MAKASSAR
Disusun oleh :
18.04.024
PRODI NERS
2019
1
2
MAKASSAR
Disusun oleh :
18.04.024
PRODI NERS
2019
3
keperawatan saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar ners di suatu perguruan tinggi manapun, serta tidak terdapat
pemikiran yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis
atau diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
karya ilmiah ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan
sama sekali.
BIODATA PENULIS
4
Muhammad Yusuf, lahir di Malangke, Luwu Utara, sulawesi selatan pada tanggal
09 Agustus 1993, merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Abidin
dan Idalima.
Ibtidayah As’adiyah Belawa kabupaten Luwu Utara dan tamat pada tahun 2005 di SD
Impres Balaroa Palu. pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Madrasah
Tasanawiyah As’adiyah Belawa Baru Kabupaten Luwu Utara dan tamat pada tahun
pada tahun 2011. Kemudian penulis melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang
satu) Ilmu Keperawatan pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2015. Selanjutnya
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
penyusun karya ilmiah akhir yang berjudul: “Manajemen asuhan Keperawatan Gawat
Darurat Pada An. B dengan Diagnosa Medis Dengue Haemorraghic Fever (DHF)
di Ruang IGD Non Bedah Anak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”
Dalam melakukan penyusun karya ilmiah akhir ini, penulis telah mendapatkan
banyak masukan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat berguna
dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada
kesempatan yang baik ini dengan kesungguhan hati penulis menghanturkan banyak-
Sulawesi Selatan;
2. Ibu St. Syamsiah, SKp., M.Kes Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
3. Bapak Kens Napolion, SKp., M.Kep., Sp.Kep.J Selaku Ketua Program Studi
bimbingan selama proses penyusunan karya ilmiah akhir ini serta yang telah
kepala ruangan IGD Non Bedah Anak yang telah membantu memberikan
6. Orang tua saya tercinta Abidin dan Idalima, dan saudara-saudaraku tersayang
7. Keluarga besar Program Studi Ners baik dari tim dosen maupun dari rekan-
ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan baik berupa saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu. Semoga Karya
Ilmiah Akhir ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak yang terkait.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
BIODATA PENULIS............................................................................. v
PENDAHULUAN
B. Tujuan Umum......................................................................... 5
A. Tinjauan Teori......................................................................... 9
a. Pengertian ................................................................... 9
c. Etiolgi............................................................................ 14
d. Patofisiologi ................................................................. 15
f. Klasifikasi .................................................................... 22
a. Pengkajian .................................................................. 28
c. Pathway ....................................................................... 34
e. Implementasi................................................................ 40
f. Evaluasi ...................................................................... 40
2. Pengkajian sekunder........................................................ 45
3. Terapi Medis..................................................................... 47
5. Klasifikasi Data................................................................. 49
9
8. Intervensi .......................................................................... 52
A. Pengkajian .............................................................................. 66
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................72
C. Rencana Keperawatan............................................................................77
D. Implementasi..........................................................................................77
E. Evaluasi Keperawatan............................................................................79
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................81
B. Saran.....................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................86
10
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
signifikan dalam hal kerentanan terhadap serangan dengue antar gender. Outbreak
(KLB, Kejadian Luar Biasa) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan
aktivitas vektor dengue yang justru terjadi pada musim penghujan. Penularan
kesehatan penting di Asia dan dunia. Data menunjukkan jumlah kasus baru DHF
di dunia meningkat 30 kali dalam 50 tahun ini. Setiap tahun sekitar setengah juta
orang di dunia mengalami DHF berat, seringkali diikuti dengan syok dan
pendarahan. Sebanyak 40% penduduk dunia ada dalam risiko untuk mendapat
sakit DHF.
tahunnya dan sebagian besar penderitanya adalah anak- anak. Ironisnya, sekitar
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953 dan
selanjutnya menyebar ke berbagai Negara Negara. Menurut data CDC sekitar 2.5
milyar peduduk atau 40% dari populasi dunia menempati wilayah yang
endemic tidak kurang dari 100 negara di Asia pasifik, amerika, Afrika, Karibia.
