Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN KEPERAWATAN

MAKP PRIMER

OLEH :

I MADE ENDRA ADI PERMATA

12C10793

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Sekarang ini Indonesia sedang berfokus pada perkembangan pelayanan kesehatan. Ini
dibuktikan dengan disahkannya Undang-Undang Kesehatan terbaru yaitu UU nomor 36 tahun
2014. Disamping itu tenaga perawat juga sudah memiliki undang-undang tersendiri yaitu UU
nomor 38 tahun 2014. Dengan adanya undang-undang ini kita sebagai tenaga perawat
diharapkan berbenah diri dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sesuai
pasal 29 UU nomor 38 tahun 2014 salah satu tugas perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan.

Asuhan keperawatan profesional tidak terlepas dari manajemen yang digunakan.


Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan
pengawasan/pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota-anggota
organisasi yang bersangkutan serta penggunaan sumber daya lainnya dari organisasi tersebut
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembenahan dalam sistem asuhan keperawatan
harus diiringi dengan manajemen keperawatan yang baik dan sesuai.

Manajemen Keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan pekerjaan melalui


anggota staf perawat dibawah tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan profesional kepada pasien dan keluarganya. Manajemen keperawatan adalah
penggunaan waktu yang efektif, karena manjemen adalah pengguna waktu yang efektif,
keberhasilan rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori/sistematik dari prinsip
dan metode yang berkaitan pada institusi yang besar organisasi keperawatan didalamnya,
termasuk setiap unit. Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional
untuk merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan.

Ada beberapa model sistem pemberian asuhan keperawatan pada pasien yaitu salah
satunya model metode asuhan keperawatan profesional (MAKP). MAKP adalah suatu
kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur yakni standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Model MAKP dapat dibagi lagi menjadi empat
bagian yaitu model fungsional, model kasus, model tim dan model primeer. Dari beberapa
model yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian model tersebut
untuk diterapkan. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk
mengelola asuhan keperawatan dan salah satunya adalah model primer.

Model primer adalah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Metode primer ini ditandau dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merncanakan, melakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat

II. Rumusan Masalah


Bagaimanakah penerapan metode primer dalam pemberian pelayanan kepada pasien di
rumah sakit?

III. Tujuan

A. Tujuan umum
Untuk mengetahui model metode asuhan keperawatan professional primer dalam
manajemen keperawatan
B. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui teori tentang MAKP Metode Primer
2. Mahasiswa mampu memahami kelebihan dan kekurangan dari metode primer
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan komponen MAKP metode primer
4. Mahasiswa mampu menganalisa BOR, ALOS,TOI,BTO,NDR,GDR suatu rumah
sakit
5. Mahasiswa mampu menganalisa perhitungan beban kerja dan kebutuhan tenaga
perawat
6. Mahasiswa mampu menganalisa penyimpangan antara konsep teori dengan apa
yang terjadi pada kasus nyata

IV. Manfaat

A. Untuk institusi

Dapat memberikan pembelajaran kepada mahasiswa tentang penerapan metode


primer untuk di rumah sakit.

B. Untuk Mahasiswa

Dapat mengetahui terlebih dahulu mengenai metode primer, tentang penerapannya


di rumah sakit, dalam hal manajemen keperawatan.
C. Untuk rumah sakit
Dapat menerapkan metode ini agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
lebih baik lagi.

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Tinjauan Teori
A. Definisi
Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer adalah metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit.
B. Konsep Teori
Keperawatan primer mendorong praktik kemandirian perawat, karena ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
Menurut Gillies (1986), perawat yang menggunakan metode keperawatan MAKP
Primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse/PP). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan
bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4 - 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam atau selama
klien dirawat dirumah sakit atau dii suatu ruangan. Perawat akan melakukan
wawancara, mengkaji secara komprehensif, dan merencanaakan rencana asuhan
keperawatan. Perawat primerlah orang yang paling mengetahui keadaan pasien dengan
sebaik-baiknya. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). PP bertanggung
jawab terhadap asuhan keperawatan pasien dan menginformasikan keadaan pasien
kepada kepala ruangan, dokter dan staf keperawatan.
Konsep dasar keperawatan primer adalah :
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b. Ada otonomi
c. Ada ketertiban pasien dan keluarga
1. Kelebihan Dan Kekurangan
a. Kelebihan :
1) Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
2) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit.
3) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer
dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
4) Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
5) Asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
6) Memperoleh informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan
komprehensif.
b. Kelemahan :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh
pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
2) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
3) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
4) Biaya relatif lebih tinggi daripada metode yang lain

2. Struktur Organisasi (Peran Dan Tugas)

Metode penugasan, dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien masuk sampai dengan
keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Tim Medis Kepala Ruangan Sarana RS

PP1 PP1
PA PA1
1
PA2
PA2

Pasien Pasien

Gambar : Bagan Pengembangan MAKP:PRIMER (Nursalam,2009)

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS


Perawat primer

Pasien

Perawat Perawat Perawat


Pelaksana Pelaksana night Pelaksana jika
Gambar:
evening Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis
diperlukan daysdan Huston,
1998:138)

a. Tugas Kepala Ruang/Bangsal (KARU) dalam metode primer :


1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
2) Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
3) Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
4) Evaluasi kerja
5) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
6) Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staf
7) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi.
b. Tugas perawat primer (PP) dalam metode primer :
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
8) Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial
dimasyarakat
9) Membuat jadual perjanjian klinis
10) Mengadakan kunjungan rumah.

Peran masing-masing komponen Kepala Ruangan; Perawat Primer; dan Perawat Associate
b. Peran Kepala ruangan (KARU) :
1) Menerima pasien baru
2) Memimpin rapat
3) Mengevaluasi kinerja perawat
4) Membuat daftar dinas
5) Menyediakan material
6) Membuat perencanaan keperawatan,
7) Melakukan pengawasan
8) Memberikan pengarahan.
9) Merencanakan strategi pelaksanaan
c. Peran Perawat Primer (PP) :
1) Membuat perencanaan ASKEP
2) Mengadakan tindakan kolaborasi
3) Memimpin timbang terima
4) Mendelegasikan tugas
5) Memimpin ronde keperawatan
6) Mengevaluasi pemberian ASKEP
7) Bertanggungjawab terhadap pasien
8) Memberi petunjuk jika pasien akan pulang
9) Mengisi resume keperawatan
d. Peran Perawat Associate (PA) :
1) Memberikan ASKEP
2) Mengikuti timbang terima
3) Melaksanakan tugas yang didelegasikan
4) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
5) Melaporkan asuhan keperwatan yang dilaksanakan
e. Ketenagakerjaan dalam keperawatan primer
Ketenagakerjaan dalam keperawatan primer adalah:
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side
2) Beban kasus adalah 4-6 orang pasien untuk satu perawat
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun perawat non
profesional sebagai perawat asisten
3. Komponen Penerapan dalam Metode Primer
a. Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien , yang tujuannya antara lain :
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
2) Menyampaikan hal hal yang sudah / belum dilakukan dalam askep pada
pasien
3) Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti perawat dinas berikutnya
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

b. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)


Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan proses terintegrasi yang terdiri
dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan (Raden and Trafft, 1990). Perencanaan pulang diberikan kepada
pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan di rumah . Dengan perencanaan
pulang => dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien dan keluarga
dalam melakukan perawatan secara mandiri .
Tujuan Perencanaan Pulang:
1) Menyiapkan pasien secara fisik, psikologis dan sosial.
2) Meningkatkan kemandirian pasien.
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4) Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain.
5) Membantu pasien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
sikap dalam mempertahankan status kesehatan pasien. Jipp dan Sirass
(1998)
Komponen Perencanaan Pulang :
1) Perawatan di rumah
a) meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai : diet, mobilisasi, waktu kontrol dan tempat kontrol.
b) pemberian pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman pasien
dan keluarga.
2) Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya. Dijelaskan obat-obatan yang
masih diminum, dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat minum obat.
a) Obat-obatan yang dihentikan . Meskipun ada obat-obatan yang tidak
diminum lagi oleh pasien, obat-obatan tersebut tetap dibawa oleh pasien.
b) Hasil pemeriksaanHasil . pemeriksaan luar sbl MRS dan hasil pemeriksaan
selama MRS dibawakan ke pasien waktu pulang
c) Surat-surat seperti : surat keterangan sakit, surat kontrol dll
c. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada
perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Tujuannya antara lain:
1) Mampu mengelola obat pasien : pemberian obat secara tepat dan benar sesuai
dengan Prinsip 6B+1W dan mendokumentasikan hasil pengelolaan,
2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman PP dan PA dalam penerapan
Prinsip 6B + 1W
3) Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang
diberikan
4) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat
5) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program therapy.
Kegiatan sentralisasi obat meliputi:
1) pembuatan strategi persiapan sentralisasi obat
2) persiapan sarana dan membuat petunjuk tekhnis penyelenggaraan sentralisasi
obat
3) pendokumentasian hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
Pengelolaan sentralisasi yang optimal untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.

d. Supervisi Keperawatan

Supervisi keperawatan adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan u/


membantu para tenaga keperawatan dan staf lainnya dalam melakukan pekerjaan
secara efektif. Yang penting dilakukan dalam melaksanakan supervisi adalah :

1)Peran supervisi sebagai perencana


Mampu membuat perencanaan sebelum melaksanakan supervisi. Agar dapat
memproses pelaksanaan supervisi meliputi siapa yang disupervisi, apa tugasnya,
kapan waktu supervisi, kenapa, bagaimana masalah tersebut sering terjadi.
2) Peran supervisi sebagai pengarah
Memberikan arahan kepada perawat pelaksana agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan serta kebijakan rumah sakit
3) Peran supervisi sebagai pelatih
Harus terampil dalam mentransformasikan temuan atau tindakan pelayanan
keperawatan yang baru sehingga melalui proses belajar kemungkinan akan
mengubah pemikiran, gagasan, sikap, dan cara mengerjakan sesuatu.
4) Peran supervisi sebagai penilai
Melakukan pengukuran terhadap akibat yang timbul dari pelaksanaan suatu
program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga penilaian dapat
dilakukan secara efektif jika tujuannya spesifik terdapat standar penampilan
kerja dan observasinya akurat. Seorang supervisor harus dapat melakukan hal
diatas secara terus menerus pada perawat pelaksana secara adil, sabar.
Metode supevisi :
a) Supervisi langsung : supervisi yang dilakukan langsung melalui observasi
saat tindakan keperawatan dilakukan. Supervisor terlibat langsung dalam
memberi pengarahan dan umpan balik terhadap askep yang diberikan
kepada pasien.
b) Supervisi tidak langsung : Supervisi yang dilakukan dengan memberikan
umpan balik secara lisan maupun tulisan, supervisor tidak langsung
melakukan pengawasan. Namun melalui laporan askep yang telah dibuat
4. Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan adalah Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konsuler, kepala ruangan, perawat assosiate yang
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim. Tujuannya antara lain :
a. Menumbuhkan cara pikir yang kritis
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
c. Meningkatkan validitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan
5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan


keperawatan professional. Keperawatan professional diharapkan dapat menghadapi
tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilaksanakan. Manfaat dokumentasi :

a. Sebagai alat komunikasi antar perawat dan dengan tenaga kesehatan lain.
b. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum.
c. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
d. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan.
e. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan.

C. Pencapaian Indikator Kualitas Pelayanan


1. Teori
a. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration.Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus:

BOR = X 100%

b. Perhitungan AVLOS (Average length of Stay)


AVLOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration. AVLOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai AVLOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus:

ALOS =

c. Perhitungan TOI (Turn of Interval)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus:

TOI =

d. Perhitungan BTO (Bed Turn Over)


Merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur,berapa kali dalam satuan waktu
tertentu (biasanya dalam satu tahun) tempat tidur dirumah sakit dipakai. Indikator
pemakaian menunjukkan tingkat efisiensi pemakaian tempat tidur dengan nilai
normal 40 50 kali.
Rumus :

BTO =

e. Perhitungan NDR ( Net Death Rate)


