Anda di halaman 1dari 15

“JENIS METODE PENUGASAN DALAM RUANG PERAWAT : METODE

PRIMER, MEDULER PRIMER, SISTEM KLASIFIKASI PASIEN”


Mata Kuliah: Manajemen Keperawatan
Dosen Pembimbing : Ns.Ida Erni Sipahutar,S.Kep.,M.Kep

Oleh :
Anak Agung Gede Riski Aditya (01/P07120121041)
Dewa Ayu Cindy Ari Santi (03/P07120121044)
Gatalina Purnama Martha Ayu Lestari (06/P07120121047)
Gek Putu Fanny Wirayani (07/P07120121048)
Gusti Ayu Made Ria Saha Dewi (08/P07120121049)
I Made Galang Sunarjaya (13/P07120121054)
I Putu Bagus Angga Pramudya (14/P07120121055)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Jenis Metode
Penugasan Dalam Ruang Perawat: Metode Primer, Meduler Primer, Sistem Klasifikasi
Pasien” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada dosen mata kuliah Mana Manajemen Keperawatan yang telah
memberikan tugas sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan dalam bidang
studi yang ditekuni. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan pembimbing dan pihak yang telah berkontribusi sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini saya ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns.Ida Erni Sipahutar,S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan
penulis tugas, serta petunjuk kepada penulis. Sehingga penulis termotivasi untuk
menyelesaikan tugas.
2. Serta teman-teman kami yang senantiasa memberikan doa serta dukungan kepada
kami.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
referensi bagi seluruh pembaca.

Denpasar, 14 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4

1.1. Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................5

1.3. Tujuan........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6

2.1. Metode Primer...........................................................................................................6

2.2. Metode Penugasan Modular.....................................................................................9

2.3. Metode Klasifikasi Pasien.......................................................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................................14

3.1. Simpulan...................................................................................................................14

3.2. Saran.........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan
untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayan
ankesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang
berkualitasdan profesional tersebut adalah pengembangan Model Praktik Keperawatan
Profesional(MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhankeperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain
dalammelaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami
tugas dantanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah
sakit.Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan
prasaranayang memadai. Banyak metode praktik keperawatan yang telah dikembangkan
selama 35 tahunterakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim,
keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan
mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian
antaraketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Kategori pasien
didasarkanatas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien, Usia, Diagnosa
ataumasalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan. Pelayanan
yang profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu
asuhankeperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan
dan pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingny
ayaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat
dilaksanakansecara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan
ketrampilan danmotivasi kerja. Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam,
yaitu : modelkasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen
perawatan, danmodel perawatan berfokus pada pasien. Berdasarkan latar belakang di
atas, maka menjadi penting untuk menyusun makalahtentang konsep model praktik

4
keperawatan profesional untuk mengetahui lebih dalamtugas perawat dalam memberi
asuhan keperawatan. Sehingga memberi kepuasan bagi pasien.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana metode primer pada ruang perawat?
2. Bagaimana meduler primer dalam ruang perawat?
3. Bagaimana klasifikasi pasien ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui metode primer pada ruang perawat.
2. Mengetahui meduler primer dalam ruang perawat.
3. Mengetahui bagaimana klasifikasi pasien.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Metode Primer


Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa
konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24
jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaluasi satu atau beberapa klien dan
sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja,
perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika
perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada
perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh
perawat primer.
Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer
tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer
mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak
dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan
kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut,
maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang
memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan
direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode keperawatan
primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di
antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun

6
perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain
diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien.
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena
memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan asertif,
self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik. akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu.
Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah
seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang
keperawatan.
1. Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah:
 Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan.
 Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun
rencana perawatan.
 Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer
kepada perawat sekunder selama shift lain.
 Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
 Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer.
2. Kelebihan:
 Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
 Memberikan peningkatan otonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan
motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer
dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
 Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administrasi
 Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan
secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah
memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.

