Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“Metode Penugasan Asuhan Keperawatan”

Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan


Pada Perkuliahan Semester VI Program Studi Keperawatan Ambon
Jurusan Keperawatan

Disusun Oleh :
KELOMPOK IV

1. Anita Rumalean NIM.P07120118051


2. Siti Asia Soumena NIM.P07120118089
3. Annisa Rachmany Ishak NIM.P07120118052
4. Lilian Sin Siahaya NIM.P07120118070
5. Joanna j wemale NIM. P07120118066
6. Elma A Tuharea. NIM. P07120117067
7. Jordi Manuputty. NIM. P07120118067
8. Maribeth wajabula NIM.P07120118072

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PRODI KEPERAWATAN
AMBON
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Metode Penugasan Asuhan Keperawatan, tepat pada waktunya.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi penugasan dari
mata kuliah Manajemen Keperawatan, dan menambah pengetahuan kita akan
bagaimana akan kebutuhan tenaga perawat dalam suatu ruangan.
Tidak lupa kami menyampaikan banyak terima kasih terutama kepada dosen mata
kuliah Tri AyuYuniyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep yang senantiasa memimbing kami
dalam pembuatan makalah ini, juga kepada teman-teman dan pihak-pihak lain
yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki makalah kami, dan agar menjadi pelajaran dikemudian hari. Kami
berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat besar bagi pembaca
khususnya bidang kesehatan dan keperawatan.

Ambon, 8 Februari 2021

KELOMPOK IV
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN
A. Perhitungan Kebutuhan SDM Perawat........................................ 3
B. Metode Douglas........................................................................... 4
C. Metode Gillies.............................................................................. 5
D. Metoe Sistem Akuitas.................................................................. 8
E. Metode Swansburg....................................................................... 9
F. Metode Rasio............................................................................... 9

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................. 11
B. Saran............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga
kesehatan untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat
diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha
untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut
adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP)
yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat
memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk
hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan
selama 35 tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional,
keperawatan tim, keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen
kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model
yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan
prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas,
tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa
atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan
(Bron , 1987). Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yang
bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan
kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan pendidikan
berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya
yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat
dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta
meningkatkan ketrampilan dan motivasi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah apa
saja Metode Penugasan Asuhan Keperawatan?
C. Tujuan
Memahami apa saja Metode Penugasan Asuhan Keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Penugasan Asuhan Keperawatan


Penerapan model asuhan keperawatan profesional merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam manajemen
asuhan/pelayanan keperawatan. Penerapan model asuhan harus sesuai dengan
situasi dan kondisi pelayanan keperawatan yang ada, karena hal ini akan
mendorong perawat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
secara optimal, dapat memfasilitasi interaksi antara perawat dengan pasien
lebih baik, serta dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dari pasien
sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan maupun perawat sebagai
pemberi pelayanan keperawatan.
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) perlu dipelajari bagi
setiap perawat, karena merupakan bentuk layanan keperawatan professional
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Pengetahuan dan
pemahaman Anda tentang MPKP adalah penting karena menumbuhkan nilai-
nilai profesional di dalamnya dan memungkinkan Anda untuk memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada pasien dan keluarga serta memberikan
pelayanan yangberkualitas.
B. MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
Sebelum Anda mendemostrasikan tentang pengelolaan/manajemen praktek
keperawatan profesional di tatanan laboratorium keperawatan, Anda perlu
mengingat kembali tentang beberapa model praktek untuk melandasi
pemikiran Anda untuk membantu memberikan masukan dalam pemilihan
model yang tepat.
1. Model Asuhan KeperawatanFungsional
Pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang
perawat dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang ada
di unit tersebut. Metode ini berkembang ketika perang dunia II, akibat
kurangnya perawat profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu
perawat. Mereka dilatih minimal cara merawat, diajarkan tugas yang
sederhana dan berulang seperti menyuntik, ukur tekanan darah,
mengukur suhu, merawat luka dan sebagainya. Awalnya hal tersebut
bersifat sementara, karena keterbatasan tenaga perawat yang ada, namun
dalam kenyataannya hal tersebut tetap bertahan sampai saat ini,
khususnya diIndonesia.
Contoh: Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital serta penyuapi pasien dan Perawat C
bertugas untuk merawat luka dan sebagainya.

a. Kelebihan :

1) Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu


singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

3) Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja

4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai


kerja.

5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang


berpengalaman untuk tugas sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

b. Kelemahan :

1) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga


kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.
2) Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan.

3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan


dengan ketrampilan saja

4) Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.

5) Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat

6) Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk

Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional (Marquis & Huston, 1988)

2. Model Asuhan KeperawatanTim


pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat
dan sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat berijazah
dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua Tim bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya ketua tim
yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan
atau asuhan keperawatan klien.

Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat


berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat
menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya
untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model
fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan
keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang
perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
a. Kelebihan :

1) Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.

2) Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.

3) Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk
belajar.

4) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.

5) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang


berbeda-beda secara efektif.
6) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf
secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia
mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang
diberikan
7) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan

8) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama


bertugas

b. Kelemahan :

1) Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan


supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang
tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik
2) Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total
3) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat
tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
4) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
5) Akontabilitas dari tim menjadi kabur.

6) Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena


membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

Sistem pemberian asuhan keperawatan tim (Marquis & Huston, 1998)

3. Model Asuhan Keperawatan Primer


Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat profesional bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24
jam/hari. Metode ini dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung
jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, Implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga
pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer
yang dibantu oleh perawat asosiet. Keperawatan primer iniakan
menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dibawah
tanggung jawab perawat primer, dan perawat assosiet yang akan
melaksanakan rencana asuhan keperawatan dalam tindakan keperawatan.
Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi
tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat profesional
(Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai pengkajian, penentuan
diagnosa, membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi.
Dalam kegiatan implementasiperawat primer dibantu oleh perawat
assosiete. Jadi peran perawat associate adalah membantu saat
pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien
selama 24jam
a. Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :

1) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan


keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai
pemulangan
2) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan
keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan
lain, dan menyusun rencana perawatan.
3) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh
perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
4) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.

5) Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer

b. Kelebihan :

1) Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil


dan memungkinkan untuk pengembangan diri.
2) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
3) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan
perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan
sepanjang hospitalisasi.
4) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional dan administrasi
5) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan
keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh
perawat primer adalah memungkinkan pengembangan diri
melalui penerapan ilmu pengetahuan.
6) Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi
tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta
informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar
mengetahui keadaan kliennya.
7) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas
mereka.
8) Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi
dan supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung
kepada klien.
9) Pasien terlihat lebih menghargai.
10) Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi
kebutuhannya secara individu.
11) Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
12) Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan
perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.
13) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
14) Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
15) Metode ini mendukung pelayanan profesional.
16) Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi
c. Kelemahan :

1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional

2) Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri,


memiliki akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta
merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.
3) Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
4) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.

5) Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

Diagram system asuhan keperawatan primer (Marquis & Huston, 1998)

4. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan
dengan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000),
MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya
manusia yang ada, antara lain adalah:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan
keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga
perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang
berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat
melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat
dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang
ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan
konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada
area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan
hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah
perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer
pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk
10 perawat primer (1:10)

c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.

Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan


profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen
utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan. Pada model ini adalah kombinasi
metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.

d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula


Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP)
merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada
model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan,
metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan
keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Achir Yani, Model Praktek Keperawatan di Rumah Sakit, disampaikan pada


seminar keperawatan yang diselenggarakan DPD I PPNI, Jawa timur di
Surabaya, 11 Desember 1999.

Cobell, C. ( 1992) , The efficacy of primary Nursing as a Foundation


For Patient Advocacy Nursing Practic, hal : 2-5

Douglas, LM. (1984) , the Effevtive Nurse Leader and Menager, Second
edition, St. Louis, the CV Mosby.

Gillies, D. (1989) , Nursing Management company a Sistem Approach,


Philadelphia, W.B. Saunders. Huber,. D., (2000). Leadershi~ and
nursing care management Philadelpia: W.B. Saunders Company.
Kelompok Pekerja Keperawatan , Konsorsium
Ilmu Kesehatan (1995), Konsep
Model Praktek Keperawatan, tidak dipublikasikan.

Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia


perawat ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit
Marzoeki Mahdi Bogor. Makalah : tidak dipublikasikan

Manurung, I., (2001). Model Pemberian Asuhan Keperawatan Makalah. Bogor:


tidak dipublikasi

Marquis, BL & Huston, Cj (1998), Management Decision Making For Nurses,


124 Cases Studies, 3 Ed.
Philadelphia : JB Lippincott
Nursalam (2007), Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek
Keperawatan Proffesional. Jakarta : Salemba Medika

Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah


Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional


di rumah sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta :
tidak dipublikasikan

Russel C. Swanburg .(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC

Tappen, R.M., (l 995). Nursing Leadership and Management. Concepts and


Practice. (3 rd edition). Philadelpia:
F.A. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai