MAKP PRIMER
OLEH :
12C10793
I. Latar Belakang
Sekarang ini Indonesia sedang berfokus pada perkembangan pelayanan kesehatan. Ini
dibuktikan dengan disahkannya Undang-Undang Kesehatan terbaru yaitu UU nomor 36 tahun
2014. Disamping itu tenaga perawat juga sudah memiliki undang-undang tersendiri yaitu UU
nomor 38 tahun 2014. Dengan adanya undang-undang ini kita sebagai tenaga perawat
diharapkan berbenah diri dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sesuai
pasal 29 UU nomor 38 tahun 2014 salah satu tugas perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan.
Ada beberapa model sistem pemberian asuhan keperawatan pada pasien yaitu salah
satunya model metode asuhan keperawatan profesional (MAKP). MAKP adalah suatu
kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur yakni standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Model MAKP dapat dibagi lagi menjadi empat
bagian yaitu model fungsional, model kasus, model tim dan model primeer. Dari beberapa
model yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian model tersebut
untuk diterapkan. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk
mengelola asuhan keperawatan dan salah satunya adalah model primer.
Model primer adalah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Metode primer ini ditandau dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merncanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat
III. Tujuan
A. Tujuan umum
Untuk mengetahui model metode asuhan keperawatan professional primer dalam
manajemen keperawatan
B. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui teori tentang MAKP Metode Primer
2. Mahasiswa mampu memahami kelebihan dan kekurangan dari metode primer
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan komponen MAKP metode primer
4. Mahasiswa mampu menganalisa BOR, ALOS,TOI,BTO,NDR,GDR suatu rumah
sakit
5. Mahasiswa mampu menganalisa perhitungan beban kerja dan kebutuhan tenaga
perawat
6. Mahasiswa mampu menganalisa penyimpangan antara konsep teori dengan apa
yang terjadi pada kasus nyata
IV. Manfaat
A. Untuk institusi
B. Untuk Mahasiswa
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Tinjauan Teori
A. Definisi
Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer adalah metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit.
B. Konsep Teori
Keperawatan primer mendorong praktik kemandirian perawat, karena ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
Menurut Gillies (1986), perawat yang menggunakan metode keperawatan MAKP
Primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse/PP). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan
bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4 - 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam atau selama
klien dirawat dirumah sakit atau dii suatu ruangan. Perawat akan melakukan
wawancara, mengkaji secara komprehensif, dan merencanaakan rencana asuhan
keperawatan. Perawat primerlah orang yang paling mengetahui keadaan pasien dengan
sebaik-baiknya. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). PP bertanggung
jawab terhadap asuhan keperawatan pasien dan menginformasikan keadaan pasien
kepada kepala ruangan, dokter dan staf keperawatan.
Konsep dasar keperawatan primer adalah :
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b. Ada otonomi
c. Ada ketertiban pasien dan keluarga
1. Kelebihan Dan Kekurangan
a. Kelebihan :
1) Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
2) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit.
3) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer
dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
4) Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
5) Asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
6) Memperoleh informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan
komprehensif.
b. Kelemahan :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh
pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
2) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
3) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
4) Biaya relatif lebih tinggi daripada metode yang lain
Metode penugasan, dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien masuk sampai dengan
keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
PP1 PP1
PA PA1
1
PA2
PA2
Pasien Pasien
Pasien
Peran masing-masing komponen Kepala Ruangan; Perawat Primer; dan Perawat Associate
b. Peran Kepala ruangan (KARU) :
1) Menerima pasien baru
2) Memimpin rapat
3) Mengevaluasi kinerja perawat
4) Membuat daftar dinas
5) Menyediakan material
6) Membuat perencanaan keperawatan,
7) Melakukan pengawasan
8) Memberikan pengarahan.
9) Merencanakan strategi pelaksanaan
c. Peran Perawat Primer (PP) :
1) Membuat perencanaan ASKEP
2) Mengadakan tindakan kolaborasi
3) Memimpin timbang terima
4) Mendelegasikan tugas
5) Memimpin ronde keperawatan
6) Mengevaluasi pemberian ASKEP
7) Bertanggungjawab terhadap pasien
8) Memberi petunjuk jika pasien akan pulang
9) Mengisi resume keperawatan
d. Peran Perawat Associate (PA) :
1) Memberikan ASKEP
2) Mengikuti timbang terima
3) Melaksanakan tugas yang didelegasikan
4) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
5) Melaporkan asuhan keperwatan yang dilaksanakan
e. Ketenagakerjaan dalam keperawatan primer
Ketenagakerjaan dalam keperawatan primer adalah:
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side
2) Beban kasus adalah 4-6 orang pasien untuk satu perawat
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun perawat non
profesional sebagai perawat asisten
3. Komponen Penerapan dalam Metode Primer
a. Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien , yang tujuannya antara lain :
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
2) Menyampaikan hal hal yang sudah / belum dilakukan dalam askep pada
pasien
3) Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti perawat dinas berikutnya
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
d. Supervisi Keperawatan
a. Sebagai alat komunikasi antar perawat dan dengan tenaga kesehatan lain.
b. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum.
c. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
d. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan.
e. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan.
BOR = X 100%
ALOS =
TOI =
BTO =
NDR =
Januari 521 hari 449 hari 99x 70 orang 2 orang 2 orang 31 hari
Februari 518 hari 450 hari 102x 65 orang 3 orang 2 orang 28 hari
Maret 502 hari 436 hari 98x 65 orang 1 orang 1 orang 30 hari
April 515 hari 444 hari 105x 70 orang 1 orang 1 orang 31 hari
Mei 505 hari 434 hari 95x 70 orang 1orang 1 orang 30 hari
Juni 519 hari 451 hari 101x 65 orang 3 orang 2 orang 31 hari
JUMLAH 3080 2664 hari 600x 405 11 9 orang 181
hari orang orang hari
A. Perhitungan
1. BOR = X 100%
=
=
= 0,85 X 100 %
= 85% ( Nilai BOR ideal = 60 85 %)
Jadi jumlah pemakaian tempat tidur dalam satuan waktu tertentu di kelas interna RS
Tulus Ayu yaitu 85% .
2. Alos =
3. TOI =
4. BTO =
Jadi frekuensi pemakaian TT dalam 6 bulan di ruang Interna RS Tulus Ayu sebanyak
41,6 kali.
5. NDR =
=
= 0, 02163 X 1000
= 21,63 = 22 = 2,2%
Jadi jumlah angka kematian > 48 jam di Ruang interna RS Tulus Ayu 22 per 1000
penderita atau 22% dan ini masih termasuk dalam kriteria ideal.
6. GDR =
= 0,02644 x 1000
= 26,44
= 2,6%
Jadi angka kematian umum per 1000 penderita keluar setelah dirawat di Ruang
interna RS Tulus Ayu yakni 2,6 %
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai
berikut :
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai
standar per sif.
b. Depkes RI
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat,bidan) harus memperhatikan unit kerja
yang ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja
di rumah sakit, salah satunya adalah:
1) Di Ruang Rawat Inap (Ruang Interna)
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
(a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus.
(b) Jumlah perawatan yang diperlukan/ hari/ pasien.
(c) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan /hari.
(d) Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari.
2) Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :
3) Lost day :
Rumus :
AxBxC
(C-D)xE
Ket:
Catatan :
2. Kasus
Pada ruang interna RS Sehat Sejahtera bulan Juli terdapat :
Kapasitas Tempat Tidur 20 tempat tidur/hari selama 1 bulan
Jumlah rata-rata pasien 14 orang
Rata- rata BOR 70%
Rata-rata tingkat ketergantungan pasien:
- Rata-rata Minimal care = 3 orang
- Rata-rata Parsial care = 7 orang
- Rata-rata Total care = 4 orang
= 4 orang
= 3 Orang
= 2 Orang
86 x 9
279
= 774
2,774
= 3 orang
Keterangan :
Angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dalam 1 tahun, sedangkan
279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
3) Perawat Struktural
a) Kepala Ruangan = 1 Orang
b) PP ( Perawat Primer) = 2 Orang
c) Penanggung siang dan malam = 2 orang
Rumus Douglas + tenaga lepas dinas perhari + Perawat tgs non keperawatan +
Perawat struktural
=9+3+2+5
= 19 orang
= 52 + 12 + 15 X7
286
= 1,933 ( 2 orang)
Jadi, Perawat Yang Dibutuhkan Untuk Loss Day Dan Tugas Non Keperawatan
serta perawat struktural adalah 7 + 2 + 2 + 5 = 16 Orang.
9) Perawat professional
55% x 14 0rang = 7,7 = 8 orang
10) Perawat vokasional
45 % x 14 orang = 6,3 = 6 orang
BAB III
PEMBAHASAN
Pada teori menjelaskan bahwa perawat primer dalam metode primer memiliki peranan
untuk mengurus pasien dari datang sampai perencanaan untuk pasien pulang.Perawat
primer memiliki peranan untuk memimpin timbang terima, melakukan tindakan
kolaborasi, melakukan perencanaan pulang, dll. Perawat primer memiliki tanggung
jawab untuk mengurusi 4-6 orang pasien. Perawat primer melakukan timbang terima
kepada penanggung jawab siang atau perawat associate siang, dengan mengoperkan
tindakan keperawatan atau askep dengan tujuan adanya pelayanan kesehatan yang
berkelanjutan demi mendapatkan tingkat kesehatan yang optimal. Namun pada kasus di
lapangan seringkali tugas atau peranan seorang perawat primer dialihkan untuk perawat
associate atau adanya kolaborasi antara perawat preimer dan perawat associate. Masih
sangat jarang di rumah sakit untuk penerapan metode primer ini, jadi untuk mencari titik
kesenjangan masih sangat susah.
c. TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Apabila hasilnya 0 hari berarti menunjukkan tidak
pernah ada bed kosong dalam artian saat ada pasien pulang, hari itu pula datang
pasien dan menempati tempat atau bed tersebut. Apabila lebih dari 3 hari berarti
menunjukkan kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan rumah sakit tersebut
atau memang tidak ada pasien sakit yang memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Pada kasus role play diatas nilai AVLOS masih dalam batasan normal yang artinya
tidak ada masalah dalam penggunaan bed serta tidak ada masalah minat masyarakat
mengenai klinik tersebut.
d. BTO merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur berapa kali dalam satuan waktu
tertentu (biasanya dalam satu tahun). Indikator pemakaian menunjukkan tingkat
efisiensi pemakaian tempat tidur dengan nilai normal 40 50 kali dalam satu tahun.
Apabila kurang dari nilai normal berarti kurang ada pasien yang masuk rawat inap
atau terlalu lamanya pasien dirawat di rumah sakit sehingga perputaran antara pasien
keluar dan pasien masuk jadi berkurang sehingga nilai BTO yang kurang dari nilai
normal. Sedangkan apabila nilainya semakin tinggi dapat menunjukkan bahwa ada
peningkatan perputaran pasien masuk dan pasien keluar, dimana tidak ada jeda
antara bed terisi dan kosong, sehingga mengakibatkan nilai BTO semakin tinggi.
Dalam kasus pada role play di atas nilai BTO masih dalam batasan normal sehingga
dapat disimpulkan tidak ada masalah dalam pemakaian tempat tidur.
e. NDR merupakan angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap 1000
penderita keluar. Indicator ini memberikan gambaran mutu pelayanan. Nilai NDR
dianggap masih bisa ditolerir kurang dari 25 per 1000 penderita. Nilai NDR semakin
rendah berarti menunjukkan mutu pelayanan yang diberikan lebih bagus dari pada
nilai NDR yang semakin besar atau lebih dari 25 per 1000 penderita keluar dimana
menunjukkan adanya penuruanan mutu pelayanan yang diberikan. Dalam kasus pada
role play di atas nilai NDR masih dalam rentang normal dan sekaligus dapat
membuktikan bahwa pelayanan di klinik tersebut mempunyai mutu yang baik.
f. GDR merupakan angka kematian umum per 1000 penderita keluar setelah dirawat.
Nilai GDR tidak lebih dari 45 orang per 1000 penderita keluar. Dalam kasus pada
role play di atas masih dalam rentang normal sehingga menunjukkan tidak ada
masalah dalam GDR.