DHF pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah kematian akibat
DHF sebesar 1.358 orang . inciden Rate (IR) penyakit DHF pada tahun 2010
adalah 65,7 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate ( CFR )
sebanyak 0,87%. Pada tahun 2009 IR penyakit DHF sebesar 68,22 per 100.000
Pada tahun 2009, provinsi dengan CFR tertinggi adalah kep. Bangka
dimana tidak ada kasus meninggal, dan DKI Jakarta sebesar 0,11%.
terjadi di Kota Makassar, Kab.Gowa dan barru. Untuk tahun 2005, tercatat
Sementara untuk tahun 2006, kasus DBD dapat ditekan dari 3.164 kasus tahun
2005 menjadi 2.426 kasus (22,6%) pada tahun 2006, demikian pula angka
menjadi 0,7 % pada tahun 2006, dengan kelompok penduduk yang terbanyak
terserang adalah pada anak sekolah (5-14 tahun ) sebesar 55%, kelompok usia
anak balita (1-4 Tahun) sebesar 16% dan usia di atas 45 tahun serta usia dibawah
Pada tahun 2007 kasus DHF kembali meningkat dengan jumlah kasus
sebanyak 5.333 kasus dan jumlah kasus yang terbesar berada di kab.Bone
Kab.Pangkep(358) Kasus.
Kasus DHF di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 kategori tinggi pada
yang tidak terdapat kasus DBD yaitu Kab. Luwu Utara, Tator, Enrekang, Maros,
Jeneponto dan selayar. CFR DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebesar
0,83. Sedangkan pada kab./kota tertinggi yaitu di Luwu utara (14,29), menyusul
Dari data yang dilansir P2PL pada awal januari 2016 , sebanyak 528
kasus demam berdarah yang terjadi di sulsel. Dan dari data yang dilansir
sebanyak 7 orang pasien penderita demam berdarah meninggal dunia. Dan jika
data ini diambil dari rekap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di 24
kabupaten/kota se Sulawesi selatan. ‘’ Angka kematian teringgi dari data saat ini
dunia dan jumlah penderita DHF terbanyak dari Kabupaten Luwu Utara (AR,
2016)
Oleh karena itu masih cukup tingginya kasus DHF di Sulawesi Selatan
rumah sakit, maka dari itulah penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
prioritas masalah.
C. Manfaat penulisan
a. Bagi pendidikan
17
penetahuan tentang.
d. Bagi penulis
D. Sistematika penulisan
a. Tempat
b. Waktu
oktober 2018
19
pemeriksaan Laboratorium.
2
BAB II
A. Tinjauan Teori
a. Pengertian
2016)
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
ditukarkan oleh nyamuk aedes, yaitu aedes aegypti dan aedes albopictus
(Wijayaningsih, 2013:233).
9
2
penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau dewasa, dengan
tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
bifasik, sakit kepala, yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa
main species that spreads this disease. With early and aggressive care,
demam berdarah dengue adalah suatu infeksi virus pada individu atau
yang terinfeksi.
2
b. Anatomi Fisiologi
Sumber: Syaifuddin,(2011:293).
warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
bernapas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau
pH 7,37-7,45.
2
Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh karena adanya kerja atau
akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluh darah maka ia akan
sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Jika darah dilihat begitu
saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah, tetapi apabila
yaitu :
2
1) Sel-sel darah
Bentuk nya bening, tidak berwarna, lebih besar dari eritrosit inti
c. Etiologi
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dengan bintik hitam putih pada
flavivirus dari family Flaviviridae, terdiri atas 4 tipe virus yaitu D1, D2,
D3 dan D4. Struktur antingen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan
yang lain, namun antibodi terhadap masing – masing tipe virus tidak
berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar tipe virus,
tetapi juga di dalam tipe virus itu sendiri tergantung waktu dan daerah
terhadap inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu
d. Fatofisiologi
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual,
bekerja singkat. Sebab lain kematian DHF adalah pendarahan hebat, yang
gangguan fungsi
trmbosit dan kelainan system koagulasi.
