OLEH:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
makalah mengenai Penstafan Manajemen Keperawatan ini dapat kami selesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami
tentang Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan. Makalah ini kami
susun dengan mencari informasi dari berbagai sumber.
Kami dari kelompok 7 sebagai penulis makalah ini mengucapkan terima
kasih kepada dosen Pembimbing, yaitu Ibu Ni Nyoman Hartati, S.Kep., Ns.,
M.Biomed yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang Manajemen
dan Kepemimpinan dalam Keperawatan. Semoga makalah ini dapat mengantarkan
ilmu dan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
telah kami susun sebaik mungkin, pasti terdapat kekurangan di dalamnya. Oleh
karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Terima kasih.
Kelompok 7
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengembangan staf keperawatan
2. Mengetahui dan memahami metode penugasan keperawatan
3. Mengetahui dan memahami model praktek keperawatan profesional (MPKP)
4. Mengetahui dan memahami klasifikasi tingkat ketergantungan pasien
5. Mengetahui dan memahami penghitungan kebutuhan tenaga dalam satu shift
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan Staf Keperawatan
Aktivitas pengembangan staf meliputi semua training dan program
pendidikan untuk meningkatkan penampilan kerja dan pengetahuan.
1. In Service Education
Pendekatan yang dilakukan adalah bagaimana staf akan terlibat dalam
proses pendidikan melalui berlangsungnya pelayanan kesehatan atau
keperawatan yang terus diberikan kepada klien. Hal demikian dapat
dilakukan baik di dalam maupun diluar rumah sakit.
2. Orientasi
Program ini diberikan kepada staf yang baru atau sebaliknya untuk
mengenalkan tugas - tugas yang harus dilakukannya atau mengetahui adanya
perkembangan teknologi di bidang kesehatan.
3. Job Training
5. Pelatihan Kepemimpinan
6. Pengembangan karier
Unit kerja satu dengan yang lain ternyata bersifat kompetitif. Oleh sebab
itu bukan tidak mungkin unit kerja lain mempunyai nilai lebih dibandingkan
dengan unit kerja sendiri. Rencana untuk tukar pengalaman dan institusi atau
unit kerja lain perlu diprogramkan dalam rangka membangun motivasi,
pengembangan dan peningkatan prestasi kerja. Bentuk lain yang sekarang
sedang menjadi tren adalah melalui kegiatan study branch marking.
8. Penilaian Kinerja
Harus diakui bahwa rumah sakit lain yang memiliki nilai lebih harus
menjadi target untuk mencari serta menambah ilmu. Program ini
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan kedua belah pihak
yang terlibat.
Kepala Ruangan
Pasien / Klien
● Kelebihannya :
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik.
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien di serahkan kepada perawat junior dan atau belum
berpengalaman
● Kelemahan :
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
2. Metode Keperawatan
Tim Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga
profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.
● Kelebihannya :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
● Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
❖ Konsep Metode Tim Keperawatan :
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi yang efektif
agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh Kepala Ruang.
3. Keperawatan Primer
4. Manajemen Kasus
● Kelebihannya :
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
● Kekurangannya :
a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
5. Modifikasi : TIM PRIMER
Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS,
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari
perawat primer /Ketua Tim tentang asuhan keperawatan. Contoh (dikutip dari
Sitorus, 2002) Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat)
orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi S1 Keperawatan/DIV
Keperawatan, di samping seorang kepala ruang rawat juga S1/DIV Kep.
Perawat Asosiet (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiet terdiri
dari lulusan D3 Kep dan SPK (3 orang). Pengelompokan tim pada setiap
shift / jaga terlihat pada gambar di bawah ini :
2.3 Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna sitorus & Yulia, 2006).
a. Perencanaan
Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang
MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana
jangka pendek ; harian, bulanan, dan tahunan)
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian dengan penyusunan struktur organisasi, jadwal
dinas dan daftar alokasi pasien.
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan
iklim motivasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang
mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik
d. Pengawasan
e. Pengendalian
2. Pilar II (Sistem Penghargaan)
Manajemen sumber daya manusia di ruang model praktek
keperawatan profesional berfokus pada proses rekrutmen, seleksi kerja
orientasi, penilaian kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan
sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan
baru.
3. Pilar III (Hubungan Professional)
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dalam penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga).
Pada pelaksanaannya hubungan profesional secara internal artinya
hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya
antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain–
lain. Sedangkan hubungan profesional secara eksternal adalah hubungan
antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
4. Pilar IV (Manajemen asuhan Keperawatan)
Salah satu pilar praktik profesional keperawatan adalah pelayanan
keperawatan dengan menggunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan.
d. Nilai Praktek Keperawatan
MPKP merupakan model praktek keperawatan profesional yang
mewujudkan nilai-nilai profesional. Nilai-nilai profesional yang diterapkan
pada MPKP adalah :
1. Pendekatan manajemen (management approach)
2. Penghargaan karir (compensatory rewards)
3. Hubungan profesional (professional relationship)
4. Sistem pemberian asuhan pasien (patient care delivery system)
c. Perawatan Total
Perawatan Total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam. Kebutuhan sehari – hari
tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua dibantu oleh perawat penampilan sakit
berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus. Kriteria pasien pada
klasifikasi ini adalah :
1) Semua keperluan pasien dibantu
2) Perubahan posisi, observasi tanda – tanda vital dilakukan setiap 2 jam
3) Makan melalui selang (NGT / pipa lambung), terapi intravena
4) Dilakukan penghisapan lendir
5) Gelisah / disorientasi
6) Membutuhkan latihan pasif
7) Klien tidak sadar
8) Keadaan klien tidak stabil
9) Perawatan luka bakar, kolostomi
10) Menggunakan alat bantu pernapasan
11) Menggunakan WSD
12) Irigasi kandung kemih secara terus-menerus
13) Menggunakan alat traksi
14) Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/leher
Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan
minimal, 8 orang dengan ketergantungan parsial dan 6 orang dengan
ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Jumlah jam :
● Pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)
8 jam
● Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )
8 jam
Jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
3. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu
unit perawatan adalah sebagai berikut :
Contoh :
● Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
● Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8
orang dengan ketergantungan parsial dan 6 orang dengan ketergantungan
total)
● Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu (6 hari/minggu) jadi
jumlah jam kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
● Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional))
4. Metode Swansburg
= Jumlah rata – rata pasien / hari X Jumlah jam kontrak perawat – pasien / hari
Contoh :
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .
Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
x 125%
Keterangan :
Rumus BOR :
Contoh Kasus :
a. Di sebuah ruang dalam rumah sakit X rata – rata perawatan selama 24 jam
adalah 30 jam seperti pada table, BOR rata – rata 75% dan jumlah tempat
tidur 100 buah. Hitung berapa kebutuhan perawat di rumah sakit X
tersebut!
No. Jenis / Kategori Rata – rata Rata – rata jam Jumlah jam
pasien perhari perawatan pasien perhari perawatan perhari
1. Pasien penyakit 10 3 30
dalam
Diketahui :
A = 30
TT = 100
BOR = 75%
Hari kerja efektif = 41 minggu
Total jam kerja perminggu = 40 jam
Ditanya : jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan= ..?
Jawab :
x 125%
TP = 102.375.000
164.000
TP = 624,23 orang dibulatkan menjadi 624 orang
6. Metode Ilyas
Metode ini dikembangkan oleh Yaslis Ilyas sejak tahun 1995. Metode ini
berkembang karena adanya keluhan dari rumah sakit di Indonesia bahwa
metode Gillies menghasilkan jumlah perawat yang terlalu kecil , sehingga
beban kerja perawat tinggi. sedangkan PPNI menghasilkan jumlah perawat
yang terlalu besar sehingga tidak efisien.
Rumus dasar dari formula ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Contoh :
Diketahui rata – rata perawatan selama 24 jam adalah 6 jam dan jam kerja per
hari adalah 7 jam. BOR rata – rata 70% dengan jumlah tempat tidur 100.
Berapa kebutuhan perawat di RS tersebut? Hitung dengan metode Ilyas!
diketahui : A = 6 jam
B = (TT x BOR) = 100 x 0,7
Jam kerja sehari = 7 jam sehari
Ditanya : tenaga perawat yang dibutuhkan = .. ?
Jawab :
TP = A x B x 365
(255 x Jam kerja sehari)
TP = 6 x (100 x 0,7) x 365
(255 x 7)
TP = 153.300 = 85,88 dibulatkan menjadi 86 orang
1.785
Langkah-langkah WISN
Contoh :
a. 1 minggu : 5 hr kerja
b. 1 tahun : 5 x 52 mg = 260 ( A )
c. Cuti tahunan : 12 hr ( B )
d. Diklat : 5 hr ( C )
e. Hari libur : 15 hr + 4 hr CB ( D )
f. Sakit & ijin / th : 10 hr ( E )
g. Waktu kerja / hari : 8 jam (F)
Jawab :
Waktu kerja tersedia
= (260 - (12 + 5 + 19 + 10) x 8 jam
= (260 – 46) x 8 jam
= 214 hari per tahun x 8 jam
= 1.712 jam per tahun
Struktur orang, uraian tugas pokok dan fungsi masing – masing unit
Keputusan direktur RS tentang perawat
Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja
PP 32 tentang tenaga kesehatan
UU tentang jabatan fungsional
Standar profesi, standard pelayanan dan SOP
Jawab :
Standar beban kerja = Waktu kerja tersedia
800
4) Menyusun standar kelonggaran
Contoh :
1.410
5) Perhitungan kebutuhan tenaga / unit kerja
Contoh :
Diketahui : Kuantitas kegiatan pokok = 80
Standar beban kerja = 1,5
Standar kelonggaran = 50
Ditanya : perhitungan tenaga = … ?
Jawab :
Penghitungan tenaga
= Kuantitas kegiatan pokok + Standar kelonggaran
1,5
9. Metode DEPKES
1) Rawat Jalan
TP = (Rata – rata jumlah pasien x Jumlah jam perawat) + lost day + koreksi 15%
Jumlah jam kerja efektif/ hari x 60
Contoh soal :
rata – rata jumlah pasien dalam satu hari adalah 100 orang. Jumlah jam
perawatan 1 pasien adalah 15 menit dan jumlah jam kerja efektifnya
adalah 7 jam. Hitung kebutuhan tenaga perawat dirawat jalan!
Diketahui :
a. Rata - rata jumlah pasien setiap hari =100 orang
b. Jumlah jam perawatan / hari / pasien =15 menit
c. Jumlah jam kerja efektif per hari = 7 jam
Ditanya : tenaga perawat yang dibutuhkan = ..?
Jawab :
TP = (Rata – rata jumlah pasien x Jumlah jam perawat) + lost day + koreksi 15%
Jumlah jam kerja efektif/ hari x 60
TP = (100 x 15)
7 x 60
TP = ( 1500 )
420
TP = 3,57 + 86 x 3,57
279
TP = 3,57 + 1,07 + 15 x 3,57 + 1,07
100
TP = 3,57 + 1,07 + 1,63
TP = 6,27 dibulatkan menjadi 6 orang
2) Kamar Bersalin
TP = (Rata – rata jumlah pasien x Jumlah jam perawat)
Jumlah jam kerja efektif/ hari
4) Rawat Inap
Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien :
a. Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
b. Jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
c. Jam perawatan yang diperlukan / ruangan / hari
d. Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam perhari
e. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan
5) Kamar Operasi
a. Dasar penghitungan tenaga
b. Jumlah dan jenis operasi
c. Jumlah kamar operasi
d. Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja
e. Tugas perawat kamar operasi : instrumentator, perawat sirkulasi (2
orang / tim)
f. Tingkat ketergantungan pasien :
● Operasi besar : 5 jam operasi.
● Operasi sedang : 2 jam / operasi
● Operasi kecil : 1 jam / operasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran