10
Ileus obstruksi adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal. Obstruksi usus dapat akut atau kronis, parsial atau total (komplit), keperahannya
tergantung pada usus yang terkena, derajat dimana lumen tersumbat dan khususnya derajar
dimana sirkulasi darah dalam dinding usus terganggu.
Ileus obstruktif adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus, dan
makanan, dapat secara mekanis atau fungsional. Ileus obstruktif adalah kerusakan parsial atau
komplit ke arah depan dari isi usus. Obstruksi pada ileus sering terjadi karena mempunyai
segmen yang paling sempit. Ileus obstruksi adalah keadaan dimana usus terjadi sumbatan
mencegah aliran normal dari susu melalui saluran usus yang dapat bersifat parsial atau
komplit. Abstrak Ileus obstruktif merupakan gangguan pasase usus oleh sebab adanya
sumbatan atau obstruksi dan sebab lain yang menyebabkan menyempitnya atau tersumbatnya
lumen usus.
WOC ILEUS
Diagnostik Test
1) Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam
usus.
2) Pemeriksaan simtologi
3) Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
4) Leukosit: normal atau sedikit meningkat
5) Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah
6) Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
7) Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus,
hernia).
8) Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif. (Doenges, Marilynn E, 2000)
3. Perencanaan Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adequat dan
ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya mual, muntah, demam
dan diaforesis.
Tujuan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, Mempertahankan hidrasi adekuat dengan bukti
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda-tanda vital
stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat.
Kriteria hasil:
1. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70 -120/80 mmHg)
2. Intake dan output cairan seimbang
3. Turgor kulit elastic
4. Mukosa lembab
5. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L, Cl: 94-111
mmol/L).
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan pasien.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
Tujuan :
Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
2. Berat badan stabil.
3. Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual1. Mempengaruhi pilihan intervensi.
yang mempengaruhi kemampuan
untuk mencerna makanan, mis:
status puasa, mual, ileus paralitik
setelah selang dilepas. 2. Menentukan kembalinya
2. Auskultasi bising usus; palpasi peristaltik ( biasanya dalam 2-4 hari
Intervensi Rasional
abdomen; catat pasase flatus. ).
3. Identifikasi kesukaan 3.
/ Meningkatkan kerjasama pasien
ketidaksukaan diet dari pasien. dengan aturan diet. Protein/vitamin
Anjurkan pilihan makanan tinggi C adalah kontributor utuma untuk
protein dan vitamin C. pemeliharaan jaringan dan
perbaikan. Malnutrisi adalah fator
dalam menurunkan pertahanan
terhadap infeksi.
4. Sindrom malabsorbsi dapat
terjadi setelah pembedahan usus
4. Observasi terhadap terjadinya halus, memerlukan evaluasi lanjut
diare; makanan bau busuk dan dan perubahan diet, mis: diet
berminyak. rendah serat.
5. Mencegah muntah. Menetralkan
atau menurunkan pembentukan
5. Kolaborasi dalam pemberian asam untuk mencegah erosi
obat-obatan sesuai indikasi: mukosa dan kemungkinan ulserasi.
Antimetik, mis: proklorperazin
(Compazine). Antasida dan
inhibitor histamin, mis: simetidin
(tagamet).
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas akibat
adanya distensi abdomen dapat
mempengaruhi peningkatan hasil
TTV.
Intervensi Rasional
d. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola eliminasi kembali normal.
Kriteria hasil:
Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi lembek, BU normal: 5-35 x/menit,
tidak ada distensi abdomen.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat frekuensi, warna1. Mengetahui ada atau tidaknya
Intervensi Rasional
dan konsistensi feces kelainan yang terjadi pada
eliminasi fekal.
2. Auskultasi bising usus 2. Mengetahui normal atau tidaknya
pergerakan usus.
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, P
1. Nyeri hebat yang dirasakan
tiap shif pasien akibat adanya distensi
abdomen dapat menyebabkan
peningkatan hasih TTV.
2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik
2. Mengetahui kekuatan nyeri yang
dan skala nyeri yang dirasakan dirasakan pasien dan menentukan
Intervensi Rasional
pesien sehubungan dengan adanya tindakan selanjutnya guna
distensi abdomen mengatasi nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman:
3. Posisi yang nyaman dapat
posisi semi fowler mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik
4. Relaksasi dapat mengurangi rasa
relaksasi tarik nafas dalam saat nyeri
merasa nyeri
5. Anjurkan pasien untuk
5. Mengurangi nyeri yang
menggunakan tehnik pengalihan dirasakan pasien.
saat merasa nyeri hebat.
6. Kolaborasi dengan medic untuk
terapi analgetik 6. Analgetik dapat mengurangi rasa
nyeri
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan sesuai diagnose keperawatan
1. Tidak ada atau nyeri abdomen berkurang
2. Menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan elektrolit
3. Membuat pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketetapan jumlah dan
konsistensi
4. Mendapat nutrisi yang optimal
5. Tidak adanya depresi pernafasan
6. Tidur/istirahat tidak ada gangguan
7. Tidak mengalami komplikasi dengan suhu batas normal
8. Menunjukkan rileks dan tidak cemas
9. Memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang proses penyakitnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus. Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.
Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan,
sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten,
dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas (70 % dari
gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air
dan natrium dari lumen usus ke darah.
DAFTAR PUSTAKA