Anda di halaman 1dari 98

KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA

An. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORRAGHIC

FEVER (DHF) DI RUANG IGD NON BEDAH ANAK

RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO

MAKASSAR

Disusun oleh :

MUHAMMAD YUSUF, S.Kep

18.04.024

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PAKAKKUKANG MAKASSAR

PRODI NERS

2019

1
2

KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA

An. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORRAGHIC

FEVER (DHF) DI RUANG IGD NON BEDAH ANAK

RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO

MAKASSAR

Dianjukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Pada


STIKES Panakkukang Makassar Program Studi Ners

Disusun oleh :

MUHAMMAD YUSUF, S.Kep

18.04.024

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PRODI NERS

2019
3

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR

NAMA MUHAMMAD YUSUF S.Kep


NIM :18.04.024
PROGRAM STUDI : PROFESI NERS
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pelaksanaan asuhan

keperawatan saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar ners di suatu perguruan tinggi manapun, serta tidak terdapat

pemikiran yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis

atau diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan sebagaian atau keseluruhan

karya ilmiah ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berupa gelar ners

yang telah diperoleh dapat ditinjau dan atau dicabut.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan

sama sekali.

Makassar, 18 Desember 2019

Muhammad Yusuf, S.Kep

BIODATA PENULIS
4

Muhammad Yusuf, lahir di Malangke, Luwu Utara, sulawesi selatan pada tanggal

09 Agustus 1993, merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Abidin

dan Idalima.

Penulis memulai memasuki jenjang pendidikan pada umur 6 tahun di Madrasah

Ibtidayah As’adiyah Belawa kabupaten Luwu Utara dan tamat pada tahun 2005 di SD

Impres Balaroa Palu. pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Madrasah

Tasanawiyah As’adiyah Belawa Baru Kabupaten Luwu Utara dan tamat pada tahun

2008. selanjutnya menempuh pendidikan di SMK AMSIR 1 Pare-pare dan selesai

pada tahun 2011. Kemudian penulis melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi di Universitas Indonesia Timur Makassar program pendidikan S1 (strata

satu) Ilmu Keperawatan pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2015. Selanjutnya

penulis melanjutkan profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Panakkukan Makassar di tahun 2018.


5

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidaya-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusun karya ilmiah akhir yang berjudul: “Manajemen asuhan Keperawatan Gawat

Darurat Pada An. B dengan Diagnosa Medis Dengue Haemorraghic Fever (DHF)

di Ruang IGD Non Bedah Anak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”

Dalam melakukan penyusun karya ilmiah akhir ini, penulis telah mendapatkan

banyak masukan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat berguna

dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada

kesempatan yang baik ini dengan kesungguhan hati penulis menghanturkan banyak-

banyak terima kasih yang sebesar-besar dan setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes. Selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan;

2. Ibu St. Syamsiah, SKp., M.Kes Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Stikes Panakukkang Makassar;

3. Bapak Kens Napolion, SKp., M.Kep., Sp.Kep.J Selaku Ketua Program Studi

Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakukkang Makassar


6

4. Ibu. Mikawati, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing yang memberikan

bimbingan selama proses penyusunan karya ilmiah akhir ini serta yang telah

memberikan arahan, kritikan serta penilaian demi kesempurnaan dan

kesiapan penyusunan karya ilmiah akhir ini;

5. Rumah sakit RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar khususnya kepada

kepala ruangan IGD Non Bedah Anak yang telah membantu memberikan

informasi data yang dibutuhkan.

6. Orang tua saya tercinta Abidin dan Idalima, dan saudara-saudaraku tersayang

yang memberikan banyak dukungan serta do’a yang tiada henti-hentinya.

7. Keluarga besar Program Studi Ners baik dari tim dosen maupun dari rekan-

rekan mahasiswa Ners angkatan VII Stikes Panakukkang Makassa

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya

ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan baik berupa saran dan

kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu. Semoga Karya

Ilmiah Akhir ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, 19 Desember 2019


7

Muhammad yusuf, S.Kep

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

KEASLIAN PENULISAN KARYA ILMIA AKHIR ................................. iv

BIODATA PENULIS............................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Tujuan Umum......................................................................... 5

C. Tujuan Khusus ....................................................................... 5

D. Manfaat Penulisan ................................................................. 6

E. Sistematika Penulisan ........................................................... 7

F. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 8

BAB II TINJAUAN KASUS KELOLAAN


8

A. Tinjauan Teori......................................................................... 9

1. Konsep dasar medis ....................................................... 9

a. Pengertian ................................................................... 9

b. Anatomi Fisiologi ........................................................ 11

c. Etiolgi............................................................................ 14

d. Patofisiologi ................................................................. 15

e. Manifestasi Klinis ......................................................... 20

f. Klasifikasi .................................................................... 22

g. Pemeriksaan penunjang ............................................. 23

h. Penatalaksanaan Medik .............................................. 24

2. Konsep asuhan keperawatan ......................................... 28

a. Pengkajian .................................................................. 28

b. Diagnosa keperawatan ( NANDA ) ............................ 33

c. Pathway ....................................................................... 34

d. Intervensi keperawatan .............................................. 35

e. Implementasi................................................................ 40

f. Evaluasi ...................................................................... 40

b. Tinjauan Kasus Kelolaan ....................................................... 42

1. Pengkajian primer ............................................................ 43

2. Pengkajian sekunder........................................................ 45

3. Terapi Medis..................................................................... 47

4. Pemeriksaan penunjang .................................................. 47

5. Klasifikasi Data................................................................. 49
9

6. Analisa Data ..................................................................... 50

7. Diagnosa keperawatan ................................................... 51

8. Intervensi .......................................................................... 52

9. Implementasi dan evaluasi .............................................. 57

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengkajian .............................................................................. 66

B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................72

C. Rencana Keperawatan............................................................................77

D. Implementasi..........................................................................................77

E. Evaluasi Keperawatan............................................................................79

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................81

B. Saran.....................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................86
10

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan.....................................................................35

Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium......................................................48

Tebel 2.3 Klasifikasi Data.................................................................................49

Tabel 2.4 Analisa Data......................................................................................50

Tabel 2.5 Diagnosa Keperawatan.....................................................................51

Tabel 2.7 Intervensi Keperawatan.....................................................................52

Tabel 2.8 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.........................................57


11

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologis Sistem Hematologik...........................................11

Gambar 2.2 Gambar 2.2 Nyamuk Aedes Aegypti..........................................14

Gambar 2.3 Virus dangue............................................................................15

Gambar 2.4 Siklus intraseluler virus dengue.........................................................16

Gambar 2.5 Patomekanisme kebocoran plasma pada DHF...................................17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Dengue Haemorraghic Fever (DHF) ditemukan nyaris di

seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik baik

sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologi

menunjukkan bahwa DHF terutama menyerang kelompok umur balita sampai

dengan umur sekitar 15 tahun serta tidak ditemukan perbedaan


12

signifikan dalam hal kerentanan terhadap serangan dengue antar gender. Outbreak

(KLB, Kejadian Luar Biasa) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan

berkaitan dengan datangnya musim penghujan. Hal tersebut sejalan dengan

aktivitas vektor dengue yang justru terjadi pada musim penghujan. Penularan

penyakit Dengue Haemorraghic Fever (DHF) antar manusia terutama

berlangsung melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Sehubungan dengan

morbiditas dan mortilitasnya, Dengue Haemorraghic Fever (DHF) disebut

sebagai the mosquito transmitted disease.

Dengue Haemorraghic Fever (DHF) masih merupakan masalah

kesehatan penting di Asia dan dunia. Data menunjukkan jumlah kasus baru DHF

di dunia meningkat 30 kali dalam 50 tahun ini. Setiap tahun sekitar setengah juta

orang di dunia mengalami DHF berat, seringkali diikuti dengan syok dan

pendarahan. Sebanyak 40% penduduk dunia ada dalam risiko untuk mendapat

sakit DHF.

Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), diperkirakan

500.000 pasien DBD membutuhkan perawatan di rumah sakit dalam setiap

tahunnya dan sebagian besar penderitanya adalah anak- anak. Ironisnya, sekitar

2.5% diantara pasien anak tersebut diperkirakan meningggal dunia.

Penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953 dan

selanjutnya menyebar ke berbagai Negara Negara. Menurut data CDC sekitar 2.5

milyar peduduk atau 40% dari populasi dunia menempati wilayah yang

memiliki resiko terhadap penularan DHF. DHF menjadi


13

endemic tidak kurang dari 100 negara di Asia pasifik, amerika, Afrika, Karibia.

Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus

DHF pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah kematian akibat

DHF sebesar 1.358 orang . inciden Rate (IR) penyakit DHF pada tahun 2010

adalah 65,7 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate ( CFR )

sebanyak 0,87%. Pada tahun 2009 IR penyakit DHF sebesar 68,22 per 100.000

penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,86% (Kemenkes RI,2011).

Pada tahun 2009, provinsi dengan CFR tertinggi adalah kep. Bangka

Belitung 4,58%, Sedangkan CFR terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Barat,

dimana tidak ada kasus meninggal, dan DKI Jakarta sebesar 0,11%.

Di Sulawesi Selatan, menurut laporan dari subdin P2&PL tahun 2004,

telah di laporkan kejadian penyakit demam berdarah sebanyak

2.598 penderita (termasuk data Sulawesi Barat) dengan kematian 19 orang

(CFR=0,7%). Pola kejadian tersebut berlangsung antara januari- april, juni,

oktober dan desember (Memasuki musim penghujan ). Jumlah kasus teringgi

terjadi di Kota Makassar, Kab.Gowa dan barru. Untuk tahun 2005, tercatat

jumlah penderita DHF sebanyak 2.975 dengan kematian 57 orang (CFR=1,92%).

Sementara untuk tahun 2006, kasus DBD dapat ditekan dari 3.164 kasus tahun

2005 menjadi 2.426 kasus (22,6%) pada tahun 2006, demikian pula angka

kematian (CFR) dari 1,92% turun


14

menjadi 0,7 % pada tahun 2006, dengan kelompok penduduk yang terbanyak

terserang adalah pada anak sekolah (5-14 tahun ) sebesar 55%, kelompok usia

anak balita (1-4 Tahun) sebesar 16% dan usia di atas 45 tahun serta usia dibawah

1 tahun masing – masing sebesar 2%.

Pada tahun 2007 kasus DHF kembali meningkat dengan jumlah kasus

sebanyak 5.333 kasus dan jumlah kasus yang terbesar berada di kab.Bone

(1030)kasus, menyusu kota Makassar (452)kasus, Kab. Bulukumba (376) kasus,

Kab.Pangkep(358) Kasus.

Kasus DHF di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 kategori tinggi pada

kab. Bone, Bulukumba, Pinrang, Makassar dan Gowa,sedangkan kabupaten/kota

yang tidak terdapat kasus DBD yaitu Kab. Luwu Utara, Tator, Enrekang, Maros,

Jeneponto dan selayar. CFR DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebesar

0,83. Sedangkan pada kab./kota tertinggi yaitu di Luwu utara (14,29), menyusul

Maros (13,33), Pinrang (3,42), Sidrap (1,61), kemudian Wajo, Makassar,

ParePare,Gowa dan bone masing masing di bawah 1,5.

Dari data yang dilansir P2PL pada awal januari 2016 , sebanyak 528

kasus demam berdarah yang terjadi di sulsel. Dan dari data yang dilansir

sebanyak 7 orang pasien penderita demam berdarah meninggal dunia. Dan jika

data ini diambil dari rekap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di 24

kabupaten/kota se Sulawesi selatan. ‘’ Angka kematian teringgi dari data saat ini

dari kabupaten Bone, sebanyak 3 penderita DHF meninggal


15

dunia dan jumlah penderita DHF terbanyak dari Kabupaten Luwu Utara (AR,

2016)

Oleh karena itu masih cukup tingginya kasus DHF di Sulawesi Selatan

khususnya di daerah Makassar, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

karakteristik dari penderita demam berdarah .

Berdasarkan latar belakang dan pengalaman praktik yang ditemukan di

rumah sakit, maka dari itulah penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pada An. B dengan Diagnosa Dengue

Haemorraghic Fever di Ruangan IGD Non Bedah Anak RSUP DR Wahidin

Sudirohusodo Makassar” sebagai karya ilmiah akhir..

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam

mengaplikasikan teori asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada gangguan

system Hematologi dengan kasus Dengue Haemorraghic Fever (DHF)

2. Tujuan khusus

a. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan

pengkajian keperawatan kegawatdaruratan pada pada An. B


16

dengan Diagnosa Dengue Haemorraghic Fever (DHF) di Ruangan

IGD Non Bedah Anak RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar

b. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan

perumusan diagnosa keperawatan kegawatdaruratan pada An. B dengan

Diagnosa Dengue Haemorraghic Fever (DHF) di Ruangan IGD Non

Bedah Anak RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar berdasarkan

prioritas masalah.

c. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan

penyusunan intervensi keperawatan kegawatdaruratan pada An. B

dengan Diagnosa Dengue Haemorraghic Fever (DHF) di Ruangan

IGD Non Bedah Anak RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar

d. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan

implementasi keperawatan kegawatdaruratan pada An. B dengan

Diagnosa Dengue Haemorraghic Fever (DHF) di Ruangan IGD Non

Bedah Anak RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar

e. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam melakukan

evaluasi keperawatan kegawatdaruratan pada An. B dengan Diagnosa

Dengue Haemorraghic Fever (DHF) di Ruangan IGD Non Bedah

Anak RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar

C. Manfaat penulisan

a. Bagi pendidikan
17

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya

pengembangan pengetahuan khususnys tentang pemberian asuhan

keperawatan kritis pada pasien dengan gangguan system Hematologi dengan

kasus Dengue Haemorraghic Fever (DHF)

b. Bagi tenaga kesehatan

Memberikan informasi mengenai konsep medis dan pemberian

asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan gangguan system Hematologi

dengan kasus Dengue Haemorraghic Fever (DHF)

c. Bagi pasien/keluarga pasien

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah

penetahuan tentang.

d. Bagi penulis

Memberikan manfaat melalui pengalaman bagi penulis untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan kepada pasien-

pasien dengan gangguan system hematologi khususnya pasien dengan kasus

Dengue Haemorraghic Fever (DHF)

D. Sistematika penulisan

Untuk mendapatkan gambaran secara singkat dan menyeluruh mengenai isi

laporan, maka penulis memberikan sistematika uraian sebagai berikut :

1. Tempat,waktu pelaksanaan pengambilan kasus


18

a. Tempat

Tempat pengambilan kasus di ruang instalasi gawat darurat

(IGD) non bedah anak rumah sakit DR. Wahidin Sudirohusodo

Makassar Sulawesi Selatan.

b. Waktu

Waktu pelaksanaan pengambilan kasus dimulai dari tanggal 09

oktober 2018
19

c. Tehnik pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data untuk manajemen asuhan

keperawatan di ruang gawat darurat dilakukan dengan melakukan

pengkajian mulai dengan wawancara kepada pasien maupun keluarga

pasien secara langsung. Pengkajian primer dengan menggunakan

pengkajian ( airway), ( Breathing ), (Circulation),( Disability ), dan (

exposure). Dan pengkajian sekunder menggunakan metode head to toe,

dan untuk data penunjang pengumpulan data dilihat dari hasil

pemeriksaan Laboratorium.
2

BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Medis

a. Pengertian

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam.(Sudoyo,

2016)

DHF (dengue haemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot

dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan

plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit)

atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue

(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai

oleh renjatan /syok (Nurarif& Kusuma, 2013:108).

Demam berdarah dengue atau haemorragic fever adalah penyakit

infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue (albovirus) dan

ditukarkan oleh nyamuk aedes, yaitu aedes aegypti dan aedes albopictus

(Wijayaningsih, 2013:233).

9
2

Demam dengue (dengue fever, selanjutnya di singkat DF) adalah

penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau dewasa, dengan

tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai

leucopenia, dengan/tanpa ruam (rash) danlimfadenopati, demam

bifasik, sakit kepala, yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa

pengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik-bintik

perdarahan (petekie) spontan.(Hendarwanto, 2013 :417)

Dengue haemorrhagic fever is a severe, potentially deadly

infection spread by some mosquitos. The mosquito Aedes aegypti is the

main species that spreads this disease. With early and aggressive care,

most people recover from dengue haemorrhagic fever. However, half of

untreated patients who go into shock do not survive (Medlineplus, 2015).

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

demam berdarah dengue adalah suatu infeksi virus pada individu atau

seseorang yang disebabkan oleh virus arbovirus dan ditularkan oleh

nyamuk Aedes aegypti dan menimbulkan demam tinggi pada individu

yang terinfeksi.
2

b. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologis Sistem Hematologik

Sumber: Syaifuddin,(2011:293).

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam

pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya

tidak tetap bergantung darah yang banyaknya oksigen dan karbon

dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida

warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan

bernapas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau

metabolisme di dalam tubuh. Viskositas/kekentalan darah lebih kental

dari pada air yang mempunyai BJ 1,041-1,067, temperatur 38 ºC dan

pH 7,37-7,45.
2

Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh karena adanya kerja atau

pompa jantung. Selama darah berada didalam pembuluh darah, darah

akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluh darah maka ia akan

menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan

ke dalam darah tersebut sedikit demi sedikit obat anti pembekuan/sitras

natrikus, dan keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut

diperlukan untuk transfusi darah.

Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapart darah

sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan

jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,

pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Jika darah dilihat begitu

saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah, tetapi apabila

dilihat dibawah mikroskop maka nyatalah bahwa dalam darah terdapat

benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah. Sedangkan cairan

berwarna kekuningan disebut plasma (Syaifuddin,2011:68).Menurut

Syaifuddin (2011:68) menerangankan bahwa darah terdiri dari dua bagian

yaitu :
2

1) Sel-sel darah

1) Eritrosit (Sel darah merah)

Bentuk sel darah merah seperti cakram/bikonkef, tidak

mempunyai inti, ukurannya 0,007mm3, tidak bergerak, banyaknya

kira-kira 4,5-5 juta mm3, warnanya kuning kemerah- merahan,

sifatnya kental sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan

pembuluh darah yang dilalui (Syaifuddin, 2011:293).

b) Leukosit (Sel darah putih)

Bentuk dan sifat sel darah putih berbeda dengan eritrosit.

Bentuk nya bening, tidak berwarna, lebih besar dari eritrosit inti

sel, banyak antara 6000-9000/mm3 (Syaifuddin, 2011:301).

c) Trombosit (sel pembeku darah)

Pembekuan darah merupakan benda-benda kecil yang

bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada

yang lonjong, warnanya putih. Trombosit bukan berupa sel

melainkan berbentuk keping-kepingan yang merupakan bagian-

bagian dari sel besar (Syaifuddin, 2011:304).


2

c. Etiologi

Gambar 2.2 Nyamuk Aedes Aegypti

Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue dari

kelompok Arbovirus B, yaitu Arthropod-borne virus dan ditularkan

melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dengan bintik hitam putih pada

tubuhnya. Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, genus

flavivirus dari family Flaviviridae, terdiri atas 4 tipe virus yaitu D1, D2,

D3 dan D4. Struktur antingen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan

yang lain, namun antibodi terhadap masing – masing tipe virus tidak

dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi genetik yang

berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar tipe virus,

tetapi juga di dalam tipe virus itu sendiri tergantung waktu dan daerah

penyebarannya. Perantara pembawa virus dengue, dalam hal ini nyamuk

Aedes disebut vector. Biasanya nyamuk Aedes yang menggigit tubuh

manusia adalah nyamuk betina, sedangkan nyamuk jantan lebih menyukai

aroma yang manis pada tumbuh – tumbuhan. Seseorang yang tinggal di

daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama


2

hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan

diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010)

Gambar 2.3 Virus dangue

Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif

terhadap inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu

700C. Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan

tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).

d. Fatofisiologi

Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, pasien akan mengalami

keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual,

nyeri otot pegal seluruh

badan,hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang

mungkin terjadi pada systemretikuloendutelial seperti pembesaran


2

kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limfa. Ruam pada DF disebabkan

oleh kongesti dibawah pembuluh darah kulit.

Fenomen patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan

membedakan DF dengan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding

kapiler karena pelepasan

zatanafilatosin, histamine dan serotonin serta aktifitas system kalikein

yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat

mengurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma

merembes selama perjalan penyakit mulai dari saat permulaan demam

dan mencapai puncaknya pada saat renjatan. Pada pasien dengan

renjatan berat, volume plasma dapat


menurun sampai lebih dari 30 %.
Gambar 124 Siklus intraseluler virus dengue

Adanya kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler dibuktikan

dengan ditemukanya cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga

peritoneum, pleura dan pleikard yang pada autopsyternyata melebihi

jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui


2

infus. Renjatanhipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan

plasma, bila tidak segera diatasi berakibat anoksia jaringan, asidosis

metabolik dan kematian.

Gambar 2.4 Patomekanisme kebocoran plasma pada DHF

Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastik

setelah pemberian plasma yang efektif sedangkan pada

autopsy ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang ditrotif

atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional

dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediate farmakologis yang

bekerja singkat. Sebab lain kematian DHF adalah pendarahan hebat, yang

biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi.

Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,

gangguan fungsi
trmbosit dan kelainan system koagulasi.
Komplek virus antibodi yang terbentuk akan dapat mengaktifkan

sistem koagulasi yang dimulai dari aktivasi faktor


2

Haegeman (faktor XII) menjadi bentuk aktif (faktor XIIa). Selanjutnya

faktor XIIa ini akan mengaktifkan faktor koagulasi lainnya secara

berurutan mengikuti suatu kaskade sehingga akhirnya terbentuk Þ brin.

Di samping mengaktifkan sistem koagulasi, faktor XIIa juga akan

mengaktifkan sistem fibrinolisis, yaitu terjadi perubahan plasminogen

menjadi plasmin melalui proses enzimatik. Plasmin memiliki sifat

proteolitik dengan sasaran khusus yaitu fibrin. Fibrin polimer akan dipecah

menjadi fragmen X dan Y. Selanjutnya fragmen Y dipecah lagi menjadi

fragmen D dan fragmen E yang dikenal sebagai D-dimer. Degradasi fibrin

ini (FDP) memiliki sifat sebagai anti koagulan, sehingga jumlah yang

cukup banyak akan menghambat hemostasis. Aktivasi sistem koagulasi dan

fibrinolisis yang berkepanjangan berakibat menurunnya berbagai faktor

koagulasi seperti faktor II, V, VII, VIII, IX, dan X serta plasminogen. Hal

ini memperberat perdarahan yang terjadi pada penderita DBD.

Sistem kinin dan sistem komplemen juga turut diaktifkan oleh

faktor XIIa. Faktor XIIa mengaktifkan prekalikrein menjadi kalikrein yang

juga merupakan enzim proteolitik. Kalikrein akan mengubah kinin menjadi

bradikinin, suatu zat yang berperan dalam proses spesifik diantaranya

adalah proses inflamasi yang menyebabkan pelebaran dan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah.


3

Sistem komplemen merupakan salah satu mediator dasar pada

proses inflamasi dan memegang peranan penting dalam sistem pertahanan

tubuh terhadap infeksi. Komplemen merupakan sejumlah protein inaktif

yang dapat diaktifkan oleh faktor XIIa. Sebagai hasil akhir aktivasi ini

ialah terjadi lisis dari sel. Disamping itu terbentuk juga anapilatoksin yang

juga meningkatkan permiabilitas pembuluh darah.

Trombositopenia dihubungkan dengan peningkatannya

megakaliosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup

trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya dekstruksi trombosit.

Penyidikan dengan radioisotope membuktikan bahwa penghancuran

trombosit terjadinya pada system retikuloendotelial.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses

imunologis terbukti dengan terdapatnya komplek imun dalam peredaran

darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan

hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktifasi sitem

koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/DSS, terutama pada

pasien dengan pendarahan hebat, sejak lama telah menjadi bahan

perdebatan.

Telah dibuktikan bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga

pada pasien DHF tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHF, peran

DIC tidak menonjol dibandingkan dengan perembesan plasma, tetapi bila

penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis


3

dan renjatan, maka renjatan akan memperberat DIC sehingga perannya

akan menonjol. (Hendarwanto, 2013 : 420)

Pada penderita DHF dapat terjadi leukopenia ringan sampai

lekositosis sedang. Lekopeni dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga

dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit

menurun pada hari ketiga sampai ke delapan. Pada syok berat, dapat

dijumpai lekositosis dengan netropenia absolut. Hal lain yang menarik

adalah ditemukannya cukup banyak (20 – 50%) limfosit bertransformasi

atau atipik dalam sediaan apus darah tepi penderita DBD, terutama pada

infeksi sekunder. Limfosit atipik ini merupakan sel berinti satu

(mononuklear) dengan struktur kromatin inti halus dan agak padat, serta

sitoplasma yang relatif lebar dan berwarna biru tua. Oleh karenanya sel ini

juga dikenal sebagai limfosit plasma biru. Limfosit plasma biru ini sudah

dapat ditemukan sejak hari ketiga panas dan digunakan sebagai penunjang

diagnostik

e. Manifestasi Klinis

1) Kriteria klinis deferensial.

a) Suhu badan yang tiba-tiba tinggi.

b) Demam yang berlangsung hanya beberapa hari.

c) Kurva demam menyurupai pelana kuda.

d) Nyeri tekan terutama pada otot dan persendian

(Wijayaningsih, 2013:234).
3

2) Demam berdarah dengue berdasarkan kriteria WHO 1997

diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal dibawah ini

terpenuhi:

a) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari,

biasanya bersifat bifasik.

b) Manifestasi perdarahan biasanya.

(1) Uji tourniquet positif.

(2) Petekie, ekimosis, atau purpura.

(3) Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi),

saluran cerna, tempat bekas suntikan.

(4) Hematemesis atau melena.

c) Trombositopenia < 100.00/ul.

d) Kebocoran plasma dengan ditandai.

(1) Peningkatan nilai hematrokrit >20 % dari nilai baku

secara umur dan jenis kelamin.

(2) Penurunan nilai hematokrit > 20 % setelah pemberian

cairan yang adekuat.

e) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asietas, efusi

pleura (Nurarif & Kusuma, 2015:109).


3

f. Klasifikasi

Klasifikasi derajat DHF terbagi menjadi derajat 1, derajat 2, derajat 3,

dan derajat 4, yaitu:

1) Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manisfestasi

perdarahan adalah uji tornoquet positif.

2) Derajat satu disertai perdarahan spontan dikulit atau

perdarahan lain.

3) Di temukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

lembut, tekanan nadi menurun (<20 mmhg) atau hipotensi disertai

kulit dingin, lembab, dan klien menjadi gelisah.

4) Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur

(Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015:108)

Menurut WHO Klasifikasi Demam Berdarah Dengue adalah sebagai

berikut :

1) Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non- spesifik,

satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes tourniquet positif dan

atau mudah memar.

2) Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajat

I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.


3

3) Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan

lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya

kulit dingin dan lembab serta gelisah.

4) Derajat IV: Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak

terdeteksi. (WHO : , hal : 32).

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Darah Rutin

a) Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui ).

b) Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % ).

c) pembekuan normal ( 10-15 ).

d) Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 )

2) Kimia darah

a) Hiponatremia.

b) Hipoproteinemia.

c) Hipokalemia.

d) SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i ).

e) Ureum meningkat.

3) Urine

Albuminurial ringan

4) Sumsum tulang

Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5

dengan gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya kembali normal.


3

5) Pemeriksaan serologi

Dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara haema

glutination inhibition tes (HI test) atau dengan uji pengikatan

komplemen (complement fixation test/CFT) diambil darah vena 2-5

ml).

6) Foto thorak

Mungkin dijumpai pleural Efusion.

7) USG

Hematomegali – Splenomegali

8) Uji test tourniket (+).

h. Penatalaksanaan medik

1) Penatalaksanaan untuk kasus DHF adalah:

a) Tirah baring: untuk beristirahat

b) makanan lunak: untuk memenuhi nutrisi

c) Minum 1,5 – 2 liter/24 jam: untuk memenuhi cairan yang

hilang

d) Pemberian medikamentosa yang bersifat simtomatis.

e) Antibiotik diberikan apabila terdapat risiko infeksi sekunder.

f) Pemberian cairan intravena (Wijayaningsih, 2013:240).


3

9) Penatalaksanaan untuk kasus DHF adalah:

a) DHF tanpa rejatan

Pada klien dengan demam tinggi, anoreksia dan sering

muntah menyebabkan klien dehidrasi dan haus, beri klien minum

1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup,

susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila

hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.

Jika terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya.

Luminal diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50

mg/ IM, anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang

belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB.

Anak diatas satu tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun

diberikan 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi

vital. Infus diberikan pada klien tanpa ranjatan apabila klien terus

menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung

meningkat.
3

b) DHF dengan renjatan

Klien yang mengalami rajatan(syok) harus segera dipasang

infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran

plasma. Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika

pemberian cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan

plasma atau plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg

BB.

Pada klien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan

cara membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps

sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka

untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit

dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.

Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan keadaan

dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan

muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, teh

manis, sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak

dapat dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah

cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan

kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3

larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan pemberian

NaCl 0,9 %

+dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat.


3

Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB, diberikan

secepat mungkin dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya

harus sesuai dengan tanda vital, kadar hematokrit, dan jumlah

volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari

39°C perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol dengan dosis

10-15 mg/kg BB/hari. Apabila klien tampak gelisah, dapat

diberkan sedative untuk menenangkan klien seperti kloral hidrat

yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB

(tidak melebihi 1 gram). Pemberian antibiotic yang berguna dalam

mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan

dosis yang ditemukan.

Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua klien

syok. Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang

mempunyai keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk

menaikkan konsentrasi sel darah merah. Hal yang diperlukan yaitu

memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15 sampai

30 menit atau lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan

frekuensi diuresis (Nursalam, 2013:159).


3

2. Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

1. Pengkajian primer

a. Data Umum

Berisi mengenai identitas pasien yang meliputi nama, umur,

No.RM, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, jam

datang, jam diperiksa, tipe kedatangan dan informasi data.

b. Airway

- Adakah Obstruksi jalan nafas : Lendir, spasme

- Kondisi trauma :

- Adakah tanda Sianosis Sekitar mulut atau bibir

c. Breathing

- RR di atas rentang normal

- Suara abnormal : Wheezing, Ronkhi

d. Circulation

- TD, Nadi, Suhu

- Capilary refill : < 2 dtk

- Warna kulit: Pucat atau tidak, sianosis

e. Disability

- Composmentis,apatis, somnolent, supor, koma

- Nilai GCS : E4M5V6 Total GCS 15

- Pupil : Isokor /anisokor

- Reaksi pupil terhadap cahaya : Positif/negatif


4

2. Pengkajian sekunder

1) Riwayat Kesehatan

Keluhan utama :Pasien mengeluh demam

Riwayat sekarang :Pasien datang dengan riwayat demam beberapa

hari sebelum masuk rumah sakit, klien tampak lemas, dan dicek

laboratorium terdapat hasil yang tidak normal seperti trombositopenia.

AMPLE

1) Alergi : klien mempunyai alergi makanan, obat, alergi debu /

polusi dan udara dingin atau tidak

2) Medication ( pengobatan yang didapat)

3) Past illness : febris

4) Last meal : makanan terakhir dimakan

5) Event : klien riwayat demam/febris sebelum masuk rumah sakit

2) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai

berikut:

1) Keadaan umum:

Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah

sebagai berikut :

Grade I :Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda

– tanda vital dan nadi lemah.


4

Grade II :Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan

telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

Grade III :Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen,

nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.

Grade IV :Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba,

tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas

dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.

b) Kepala dan leher.

Wajah :Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar

mata, lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola

mata nyeri.

Mulut :Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah

kotor, (kadang-kadang) sianosis.

Hidung :Epitaksis

Tenggorokan :Hiperemia

Leher :Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut

atas rahang daerah servikal posterior.


4

c) Dada (Thorax).

Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.

Pada Stadium IV :

Palpasi :Vocal – fremitus kurang bergetar.

Perkusi :Suara paru pekak.

Auskultasi :Didapatkan suara nafas vesikuler yang

lemah.

d) Abdomen (Perut).

Palpasi :Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan

dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness,

balote ment point (Stadium IV).

e) Anus dan genetalia.

Eliminasi alvi :Diare, konstipasi, melena.

Eliminasi uri :Dapat terjadi oligouria sampai anuria.

f) Ekstrimitas atas dan bawah.

Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL

test.

Stadium II – III :Terdapat petekie dan ekimose di kedua

ekstrimitas.

Stadium IV :Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis

pada jari tangan

3) Pemeriksaan tumbuh Kembang


4

Pemeriksaan dilakasanakan apabila pasien umurnya dibawah 2 tahun

dengan ditanyakan riwayat imunisasinya.

4) Pemeriksaan Penunjang

1) HB, Hematokrit / PCV meningkat sama atau lebih dari 20 %.

Normal : PCV / Hm = 3 x Hb.

Nilai normal : HB = L : 12,0 – 16,8 g/dl.

P : 11,0 – 15,5 g/dl. PCV

/Hm =L : 35 – 48 %.

P : 34 – 45 %.

2) Trombosit menurun 100.000 / mm3

Nilai normal : L : 150.000 – 400.000/mm3.

P : 150.000 – 430.000/mm3.

3) Leucopenia, kadang-kadang Leucositosis ringan.

Nilai normal : L/P : 4.600 – 11.400/mm3.

4) Waktu perdarahan memanjang.

Nilai normal : 1 – 5 menit

5) Waktu protombin memanjang.

Nilai normal : 10 – 14 detik.


4

3. Diagnosa Keperawatan

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey.

2015 terdapat 5 diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pada

kasus DHF :

a) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

b) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus

c) Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan

mekanisme pengaturan.

d) Nyeri akut berhubungan dengan proses patoloogis penyakit

e) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhunungan dengan anoreksia, mual muntah.


4

4. Pathway

Infeksi virus dengue

Melalui gigitan nyamuk

Membentuk virus antibody

Trombosit Menstimulasi SSP Merangsang sel-


kehilangan meningkatkan sistem sel monosit
fungsi agregasi imun tubuh melawan eosinofil,
infeksi
Di musnahkan
Peningkatan metabolisme Mengeluarkan
oleh tubuh zat pirogen
endogen
Terbentuk kompleks
Trombositopenia anti body dalam sirkulasi darah
Menstimulas
Peningkatan kerja i

Peningkatan sistem pencernaan


premebilitas Pengaktifan system complement dan dilepaskannya Hipertermi
anvilaktoksin C3a
dan C5a
Peningkata

Kebocoran n produksi

plasma pada Reaks


ektravaskuler Mual i
Inflama
Resiko perdarahan Pelepasan histami
Anoreksi
yang bersifat vasoaktif Nyeri
Akut
Ketidak
Permeabilitas dinding
Seimbangan pembuluh darah
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
4

5. Intervensi Keperawatan

Dx Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

(NOC) (NIC)

Resiko perdarahan Blood lose severity Bleeding precautions

berhubungan dengan Setelah di lakukan tidankan 1. Observasi tanda-tanda dan gejalan

trombositopenia keperawatan selama x 24 jam terjadi perdarahan .

perdarahan dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien banyak minum air putih

1. Kehilangan darah yang dan banyak istirahat.

terlihat 3. Berikan informasi tentang tanda dn

2. Trombosit dan Hemotokrit gejala perdarahan kepada pasien

kembali normal 4. Berkolaborasi dengan dokter


4

Hipertermi Thermoregulation Fever Treatment

berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.

proses infeksi virus keperawatan selama x 24 jam, pasien 2. Berikan kompres hangat dibagian lipatan

akan : tubuh (Paha dan aksila)

1. Menunjukan suhu dalam rentan 3. Berikan informasi kepada pasien tentang

normal penyebab demam pasien dan cara

2. TTV normal menanganinya.

4. Berkolaborasi dengan dokter dengan

memberikan terapi.

Defisit Volume Cairan Setelah dilakukan tindakan Fluid management


b.d kegagalan
keperawtan selama … diharapkan 1. Pertahankan catatan intake dan output
mekanisme pengaturan
klien: yang akurat

Fluid balance 2. Monitor status hidrasi ( kelembaban

membran mukosa, nadi adekuat,


4

1. Mempertahankan urine output tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan

sesuai dengan usia dan BB, BJ 3. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan

urine normal, HT normal retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas

2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh urin )

dalam batas normal 4. Monitor vital sign

Hydration 5. Monitor masukan makanan / cairan dan

3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, hitung intake kalori harian

Elastisitas turgor kulit baik, 6. Kolaborasi pemberian cairan IV

membran mukosa lembab, tidak 7. Monitor status nutrisi

ada rasa haus yang berlebihan 8. Berikan cairan

9. Berikan diuretik sesuai interuksi

10. Berikan cairan IV pada suhu ruangan

11. Dorong masukan oral


4

12. Berikan penggantian nesogatrik sesuai

output

13. Dorong keluarga untuk membantu

pasien makan

14. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar

15. Kolaborasi dokter jika tanda cairan

berlebih muncul meburuk

16. Atur kemungkinan tranfusi

17. Persiapan untuk tranfusi

Nyeri Akut Pain Level Pain Management

berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi reaksi nonverbal dari

Agen Injury Biologis keperawatan selama x 24 jam, ketidaknyamanan

pasien akan : 2. Ajarkan tentang relaksasi dan distraksi


5

1. Mampu mengontrol nyeri 3. Berikan informasi tentang penyebab

2. Melaporkan nyeri berkurang nyeri dan cara penangan nyeri

3. TTV dalam rentan normal 4. Berkolaborasi dengan dokter dalam

pemberian terapi

Nutrisi kurang dari Status: nutrient intake Nutrition Management

kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor intake dan ouput makanan dan

berhubungan dengan keperawatan selama x 24 jam, pasien kaji ada atau tidak alergi makanan

Anoreksia akan : 2. Sediakan makan selagi hangat

1. Nutrisi pasien mulai terpenuhi 3. Berikan makanan sedikit tapi sering

2. Pasien mau untuk makan 4. Jelaskan kepada pasien pentingnya

3. TTV dalam rentan normal nutrisi bagi proses penyembuhannya

5. Berkolaborasi dengan tim medis

lainnya

Table 2.1 Intervensi Keperawatan pada DHF (NIC & NOC 2013)
5

6. Implementaasi Kperawatan

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan

rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat. Dalam melaksanakan

rencana tersebut harus diperlukan kerja sama dengan tim kesehatan yang

lain, keluarga dan klien sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a. Kebutuhan dasar klien

b. Dasar dari tindakan

c. Kemampuan perseorangan, keahlian atau keterampilan dalam

perawatan

7. Evaluassi

Evaluasi adalah penilaian keberhasilan rencana keperawatan dalam

memenuhi kebutuhan klien.Pada klien dengan Dengue Haemorraghic

Fever (DHF) dapat dinilai hasil perawatan dengan melihat catatan

perkembangan, hasil pemeriksaan klien, melihat langsung keadaan dan

keluhan klien, yang timbul sebagai masalah berat.

Evaluasi harus berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Evaluasi

dapat dilihat 4 kemungkinan yang menentukan tindakan- tindakan

perawatan selanjutnya antara lain :


5

1. Apakah pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum

2. Apakah masalah yang ada telah terpecahkan/teratasi atau belum

3. Apakah masalah sebagian terpecahkan/tidak dapat dipecahkan

4. Apakah tindakan dilanjutkan atau perlu pengkajian ulang


5

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Pasien

No. Rekam Medis 8404336

Nama/inisial : An. B

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir / Umur : Makassar 30 Agustus 2013/6 Tahun

Pendidikan/pekerjaan :-

Agama : Islam

Alamat : Makassar

Tanggal masuk : 21/09/2019

Tanggal pengkajian : 07/10/2019

Diagnosa Medis :Dengue Haemmoraghic Fever

b. Riwayat Kesehatan Keluhan

utama : Demam Riwayat

Keluhan Utama

Demam dirasaakan Sejak 3 hari yang lalu dan sempat rawat di IGD

observasi selama 6 jam, suhu turun 370C dari 390C, kembali masuk IGD

dengan Suhu 39,50C disertai pegal dibadan.


5

c. Pengkajian Primer

1) Airway

Pengkajian jalan napas : √ Bebas Tersumbat :

Trachea ditegah : √ Ya Tidak


Resusitasi :-
Re evaluasi :-
Masalah keperawatan :-
2) Breathing :

Fungsi pernapasan
Dada simetris : √ Ya Tidak
Sesak napas :
Ya √ Tidak
Respirasi :
22 x/menit, dan terdapat
penggunaan otot bantu pernapasan.
Krepitasi :
Ya √ Tidak
Suara napas
kanan :
Ada √ Jelas Menurun
Ronchi Wheezing
Tidak ada
Kiri :
Ada √ Jelas Menurun
Ronchi Wheezing
Tidak ada
Saturasi 02 : 99 %
Nasal Kanul :-
Assesment :-
Resusitasi :-
Masalah keperawatan :
3) Circulation

Tekanan Darah : 110/70 mmHg


5

Nadi : 120 x/menit, lemah, Regular


Suhu axilla : 39.50C
Temperatur kulit : √
Hangat Panas Dingin
Gambaran Kulit :
Normal Kering
√ Lembap/basah
Assesment :-
Masalah keperawatan : Hipertermia
4) Disintegrity

Kesadaran : composmentis

GCS : 15 ( E4 V5 M6 )

Masalah keperawatan :-

5) Exposure:

Penilaian Hipotermia/hipertermia dengan


suhu : 39.5oC
Masalah keperawatan : Hipertermia

6) Penilaiyan Nyeri

Nyeri :√ Ya Tidak

lokasi :Persendian

Skala : 4 NRS

Jenis : √ Akut Kronik


:

Masalah keperawatan : Nyeri Akut

012345 6 7 89 10

□ □□ □ □ □ □ □ □ □
d. Pengkajian Sekunder

1) Riwayat Kesehatan
5

Keluhan utama :Pasien mengeluh demam

Riwayat sekarang :Pasien datang dengan riwayat demam 3 hari

sebelum masuk rumah sakit, klien tampak lemas, 2 hari sebelumnya

klien sempat dirawat di IGD selama 6 Jam dengan keluhan demam

diobservasi dan dibolehkan Pulang

AMPLE

Alergi : klien alergi makan ikan kering

Medication :Parectamol tablet

Past illness : Febris

Last meal : Nasi, Ikan, dan Sayur

Event : klien riwayat demam/febris sebelum masuk rumah sakit

2) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai

berikut:

Keadaan umum :

Kesadaran kompos mentis, klien tampak lemas, tanda – tanda vital :


Tekenan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 120 x/menit lemah , Regular
Suhu axilla : 39.50C
Respirasi : 22 x/menit, dan terdapat
penggunaan otot bantu pernapasan.

a) Kepala dan leher.


5

Wajah :Simetris, Kemerahan pada muka, bola mata

terasa nyeri

Mulut :Mukosa mulut kering, lidah kotor

Hidung : Tidak ada nyeri tekan, tampak bersih

Tenggorokan : Tidak ada benjolan

Leher : Tidak Terjadi pembesaran kelenjar limfe

b) Dada (Thorax).

Nyeri tekan epigastrik

Palpasi :Vocal

Perkusi :-

Auskultasi :Didapatkan suara nafas vesikuler yang

lemah.

c) Abdomen (Perut).

Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran hati dan limfe,

d) Anus dan genetalia.

Eliminasi alvi :Tidak ada diare dan konstipasi

Eliminasi uri :Urin pekak

e) Ekstrimitas atas dan bawah.

Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.


5

2. Terapi Medis

Paracetamol 200 mg intravena NaCl

0,9% 20 TPM (Tetes Makro)

3. Pemeriksaan Penunjang

a) Rumple Lead Test

Hasil : Positif
5

b) Hasil Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 09 Oktober 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Hematologi rutin
WBC 4,5 4,00-10,0 10^3/µl
RBC 4,90 4,00-6,00 10^6/µl
HGB 12,7 12,0-16,0 Gr/dl
HCT 37 37,0-48,0 %
MCV 76 80,0-97,0 fL
MCH 26 26,5-33,5 Pg
MCHC 34 31,5-35,0 gr/dl
PLT 194 150-400 10^3/µl
RDW-SD 37,0-54,0 fL
RDW-CV 11,5 10,0-15,0
PDW 9,8 10,0-18,0 f
MPV 6,5 6,50-11,0 L
P-LCR 13,0-43,0 f
PCT 0,13 0,15-0,50 L
NEUT 46,40 0,00-99,9 %
LYMPH 38,5 52,0-75,0 %
MONO 13,8 20,0-40,0 10^3/µl
EO 0,3 2,00-8,00 10^3/µl
BASO 0,04 1,00-3,00 10^3/µl
Imonoserologi 10^3/µl
DHF IgG Negatif Negatif 10^3/µl
DHF IgM Positif Negatif

Tabbel 2.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium


4. Klasifikasi Data
6

Data Subjektif Data Objektif


DS: 1. Suhu tubuh meningkat,
1. Pasien mengatakan Suhu Axila :39,5
badanya panas/demam 2. Denyut nadi 120x/menit
2. Ibu klien mengatakan 3. Nadi Lemah (regular)
anaknya demam sejak 3 4. Tekenan darah : 110/70
hari yang lalu mmHg
3. Ibu klien mengatakan 5. Respirasi : 22 x/menit,.
anaknya sering 6. Bibir tampak kering
berkeringat 7. Kulit lembab
8. Petekie pada uji tourniquet
Positif

Tabbel 2.3 Klasifikasi Data


6

5. Analisa Data

Data Masalah
Keperawatan
DS:
Pasien mengatakan badanya
panas/demam
Hipertermia b/d
DO:
Penyakit
9. Suhu tubuh meningkat, Suhu Axila
:39,5
10. Denyut nadi 120x/menit
DS :
1. Ibu klien mengatakan anaknya
demam sejak 3 hari yang lalu
2. Ibu klien mengatakan anaknya Defisit volume cairan
sering berkeringat b/d kehilangan cairan
DO : melalui rute normal
1. Bibir tampak kering
2. Suhu tubuh meningkat 39,5 C
3. Kulit lembab
Factor Resiko
1. Petekie pada uji tourniquet Positif

Resiko perdarahan

Tabel 2.4 Analisa Data dan Masalah Keperawatan.


6

6. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis Keperawatan Tanggal Tanggal

NANDA 2018-2020 Ditemukan Teratasi

1. Hepertermia 09-10-2019

Domain 11

Keamanan/Perlindungan

Kelas 6 : Termoregulasi

Kode Diagnosis :00007

2. Defisit volume cairan 09-10-2019

Domain 2 : Nutrisi

Kelas 5 :Hidrasi

Kode Diagnosis : 00027

3. Resiko Perdarahan 09-10-2019

Domain 11 :Keamanan/

perlindungan

Kelas 2 :Cedera Fisik

Kode Diagnosis : 00206

Tabel 2.5 Diagnosa Keperawatan (Nanda 2018-2020)


6

7. Intervensi Keperawatan

TUJUAN DAN KRITERIA


NO DIAGNOSA (NANDA) INTERVENSI KEPERAWATAN (NIC)
HASIL (NOC)

1. DS: Setelah dilakukan tindakan 3900. Pengaturan Suhu

Pasien mengatakan keperawatan selama 1x2 jam, Aktivitas Keperawatan:

badanya panas/demam klien akan 1. Monitor suhu dan tanda – tanda vital

DO: Menunjukkan: lainnya.

1. Suhu tubuh Termoregulasi (0800), yang 2. Monitor suhu dan warna kulit

meningkat, Suhu dibuktikan dengan indicator 3. Berikan Health Edukasi untuk

Axila :39,5 sebagai berikut: (4-5 = sedikit mencegah dan mengontrol menggigil.

2. Denyut nadi terganggu – tidak terganggu) 3740. Perawatan Demam

120x/menit Kriteria Hasil: Aktivitas Keperawatan:

a. Suhu tubuh dalam rentang

normal (36-37,5ºC)
6

Diagnosa Keperawatan : b. Nadi dan suhu dalam rentang 1. Anjurkan pasien untuk banyak minum

Hepertermia b/d Normal air untuk mengganti cairan tubuh yang

penyakit c. Tidak ada perubahan warna telah hilang.

Domain 11: Keamanan kulit dan dan tidak ada pusing 2. Anjurkan keluarga untuk kompres

/Perlindungan hangat pada dahi dan aksila

Kelas 6 : Termoregulasi 3. Anjurkan keluarga untuk selimuti pasien

Kode Diagnosis :00007 untuk mencegah hilanganya kehangatan

tubuh.

4. Berikan Health edukasi tentang manfaat

asupan nutrisi yang adekuat.

5. Kolaborasi pemberian obat antipiretik.


6

2. DS : Noc: Nic:

1. Ibu klien mengatakan 1. fluid balance 1. pertahankan catatan intake dan

anaknya demam sejak 2. hydration output yang akurat

3 hari yang lalu 3. nutritional status: food and 2. monitor status hidrasi (kelembapan

2. Ibu klien mengatakan fluid intake membrane mukosa, nadi adekuat,

anaknya sering setelah dilakukan tindakan tekanan darah ortostatik), jika

brkeringat keperawatan selama 1x6 jam diperukan

DO : defisit volume cairan teratasi 3. monitor vital sign setiap 15 menit-1

1. Bibir tampak kering dengan kriteria hasil: jam

2. Suhu tubuh a. mempertahankan urine output 4. koaborasipemberian cairan iv

meningkat 39,5 C sesuai ddengan usia dan 5. monitor status nutrisi

Diagnosa Keperawatan : BB,BJ, Urine normal 6. berikan cairan oral

Defisit volume cairan


6

Domain 2 : Nutrisi b. tekanan darah, nadi, suhu 7. berikan peengganti nasogatrik

Kelas 5 :Hidrasi tubuh dalam batas normal sesuai output (50-100 cc/jam)

Kode Diagnosis : 00027 c. tidak ada tanda tanda 8. dorong keuarga pasien untuk

dehidrasi eastisitas turgor membantu pasien makan

kulit baiik, membrane

mukosa lembab tidak ada

rasa haus yang berlebihan

d. orientasi terhadap waktu

dan tembat baik

e. jumlah dan irama

pernafasan dalam batas

normal
6

3. Resiko Perdarahan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji pasien untuk menemukan

keperawatan selama 1x6 jam, bukti-bukti perdarahan atau


Domain 11:Keamanan/
perawat dapat meminimalkan hemoragi
Perlindungan
komplikasi yang terjadi dengan
Kelas 2 :Cedera kriteria hasil:
Fisik Blood Loss Severity 2. Catat kadar hemoglobin/hematokrit

Kode Diagnosis : a. Klien tidak mengalami sebelum dan sesudah pendarahan

00206 kehilangan darah 3. Pantau koagulasi darah pasien

b. Kulit dan membrane (prothrombin, thromboplastin,

mukosa pasien tidak fibrinogen, fibrin, dan jumlah

pucat platelet)

4. Pantau aliran IV
6

c. Nilai Hemoglobulin

berada dalam batas

normal

d. Nilai Hematokrit berada

dalam keadaan normal

Table 2.6 Intervensi Keperawatan (NIC & NOC 2013)

8. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keperawatan

No Diagnose Waktu Implementasi Evaluasi

Keperawatan

1 Hipertermia Rabu 09 Aktivitas Keperawatan: O : Klien Mengatakan Badannya

berhubungan oktober 2019 1. Monitor suhu dan tanda – tanda panas

17.00 WITA vital lainnya S : 38.00C


6

dengan Hasil :.suhu Axila 39,5 oC A :Hipertermia Belum Teratasi P

Penyakit TD :120/70 mmHg :

FN :120 x/menit 3900. Pengaturan Suhu

RR :24 x/menit Aktivitas Keperawatan:

17.19 WITA 2. Monitor suhu dan warna kulit 4. Monitor suhu dan tanda – tanda

Hasil : Warna kulit :Pucat vital lainnya.