7
 Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat
diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
 Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
 Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi
dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
 Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhi kebutuhannya secara individu.
 Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
 Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang
mengetahui semua tentang kliennya
 Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
 Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
 Metode ini mendukung pelayanan profesional.
 Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan
tetapi harus berkualitas tinggi
3. Kelemahan :
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
 Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan
keperawatan untuk klien.
 Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
 Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
 Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
4. Ketenagaan metode primer
 Setiap perawat primer adalah perawat "bedside"
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten.
5. Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer

8
 Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
 Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
 Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
 Orientasi dan merencanakan karyawan baru
 Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
6. Tanggung jawab perawat primer :
 Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
 Membuat tujuan dan rencana keperawatan
 Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
 Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
 Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
 Menyipakan penyuluhan untuk pulang
 Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial
dimasyarakat
 Membuat jadual pertemuan klinis
 Mengadakan kunjungan rumah

2.2. Metode Penugasan Modular


Metode ini adalah suatu variasi dan metode keperawatan primer. Metode
keperwatan primer memiliki kesamaan baik dengan metode keperawatan ti maupun
metode keperawatan primer (Gillies, 1994). Pengembangan medular ini digunakan
dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga professional dan non professional.
Metode modular ini mirim dengan model keperawatan tim, karena tenaga professional
dan non professional bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
beberapa pasien dengan arahan kepemimpinan perawat professional.
Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan tim-
primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui
penugasan medular. Yang dimana system ini dipimpin oleh perawat register (Ners)
dan anggota memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan pimpiman
modulnya. Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12
pasien. Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistic
terhadap setiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah
sakit sampai pulang. Keuntungan dari metode medular mutu pelayanan keperawatan
9
meningkat karena pasien mendapat pelayanan keperawatan secara komprehensif
sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien. Tidak banyak tenaga perawat register
(Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini
dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab paling besar tetap ada pada
perawat professional. Perawat professional memiliki kewajiban untuk membimbing
dan melatih non professional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim dalam
keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tangguang jawab dapat digantikan
oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai ketua tim. Metode perawat
kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas
dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam bekerja sama, dan berperan
sebagai fasilitator, pembimbing secara motifator
 Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Perawat Dalam Metode Medular

1. Memfasilitasi pelaksanaan pemberin asuhan keperawatan pasien

2. Memberikan motifasi pada staf perawat

3. Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan

 Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim Medular

1. Memimpin, mendukung dan mengintrupsikan perawat non professional untuk


melaksanakan Tindakan keperawatan

2. Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi : mengkaji, merencanakan,


melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan

3. Memberikan bimbingan dan instruksi kepada perawat partner kerjanya

 Tugas dan Tangguang Jawab Anggota Tim :

1. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ketua tim

2.3. Metode Klasifikasi Pasien


 Metode klasifikasi pasien ini adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah
dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem klasifikasi,
pasien dikelompokan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberi perawatan
dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.

10
 Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk
mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memneuhi perawatan yang
dibutuhkan pasien (Gillies,1994)
Menurut Swanburg (1999) ada beberapa cara klasifikasi pasien yaiu :
1) Self Care : Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak keperawatan
dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri.
Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1.5 jam/24 jam.
2) Minimal Care : Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan
pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur posisi.
Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/ 24 jam.
3) Intermediate Care : Klien biasnaya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-
rata efektif 5,5 jam/24 jam
4) Mothfied Intensive Care : Klien membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata
efektif 7,5 jam/24 jam
5) Intensive Care : Klien membutuhkan waktu 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif
12 jam/24 jam
Menurut Donglas (1984) yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga
kategori yaitu :
1) Perawatan minimal : perawatan ini memerlukan 1-2 jam/ 24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sedniri kebersihan diri, mandi, dan
ganti pakaian. Meskipun demikian klien perlu diawasi ketika melakukan ambulansi
atau gerakan. Ciri-ciri lain pada klien dengan kalsifikasi ini adalah observasi tanda
vital dilakukan setiap shift, pengobatan minimal, status psikologis stabil, dan
persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
2) Perawatan Intermediate : perawatan ini memerlukan 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien
pada klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan
diri, makan dan minum. Ambulasi serta perlunya observasi tand avital setiap 4 jam.
Disamping itu klien dalam klasifikasi ini memerlukan pengobatan lebih dan sekali.
Katetter Foleyn dan klien dengan pemasangan infus serta persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3) Perawatan maksimal atau total : perawatan ini memerlukan waktu 5-6 jsm/24 jam.
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien harus dibantu tentang segala
sesuatunya. Posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan

11
selang NGT (Naso Gastrik Tube), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat
penghisap (suction), dan kadang klien dalam kondisi gelisah/disorientasi.
 Faktor Pendukung Klasifikasi Pasien :
1) Penjadwalan
Metode penjadwalan siklis merupakan salah satu metode penjadwalan yang dapat
digunakan untuk penjadwalan perawat. Dalam metode ini setiap perawat akan bekerja
selama periode waktu tertentu dan akan berulang secara periodik.
2) Catatan personal
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali,
maka dari itu perlu adanaya laporan bertahapp.
3) Pengembangan Anggran : Dalam tahun anggaran hanya dapat terealisasi sekitar 16%
dari anggaran yang diusulkan, pendidikan perawat dengan latar belakang SPK 31%.
Perawat yang mempunyai pendidikan profesi datu orang, oleh sebab itu Rumah Sakit
belum mempunyai perencanaan untuk pelatihan bagi tenaga perawat yang
berkesinambungan dan proaktif.
4) Alokasi sumber dan pengendalian biaya :
 RS tetap fokus pada bisnis inti pelayanan kesehatan.
 Mengatur alokasi sumber daya dibidang keperawatan secara epektif dan efisien.
 mengumpulkan data untuk mengidentifikasi kegiatan layanan pasien yang sedang
berjalan.
 Merekomendasikan strategi untuk meningkatka untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya
5) Analisa Kelompok Diagnosa yang berhubungan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga
dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan
pendidikkan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi
mencegah dan merubah status kesehatan klien.
6) Pengendalian Mutu
Salah satu cara untuk pengembangan dan pengendalian mutu keperawatan adalah dengan
cara mengembangkan lahan praktek keperawatan disertai dengan adanya pembinaan
masyarakat profesional keperawatan untuk melaksanakan pengalaman belajar dilapangan
dengan benar bagi peserta didik.

12
7) Catatan Pengembangan Staff
Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang
lebih tepat guna. Sehingga RS akan mempunyai tenaga yang cukup tampil untuk
pengembangan pelayanan perawatan dimasa depan.
8) Model dan Simulasi Untuk Pengembalian Keputusan
DSS : Decission Support System “ Problem yang kompleks dapat diselesaikan “DSS
selain dapat dapat digunakan untuk membantu user mengambil keputusan dari data yang
bersifat kuantitatif, dan dapat juga digunakan untuk membantu proses pengambilan
keputusan yang bersipat kualitatif. DSS Dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kemudahan dan rintangan yang didapatkan ketika mengintegrasi perawat magang ke unit
gawat darurat.
9) Rencana Strategi
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau
mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini
dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana
dokumentasi ( Iyer, Taptich & Bernocchi-Losey, 1996). Secara tradisional, rencana
keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelasaiakan
masalah,tujuan dan intervensi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana
keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada klien.
Setiap klien yang memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik.
Misalnya, semua klien pasca operasi memerlukan suatu pengamatan tentang pengelolaan
cairan dan nyeri. Sehingga semua tindakan keperawatan harus distandarisasi. Dari
Depkes R.I (1995).
10) Rencana Permintaan Jangka Pendek dan Rencana Kerja
Agar tenaga kerja kesehatan terus diupdate dengan teknologi terkini dan untuk
memastikan mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, tenaga kerja kesehatan
membutuhkan pelatihan jangka pendek yang diselenggarakan secara reguler.
11) Evolusi Program
Evolusi perkembangan sistem pelayanan kesehatan telah mengubah peran dan tanggung
jawab perawat secara signifikan. Dalam perkembangan lebih lanjut, perawat dituntut
untuk bertanggungjawab memberikan praktik yang aman dan epektif serta bekerja dalam
lingkungan yang memiliki standar klinik yang tinggi. ( Mahlmeister, 1999 )

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model
fungsional, model tim, model primer, dan model modular. Masing-masing model juga
memiliki kelebihan maaupun kekurangannya sehingga pemberian asuhan keperawatan
dapat dilakukan dalam berbagai macam metode.Model pemberian asuhan keperawatan
ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Metode kasus
adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang
didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan
konstan untuk periode tertentu.Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan
keperawatan adalah untuk memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
objektif pasien.Metode keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan metode
keperawatan tim maupun metode keperawatan primer. Asuhan keperawatan yang dapat
dilakukan pada klien artritis mulai dari pengkajian misalnya biodata, riwayat kesehatan,
pengkajian pengkajian
sekunder,pemeriksaan penunjang, dan analisa data. Setelah itu ditentukan diagnosa keper
awatan dan dilanjut dengan intervensi keperawatan.
3.2. Saran
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar
dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang berhubungan

14
dengan model praktik keperawatan profesional supaya mempermudah
mahasiswa perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien.
 

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik keperawatan Profesional.


Jakarta: Salemba Medika
Simamora, Raymond. 2012. Buku Aljabar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.
Lillahi, Fatrilillahi. 2021. “Metode Penugsan Dalam Pelayanan Keperawatan”. Diakses pada
13 Februari 2023 dari :
https://www.academia.edu/34885888/METODE_PENUGASAN_DALAM_PELAYA
NAN_KEPERAWATAN

15

Anda mungkin juga menyukai