Komplek virus antibodi yang terbentuk akan dapat mengaktifkan
proteolitik dengan sasaran khusus yaitu fibrin. Fibrin polimer akan dipecah
ini (FDP) memiliki sifat sebagai anti koagulan, sehingga jumlah yang
koagulasi seperti faktor II, V, VII, VIII, IX, dan X serta plasminogen. Hal
yang dapat diaktifkan oleh faktor XIIa. Sebagai hasil akhir aktivasi ini
ialah terjadi lisis dari sel. Disamping itu terbentuk juga anapilatoksin yang
perdebatan.
pada pasien DHF tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHF, peran
lekositosis sedang. Lekopeni dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga
dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit
menurun pada hari ketiga sampai ke delapan. Pada syok berat, dapat
atau atipik dalam sediaan apus darah tepi penderita DBD, terutama pada
(mononuklear) dengan struktur kromatin inti halus dan agak padat, serta
sitoplasma yang relatif lebar dan berwarna biru tua. Oleh karenanya sel ini
juga dikenal sebagai limfosit plasma biru. Limfosit plasma biru ini sudah
dapat ditemukan sejak hari ketiga panas dan digunakan sebagai penunjang
diagnostik
e. Manifestasi Klinis
(Wijayaningsih, 2013:234).
3
terpenuhi:
f. Klasifikasi
perdarahan lain.
4) Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur
berikut :
4) Derajat IV: Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah Rutin
a) Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui ).
2) Kimia darah
a) Hiponatremia.
b) Hipoproteinemia.
c) Hipokalemia.
e) Ureum meningkat.
3) Urine
Albuminurial ringan
4) Sumsum tulang
5) Pemeriksaan serologi
ml).
6) Foto thorak
7) USG
Hematomegali – Splenomegali
h. Penatalaksanaan medik
hilang
1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup,
mg/ IM, anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang
vital. Infus diberikan pada klien tanpa ranjatan apabila klien terus
meningkat.
3
BB.
manis, sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak
NaCl 0,9 %
secepat mungkin dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya
1. Pengkajian primer
a. Data Umum
b. Airway
- Kondisi trauma :
c. Breathing
d. Circulation
e. Disability
2. Pengkajian sekunder
1) Riwayat Kesehatan
hari sebelum masuk rumah sakit, klien tampak lemas, dan dicek
AMPLE
berikut:
1) Keadaan umum:
sebagai berikut :
mata nyeri.
Hidung :Epitaksis
Tenggorokan :Hiperemia
c) Dada (Thorax).
Pada Stadium IV :
lemah.
d) Abdomen (Perut).
test.
ekstrimitas.
4) Pemeriksaan Penunjang
/Hm =L : 35 – 48 %.
P : 34 – 45 %.
P : 150.000 – 430.000/mm3.
3. Diagnosa Keperawatan
kasus DHF :
mekanisme pengaturan.
4. Pathway
Kebocoran n produksi
5. Intervensi Keperawatan
(NOC) (NIC)
perdarahan dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien banyak minum air putih
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.
proses infeksi virus keperawatan selama x 24 jam, pasien 2. Berikan kompres hangat dibagian lipatan
memberikan terapi.
sesuai dengan usia dan BB, BJ 3. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan
output
pasien makan
pemberian terapi
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor intake dan ouput makanan dan
berhubungan dengan keperawatan selama x 24 jam, pasien kaji ada atau tidak alergi makanan
lainnya
Table 2.1 Intervensi Keperawatan pada DHF (NIC & NOC 2013)
5
6. Implementaasi Kperawatan
rencana tersebut harus diperlukan kerja sama dengan tim kesehatan yang
perawatan
7. Evaluassi
B. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama/inisial : An. B
Pendidikan/pekerjaan :-
Agama : Islam
Alamat : Makassar
Keluhan Utama
Demam dirasaakan Sejak 3 hari yang lalu dan sempat rawat di IGD
observasi selama 6 jam, suhu turun 370C dari 390C, kembali masuk IGD
c. Pengkajian Primer
1) Airway
Fungsi pernapasan
Dada simetris : √ Ya Tidak
Sesak napas :
Ya √ Tidak
Respirasi :
22 x/menit, dan terdapat
penggunaan otot bantu pernapasan.
Krepitasi :
Ya √ Tidak
Suara napas
kanan :
Ada √ Jelas Menurun
Ronchi Wheezing
Tidak ada
Kiri :
Ada √ Jelas Menurun
Ronchi Wheezing
Tidak ada
Saturasi 02 : 99 %
Nasal Kanul :-
Assesment :-
Resusitasi :-
Masalah keperawatan :
3) Circulation
Kesadaran : composmentis
GCS : 15 ( E4 V5 M6 )
Masalah keperawatan :-
5) Exposure:
6) Penilaiyan Nyeri
Nyeri :√ Ya Tidak
lokasi :Persendian
Skala : 4 NRS
012345 6 7 89 10
□ □□ □ □ □ □ □ □ □
d. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat Kesehatan
5
AMPLE
berikut:
Keadaan umum :
terasa nyeri
b) Dada (Thorax).
Palpasi :Vocal
Perkusi :-
lemah.
c) Abdomen (Perut).
2. Terapi Medis
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil : Positif
5
b) Hasil Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 09 Oktober 2019
5. Analisa Data
Data Masalah
Keperawatan
DS:
Pasien mengatakan badanya
panas/demam
Hipertermia b/d
DO:
Penyakit
9. Suhu tubuh meningkat, Suhu Axila
:39,5
10. Denyut nadi 120x/menit
DS :
1. Ibu klien mengatakan anaknya
demam sejak 3 hari yang lalu
2. Ibu klien mengatakan anaknya Defisit volume cairan
sering berkeringat b/d kehilangan cairan
DO : melalui rute normal
1. Bibir tampak kering
2. Suhu tubuh meningkat 39,5 C
3. Kulit lembab
Factor Resiko
1. Petekie pada uji tourniquet Positif
Resiko perdarahan
6. Diagnosa Keperawatan
1. Hepertermia 09-10-2019
Domain 11
Keamanan/Perlindungan
Kelas 6 : Termoregulasi
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 :Hidrasi
Domain 11 :Keamanan/
perlindungan
7. Intervensi Keperawatan
badanya panas/demam klien akan 1. Monitor suhu dan tanda – tanda vital
1. Suhu tubuh Termoregulasi (0800), yang 2. Monitor suhu dan warna kulit
Axila :39,5 sebagai berikut: (4-5 = sedikit mencegah dan mengontrol menggigil.
normal (36-37,5ºC)
6
Diagnosa Keperawatan : b. Nadi dan suhu dalam rentang 1. Anjurkan pasien untuk banyak minum
Domain 11: Keamanan kulit dan dan tidak ada pusing 2. Anjurkan keluarga untuk kompres
tubuh.
2. DS : Noc: Nic:
3 hari yang lalu 3. nutritional status: food and 2. monitor status hidrasi (kelembapan
Kelas 5 :Hidrasi tubuh dalam batas normal sesuai output (50-100 cc/jam)
Kode Diagnosis : 00027 c. tidak ada tanda tanda 8. dorong keuarga pasien untuk
normal
6
pucat platelet)
4. Pantau aliran IV
6
c. Nilai Hemoglobulin
normal
Keperawatan
17.19 WITA 2. Monitor suhu dan warna kulit 4. Monitor suhu dan tanda – tanda
Aktivitas Keperawatan:
7
18.00 WITA minum air untuk mengganti cairan minum air untuk mengganti
tubuh yang telah hilang. Hasil : cairan tubuh yang telah hilang.
18.10 WITA
7
tubuh klien
antipiretik
200 mg Intravena
7
berhubungan 17.30 WITA Hasil :Klien dianjurkan banyak :Defisit Volume Cairan
cairan melalui 17.45 WITA 2. monitor status hidrasi (kelembapan 1. pertahankan catatan intake dan
18.15 WITA Hasil :Klien di berikan caiaran 8. Dorong keuarga pasien untuk
(Tetes makro)
BB : 19 kg
TB 1106cm
LK :52 cm
LD :56 cm
7
LP :55,5 cm
LLA : 19,5 cm
IMT :14,1
makan
3 Resiko Rabu 09 1. Kaji pasien untuk menemukan S :Pasien mengatakan lemas, dan
berhubungan 07.40 WITA 2. Hasil :Terdapat bintk merah atau O :Pasien tidak mengalami
platelet) hemoragi
(prothrombin, thromboplastin,
platelet)
4. Pantau aliran IV
BAB III
PEMBAHASAN
Keperawatan kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati
terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian atau jalan keluar.
bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta keluarganya
langsung berorientasi langsung dengan pasien. Pada bab ini penulis akan
menguraikan kesenjangan secara teoritis dengan kasus nyata yang ditemukan pada
(DHF) di Ruang IGD Non Bedah Anank RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Secara garis besar ada beberapa persamaan antara tinjauan teori dengan kasus yang
didapakan baik dari pengkajian maupun masalah-masalah yang muncul. Hal ini
65
7
(DHF) secara teori dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada An. “B”.
1. Pengkajian Keperawatan
Pada teori yang terdapat dalam tinjauan pustaka manifestasi klinis pada anak
bersifat bifasik.
adekuat.
dilakukan dimana penulis berusaha mengkaji klien saat klien masuk ruangdi
sumbatan jalan napas, pola napas baik, tidak ada suara napas tambahan,
120 kali/menit, suhu tubuh 39,5oC, CRT < 2 detik, bibir pucat, berkeringat,
kulit lembab, dan klien tampak lemas. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
yaitu tes uji tourniquet (tes Rumple leed) dengan hasil positif, pemeriksaan
menunjukkan Nilai Hb 12,7 Gr/dl, WBC 4,5 10^3/µl, RBC 4,9 10^6/µl, PLT
194 10^3/µl presentase HCT dalam darah 37%, dan PCT 0,13% dari hasil
manifestasi klinis dan hasil pengkajian yang didapat pada klien, data yang
penatalaksanaan medis terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori
darah, urine, sumsum tulang, pemeriksaan serologi, foto thorak, USG, sedangkan
dikasus klien hanya dilakukan pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan serologi dan
Pada kasus ditemukan bahwa pasien deman dengan suhu axila 39,5oC
4 demam dirasakan 3 hari yang lalu dan sempat dirawat di IGD 2 hari
yang lalu. Fase demam merupakan fase pertama pada DHF hal ini terjadi
karena infeksi virus Dengue yang di bawa melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam
2) Manifestasi pendarahan
petekie pada saat uji tourniquet hal ini terjadi hal ini terjadi karena
perdarahan pada DHF derajat 1 yaitu ditemukan petekie pada uji torniqut.
(hematemesis)
Pada teori dijelaskan salah satu manifestasi DHF pada derajat 1 adalah
perdarahan pada mukosa dan saluran cerna, hal ini tidak ditemukan pada
kasus hal ini karena tingkat perdarahan yang masih ringan, mengigat
atau hematuri.
mulai tampak beberapa hari setelah panas dan mencapai titik terendah
3) Peningkatan nilai hematrokrit >20 % dari nilai baku secara umur dan jenis
kelamin.
2. Diagnosa Keperawatan
keperawatan, yaitu :
mekanisme pengaturan.
kapiler.
diseminata,
yang dialami klien, pada kasus tidak di ditegagkan diagnosa nyeri akut dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh hal ini dsebabkan oleh
respon tubuh setiap orang berbeda-beda sesuai dengan gejala dan tanda yang
infeksi virus Masalah ini muncul karena proses peradangan (viremia) yang
klien tubuhnya terasa panas, gelisah, dengan suhu klien 39,5°C, data hasil
peningkatan suhu tubuh pada klien yang terinfeksi virus dengue. Virus dengue
Hipertermi sebagai prioritas masalah pertama. Kenaikan suhu tubuh yang tinggi
oktober 2019 didapatkan data turgor kulit < 1 detik dan mukosa lembab akibat
cairan ini ditambah dengan adanya febris, muntah dan diare (Widagdo, 2012)
prioritas kedua karena kekurangan cairan muncul jika kehilangan volume cairan
hematokrit 37 %.
spontan pada pembuluh darah kecil seperti kapiler yang bermanifes adanya
kompleks imun pada permukaan trombosit hingga trombosit menjadi rusak. Hal
kerja hati dan limfa berlebih untuk menghancurkan trombosit yang rusak
pemeriksaan tes Rumple leed dan presentasi hematocrit yaitu 37% dan nilai
Dalam hal ini tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan Kasus hamya saja
penulis dapatkan bahwa ada diagnose keperawatan yang ditegakkan dalam teori
tidak ditegakkan pada kasus hal ini terjadi karena data yang didapatkan di kasus
Penulis tidak menegakkan diagnosa nyeri akut pada kasus di kerenakan data
yang didapatkan tidak mendukung yaitu nyeri yang dirasakan klien hanya
nyeri ringan dengan skala 1 (ringan) sehingga diagnose nyeri akut tidak
dapat di tegakkan
lakukan pengukuran berat badan yaitu 19 kg dengan tinggi 116 dengan IMT
14,1 berdasarkan kategori IMT untuk anak Perempuan berusia 6 tahun yaitu
IMT yang ideal yaitu 13,4 – 17,1 berdasarkan data tersebut Penulis
3. Perencanaan Keperawatan
tanda dan gejala yang muncul. Perencanaan atau intervensi merupakan kumpulan
bisa ditetapkan dalam jangka panjang maupun pendek, harus jelas, dapat diukur,
dan realitas.Setelah itu mendapat criteria hasil yang menjadi acuan intervensi
berhasil atau tidak. Waktu perencanaan yang dibuat harus disesuaikan dengan
telah dibuat.
4. Implementasi
suhu dan tanda – tanda vital lainnya, monitor suhu dan warna kulit, berikan
pasien untuk banyak minum air untuk mengganti cairan tubuh yang telah hilang,
menganjurkan keluarga untuk kompres hangat pada dahi dan aksila, anjurkan
berikan Health edukasi tentang manfaat asupan nutrisi yang adekuat, Kolaborasi
mempertahankan catatan intake dan output yang akurat, memonitor status hidrasi
memonitor tanda-tanda vital setiap 15 menit-1 jam, Pemberian cairan intra vena,
didapatkan data objektif yaitu petekie tidak bertambah banyak atau perdarahan
lanjut dibawa kulit tidak terjadi. Demikian sehingga masalah keperawatan belum
hemokonsentrasi.
5. Evaluasi
baik dari data subyektif maupun data objektif. Tindakan semua telah dilakukan
dan melihat respon atau kondisi pasien secara umum atau biasa disebut evaluasi.
dihentikan.
mengeluh demam sedangkan data objektif didapatkan suhu tubuh telah turun 38
o
C demikian sehingga berdasarkan kriteria Hasil yang ingin di capai yaitu suhu
tubuh dalam rentang nilai normal belum tercapai sehingga masalah keperawatan
badannya masih berkeringat dan terasa panas sedangkan data objektif didapatkan
klien tampak pucat, kulit tampak lembab(berkeringat) serta suhu tubuh masih
tinggi 38 oC. demikian sehingga berdasarkan kriteria hasil yang ingin dicapai
Spontan pada kulit maupun mukosa bibir, sehingga demikian berdasarkan kriteria
hasil yang ingin dicapai yaitu pasien tidak kehilangan darah tidak terjadi
9
BAB IV
PENUTUP
Non Bedah Anak RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar. Maka pada bab
A. Kesimpulan
1. Dalam pengkajian primer didapatkan data pada klien tidak ada sumbatan
jalan napas, pola napas baik, tidak ada suara napas tambahan, frekuensi
kali/menit, suhu tubuh 39,5oC, CRT < 2 detik, bibir pucat, berkeringat,
dilakukan yaitu tes uji tourniquet (tes Rumple leed) dengan hasil positif,
Lengkap yang menunjukkan Nilai Hb 12,7 Gr/dl, WBC 4,5 10^3/µl, RBC
4,9 10^6/µl, PLT 194 10^3/µl presentase HCT dalam darah 37%, dan
81
9
Hipertermia yaitu :Monitor suhu dan tanda – tanda vital lainnya, monitor
cairan tubuh yang telah hilang, anjurkan keluarga untuk kompres hangat
pada dahi dan aksila, anjurkan keluarga untuk selimuti pasien untuk
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat, monitor status hidrasi
dimana hal ini didukung oleh kondisi pasien, peran serta keluarga pasien
B. SARAN
1. Bagi Pendidikan
mengatasi masalah.
komperhensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu
4. Bagi Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Jakarta : FKUI
Hendarwanto . 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 Jilid 1 Jakarta:
Balai.
Swasanti .N. dan Putra S.W. 2013. Pertolongan Pertama Pada Anak Sakit.
Yogyakarta: Katahati.