Anda di halaman 1dari 21

Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Dosen Pengampu : Agustine Ramie, S.Kep., Ns, M.Kep.

Mata Kuliah : Konsep Dasar Keperawatan

Disusun oleh :

Kelompok 8

Nama NIM

Denty Puji Septia Parman P07120116048

Herliana P07120115054

Mareta Ernani Widiyastuti P07120116061

Rifda Hidayah P07120116078

Siti rizki P07120116081

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN

BANJARBARU

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan berkat dan karunia-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah “Metode Pemberian Asuhan Kepeawatan” ini dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku
panduan, serta infomasi dari media masa yang berhubungan dengan metode pemberian
asuhan keperawatan.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai metode pemberian asuhan
keperawatan, khususnya bagi penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Kritik dan saran dari pembaca tentunya sangat kami harapkan
demi perbaikan dan kesempurnaan penulisan makalah kedepannya. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Banjarbaru, 06 November 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu
profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan
kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien
dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Kondisi kesehatan di Indonesia sekarang memang sangat memprihatinkan dan
sesungguhnnya merupakan tantangan yang sangat besar sekaligus kesempatan bagi para
perawat Indonesia untuk menampilkan eksistensinya sebagai profesi kesehatan yang
senantiasa memberikan pelayanan sesuai dengan peran dalam pemberi asuhan
perawatan.Sebagai pemberi perawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan yang lebih dari sekedar sembuh dari penyakit
tertentu namun berfokus pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya
mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial.
Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relative belum professional. Hal
ini bisa di lihat dengan adanya kemampuan professional terbatas, pengaturan tugas yang
kurang efektif, dan fasilitas maupun alat. Yang kurang memadai. Kondisi seperti ini akibat
relatife masih kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan maupun adanya krisis moral para
pelaku pelayan kesehatan akibat krisis di berbagai bidang yang berkepanjangan (suara
merdeka 14 november 2002). Di sisi lain, era globalisasi dengan berbagai konsekuensinya
seperti tuntutan pelayan rumah sakit yang semakin kompetitif menuntut petugas kesehatan
untuk bertindak professional. Situasi ini menuntut para pembaharu di bidang keperawatan
untuk mengembangkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan untuk dapat
diimplementasikan dalam pengorganisasian ruang keperawatan sehingga dapat menjamin dan
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian asuhan keperawatan
2.      Apa saja metode pemberian asuhan keperawatan
C.    Tujuan
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1.      Tujuan Umum
Mengerti metode pemberian asuhan keperawatan serta prinsip-prinsip dari metode yang ada.
2.      Tujuan Khusus
a.           Mampu menganalisa suatu lingkungan keperawatan.
b.          Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di suatu ruangan keperawatan.
c.           Memilih salah satu metode pemberian asuhan keperawatan di suatu ruangan.
d.          Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan salah satu dari metode yang ada.
D.    Manfaat
Mahasiswa mampu mengaplikasikan metode pemberian asuhan keperawatan yang ada di
suatu ruangan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Model praktek keperawatan profesional merupakan suatu sistem, baik menyangkut struktur,
proses dan nilai-nilai professional, yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan
keperawatan. Dalam rangka mendayagunakan tenaga keperawatan yang tersedia di rumah
sakit, ada beberapa metode yang dapat di implementasikan dengan metode penugasan dalam
bentuk metode pemberian asuhan keperawatan. Ada lima metode pemberian asuhan
keperawatan yang dikenal, antara lain metode fungsional, tim, keperawatan primer, modular,
dan menejemen kasus keperawatan.
A.    Macam metode penugasan
1.      Metode Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur
keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada
semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan
yang berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap
anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada
semua pasien dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian
obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur
pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain
memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk
perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior menyibukan
diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan keperawatan.
Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan
berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling
murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan,
selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang
dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua
yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua. Kelebihan :
- Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
- Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk
tugas sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang melakukan
praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
- Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam penerapan
proses keperawatan.
- Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja
- Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
- Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
- Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk
2.      Metode Tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan tim yang
terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah
dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse).
Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua
group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group
bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien
serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan
selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan
keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat
berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan
perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang
timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama
memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan
seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja bersama
untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien dibuat untuk tim
yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan
asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi.
Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam
mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi
setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan
kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam
pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi
ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai
ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang
ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji
anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,
mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting
yang harus diperhatikan:
- Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi
- anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
- Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif dalam
berinteraksi dengan anggota tim.
- Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok pasien.
- Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi meliputi:
penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim,
pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara
anggota tim.
Kelebihan :
- Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
- Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
- Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
- Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
- Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara efektif.
- Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap
moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim
perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan
- Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan
- Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
Kelemahan :
- Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan
harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat
klinik
- Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
- Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan, sehingga
komunikasi antar angota tim terganggu.
- Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf, berlindung
kepada anggota tim yang mampu.
- Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
- Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan tenaga yang
mempunyai keterampilan tinggi.
Tanggung jawab Kepala Ruang
- Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
- Mengorganisir pembagian tim dan pasien
- Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.
- Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
- Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim dalam
pemberian asuhan keperawatan.
- Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
- Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
- Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,
- Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak
lanjutinya,
- Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
- Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
Tanggung jawab ketua tim :
- Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan,
- Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan oleh
kepala ruangan.
- Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-
sama anggota timnya,
- Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
- Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui
konferens.
- Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta
mendokumentasikannya.
- Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan,
- Menyelenggarakan konferensi
- Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan,
- Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya,
- Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
Tanggung jawab anggota tim
- Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
- Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan berdasarkan
respon klien.
- Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan
- Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
- Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
- Memberikan laporan
3.      Metode Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa konsep dan
perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap
perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah
sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan
perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak sedang bertugas,
perawatan diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana
keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada model ini, klien, keluarga,
stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan
tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien.
Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja
sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik,
mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan
tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang memberikan
perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan direncanakan dan
ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode keperawatan primer mendorong praktek
kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun
komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan
lain. Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain
diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena memerlukan
beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan asertif, self direction
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta
mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada
umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang perawat spesialis
klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang keperawatan. Karakteristik
modalitas keperawatan primer adalah :
- Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien selama 24
jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
- Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan
pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan.
- Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer kepada
perawat sekunder selama shift lain.
- Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
- Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer
Kelebihan :
- Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan untuk
pengembangan diri.
- Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan motivasi,
tanggung jawab dan tanggung gugat
- Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer dalam
memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
- Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer operasional dan
administrasi
- Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan secara
holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah memungkinkan
pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.
- Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi klien
selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang
benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
- Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
- Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan lebih
banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
- Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi
kebutuhannya secara individu.
- Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
- Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang mengetahui
semua tentang kliennya.
- Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
- Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
- Metode ini mendukung pelayanan profesional.
- Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan tetapi harus
berkualitas tinggi
Kelemahan :
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
- Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas dan
kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.
- Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
- Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
Ketenagaan metode primer
- Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
- Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
- Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
- Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non professional sebagai
perawat asisten
Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer
- Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
- Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
- Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
- Orientasi dan merencanakan karyawan baru
- Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
Tanggung jawab perawat primer :
- Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
- Membuat tujuan dan rencana keperawatan
- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
- Menyipakan penyuluhan untuk pulang
- Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial dimasyarakat
- Membuat jadual perjanjian klinis
- Mengadakan kunjungan rumah
4.      Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu
yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan
konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan
khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas.
Kelebihan :
- Perawat lebih memahami kasus per kasus
- Sistem evaluasi da
Kekurangan:
- Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
5.      Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan modifikasi antara
tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai
dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah:
a.       Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat
III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan
klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset
serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
b.      Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada
ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik
untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang
asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan
riset dan memanfaatkan hasil- hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah
perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.
Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer
(1:10)
c.       Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan
untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
d.      Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal untuk
menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat
pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem model MAKP ii diasarkan
pada beberapa alasan, yaitu :
a.       Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai
latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara
b.      Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab asuhan keperawatan
pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c.       Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akountabilitasnya terdapat pada primer.
Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar adalah lulusan
SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang asuhan
keperawatan. Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan diaplikasikan
dalam bentuk aktifitas pelayanan profesional yang dipaparkan dalam 4 pilar sebagai berikut :
a.       Pendekatan Manajemen (Management Approach )
b.      Penghargaan karir ( compensatory rewards )
c.       Hubungan Profesional ( professional relationship)
d.      Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP yang dapat
dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.

Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan di Indonesia

2.2 Perkembangan Pendidikan Keperawatan Secara Konseptual


Pemahaman keperawatan sebagai vokasional atau tenaga terampil menjadi keperawatan
sebagai profesi dan dari pelayanan keperawatan bagian dari pelayanan medis bergeser
menjadi praktek keperawatan professional mandiri serta perkembangan pendidikan
keperawatan dari dasar menengah menjadi perkembangan pendidikan tinggi keperawatan,
perubahan pemahaman keperawatan sebagai profesi didasarkan atas ciri profesi keperawatan
yaitu :
1.    Mempunyai tubuh pengetahuan yang berbatas tegas ilmu keperawatan yang terdapat dalam
tubuh pengetahuan.
2.    Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi.
3.    Memberi pelayanan kepada masyarakat.
4.    Memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian.
5.    Pemberlakuan kode etik keperawatan.
6.    Bersifat altruistik (mengutamakan kepentingan masyarakat dari kepentingan pribadi atau
golongan).

2.3 Perkembangan Kurikulum Keperawatan


Kurikulum pendidikan keperawatan saat ini sedang mengalami proses perkembangan,
program pendidikan keperawatan sudah mulai ditingkatkan, adanya pembinaan program
pendidikan keperawatan dan masuknya program pendidikan tinggi keperawatan pada komisi
disiplin illmu kesehatan (CHS), adanya penyusunan kurikulum nasional yang telah disyahkan
oleh Dirjen Dikti melalui keputusan nomor 239/U/1999 tanggal 4 oktober tentang berlakunya
kurikulum nasional tahun 1999 bagi institusi penyelenggaran pendidikan DIII keperawatan.
Dalam perjalanannya kedudukan dan peran pendidikan tinggi keperawatan sangat
berperan dalam pengembangan pendidikan tinggi.Untuk mencapai kedudukan peran
sebagaimana mestinya pendidkan keperawatan diarahkan pada pendidikan, pembangunan
bangsa, pembangunan sistem pendidikan tinggi diindonesia dan profesionalisasi keperawatan
di Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan yang ada kurikulum pendidikan keperawatan di Indonesia
harus dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan serta menerapkan
kedalam inovasi pendidikan keperawatan. Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu
kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem  Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan
keperawatan di Indonesia mencakup:
1.    Pendidikan Vokasional;
Yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu
terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

2.    Pendidikan Akademik


Yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada
penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

3.    Pendidikan Profesi


Yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus dengan, sedangkan jenjang
pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis
dan doktor.

Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan berbagai


dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983 saat deklarasi dan
kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia yang dikawal oleh PPNI dan diikuti oleh
seluruh komponen keperawatan indonesia, serta dukungan penuh dari pemerintah
kemendiknas dan kemenkes saat itu, serta difasilitasi oleh Konsorsium Pendidikan Ilmu
kesehatan saat itu, sepakat bahwa pendidikan keperawatan Indonesia adalah pendidikan
profesi dan oleh karena itu harus berada pada pendidikan jenjang Tinggi, dan sejak itu
pulalah mulai dikaji dan dirangcang suatu bentuk pendidikan keperawatan Indonesia yang
pertama yaitu di Universitas Indonesia yang program pertamannya dibuka tahun 1985.
Sejak 2008 PPNI, AIPNI serta bekerjasama dengan Kemendiknas melalui project Health
Profession Educational Quality (HPEQ), memperbaharui dan menyusun kembali Standar
Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia,
Standar Pendidikan Ners, standar akreditasi pendidikan ners Indonesia, dan semua standar
tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan sat ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara yang
berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia. Standar-
standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan keilmuan keperawatan,
perkembangan dunia kerja yang selalu berubah.

2.4  Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan di Indonesia


Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan dimasa
datang, serta memperhatikan tuntutan pembangunan keperawatan sebagai suatu profesi yang
mandiri, system pendidikan keperawatan (dengan pengertian dalam tatanan system
pendidikan tinggi), dikembangkan dengan berbagai jenis dalam berbagi jenjang pendidikan.
a.       Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pada jenjang pendidikan, Diploma III bersifat pendidikan profesi, menghasilkan Ahli
Madya keperawatan (A.Md. Kep.) sebagai perawat professional pemula. Pendidikan
keperawatan pada jenjang diploma dikembangkan terutama untuk menghasilkan lulusan /
perawat yang memiliki sikap dan menguasai kemampuan keperawatan umum dan dasar.
Pendidikan pada tahap ini lebih menekankan penguasaan sikap dan keterampilan dalam
bidang keprofesian dengan landasan pengetahuan yang memadai.

b.      Program Pendidikan Sarjana Keperawatan


Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya mendapat
sebutan Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)Pendidikan pada tahap ini bersifat pendidikan
akademik professional (pendidikan keprofesian), menekankan pada penguasaan landasan
keilmuan, yaitu ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu penunjang, penumbuhan serta pembinaan
sikap dan keterampilan professional dalam keperawatan. Pada jenjang pendidikan ini,
orientasi pendidikan adalah ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang bermakna
bahwa arah pengembangan dan pembinaan adalah ilmu pengetahuan dan teknologi serta
masyarakat. Kurikulum pendidikan dibangun dalam kerangka konsep yang kokoh. Berbagai
bentuk pengalaman belajar dilaksanakan dan dikembangkan di dalam tatanan yang relevan,
khususnya pengalaman belajar praktik (PBP), pengalaman belajar klinik (PBK) dan
pengalaman belajar lapangan (PBL).

c.       Program Pendidikan Magister Keperawatan


Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar (M.Kep),
dalam menghadapi tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan
kebutuhan dan permintaan masyarakat yang diperkirakan akan terus meningkat, pendidikan
pascasarjana dalam bidang keperawatan juga dikembangkan. Hal ini diperlukan agar
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan melalui berbagai
bentuk penelitian dapat dilaksanakan, dan selanjutnya dimanfaatkan dalam upaya
meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Program Pendidikan Magister Keperawatan yang
ada saat ini adalah Program Magister Manajemen Keperawatan.

d.      Program Pendidikan Spesialis Bidang Keperawatan


Dalam memenuhi atau menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
kesehatan di masa depan, bertolak pada pandangan bahwa setiap saat dan tahap
pengembangan perlu diupayakan untuk meningkatkan relevansi dan mutu asuhan
keperawatan kepada masyarakat, maka dikembangkan pendidikan keperawatan pada jenjang
spesialis. Pendidikan jenjang ini lebih merupakan pendidikan yang memperdalam
pengetahuan dan keterampilan keprofesian. Sifat memperdalam ilmu pengetahuan
keperawatan, walaupun lebih mengutamakan ilmu keperawatan klinik, namun tidak dapat
dipisahkan sepenuhnya dengan perkembangan kelompok-kelmpok ilmu dasar dan penunjang,
termasuk ilmu dasar keperawatan. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:
      Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)
      Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)
      Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)
      Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)
      Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)
      Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)

Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai berikut:
      Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5
      Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7
      Magister keperawatan - Level KKNI 8
      Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8
      Doktor keperawatan - Level KKNI 9

2.5 Landasan Pengembangan Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan


Pengembangan dan pembinaan sistem pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia
dilaksanakan dengan berbagai faktor penentu, yaitu faktor yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Diperkirakan bahwa
dimasa depan tuntutan serta kebutuhan masyarakat (community need and demand)  dan
pembangunan kesehatan berbagai keluaran sistem pendidikan tinggi keperawatan akan terus
meningkat.
Langkah pembangunan system pelayanan keperawatan profesional dimasa depan sangat
bergantung pada tersedianya tenaga keperawatan professional yang pada dasarnya merupakan
penggerak, pengarah dan pelaksana pelayanan / asuhan keperawatan. Faktor penentu kedua
yang harus diperhatikan adalah perkembangan global keperawatan professional. Sistem
pendidikan tinggi keperawatan Indonesia dikembangkan dengan selalu memperhatikan
kaidah-kaidah keperawatan sebagai profesi, serta memperhatikan arah dan sifat
pengembangan keperawatan global. Dengan demikian pertanggung jawaban professional
(professional responsibility) dapat terus dipertahankan sehingga tidak terombang ambing
oleh pandangan perorangan dan pendangan yang hanya didasarkan  pada kepentingan sesaat.
Faktor lain yang juga diperhatikan dan menjadi salah satu faktor penentu pengembangan
dan pembinaan system pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia, adalah kemampuan
system secara keseluruhan memanfaatkan hasil atau keluaran dari system pendidikan tinggi
keperawatan. Faktor terakhir yang perlu diperhatikan (dengan memperhatikan faktor-faktor
lain yang teridentifikasi), adalah kemampuan pengadaan dan pengembangan berbagai sumber
daya pendidikan yang diperlukan untuk pelaksanan tiga fungsi pokok perguruan tinggi oleh
system pendidikan tinggi keperawatan Indonesia. Diantara sumber daya ini yang perlu
mendapat perhatian khusus adalah staf akademik (educational staff),  beberapa bentuk
pengalaman belajar yang sangat menentukan (learning experiences), fasilitas laboratorium
pendidikan, perpustakaan, dan rumah sakit pendidikan keperawatan (teaching hospital).
Sistem pendidikan tinggi keperawatan yang merupakan bagian dari system pendidikan
bidang kesehatan, dikembangkan secara menyeluruh dengan berlandaskan pendangan filosofi
tentang keperawatan yang diyakini, orientasi pendidikan kearah yang benar yaitu masyarakat
serta ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, serta berpegang pada kerangka konsep
pendidikan yang diyakini sebagai landasan penyusunan program pendidikan. Pandangan
filosofi tentang keperawatan yang lazim dikenal sebagai paradigma keperawatan, merupakan
pandangan yang harus dipersepsikan sebagai sesuatu yang dinamis.
Orientasi pendidikan pada program pendidikan tinggi keperawatan, memberi arah pada
pengembangan dan pembinaan, yaitu masyarakat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan. Arah pengembangan dan pembinaan bermakna menentukan bagaimana system
pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan dengan secara berkelanjutan mengikuti dan
menerapkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, dan menentukan
relevansi keluaran, yaitu relevansi lulusan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat,
khususnya system pemberian pelayanan / asuhan keperawatan kepada masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan :
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di suatu ruangan sakit, dapat digunakan
beberapa metode pemberian asuhan keperawatan.diantaraya Metode Fungsional, Metode
TIM, Metode Primer,Metode Kasus dan Metode Modifikasi.
Pada metode fungsional,perawat lebih banyak melakukan satu jenis pekerjaan yang dilakukan
di ruangan sakit,atau dengan kata lain perawat sudah mendapat tugasnya masing-
masing,artinya setiap perawat tidak mengerjakan semua intervensi pada seorang pasien sakit.
Pada metode tim, klien dan perawat membuat suatu kelompok yang diketuai/dipimpin oleh
seorang perawat yang mempunyai lisensi dan ahli dalam bidangnya,selain itu ketua tim
mempunyai tanggung jawab yang paling tinggi didalam kelompok.ketua tim bertugas
memberi pengarahan, menerima laporan kemajuan, serta membantu anggota tim yang
kesulitan mengerjakan tugas. Selain itu ketua tim juga yang melaporkan kepada kepala
ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien
Pada metode primer, seorang pasien akan diberikan perawatan,pelayanan dan asuhan
keperawatan secara total oleh seorang perawat primer selama 24 jam.dengan kata lain,
seorang pasien akan diberikan asuhan keperawatan oleh 1 perawat yang khusus ditugaskan
untuk 1 pasien di ruangan sakit,
Pada metode kasus seorang perawat akan memberikan perawatan konstan dalam jangka
waktu tertentu .
Pada metode modifikasi, metode primer dan metode tim akan digunakan secara bersamaan.
B.     Saran
Makalah ini masih belum cukup sempurna dan masih ada banyak kesalahan sehingga penulis
mohon kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah penulis
yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesian-publichealth.com/2013/01/keperawatan-profesional.html

http://yayannerz.blogspot.com/2012/02/metode-pemberian-asuhan-keperawatan.html

http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/peran-pemberian-asuhan-keperawatan.html

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/03/model-praktek-keperawatan-
profesional_07.html

http://hazlynpotc.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-menggunakan-metode.html

http://kutukuliah.blogspot.com/2013/08/pengertian-rumusan-masalah.html

http://aanborneo.blogspot.com/2013/04/makalah-mpkp-model-praktik-keperawatan.html

http://askep-net.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan.html

http://www.jaringankomputer.org/standar-praktek-keperawatan-asuhankeperawatan/

http://hilmansyariflubis.blogspot.com/2013/03/sistem-model-asuhan-keperawatan.html

http://rozaliaapriani-amond.blogspot.com/2012/02/model-asuhan-keperawatan-
profesional.html

Anda mungkin juga menyukai