba

Keterangan:
Kehamilan interstisial. Diagnosis ditegakkan
dengan visualisasi kantung gestasi intrauterin
atau reaksi desidua yang terletak tinggi di
fundus, dengan <5 mm di sekitar miometrium.
Kehamilan Ektopik Pars Interstisialis
Gambar 2.10 Kehamilan ektopik servikal

Keterangan:
Kehamilan ektopik pada serviks. Dapat dilihat
sebagai kantung gestasi di dalam serviks yang
membengkak dan tampak seperti ”hour-glass”.
Kantung gestasi terletak di bagian bawah
ostium internum serviks.
Kehamilan Ektopik Servikal
Gambar 2.10 Kehamilan Ektopik Ovarial

Keterangan:
Gambaran USG transvaginal menunjukkan
adanya massa atau kista adneksa dengan
cincin luar ekogenik yang lebar, baik di dalam
atau diluar ovarium. Kantung gestasi atau
embryo jarang terlihat.
Kehamilan Ektopik Ovarial
Gambar 2.11 Kehamilan Ektopik Heterotopik

Keterangan:
Menunjukkan gambaran kehamilan intra
uterus serta kehamilan ektopik
Kehamilan Ektopik Heterotopik
Kehamilan ektopik terganggu dengan ruptur tuba pars ampullaris kiri

Kehamilan ektopik terganggu dengan


ruptur tuba pars ampullaris kiri
• Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Beberapa hal
yang harus diperhatikan:
 kondisi pasien pada saat itu,
 keinginan pasien mengenai fungsi reproduksinya,
 lokasi kehamilan ektopik,
 kondisi organ pelvik,
 kemampuan tekhnik bedah dokter, dan
 kemampuan tekhnologi yang ada.
• Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya
dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.
• Obat yang digunakan ialah methotreksat (MTX) 1 mg/kgBB i.v. dan faktor sitrovorm
0,1 mg/kgBB i.m. Berselang seling setiap hari selama 8 hari
• Pemberian MTX dapat secara oral, sistematik IV, IM atau injeksi lokal, dengan
panduan USG atau laparoskopi.
PROGNOSIS
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini
dan persedian darah yang cukup. Akan tetapi jika pertolongan terlambat, angka kematian dapat
tinggi.
Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral.
Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang
lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0%-14.6%. Untuk wanita
dengan anak yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomi bilateralis.
KESIMPULAN
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala
perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-
gejala yang samar-samar, sehingga sukar membuat diagnosis. Pemeriksaan USG dapat
dilakukan secara abdominal atau pervaginam. Umumnya kita akan mendapatkan gambaran
uterus yang tidak ada kantong gestasinya dan mendapatkan gambaran kantong gestasi yang
berisi mudigah diluar uterus. Gambar USG kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung
pada usia kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamilan (ruptur, abortus) serta banyak dan
lamanya perdarahan intraabdomen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2011.
2. Rachimhadi T. Ilmu Bedah Kebidanan Edisi I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2005.
3. Robbins S, Cotran R, Kumar V. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi ketujuh. Jakarta: EGC; 2007.
4. Wibowo B, Rachimhadi T. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo; 2002; 362-85
5. Stulberg DB, Cain RL, Dahlquist I, Lauderdale DS. Ectopic pregnancy rates in the Medicaid population. American Journal
of Obstetrics & Gynecology 2013, 208:274.e1-7.
6. Chunningham FG, Gent NF, Leveno KJ, Gilstrap L, Hauth JC, Wenstrom KD. Williams Obstetrics, Vol 1 Edisi 21. McGraw-
Hill: EGC, 2006.
7.Sepilian VP. Ectopic Pregnancy. 2014 Maret (diakses 13 Maret 2021). Diunduh dari: URL:
http://www.emedicine.medscape.com/article/204923-overview
8. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Edisi kelima. Jakarta: JNPK-KR; 2008.
9. Anwar s, uppal t. recurrent viable ectopic pregnancy in the salpingectomy stump. 2010 agustus (diakses 14 Maret 2021).
diunduh dari: url: http://www.minnisjournals.com.au
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan Edisi Pertama. Kemenkes RI. 2013;84.
11. Pernoll ML. Handbook of Obstetrics & Gynecology Tenth Edition. McGraw-Hill. 2001;295
12. Choi TY, Lee HM, Park WK, Jeong SY, Moon HS. Spontaneous abortion and recurrent miscarriage: A comparison of
cytogenetic diagnosis in 250 cases. Obstetrics & gynecology science 2014; 57(6):518-525.
13. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bandung: FK Unpad; 1981. Hal .49-69
14. Van Mello N M, Mol F, Adriaanse A H, Boss E A, Medical Management Of Ectopic Pregnancy, Women And Newborn
Health Service King Edward Memorial Hospital, (diakses 15 Maret 2021) diunduh dari:
http://kemh.health.wa.gov.au/development/manuals/O%26G_guidelines/sectionc/9/c9.4.2.pdf
 
Thanks
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik.

Please keep this slide for attribution.


Alternative Resources

Anda mungkin juga menyukai