Merupakan angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap 1000
penderita keluar. Indicator ini memberikan gambaran mutu pelayanan.Nilai NDR
dianggap masih bisa ditolerir kurang dari 25 per 1000 penderita.
Rumus:

NDR =

f. Perhitungan GDR ( Gross Death Rate)


Merupakan angka kematian umum per 1000 penderita keluar setelah
dirawat.Nilai GDR tidak lebih dari 45 orang per 1000 penderita keluar.
Rumus:
GDR =

II. Tinjauan Kasus


Diketahui di Ruang Interna RS Tulus Ayu memiliki kapasitas tempat tidur 20
buah, dalam 6 bulan terakhir yaitu Januari 2014 - Juni 2014 tercatat ada 11 orang
meninggal seluruhnya dalam waktu 6 bulan, dimana 9 orang meninggal setelah
perawatan selama > 48 jam. Jumlah pasien keluar 405 orang dengan hari perawatan
3080 hari, jumlah lama dirawat 2664 hari, dimana hari dalam 1 periode 184 hari.

Jumlah Jumlah Jumlah Pasien


Jumlah pasien keluar
hari lama tempat mati Jumlah
Bulan
perawata dirawat di tidur Hidup Mati >48 hari
n RS kosong jam

Januari 521 hari 449 hari 99x 70 orang 2 orang 2 orang 31 hari

Februari 518 hari 450 hari 102x 65 orang 3 orang 2 orang 28 hari

Maret 502 hari 436 hari 98x 65 orang 1 orang 1 orang 30 hari

April 515 hari 444 hari 105x 70 orang 1 orang 1 orang 31 hari

Mei 505 hari 434 hari 95x 70 orang 1orang 1 orang 30 hari

Juni 519 hari 451 hari 101x 65 orang 3 orang 2 orang 31 hari
JUMLAH 3080 2664 hari 600x 405 11 9 orang 181
hari orang orang hari

A. Perhitungan

1. BOR = X 100%

=
=

= 0,85 X 100 %
= 85% ( Nilai BOR ideal = 60 85 %)
Jadi jumlah pemakaian tempat tidur dalam satuan waktu tertentu di kelas interna RS
Tulus Ayu yaitu 85% .

2. Alos =

` = 6,403 hari ( Nilai ALOS ideal 6 9)


Jadi rata rata lama rawat seorang pasien di Ruang interna RS Tulus Ayu selama
6,403 hari.

3. TOI =

= 1,3 hari ( Nilai normal TOI = 1-3 hari)


Jadi di ruang interna RS Tulus Ayu rata rata tempat tidur kosong dari TT tidak
ditempati ke saat terisi berikutnya yakni 1,3 hari saja.

4. BTO =

= 20,8 = dalam 6 bulan


= 41,6(dalam 1 tahun) Ideal dalam 1 tahun 40 50 kali

Jadi frekuensi pemakaian TT dalam 6 bulan di ruang Interna RS Tulus Ayu sebanyak
41,6 kali.

5. NDR =
=

= 0, 02163 X 1000

= 21,63 = 22 = 2,2%

Jadi jumlah angka kematian > 48 jam di Ruang interna RS Tulus Ayu 22 per 1000
penderita atau 22% dan ini masih termasuk dalam kriteria ideal.

6. GDR =

= 0,02644 x 1000

= 26,44

= 2,6%

Jadi angka kematian umum per 1000 penderita keluar setelah dirawat di Ruang
interna RS Tulus Ayu yakni 2,6 %

B. Perhitungan Tenaga Kerja Dan Kebutuhan Tenaga Perawat


1. Teori
a. Douglas
Douglas (1984) menyampaikaan standar waktu pelayaanan pasien rawat inap
sebagai berikut :
1) Perawatan minimal memerlukan waaktu 1-2 jam/24 jam
2) Perawatan intermediet memerlukn waktu 3-4 jam/24 jam
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam

Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai
berikut :

a) Kategori I: perawatan mandiri


(1) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti
pakaian.
(2) Makan, dan minim dilakukan sendiri.
(3) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
(4) Observasi tanda vital setiap sif.
(5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil..
(6) Persiapan prosedur pengobatan.
b) Kategori II: perawatan intermediate
(1) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
(2) Observasi tanda vital tiap 4 jam.
(3) Pengobatan lebih dari satu kali.
(4) Pakai kateter foley.
(5) Pasanng infus intake-output dicatat.
(6) Pengobatan perlu prosedur.
c) Kategori III : perawatan total
(1) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
(2) Observasi tanda vital tiap 24 jam.
(3) Pemakaian selang NG.
(4) Terapi intra vena.
(5) Pemakaian suction.
(6) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai
standar per sif.

Minimal Care Parsial Care Total care


Pagi 0,17 0,27 0,36
Sore 0,14 0,15 0,30
Malam 0,07 0,10 0,20
Gambar: Tabel nilai standar jumlah perawat per sif berdasarkan klasifikasi pasien.

b. Depkes RI
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat,bidan) harus memperhatikan unit kerja
yang ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja
di rumah sakit, salah satunya adalah:
1) Di Ruang Rawat Inap (Ruang Interna)
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
(a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus.
(b) Jumlah perawatan yang diperlukan/ hari/ pasien.
(c) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan /hari.
(d) Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari.
2) Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :

Jumlah jam perawatan

Jam kerja efektif per sif

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor korek


dengan hari libur/cuti/hari besar(lost day)).

3) Lost day :

Jumlah hari minggu 1 tahun + cuti + hari besar


x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

4) Tingkat ketergantungan pasien:


Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada
kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan.
a) Asuhan keperawatan minimal dengan kriteria :
(1) Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri.
(2) Makan dan minum dilakukan sendiri.
(3) Ambulasi dengan pengawasan.
(4) Observasi tanda-tanda vital setiap sif.
(5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

b) Asuhan keperawatan sedang dengan kriteria:

(1) Kebersihan diri dibantu makan minum dibantu.


(2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
(3) Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali.
c) Asuhan keperawatan agak berat dengan kriteria :
(1) Sebagaian besar aktivitas dibantu.
(2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali.
(3) Terpasang kateter foley, intake dan output dicatat.
(4) Terpasang infus.
(5) Pengobatan lebih dari sekali.
(6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

d) Asuhan keperawatan maksimal dengan kriteria :

(1) Segala aktivitas dibantu oleh perawat.


(2) Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
(3) Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction.
(4) Gelisah/disorientasi.
c. Gillies

1) Kebutuhan perawat di ruangan

Rumus :
AxBxC
(C-D)xE
Ket:

A= rata rata jumlah perawatan/pasien per hari

B= rata-rata jumlah pasien per hari (BOR x jumlah tempat tidur)


C= jumlah hari per tahun
D= jumlah hari libur masing-masing perawat

E= Jumlah jam kerja masing-masing perawat

2) Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari


Rumus :
= Rata jam perawatan perhari x Rata jumlah jam perawatan perhari
Jumlah jam kerja efektif perhari

Catatan :

1) Jumlah hari tak kerja per tahun


Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan ( 12 hari) + hari besar ( 12 hari) +
cuti sakit/izin (10 hari) = 86 hari
2) Jumlah hari kerja efektif/tahun
Jumlah hari dalam 1 tahun-jumlah hari tak kerja + 365-86 = 279 hari
3) Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam
4) Cuti hamil = 12 x 6 = 72 hari
5) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% ( untuk antisipasi kekurangan/cadangan).
6) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36% dan malam 17%.
7) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah 55%
tenaga profesional dan 45% tenaga non profesional.

3) Prinsip perhitungan rumus gillies:


Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan
yaitu sebagai berikut.

a) Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan


pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, social, dan spiritual.
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok yaitu : self care, partial care, total
care dan intensive care. Rata-rata kebutuhan keperawatan langsung setiap
pasien adalah 4 jam perhari. Adapun waktu perawatan berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien adalah :
(1) Self care dibutuhkan x 4 jam : 2 jam
(2) Partial care dibutuhan x 4 jam : 3 jam
(3) Total care dibutuhkan 1-1 x 4 jam : 4-6 jam
(4) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
b) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang atau menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota
tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien.
Dari hasil penelitian RS Graha Detroid = 38 menit/pasien/hari, sedangkan
menurut Wolfe Dan Young = 60 menit/pasien/hari dan penelitian di rumah
sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien/hari.
c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi: aktivitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gilles,
waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15
menit/pasien/hari.

2. Kasus
Pada ruang interna RS Sehat Sejahtera bulan Juli terdapat :
Kapasitas Tempat Tidur 20 tempat tidur/hari selama 1 bulan
Jumlah rata-rata pasien 14 orang
Rata- rata BOR 70%
Rata-rata tingkat ketergantungan pasien:
- Rata-rata Minimal care = 3 orang
- Rata-rata Parsial care = 7 orang
- Rata-rata Total care = 4 orang

a. Perhitungan Kebutuhan Perawat berdasarkan Rumus Douglas

Minimal Care Parsial Care Total care


Pagi 0,17 0,27 0,36
Sore 0,14 0,15 0,30
Malam 0,07 0,10 0,20
1) Hitung Kebutuhan Perawat Harian :
(a) Pagi : minimal : 3 0,17 = 0,51
parsial : 7 0,27 = 1,89
total : 4 0,36 = 1.44

Kebutuhan Perawat Pagi = 3,84

= 4 orang

(b) Siang : minimal : 3 0,14 = 0,42

parsial : 7 0,15 = 1,05

total : 4 0,30 = 1,2

Kebutuhan perawat siang = 2,67

= 3 Orang

(c) Malam : minimal : 3 0,07 = 0,21

parsial : 7 0,10 = 0,7

total : 4 0,20 = 0,8

Kebutuhan perawat malam = 1,71

= 2 Orang

Jadi, total kebutuhan perawat pagi, siang dan malam adalah

4 orang + 3 orang + 2 orang = 9 orang.

2) Jumlah tenaga lepas dinas perhari

86 x 9

279

= 774

2,774

= 3 orang

Keterangan :
Angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dalam 1 tahun, sedangkan
279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.

3) Perawat Struktural
a) Kepala Ruangan = 1 Orang
b) PP ( Perawat Primer) = 2 Orang
c) Penanggung siang dan malam = 2 orang

Jadi, Total = 5 Orang

Jadi, Total Kebutuhan Perawat menurut Rumus Douglas yaitu:

Rumus Douglas + tenaga lepas dinas perhari + Perawat tgs non keperawatan +
Perawat struktural

=9+3+2+5

= 19 orang

b. Perhitungan Kebutuhan Perawat Berdasarkan Rumus Depkes RI

NO Jenis/Kategori Rata-rata Rata-rata jam perawatan Jumlah jam


pasien/hari pasien/hari perawatan/hari
(CxD)
A B C D E
1 Pasien ruang interna 14 orang 3,5 jam 49 jam/hari

1) Di Ruang Rawat Inap (Interna)


a) Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :
= Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per sif
= 49 jam`
7jam
= 7 orang

b) Kebutuhan Perawat Untuk Hari Libur/Cuti/Hari Besar Hari Libur/Cuti/Hari


Besar

= 52 + 12 + 15 X7

286
= 1,933 ( 2 orang)

c) Perawat Yang Mengerjakan Tugas Non Profesi/ Perawatan Tidak Lansung


(Perincian, Kebersihan, Dll)
= ( tenaga perawat + Loss day ) x 25 %
= ( 7 + 2,53 ) 25%
= 2,3825 (2 orang)
d) Perawat Struktural
(1) Kepala Ruangan = 1 Orang
(2) PP ( Perawat Primer) = 2 Orang
(3) Penanggung siang dan malam = 2 orang

Jadi, Total = 5 Orang

Jadi, Perawat Yang Dibutuhkan Untuk Loss Day Dan Tugas Non Keperawatan
serta perawat struktural adalah 7 + 2 + 2 + 5 = 16 Orang.

c. Perhitungan Kebutuhan Perawat Berdasarkan Rumus Gillies


1) Perawatan langsung :
a) Self care dibutuhkan : 3 x 2 jam = 6 jam
b) Partial care dibutuhan : 7 x 3 jam = 21 jam
c) Total care dibutuhkan : 4 x 6 jam = 24 jam
Total : 51 jam
2) Perawatan tidak langsung
Jumlah pasien x 1 jam
= 14 x 1 jam
= 14 jam
3) Pendidikan kesehatan
Jumlah pasien x 15 menit
= 14 x 15 menit
= 210 menit
= 3,5 jam

