Anda di halaman 1dari 10

Kata pengantar

          Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat serta karuniaNya yang tiada batas, sehingga kami sebagai penyusun dapat
menyelesaikan tugas ini.
Makalah ini kami susun dengan pemikiran seoptimal mungkin, tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, dikarenakan keterbatasan
pengetahuan kami. Meskipun demikian, kami berusaha menyelesaikan dengan sebaik-
baiknya.
Oleh karena itu, dengan senang hati kami menerima kritik serta saran anda untuk
menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Banjarbaru, Juni 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Parkinsonisme adalah sindrom klinis yang ditandai oleh tremor, gerakan lambat, dan
tonus meningkat. Hal ini bisa di jupai pada penyakit parkinson idiopatik atau karena
etiologilain, seperti obat anti-dopaminergik dan penyakin wilson. Penyakit ini menimbulkan
gejala sulit berjalan, tremor, sering jatuh, atau kemunduran umum.
Obat anti Parkinson adalah obat-obatan yang dapat mengurangi efek penyakit
Parkinson. Pengertian Penyakit parkinson atau penyakit gemetaran yang ditandai dengan
gejala tremor, kaku otot  atau kekakuan anggota gerak, gangguan gaya berjalan (setapak demi
setapak) bahkan dapat terjadi gangguan persepsi dan daya ingat merupakan penyakit yang
tejadi akibat proses degenerasi yang progresif dari sel-sel otak (substansia nigra) sehingga
menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmiter yaitu dopamin.
Obat anti Parkinson digunakan untuk penyakit Parkinson. Penyakit Parkinson
merupakan suatu sindrom dengan gejala utama berupa trias gangguan neuromuskular;
Tremor, Rigiditas, Akinesia (hipokinesia) disertai kelainan postur tubuh dan gaya berjalan.
Efek samping adalah suatu dampak atau pengaruh yang merugikan dan tidak
diinginkan, yang timbul sebagai hasil dari suatu pengobatan atau intervensi lain seperti
pembedahan. Suatu pengaruh atau dampak negatif disebut sebagai efek samping ketika hal
itu timbul sebagai efek sekunder dari efek terapi utamanya. Jika efek itu muncul sebagai hasil
dari dosis atau prosedur yang tidak tepat maka disebut sebagai kesalahan medis. Efek
samping terkadang mengacu kepada Iatrogenik karena hal itu ditimbulkan oleh
dokter/pengobatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit parkionson
2. Apakah yang dimaksud dengan obat antiparkinson
3. Apa sajakah macam-macam obat antiparkinson
4. Apa sajakah efek samping obat antiparkinson

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian penyakit parkinson
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian obat anti parkinson
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang macam-macam obat antiparkinson
4. Mahasiswa dapat mengetahui tentang efek samping obat antiparkinson
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Parkinson


Parkinsonisme adalah sindrom klinis yang ditandai oleh tremor, gerakan lambat, dan
tonus meningkat. Hal ini bisa di jupai pada penyakit parkinson idiopatik atau karena
etiologilain, seperti obat anti-dopaminergik dan penyakin wilson. Penyakit ini menimbulkan
gejala sulit berjalan, tremor, sering jatuh, atau kemunduran umum.
Penyakit parkinson merupakan gangguan pergerakan progresif lambat dengan penyebab yang
tidak diketahui yang terutama mengenai neuron pars kompakta substansia nigra yang
mengandung dopamin.
2.2 Pengertian Obat Antiparkinson
Obat anti Parkinson adalah obat-obatan yang dapat mengurangi efek penyakit
Parkinson. Pengertian Penyakit parkinson atau penyakit gemetaran yang ditandai dengan
gejala tremor, kaku otot  atau kekakuan anggota gerak, gangguan gaya berjalan (setapak demi
setapak) bahkan dapat terjadi gangguan persepsi dan daya ingat merupakan penyakit yang
tejadi akibat proses degenerasi yang progresif dari sel-sel otak (substansia nigra) sehingga
menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmiter yaitu dopamin.
Obat anti Parkinson digunakan untuk penyakit Parkinson. Penyakit Parkinson merupakan
suatu sindrom dengan gejala utama berupa trias gangguan neuromuskular; Tremor, Rigiditas,
Akinesia (hipokinesia) disertai kelainan postur tubuh dan gaya berjalan.
2.3 Macam-macam Obat Antiparkinson
1. Bromokriptin

Indikasi: 
parkinsonisme (bukan karena obat).
Peringatan: 
pemantauan untuk pembesaran kelenjar hipofise, ulkus peptikum, penggunaan pil kontrasepsi
(kadar prolaktin naik), kelainan psikiatri, penyakit kardiovaskular, sindroma Raynaud,
monitor untuk fibrosis retroperitoneal; gangguan hepar dan renal; porfiria.
Dosis: 
minggu pertama 1-1,25 mg malam hari. Minggu kedua 2-2,5 mg malam hari, minggu ketiga
2,5 mg 2 kali sehari, minggu keempat 2,5 mg 3 kali sehari, kemudian tingkatkan 2,5 mg
setiap 3-14 hari sesuai dengan respons sampai kisaran lazim 10-40 mg sehari; bersama
makanan.
2. Entakapon

Indikasi: 
sebagai tambahan pada levodopa dengan inhibitor dekarboksilase dopa pada penyakit
parkinson.
Peringatan: 
dosis levodopa perlu dikurangi hingga 10-30%.
Interaksi: 
menghambat katekol-0-metiltransferase, sehingga lebih banyak levodopa yang sampai ke
otak. Obat ini digunakan bersama dengan co-beneldopa atau co-kareldopa untuk pasien
Parkinson yang mengalami perburukan ’end-of-dose‘ dan tidak dapat distabilkan dengan
kombinasi ini. Karena adanya risiko hepatotosisitas, maka tolkapon sebaiknya digunakan di
bawah pengawasan dokter spesialis, dan digunakan jika penghambat katekol-0-
metiltransferase lainnya yang dikombinasikan dengan co-beneldopa atau co-kareldopa tidak
efektif.
Kontraindikasi: 
kehamilan (lampiran 4) dan menyusui (lampiran 5); gangguan fungsi hati; feokromositoma;
riwayat sindrom keganasan neuroleptik atau rabdomiolisis non trauma.
Dosis: 
200 mg dengan setip dosis levodopa dengan inhibitor dekarboksilase dopa, maksimal 2 gram
sehari.
3. Levodopa

Indikasi: 
parkinsonisme (tetapi bukan gejala ekstrapiramidal yang diinduksi obat)
Peringatan: 
penyakit paru, tukak peptik, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, osteomalasia,
glaukoma sudut terbuka, sensitif mengalami glaukoma sudut sempit, riwayat melanoma kulit
(risiko aktivasi), penyakit psikiatrik (hindari jika berat); peringatkan pasien mengenai rasa
kantuk yang berlebih (lihat keterangan di atas); pada penggunaan jangka panjang, disarankan
untuk memonitor kardiovaskular, ginjal, hematologi, hati dan kejiwaan; peringatkan pasien
untuk mengurangi aktivitas normal secara bertahap; hindari penghentian obat secara
mendadak.
Interaksi: 
diberikan bersama dengan suatu inhibitor dopa-dekarboksilase ekstraserebral yang akan
mencegah konversi perifer levodopa menjadi dopamin
Kontraindikasi: 
kehamilan; menyusui.
Dosis: 
Awal, 125-500 mg per hari dalam dosis terbagi setelah makan, ditingkatkan menurut respons
(jarang digunakan sebagai tunggal).
4. Levodopa Benserazid (CO-Beneldopa)
Indikasi: 
parkinsonisme (bukan karena obat).
Peringatan: 
penyakit paru, ulkus peptikum, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, glaukoma sudut
lebar, melanoma kulit, penyakit psikiatrik, hamil dan menyusui. Hindari pemutusan obat
mendadak.
Interaksi: 
parkinsonisme (tetapi bukan gejala ekstrapiramidal yang diinduksi obat)
Kontraindikasi: 
glaukoma sudut sempit, penyakit psikiatrik berat.
Dosis: 
Dosis awal 50-100 mg, 2 kali/hari, disesuaikan dengan respons. Dosis lazim: 400-800
mg/hari dalam dosis terbagi, sesudah makan.
5. Levodopa-Karbidopa (CO-Kareldopa)

Indikasi: 
gejala penyakit parkinson idiopatik (paralisis agitans), parkinsonism pasca ensefalitik,
parkinsonism simptomatik yang menyebabkan kerusakan sistem saraf oleh intoksikasi
karbonmonoksida dan mangan.
Peringatan: 
parkinsonisme (tetapi bukan gejala ekstrapiramidal yang diinduksi obat)
Kontraindikasi: 
kehamilan; menyusui.
Dosis: 
Dosis optimal perhari ditentukan dengan hati-hati untuk setiap pasien. Tablet 250 mg
levodopa/25 mg karbidopa khusus digunakan sebagai dosis pengobatan lanjutan untuk pasien
yang telah mendapatkan terapi levodopa lebih dari 1500 mg. Dosis yang dianjurkan 1 tablet,
3-4 kali sehari. Jika perlu, dosis dapat dinaikkan dengan ½ atau 1 tablet setiap hari atau setiap
2 hari, maksimal 8 tablet setiap hari.
6. Levodopa-Karbidopa-Entakapon

Indikasi: 
gejala penyakit parkinson idiopatik (paralisis agitans), parkinsonism pasca ensefalitik,
parkinsonism simptomatik yang menyebabkan kerusakan sistem saraf oleh intoksikasi
karbonmonoksida dan mangan.
Peringatan: 
lihat pada keterangan di atas. Tidak direkomendasikan untuk pengobatan reaksi
ekstrapiramidal yang disebabkan obat. Hati-hati pada pasien dengan penyakit jantung
iskemik, penyakit kardiovaskuler atau paru berat, asma bronchial, gangguan ginjal, hepar,
atau endokrin, atau riwayat tukak lambung atau konvulsi.
Kontraindikasi: 
lihat pada keterangan di atas.
7. Pergolit Mesilat

Indikasi: 
terapi tunggal atau terapi tambahan pada levodopa untuk penyakit Parkinson jika agonis
reseptor dopamin selain turunan ergot tidak sesuai.
Peringatan: 
aritmia atau penyakit jantung lain; sebelum terapi dilakukan pemeriksaan penyakit valvular
simptomatik (lihat keterangan di atas- Reaksi fibrosis); riwayat mengalami confusion atau
halusinasi, diskinesia (dapat lebih parah); tingkatkan dosis secara bertahap dan hindari
penghentian obat secara mendadak; porfiria; kehamilan ; menyusui.
Interaksi: 
memiliki aksi langsung pada reseptor dopamin.
Kontraindikasi: 
riwayat gangguan fibrosis, penyakit katup jantung.
Dosis: 
monoterapi, 50 mikrogram pada malam hari, hari pertama, kemudian 50 mikrogram dua kali
sehari pda hari 2-4, kemudian ditingkatkan dengan 100-250 mikrogram per hari setiap 3-4
hari (diberikan dalam tiga dosis terbagi) hingga dosis harian 1,5 mg pada hari 28; setelah hari
30, terus ditingkatkan hingga 250 mikrogram seminggu dua kali; dosis pemeliharaan 2-2,5
mg per hari; maksimal 5 mg per hari. Terapi tambahan pada levodopa, 50 mikrogram per hari
selama 2 hari, ditingkatkan secara bertahap dengan 100-150 mikrogram setiap 3 hari selama
12 hari berikutnya, biasanya diberikan dalam 3 dosis terbagi; kemudian ditingkatkan 250
mikrogram setiap 3 hari; dosis pemeliharaan 3 mg per hari; maksimal 5 mg per hari; selama
titrasi dosis pergolid, dosis levodopa diturunkan dengan hati-hati.
8. Pramipeksol

Indikasi: 
penyakit parkinson, yang digunakan tunggal maupun sebagai terapi tambahan dengan
levodopa.
Peringatan: 
kelainan psikosis; dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ophtalmologi karena adanya
resiko gangguan penglihatan; penyakit kardiovaskuler berat; hindari penghentian obat secara
tiba-tiba (risiko sindrom neuroleptik malignan); gangguan ginjal; kehamilan. Reaksi
hipotensif dapat menganggu pada beberapa pasien selama beberapa hari pertama pengobatan.

Interaksi: 
memiliki aksi langsung pada reseptor dopamin.
Kontraindikasi: 
wanita menyusui dan hipersensitif terhadap pramipeksol.
Dosis: 
dosis awal, 264 mcg per hari dalam dosis terbagi 3, gandakan dosis setiap 5-7 hari hingga
1,08 mg per hari dalam dosis terbagi 3; bila diperlukan dosis dapat dinaikkan lagi sebesar 540
mcg per hari dengan interval mingguan; maksimal 3,3 mg per hari dalam dosis terbagi 3.
Dosis pemeliharaan : 264 mcg sampai 3,3 mg sehari. Dosis lebih tinggi dari 1,1 mg sehari
berguna apabila pasien bermaksud mengurangi dosis levodopa. Pada penghentian pengobatan
pramipeksol, dosis dikurangi 540 mcg sehari sampai dosis harian menjadi 540 mcg, setelah
itu dosis dikurangi 264 mg sehari.
Pada pasien gangguan ginjal: pasien dengan bersihan kreatinin di atas 50 ml/min tidak perlu
pengurangan dosis; bersihan kreatinin 20-50 ml/min, dosis awal harian dibagi dalam 2 dosis
terbagi, dimulai dengan 88 mcg 2 kali sehari; bersihan kreatinin kurang dari 20 ml/min, dosis
harian diberikan sebagai dosis tunggal, dimulai dengan 88 mcg sehari.
Pada pasien gangguan hati: penyesuaian dosis tidak diperlukan karena sekitar 90% obat
diekskresi lewat ginjal, tetapi penelitian pengaruh insufisiensi hati pada farmakokinetik
pramipeksol belum dilakukan.
Catatan: Selama titrasi dosis pramipeksol dan dosis pemeliharaan, dosis levodopa dapat
dikurangi. Dosis dan kekuatan obat dinyatakan dalam bentuk pramipeksol (basa); kekuatan
yang setara dalam bentuk pramipeksol dihidroklorida monohidrat (garam) sebagai berikut: 88
mcg basa setara dengan 125 mcg garam; 180 mcg basa setara dengan 250 mcg garam; 700
mcg basa setara dengan 1 mg garam.
9. Ropinirol Hidroklorida

Indikasi: 
Parkinson idiopatik, sebagai monoterapi maupun terapi tambahan levodopa.
Peringatan: 
penyakit jantung berat, psikotik mayor, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.
Interaksi: 
Antibakteri: siprofloksasin menghambat metabolisme ropinirol (konsentrasi dalam palsma
meningkat), Antipsikotik: disarankan untuk menghindari penggunaan bersama antipsikotik
(efek antagonisme), Memantin: memantin dapat meningkatkn efek dopinaminergik,
Metildopa: metildopa mengantagonis efek antiparkinson dari dopaminergik, Metoklopramid:
disarankan untuk menghindari penggunaan bersama metoklopramid (efek antagonis),
Estrogen: estrogen meningkatkan konsentrasi dalam plasma.
Kontraindikasi: 
hipersensitif, kehamilan, menyusui.

Dosis: 
Dosis awal, 2 mg sekali sehari selama satu minggu, dilanjutkan dengan titrasi dosis yaitu 4
mg sekali sehari selama minggu kedua, 6 mg sekali sehari selama minggu ketiga dan 8 mg
sekali sehari dalam minggu keempat. Peningkatan dosis dapat dilakukan tiap satu sampai dua
minggu sebanyak 4 mg, jika diperlukan. Dosis maksimum perhari adalah 24 mg.
10. Selegilin Hidroklorida

Indikasi: 
penyakit Parkinson, digunakan tunggal atau sebagai tambahan pada levodopa.
Peringatan: 
tukak gastrik atau duodenum (hindari pada kondisi ulserasi aktif), hipertensi tidak terkontrol,
aritmia, angina, psikosis, efek samping levodopa dapat meningkat, dosis levodopa dikurangi
10-20%.
Interaksi: 
adalah inhibitor/penghambat monoamin oksidase β yang digunakan sebagai terapi tambahan
bersama levodopa untuk mengurangi perburukan ’end-of-dose‘ pada pasien dengan penyakit
Parkinson tahap lanjut
Kontraindikasi: 
Kehamilan, menyusui
Dosis: 
10 mg pada pagi hari atau 5 mg pada saat sarapan dan tengah hari; LANSIA, untuk
menghindari efek confusion awal dan agitasi, terapi dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg,
terutama pada lansia.
11. Tolkapon

Indikasi: 
terapi tambahan untuk levodopa dengan inhibitor dekarboksilase dopa pada penyakit
Parkinson.
Peringatan: 
pada sebagian besar pasien yang menerima dosis levodopa lebih dari 600 mg sehari
memerlukan pengurangan dosis levodopa; kehamilan
Hepatotoksisitas. Dilaporkan hepatotoksisitas yang berpotensi mengancam jiwa termasuk
hepatitis fulminant, biasanya pada 6 bulan pertama; sebelum terapi dimulai, dilakukan uji
fungsi hati kemudian dimonitor setiap 2 minggu pada tahun pertama, setiap 4 minggu pada 6
bulan berikutnya dan kemudian setiap 8 minggu (ulangi jadwal monitor jika dosis
ditingkatkan); penggunaan dihentikan bila uji fungsi hati menunjukkan hasil yang abnormal
atau terjadi gejala gangguan hati; jika sudah dihentikan, tolkapon tidak boleh digunakan lagi.
Konseling. Pasien sebaiknya diberi informasi untuk mengenai gejala gangguan hati dan
disarankan untuk segera ke dokter jika muncul gejala seperti anoreksia, mual, muntah,
fatigue, nyeri abdomen, urin berwarna gelap atau pruritus.
Interaksi: 
terapi tambahan untuk levodopa dengan inhibitor dekarboksilase dopa pada penyakit
Parkinson.
Kontraindikasi: 
gangguan fungsi hati atau peningkatan enzim hati (lihat peringatan), diskinesia berat,
feokromositoma, riwayat keganasan neuroleptik, rabdomiolisis atau hipertermia; menyusui
Dosis: 
100 mg 3 kali sehari, dengan selang waktu 6 jam setiap dosis; maksimal 200 mg 3 kali sehari
pada kondisi terpaksa. Dosis harian pertama sebaiknya diminum pada waktu yang sama
dengan levodopa dengan inhibitor dekarboksilase dopa. Dapat dilanjutkan lebih dari 3
minggu hanya jika terjadi perbaikan yang bermakna.

Anda mungkin juga menyukai