3. Berikan Health Edukasi untuk 5. Monitor suhu dan warna kulit

mencegah dan mengontrol 6. Berikan Health Edukasi untuk

17.30 WITA menggigil. mencegah dan mengontrol

Hasil :Keluarga mengerti cara menggigil.

mengontrol mengigil 3740. Perawatan Demam

Perawatan Demam Aktivitas Keperawatan:

Aktivitas Keperawatan:
7

1. Anjurkan pasien untuk banyak 6. Anjurkan pasien untuk banyak

18.00 WITA minum air untuk mengganti cairan minum air untuk mengganti

tubuh yang telah hilang. Hasil : cairan tubuh yang telah hilang.

Keluarga klien mengerti bahwa 7. Anjurkan keluarga untuk kompres

klien harus memperbanyak minum hangat pada dahi dan aksila

air putih 8. Anjurkan keluarga untuk selimuti

2. Anjurkan keluarga untuk kompres pasien untuk mencegah hilanganya

hangat pada dahi dan aksila kehangatan tubuh.

18.05 WITA Hasil :Keluarga mengompres 9. Berikan Health edukasi tentang

anak dengan kompres hangat manfaat asupan nutrisi yang

3. Anjurkan keluarga untuk selimuti adekuat.

pasien untuk mencegah 10. Kolaborasi pemberian

hilanganya kehangatan tubuh. obat antipiretik.

18.10 WITA
7

Hasil :Keluarga mengerti cara

mencegah hilangnya kehangatan

tubuh klien

4. Berikan Health edukasi tentang

manfaat asupan nutrisi yang

18.20 WITA adekuat.

Hasil :Keluarga mengerti

tentang asupan nutrisi yang

cukup untuk anak

5. Kolaborasi pemberian obat

antipiretik

18.30 WITA Hasil :Pemberian paracetamol

200 mg Intravena
7

2 Defisit volume Rabu 09 1. Pertahankan catatan intake dan S :-

cairan oktober- 2019 output yang akurat O :Klien tampak berkeringat A

berhubungan 17.30 WITA Hasil :Klien dianjurkan banyak :Defisit Volume Cairan

dengan kehilang mengkomsumsi air putih P :Lanjutkan Intervensi

cairan melalui 17.45 WITA 2. monitor status hidrasi (kelembapan 1. pertahankan catatan intake dan

rute normal membrane mukosa, nadi adekuat, output yang akurat

tekanan darah ortostatik), jika 2. monitor status hidrasi (kelembapan

diperukan Hasil :Kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat,

membran mukosa kering tekanan darah ortostatik), jika

3. monitor vital sign setiap 15 diperukan

menit-1 jam 3. monitor vital sign setiap 15

18.00 WITA Hasil :Vital sign dipantau tiap 15 menit-1 jam

menit 4. koaborasipemberian cairan iv

5. monitor status nutrisi


7

TD :110/70 mmHg 6. berikan cairan oral

FN :120 x/menit 7. berikan peengganti nasogatrik

4. Kolaborasi pemberian cairan iv sesuai output (50-100 cc/jam)

18.15 WITA Hasil :Klien di berikan caiaran 8. Dorong keuarga pasien untuk

melalui intravena NaCl 20 TPM membantu pasien makan

(Tetes makro)

5. monitor status nutrisi

18.30 WITA Hasil : Orang tua klien

mengatakan klien mengalami

penurunan berat badan

BB : 19 kg

TB 1106cm

LK :52 cm

LD :56 cm
7

LP :55,5 cm

LLA : 19,5 cm

IMT :14,1

18.45 WITA 6. berikan cairan oral

Hasil :Klien dianjurkan banyak

mengkomsusi air putih

19.00 WITA 7. Dorong keuarga pasien untuk

membantu pasien makan

Hasil :Orang tua klien memberi

dorongan kepada anak untuk

makan

3 Resiko Rabu 09 1. Kaji pasien untuk menemukan S :Pasien mengatakan lemas, dan

Perdarahan oktober- 2019 bukti-bukti perdarahan atau pusing

17.30 WITA hemoragi


7

berhubungan 07.40 WITA 2. Hasil :Terdapat bintk merah atau O :Pasien tidak mengalami

dengan peteqie dalam periksan uji pendarahan

coagulupati tourniquet (tes rumple leed) 1. Ht berada dibawah batas

intravaskuler 07.50 WITA 3. Catat kadar normal (36,9 %)

hemoglobin/hematokrit sebelum 2. Hb berada dalam batas

dan sesudah pendarahan normal (12,7 g/dL)

Hasil :HCT 37% dari nilai rujukan 3. Pasien terlihat pucat

37%-38% A : Tidak terjadi Perdarahan P

08.00 WITA 4. Pantau koagulasi darah pasien : Pertahankan Intervensi

(prothrombin, thromboplastin, 1. Kaji pasien untuk menemukan

fibrinogen, fibrin, dan jumlah bukti-bukti perdarahan atau

platelet) hemoragi

Hasil :PLT 194.000/µl

08.10 WITA 5. Pantau aliran IV


7

Hasil :Pasien diberi terap cairan 2. Catat kadar

NaCL 0,9% 20 tetes/menit hemoglobin/hematokrit sebelum

dan sesudah pendarahan

3. Pantau koagulasi darah pasien

(prothrombin, thromboplastin,

fibrinogen, fibrin, dan jumlah

platelet)

4. Pantau aliran IV

Table 2.6 Implementasi Keperawatan (NIC & NOC 2013)


7

BAB III

PEMBAHASAN

Keperawatan kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati

terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian atau jalan keluar.

Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi dibidang keperawatan yang

mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah perawat professional yang

bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta keluarganya

mendapatkan pelayanan keperawatan optimal.

Pada bab sebelumnya, penulis telah membahas tentang Dengue

Haemorraghic Fever (DHF) yang dimana membahas tentang teori-teori yang

termuat dalam tinjauan kepustakaan yang didapatkan dari literatul-literatul dan

langsung berorientasi langsung dengan pasien. Pada bab ini penulis akan

menguraikan kesenjangan secara teoritis dengan kasus nyata yang ditemukan pada

pasien An “B” dengan gangguan system Hematologi Dengue Haemorraghic Fever

(DHF) di Ruang IGD Non Bedah Anank RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Secara garis besar ada beberapa persamaan antara tinjauan teori dengan kasus yang

didapakan baik dari pengkajian maupun masalah-masalah yang muncul. Hal ini

disebabkan oleh adanya perbedaan respon dari masing-masing individu.

65
7

Berikut ini akan diuraikan pembahasan yang meliputi kesenjangan dari

persamaan antara asuhan keperawatan pada pasien Dengue Haemorraghic Fever

(DHF) secara teori dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada An. “B”.

1. Pengkajian Keperawatan

a. Pengkajian secara teoritis

Pada teori yang terdapat dalam tinjauan pustaka manifestasi klinis pada anak

yang didiagnosa DHF (Dengue Haemorraghic Fever) menurut WHO yaitu

1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya

bersifat bifasik.

2) Manifestasi perdarahan biasanya.

a) Uji tourniquet positif.

b) Petekie, ekimosis, atau purpura.

c) Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,

tempat bekas suntikan.

3) Tekanan darah menurun < 80 mmHg, nadi cepat dan lemah.

3) Hematemesis atau melena.

4) Trombositopenia < 100.00/ul

5) Kebocoran plasma dengan ditandai.

a) Peningkatan nilai hematrokrit >20 % dari nilai baku secara

umur dan jenis kelamin.


7

b) Penurunan nilai hematokrit > 20 % setelah pemberian cairan yang

adekuat.

c) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asietas, efusi

pleura (Nurarif & Kusuma, 2015:109).

b. Pengkajian Pada Kasus

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang

dilakukan dimana penulis berusaha mengkaji klien saat klien masuk ruangdi

IGD dengan pengkajian primer yang meliputi pengkajian pada Airway,

breathing, circulation, disintegrity, exposure dan penilaian nyeri serta

memeriksa hasil pemeriksaan penunjang

Dalam pengkajian primer didapatkan data pada klien tidak ada

sumbatan jalan napas, pola napas baik, tidak ada suara napas tambahan,

frekuensi napas 22 kali/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi

120 kali/menit, suhu tubuh 39,5oC, CRT < 2 detik, bibir pucat, berkeringat,

kulit lembab, dan klien tampak lemas. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan

yaitu tes uji tourniquet (tes Rumple leed) dengan hasil positif, pemeriksaan

serologi dengan Hasil Positif serta pemeriksaan darah Lengkap yang

menunjukkan Nilai Hb 12,7 Gr/dl, WBC 4,5 10^3/µl, RBC 4,9 10^6/µl, PLT

194 10^3/µl presentase HCT dalam darah 37%, dan PCT 0,13% dari hasil

pemeriksaan darah lengkap menunjukkan nilai hematocrit/kekentalan darah

yaitu 37,0% dari nilai rujukan 37%-48%.


8

Dalam pengkajian primer terdapat kesenjangan antara teori pada

manifestasi klinis dan hasil pengkajian yang didapat pada klien, data yang

didapat hampir sama dengan data pengkajian konsep keperawatan,

penatalaksanaan medis terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori

untuk pemeriksan diagnostic klien dengan DHF harus dilakukan pemeriksaan

darah, urine, sumsum tulang, pemeriksaan serologi, foto thorak, USG, sedangkan

dikasus klien hanya dilakukan pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan serologi dan

uji tourniquet (tes Rumple leed)

c. Kesenjangan Teori dan Kasus

Ada pada teori dan ditemukan pada kasus :

1) Demam 2 – 7 hari, mual dan pegal diseluruh tubuh

Pada kasus ditemukan bahwa pasien deman dengan suhu axila 39,5oC

4 demam dirasakan 3 hari yang lalu dan sempat dirawat di IGD 2 hari

yang lalu. Fase demam merupakan fase pertama pada DHF hal ini terjadi

karena infeksi virus Dengue yang di bawa melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypti. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh

penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami

demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam

atau bintik-bintik merah pada kulit


8

2) Manifestasi pendarahan

Satu-satunya manifestasi perdarahaan pada kasus ini yakni ditemukan

petekie pada saat uji tourniquet hal ini terjadi hal ini terjadi karena

kebocoran plasma akibat meningkatnya permeabiltas kapiler, hal ini

sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa satu- satunya manifestasi

perdarahan pada DHF derajat 1 yaitu ditemukan petekie pada uji torniqut.

Ada pada teori tidak ada pada kasus

1) Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi) dan saluran cerna

(hematemesis)

Pada teori dijelaskan salah satu manifestasi DHF pada derajat 1 adalah

perdarahan pada mukosa dan saluran cerna, hal ini tidak ditemukan pada

kasus hal ini karena tingkat perdarahan yang masih ringan, mengigat

Penyebab perdarahan pada pasien DBD adalah vaskulopati,

trombositopeni dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi

intravaskular yang menyeluruh, bahwa komplek virus antibodi

mengakibatkan trombositopenia dan juga gangguan fungsi trombosit.

Selain itu komplek virus antibodi ini mengaktifkan faktor Hageman

(faktor XIIa) sehingga terjadi gangguan sistem koagulasi dan Þ brinolisis

yang memperberat perdarahan, serta mengaktifkan sistem kinin dan

komplemen yang mengakibatkan peningkatan


8

permiabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma serta meningkatkan

risiko terjadinya KID yang juga memperberat perdarahan yang terjadi.

Jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti

torniquet (uji Rumple Leede, uji bendung) positif, petekie, purpura,

ekimosis dan perdarahan konjungtiva. Petekie merupakan tanda yang

tersering ditemukan. Tanda ini muncul pada hari-hari pertama demam.

Bentuk perdarahan lain yaitu epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis

dan melena. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan subkonjungtiva

atau hematuri.

2) Trombositopenia < 100.00/ul

Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana yang

diajukan oleh WHO sebagai diagnosis klinis penyakit DBD. Jumlah

trombosit biasanya masih normal selama 3 hari pertama. Trombositopenia

mulai tampak beberapa hari setelah panas dan mencapai titik terendah

pada fase syok. Penyebab trombositopenia pada DBD masih

kontroversial, disebutkan terjadi karena adanya supresi sumsum tulang

serta akibat destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit, namun

beberapa faktor dapat menjadi penyebab yaitu virus dengue, komponen

aktif systemkomplemen, dan kerusakan sel endotel. Sejalan dengan teori

pada kasus belum


8

didapatkan penurunan trombosit di bawa kadar normal pada hari ke tiga

pasien mengalami demam

3) Peningkatan nilai hematrokrit >20 % dari nilai baku secara umur dan jenis

kelamin.

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan

berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan

adanya kebocoran (perembesan) plasma, pada kasus tidak ditemukan

kebocoran plasma dan nilai hematokrit masih dalam rentang normal

4) Tekanan darah menurun < 80 mmHg, nadi cepat dan lemah.

Pada teori dijelaskan terjadinya hipotensi, nadi cepat dan lemah

disebabkan karena peningkatan permeabilitas kapiler sehingga cairan

keluar dari intravasculer ke estravasculer atau terjadinya perembesaran

plasma akibat pembesaran plasma terjadi pengurangan volume plasma

yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Pada kasus tidak

ditemukan penurunan tekanan darah < 80 mmHg tetapi telah ditemukan

nadi cepat yaitu 120 kali permenit dan teraba lemah .


8

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Bulechek Gloria M dkk 2015 pada teori terdapat 5 diagnosa

keperawatan, yaitu :

a) Resiko perdarahan berhubungan dengan factor resiko trombositopenia.

b) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.

c) defisit kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalam

mekanisme pengaturan.

d) Nyeri akut berhubungan dengan proses patoloogis penyakit.

e) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhunungan

dengan anoreksia, mual muntah.

Sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnose keperawatan yaitu :

a) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.

b) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

kapiler.

c) Resiko perdarahan berhubungan dengan coagulupati intravaskuler

diseminata,

Penulis menegakkan diagnosa sesui dengan kasus kegawat daruratan

yang dialami klien, pada kasus tidak di ditegagkan diagnosa nyeri akut dan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh hal ini dsebabkan oleh

respon tubuh setiap orang berbeda-beda sesuai dengan gejala dan tanda yang

dialami oleh pasien serta tidak ada data


8

yang mendukung untuk ditegakkan diagnose tersebut pada kegawatdaruratan.

Penulis mengangkat Diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses

infeksi virus Masalah ini muncul karena proses peradangan (viremia) yang

berespon akibat terjadinya infeksi dan meningkatkan set poin di hipotalamus

sehingga terjadi demam. Setelah dilakukan pengkajian ditemukannya data seperti

klien tubuhnya terasa panas, gelisah, dengan suhu klien 39,5°C, data hasil

pemeriksaan laboratorium pada tanggal 09 oktober 2019 dengan hasil Trombosit

194.000/µl, Hematokrit 36,9%. Gejala klinis di atas menunjukkan adanya

peningkatan suhu tubuh pada klien yang terinfeksi virus dengue. Virus dengue

masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.

Berdasarkan tanda dan gejala tersebut penulis memasukkan masalah

Hipertermi sebagai prioritas masalah pertama. Kenaikan suhu tubuh yang tinggi

dapat menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler dinding

pembuluh darah sehingga cairan intravaskuler berpindah ke cairan

ekstravaskuler. Hal tersebut yang akhirnya dapat menimbulkan resiko

kekurangan volume cairan (Widagdo, 2012).

Untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler adalah kondisi ketika klien beresiko

mengalami dehidrasi vaskuler, selular, atau intraseluler dengan batasan

karakteristik penurunan turgor kulit, kulit dan membran mukosa kering,


8

suhu tubuh meningkat, peningkatan frekuensi nadi, berat badan menurun

(Wilkinson & Ahern, 2012)

Masalah ini muncul karena saat dilakukan pengkajian pada tanggal 09

oktober 2019 didapatkan data turgor kulit < 1 detik dan mukosa lembab akibat

dari peningkatan suhu tubuh sehingga mengakibatkan banyak kehilangan cairan

yang beresiko mengalami kekurangan cairan tubuh. Meningkatnya permeabilitas

dinding pembuluh darah, menimbulkan perembesan dari cairan elektrolit, protein

molekul kecil, dan mungkin sel darah merah ke ekstravaskuler. Ekstravasasi

cairan ini ditambah dengan adanya febris, muntah dan diare (Widagdo, 2012)

Penulis memprioritaskan masalah kekurangan volume cairan sebagai

prioritas kedua karena kekurangan cairan muncul jika kehilangan volume cairan

aktif, peningkatan suhu tubuh, penyimpangan yang mempengaruhi akses cairan,

penyimpangan yang mempengaruhi asupan cairan, kehilangan berlebih melalui

rute normal misalnya diare, muntah, faktorfaktor yang mempengaruhi kebutuhan

cairan misalnya status hipermetabolik (peningkatan aktivitas metabolik)

(Wilkinson & Ahern, 2012)

Untuk diagnosa Resiko perdarahan berhubungan dengan coagulupati

intravaskuler diseminata merupakan keadaan yang berisiko mengalami

penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehatan (Wilkinson &

Ahern, 2012). Ketika dilakukan pengkajian pada tanggal 09 Oktober2019

dilkukan uji tourniquet (tes Rumple leed) didapatkan adanya


8

bintik-bintik merah pada lengan, pemeriksaan trombosit 194.000/µl dan

hematokrit 37 %.

Masalah ini muncul karena penurunan fungsi trombosit dan menurunnya

faktor koagulasi dalam tubuh sehingga memudahkan terjadinya perdarahan

spontan pada pembuluh darah kecil seperti kapiler yang bermanifes adanya

bintik-bintik merah pada kulit (ptekia). Trombositopenia terjadi karena

pemendekan umur trombosit akibat penghancuran berlebihan oleh virus dengue.

Virus yang melekat pada permukaan trombosit akan mengakibatkan terjadinya

kompleks imun pada permukaan trombosit hingga trombosit menjadi rusak. Hal

ini akan mengakibatkan trombositopenia atau jumlah trombosit berkurang yang

berujung pada perdarahan, selain itu kerusakan trombosit juga menyebabkan

kerja hati dan limfa berlebih untuk menghancurkan trombosit yang rusak

tersebut. Hal ini mengakibatkan hepatomegali dan splenomegali yang dapat

menimbulkan nyeri (Ngastiyah, 2012).

Penulis memprioritaskan resiko perdarahan berhubungan dengan

coagulupati intravaskuler diseminata karena telah mucul petekie dalam

pemeriksaan tes Rumple leed dan presentasi hematocrit yaitu 37% dan nilai

trombosit yang masih dalam rentang batas normal yaitu 194.000/µl.


8

Kesenjangan Antara Teori dan apa yang di dapatkan pada kasus

Dalam hal ini tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan Kasus hamya saja

penulis dapatkan bahwa ada diagnose keperawatan yang ditegakkan dalam teori

tidak ditegakkan pada kasus hal ini terjadi karena data yang didapatkan di kasus

tidak tidak mendukung untuk menekkan beberapa diagnose yang dijelaskan

dalam teori sebelumnya.

Diagnose yang tidak ditegakkan dalam kasus :

a) Nyeri akut berhubungan dengan proses patoloogis penyakit.

Penulis tidak menegakkan diagnosa nyeri akut pada kasus di kerenakan data

yang didapatkan tidak mendukung yaitu nyeri yang dirasakan klien hanya

nyeri ringan dengan skala 1 (ringan) sehingga diagnose nyeri akut tidak

dapat di tegakkan

b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhunungan

dengan anoreksia, mual muntah.

Penulis tidak menegakkan Diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari

kebbutuhan tubuh di karenakan Indeks Massa Tubuh anak pada saat di

lakukan pengukuran berat badan yaitu 19 kg dengan tinggi 116 dengan IMT

14,1 berdasarkan kategori IMT untuk anak Perempuan berusia 6 tahun yaitu

IMT yang ideal yaitu 13,4 – 17,1 berdasarkan data tersebut Penulis

bekesimpulan bahwa pasien anak tersebut tidak mengalami kekurangan

nutrisi kurang daru kebutuhan tubuh.


8

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah tahap

pengumpulan data, pengkajian, dan menentukan diagnosa yang sesuai dengan

tanda dan gejala yang muncul. Perencanaan atau intervensi merupakan kumpulan

rencana-rencana keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Perencanaan

disusun berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan manifestasi

klinis.Setelah masalah ditetapkan, maka ditentukan tujuan keperawatan.Tujuan

bisa ditetapkan dalam jangka panjang maupun pendek, harus jelas, dapat diukur,

dan realitas.Setelah itu mendapat criteria hasil yang menjadi acuan intervensi

berhasil atau tidak. Waktu perencanaan yang dibuat harus disesuaikan dengan

pencapaian kriteria hasil misalnya 1x8 jam.Setelah rencana dibuat, selanjutnya

dilakukan implementasi keperawatan, yang mengacu pada rencana tindakan yang

telah dibuat.

Perencanaan yang dibuat sesuai dengan NANDA 2018-2020 sehingga

kesenjangan perencanaan antara kasus dan teori disesuaikan dengan keluhan

yang dirasakan pasien

4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan berdasarkan perencanaan sebelumnya,

semua yang telah direncanakan akan dilakukan diimplmentasi.


9

Implementasi untuk masalah keperawatan hipertermia adalah Monitor

suhu dan tanda – tanda vital lainnya, monitor suhu dan warna kulit, berikan

Health Edukasi untuk mencegah dan mengontrol menggigil, menganjurkan

pasien untuk banyak minum air untuk mengganti cairan tubuh yang telah hilang,

menganjurkan keluarga untuk kompres hangat pada dahi dan aksila, anjurkan

keluarga untuk selimuti pasien untuk mencegah hilanganya kehangatan tubuh,

berikan Health edukasi tentang manfaat asupan nutrisi yang adekuat, Kolaborasi

pemberian obat antipiretik.

Implementasi untuk masalah keperawatan defisit volume cairan adalah

mempertahankan catatan intake dan output yang akurat, memonitor status hidrasi

(kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),

memonitor tanda-tanda vital setiap 15 menit-1 jam, Pemberian cairan intra vena,

memonitor status nutrisi, memberikan cairan oral.

Implementasi untuk masalah keperawatan resiko perdarahan yaitu

mengkaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi,

mencatat kadar hemoglobin/hematokrit, memantau koagulasi darah pasien

(prothrombin, thromboplastin, fibrinogen, fibrin, dan jumlah platelet), memantau

aliran IV. Evaluasi yang didapatkan setelah melakukan implemeentasi

didapatkan data objektif yaitu petekie tidak bertambah banyak atau perdarahan

lanjut dibawa kulit tidak terjadi. Demikian sehingga masalah keperawatan belum

dapat disimpulkan teratasi sampai


9

hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukka tidak terjadi trobosipenia dan

hemokonsentrasi.

5. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan tersebut jangan lupa melihat respon pasien

baik dari data subyektif maupun data objektif. Tindakan semua telah dilakukan

dan melihat respon atau kondisi pasien secara umum atau biasa disebut evaluasi.

Apabila masalah hanya teratasi sebagian, intervensi bisa dilanjutkan atau

dimodifikasi.Apabila masalah sudah teratasi, intervensi dipertahankan atau

dihentikan.

Pada masalah keperawatan hipertermia Evaluasi yang didapatkan setelah

melakukan implementasi keperawatan didapatkan data subjektif: pasien masih

mengeluh demam sedangkan data objektif didapatkan suhu tubuh telah turun 38
o
C demikian sehingga berdasarkan kriteria Hasil yang ingin di capai yaitu suhu

tubuh dalam rentang nilai normal belum tercapai sehingga masalah keperawatan

hipertermia belum teratasi dan intervensi harus dilanjutkan

Pada masalah keperawatan devisit volume cairan valuasi yang didapatkan

setelah melakukan implementasi didapatkan data subjektif klien mengatakan

badannya masih berkeringat dan terasa panas sedangkan data objektif didapatkan

klien tampak pucat, kulit tampak lembab(berkeringat) serta suhu tubuh masih

tinggi 38 oC. demikian sehingga berdasarkan kriteria hasil yang ingin dicapai

yaitu belum tercapai


9

sehingga masalah keperawatan defisit volume cairan belum teratasi dan

intervensi harus dilanjutkan

Pada masalah keperawatan Resiko perdarahan Evaluasi yang didapatkan

setelah melakukan implementasi didapatkan data tidak terjadi Perdarahan

Spontan pada kulit maupun mukosa bibir, sehingga demikian berdasarkan kriteria

hasil yang ingin dicapai yaitu pasien tidak kehilangan darah tidak terjadi
9

BAB IV
PENUTUP

Setelah penulis membahas tentang “ Asuhan Keperawatan pada pasien

An.B dengan Diagnosa Dengue Haemorraghic Fever (DHF) Diruangan IGD

Non Bedah Anak RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar. Maka pada bab

ini penulis mencoba menarik kesimpulan dan mengajukan saran-saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah di temukan penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pengkajian primer didapatkan data pada klien tidak ada sumbatan

jalan napas, pola napas baik, tidak ada suara napas tambahan, frekuensi

napas 22 kali/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 120

kali/menit, suhu tubuh 39,5oC, CRT < 2 detik, bibir pucat, berkeringat,

kulit lembab, dan klien tampak lemas. Pemeriksaan penunjang yang

dilakukan yaitu tes uji tourniquet (tes Rumple leed) dengan hasil positif,

pemeriksaan serologi dengan Hasil Positif serta pemeriksaan darah

Lengkap yang menunjukkan Nilai Hb 12,7 Gr/dl, WBC 4,5 10^3/µl, RBC

4,9 10^6/µl, PLT 194 10^3/µl presentase HCT dalam darah 37%, dan

PCT 0,13% dari hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan nilai

81
9

hematocrit/kekentalan darah yaitu 37,0% dari nilai rujukan 37%- 48%.

2. Setelah didapatkan data melalui pengkajian keperawatan maka ditegakkan

Diagnosa Keperawatan yaitu :Hipertermia berhubungan dengan proses

infeksi virus dengue, Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler, Resiko perdarahan berhubungan

dengan coagulupati intravaskuler diseminata,

3. Perencanaan keperawatan yang direncanakan pada An.B dengan Dengue

haemorraghic Fever (DHF) yaitu : perencanaan keperawatan diagnosa

Hipertermia yaitu :Monitor suhu dan tanda – tanda vital lainnya, monitor

warna kulit, berikan Health Edukasi untuk mencegah dan mengontrol

menggigil, anjurkan pasien untuk banyak minum air untuk mengganti

cairan tubuh yang telah hilang, anjurkan keluarga untuk kompres hangat

pada dahi dan aksila, anjurkan keluarga untuk selimuti pasien untuk

mencegah hilanganya kehangatan tubuh, pemberian obat antipiretik.

Perencanaan keperawatan diagnosa Devisit volume cairan yaitu :

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat, monitor status hidrasi

(kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),

monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit, pemberian cairan intra vena,

berikan cairan oral. Perencanaan


9

diagnosa Resiko perdarahan yaitu : Kaji pasien untuk menemukan bukti-

bukti perdarahan atau hemoragi, catat kadar hemoglobin/hematokrit,

pantau koagulasi darah pasien (prothrombin, thromboplastin, fibrinogen,

fibrin, dan jumlah platelet), pantau aliran Intra vena

4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 4 jam dimulai dari pertama

masuk IGD Rumah Sakit, implementasi dapat dilakukan dengan baik

dimana hal ini didukung oleh kondisi pasien, peran serta keluarga pasien

selama dilakukan implementasi keperawatan.

5. Evaluasi selama kurang lebih 6 jam implementasi yang dilakukan dan

diberikan kepada pasien, maka masalah keperawatan belum teratasi

meliputi Hipertermia, Defisit volume cairan dan Resiko perdarahan.


9

B. SARAN

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan maka penulis

mengemukakan saran yang mungkin bermanfaat untuk penanganan khususnya

terhadap pasien dengan gangguan system kardiovaskuler Dengue

Haemorraghic Fever ( DHF ) sebagai berikut

1. Bagi Pendidikan

Diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat

dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk

memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk

mengatasi masalah.

2. Bagi Rumah Sakit

Seorang perawat perlu memperhatikan kondisi pasien secara

komperhensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu

kesatuan yang utuh yang meliputi bio-psiko-sosial- kultural-spiritual.

3. Bagi Klien/Keluarga Klien

Diharapkan tetap memperhatikan pengobatan yang dijalaninya agar

tidak mengalami hal yang tidak diinginkan.Dan tetap mencari informasi

yang mendukung kesembuhannya.


9

4. Bagi Penulis

Diharapkan dapat memperluas ilmu dan pengetahuannya tentang

asuhan keperawaratan kegawatdaruratan pada system kardiovaskuler

khususnya pada kasus Dengue Haemorraghic Fever (DHF).


9

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Huda A & Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid
1. Jogjakarta: Mediaction Publishing

Syaifuddin 2011. Anatomi Fisiologi. Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan & Kebidanan. Edisi Keempat Jakarta: EGC.

Wijayaningsih, K. S. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Trans Info


Media.

Sudoyo, Aru, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Jakarta : FKUI

Nurarif Huda A & Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid
1. Jogjakarta: Mediaction Publishing

Hendarwanto . 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 Jilid 1 Jakarta:
Balai.

Swasanti .N. dan Putra S.W. 2013. Pertolongan Pertama Pada Anak Sakit.
Yogyakarta: Katahati.

NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi Dan klasifikasi 2018-2020. Edisi 11

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2015.


Nursing Interventions Classification (NIC.) 6th Edition. Lowa:
Mosby Elsavier

Rekam medic RSUP Dr Wahidin Sudiro Husodo Makassar, 2019.

Anda mungkin juga menyukai