4) Kebutuhan perawat di ruangan


Rumus :
= AxBxC
(C-D)xE
= 4,89 x 14 x 365
(365 86)x7
= 24.988
195
= 12,8 orang
= 13 orang
5) Perawat cadangan
20% x 14 orang = 2,8 = 3 orang
6) Jumlah Tenaga Yang Bertugas Setiap Hari:
= Rata-rata jam perawatan per hari x rata-rata jumlah jam perawatan per hari
Jumlah jam kerja efektif per hari
= 3,5 x 49
7
= 24,5 = 24 orang
7) Pembagian sif
a) Sif pagi : 47 % x 14 orang = 6.58 = 7 orang
b) Sif siang : 36 % x 14 orang = 5,04 = 5 orang
c) Sif malam : 17 % x 14 orang = 2,38 = 2 orang
Total perawat = 14 orang
8) Perawat Struktural
a) Kepala Ruangan = 1 Orang
b) PP ( Perawat Primer) = 2 Orang
c) Penanggung siang dan malam = 2 orang

Total Struktural = 5 Orang

Total Perawat yang bertugas setiap hari = 14 + 5 = 19 orang

9) Perawat professional
55% x 14 0rang = 7,7 = 8 orang
10) Perawat vokasional
45 % x 14 orang = 6,3 = 6 orang

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Teori

Pada teori menjelaskan bahwa perawat primer dalam metode primer memiliki peranan
untuk mengurus pasien dari datang sampai perencanaan untuk pasien pulang.Perawat
primer memiliki peranan untuk memimpin timbang terima, melakukan tindakan
kolaborasi, melakukan perencanaan pulang, dll. Perawat primer memiliki tanggung
jawab untuk mengurusi 4-6 orang pasien. Perawat primer melakukan timbang terima
kepada penanggung jawab siang atau perawat associate siang, dengan mengoperkan
tindakan keperawatan atau askep dengan tujuan adanya pelayanan kesehatan yang
berkelanjutan demi mendapatkan tingkat kesehatan yang optimal. Namun pada kasus di
lapangan seringkali tugas atau peranan seorang perawat primer dialihkan untuk perawat
associate atau adanya kolaborasi antara perawat preimer dan perawat associate. Masih
sangat jarang di rumah sakit untuk penerapan metode primer ini, jadi untuk mencari titik
kesenjangan masih sangat susah.

3.2 Perhitungan BOR, AVLOS, TOI, BTO, NDR, dan GDR

a. BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu


tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
(Depkes RI, 2005).
Nilai BOR yang kurang dari 60% menunjukkan bahwa kurangnya pasien yang
datang pada rumah sakit tersebut, sehingga pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Sedangkan nilai BOR yang melebihi 85% (85%-100%)
menunjukkan bahwa selalu adanya pemakaian bed yang ditunjukkan dengan
semakin meningkatnya jumlah hari perawatan pasien pada rumah sakit tersebut.
Lain halnya dengan keadaan BOR diatas 100% menunjukkan bahwa banyaknya
pasien yang datang di rumah sakit tersebut dan dirawat disana melebihi jumlah
kapasitas tempat tidur yang disediakan sehingga biasanya disediakan bed cadangan
tetapi perhitungannya tetap bed yang disediakan saja tanpa bed cadangan. Untuk
kasus pada role play di atas, nilai BORnya adalah 85% sehingga masih dalam
batasan normal.
b. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Keadaan dimana nilai AVLOS kurang dari 6 hari
dapat menunjukkan keadaan pasien yang dirawat dengan keadaan minimal
pertolongan karena sudah mandiri dan tidak memerlukan penawsan intensif serta
bisa juga menunjukkan mutu pelayanan yang dimiliki atau bisa jadi dipengaruhi oleh
penyakit pasien. Beda halnya dengan lama perawatan diatas 9 hari dapat
menunjukkan mutu pelayanan yang kurang atau disebabkan oleh penyakit pasien
yang kronis sehingga memerlukan waktu atau lama perawatan yang lebih lama.

c. TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Apabila hasilnya 0 hari berarti menunjukkan tidak
pernah ada bed kosong dalam artian saat ada pasien pulang, hari itu pula datang
pasien dan menempati tempat atau bed tersebut. Apabila lebih dari 3 hari berarti
menunjukkan kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan rumah sakit tersebut
atau memang tidak ada pasien sakit yang memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Pada kasus role play diatas nilai AVLOS masih dalam batasan normal yang artinya
tidak ada masalah dalam penggunaan bed serta tidak ada masalah minat masyarakat
mengenai klinik tersebut.

d. BTO merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur berapa kali dalam satuan waktu
tertentu (biasanya dalam satu tahun). Indikator pemakaian menunjukkan tingkat
efisiensi pemakaian tempat tidur dengan nilai normal 40 50 kali dalam satu tahun.
Apabila kurang dari nilai normal berarti kurang ada pasien yang masuk rawat inap
atau terlalu lamanya pasien dirawat di rumah sakit sehingga perputaran antara pasien
keluar dan pasien masuk jadi berkurang sehingga nilai BTO yang kurang dari nilai
normal. Sedangkan apabila nilainya semakin tinggi dapat menunjukkan bahwa ada
peningkatan perputaran pasien masuk dan pasien keluar, dimana tidak ada jeda
antara bed terisi dan kosong, sehingga mengakibatkan nilai BTO semakin tinggi.
Dalam kasus pada role play di atas nilai BTO masih dalam batasan normal sehingga
dapat disimpulkan tidak ada masalah dalam pemakaian tempat tidur.

e. NDR merupakan angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap 1000
penderita keluar. Indicator ini memberikan gambaran mutu pelayanan. Nilai NDR
dianggap masih bisa ditolerir kurang dari 25 per 1000 penderita. Nilai NDR semakin
rendah berarti menunjukkan mutu pelayanan yang diberikan lebih bagus dari pada
nilai NDR yang semakin besar atau lebih dari 25 per 1000 penderita keluar dimana
menunjukkan adanya penuruanan mutu pelayanan yang diberikan. Dalam kasus pada
role play di atas nilai NDR masih dalam rentang normal dan sekaligus dapat
membuktikan bahwa pelayanan di klinik tersebut mempunyai mutu yang baik.

f. GDR merupakan angka kematian umum per 1000 penderita keluar setelah dirawat.
Nilai GDR tidak lebih dari 45 orang per 1000 penderita keluar. Dalam kasus pada
role play di atas masih dalam rentang normal sehingga menunjukkan tidak ada
masalah dalam GDR.

3.3 Perhitungan tenaga kerja dan kebutuhan perawat


Dari segi teori nilai untuk mengukur kebutuhan perawat menggunakan rumus Douglas
lebih besar dibandingkan jika dihitung dengan menggunakan rumus Depkes RI namun
memiliki kisaran perbedaan yang tidak terlalu jauh. Namun ini tergantung jumlah pasien,
klasifikasi pasien berdasarkan minimal, partial, dan total ketergantungan pasien terhadap
perawat, jumlah tempat tidur yang disediakan dan rata-rata BOR. Jadi terkadang nilai
untuk mengukur kebutuhan perawat menurut rumus Douglas lebih besar daripada
menggunakan rumus Depkes RI , bisa jadi pula nilainya sama menggunakan kedua
rumus ini.

2.4 Penerapan roleplay dengan konsep teori


Dalam teori metode primer , pemimpin timbang terima adalah kepala ruangan dan
didampingi oleh perawat primer, perawat associate yang dilakukan di ruangan perawat
sebelum dinas pagi dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.2014.Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional.Jakarta:Salemba Medika.
Suari,Bahtiar.2011.Manajemen Keperawatan: Dengan Pendekatan Praktis.Jakarta:Erlangga.
Sitorus Ratna.2011.Manajemen Keperawatan:Manajemen Keperawatan Di Ruang
Rawat.Jakarta:CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai