Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL


PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
DI RUANG BEDAH D
RSU Dr. SOETOMO SURABAYA

OLEH :

Kelompok 1 B

Wikan Purwihantoro, S.Kep. 010410742 B


Dini Asih Dwi W. S.Kep. 010410755 B
Dhina Widayati, S.Kep. 010410785 B
Yunita Ike Kristanti, S.Kep. 010410736 B
Effita Piscesiana, S.Kep. 010410721 B
Rinneke Anggia P.S. , S.Kep. 010410774 B
M.Alfiansyah , S.Kep. 010410753 B
Richa Nuraini E., S.Kep. 010410724 B
Dinna Mardiana, S.Kep. 010410691 B
Nuris Anita Nuzulia., S.Kep. 010410793 B
Aprillia C.N. , S.Kep. 010410740 B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2009
LEMBAR PENGESAHAN

Surabaya, Mei 2009

Ketua Kelompok Penangung Jawab Kegiatan

Wikan Purwihantoro S, S.Kep Yunita Ike K, S.Kep


010410742 B 010410736 B

Mengetahui

Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II

Retno Indarwati, S.Kep., Ns Sukma Randani S.Kep., Ns

Pembimbing Ruangan Kepala Ruangan

Djumadi, SST Lilik Suliati, SST


NIP. 19580614 198003 1 010 NIP. 19570601 198202 2 004
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat, serta akan
berubah seirama dengan berubahnya masyarakat itu sendiri. Masyarakat terus-menerus
berkembang dan mengalami perubahan serta menuntut pelayanan keperawatan yang lebih
profesional, demikian pula halnya keperawatan akan terus berubah dan mengalami
perkembangan. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan tersebut
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada
harus bersifat positif dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan
langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa
penataan sistem model asuhan keperawatan profesional (MAKP) sehingga pelayanan
keperawatan yang diberikan dapat meningkatkan kepuasan pasien.
Ruang Bedah D sebagai salah satu unit pelayanan rawat inap dari RSU Dr. Soetomo
Surabaya, merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan
asuhan keperawatan profesional. Namun perlu disadari tanpa adanya pengelolaan
manajemen yang baik dan sesuai serta kemauan yang tinggi dan kemampuan yang kuat,
peran aktif dari seluruh pihak maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan
menjadi teori semata. Maka dari itu mahasiswa PSIK FK UNAIR mencoba untuk
menerapkan praktik manajemen keperawatan dengan model MAKP di Ruang Bedah D
RSU Dr. Soetomo Surabaya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan model keperawatan
primer dapat diterapkan di Ruang perawatan Bedah D RSU Dr. Soetomo
Surabaya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengatur kebutuhan tenaga perawat.
2) Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan.
3) Melakukan sistem pendokumentasian.
4) Meningkatkan integritas perawat menuju profesionalisme.
5) Meningkatkan komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lain.
6) Mampu melaksanakan supervisi secara optimal.
7) Mampu melaksanakan timbang terima secara optimal.
8) Melaksanakan ronde keperawatan guna memecahkan masalah
keperawatan klien.
9) Menerapkan pengelolaan sentralisasi obat secara optimal.
10) Mampu melaksanakan discharge planing pada pasien yang baru masuk
dan akan keluar rumah sakit.
11) Mampu melakukan dokumentasi yang efektif dan efisien.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
1) Tercapainya kepuasan pasien
2) Pasien merasa dimanusiakan
1.3.2 Bagi Perawat
1) Tercapainya kepuasan kerja
2) Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan pasien serta keluarga
3) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
1) Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi MAKP yang akan dilaksanakan
2) Meningkatkan mutu pelayanan
BAB 2
MATERI MAKP

2.1 Pengertian MAKP


Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat
unsur : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP
(Nursalam, 2002)
Keperawatan primer adalah metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Error: Reference source not found
Kepala
Ruangan "Primary Nursing"
Gambar : Diagram Sistem Asuhan Keperawatan
(Marguis & Huston, 1998)

2.2 Konsep Dasar Metode Primer


Konsep Dasar Metode Primer adalah :
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
 Ada otonomi
 Ketertiban keluarga dan pasien
Kelebihan :
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
 Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
(Gillies, 1989)
Kelemahan :
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, accountable
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Peran dan tugas masing – masing perawat dalam MAKP (Nursalam, 2002) adalah
sebagai berikut :
Tugas Perawat Primer :
a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibut selama ia dinas
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f. Menerima dan menyesuaikan rencana
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat
i. Membuat jadwal perjanjian klinik
j. Mengadakan kunjungan rumah

Ketenagaan Metode Primer :


a. Setiap perawat primer adalah perawat " bed side "
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
d. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun
professional sebagai perawat asisten

Peran Kepala Ruangan/Bangsal dalam Metode Primer :


a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
asisten
d. Mengevaluasi kerja
e. Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf
f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi.

Tugas Pokok Perawat Asociate :


1. Memberikan pelayanan secara langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih sayang.
a. Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun
b. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
c. Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien
pada catatan perawatan
2. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
a. Pemberian obat
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Persiapan klien yang akan dioperasi
3. Memperhatikan keseimbangan fisik, mental dan spiritual dari klien :
a. Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
b. Mengurangi penderitaan klien dengan memberikan rasa aman, nyaman dan
ketenangan.
c. Pendekatan dengan komunikasi terapeutik
4. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan serta diagnostik
5. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannya
6. Memberi pertolongan segera pada pasien gawat atau sakratul maut
7. Membantu kepala ruangan dan perawat primer dalam ketatalaksanaan ruangan
serta administratif.
a. Menyiapkan data klien baru pulang atau meninggal
b. Sensus harian dan formulir
c. Pendekatan dengan komunikasi terapeutik
8. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan
9. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan
10. Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/ malam secara bergantian
11. Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien tentang penyakitnya.

2.3 Konsep Penghitungan Ketenagaan (Ratna Sitorus, 2002)

Klasifikasi Pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
pasien
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 0,08 0,90 0,60
Tabel 2.3: jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat

2.4 Tingkat ketergantungan Pasien


Tabel 2.4: Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien (berdasarkan teori D.Orem : Self
Care Deficit)
NO KLASIFIKASI DAN KRITERIA
I. MINIMAL CARE
1. pasien bisa mandiri / hamper tidak memerlukan bantuan
1. Mampu naik-turun tempat tidur
2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
3. Mampu makan dan minum sendiri
4. Mampu mandi sendiri / mandi sebagian dgn bantuan
5. Mampu membersihkan mulut ( sikat gigi sendiri )
6. Mampu berpakaian dan berdanda dgn sedikit bantua
2. Status psikologis stabil
3. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
4. Operasi ringan
II. PARTIAL CARE
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
a) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur
b) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
c) Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
d) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
f) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
g) Membutuhkan bantuan untuk BAB & BAK (tempat tidur/kamar mandi)
2. Post operasi minor (24 jam)
3 Melewati fase akut dari post operasi mayor
4. Fase awal dari penyembuhan
5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
6. Gangguan emosional ringan
III. TOTAL
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawatan
yang lebih lama :
a. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta
dorong/ korsi roda
b. Membutuhkan latihan pasif
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intra vena (infus ) atau NG Tube
(sonde)
d. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdanda
f. Dimandikan perawat
g. Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
2. 24 jam post operasi mayor
3. Pasien tidak sadar
4. keadaan pasien tidak stabil
5. Observasi TTV setiap kurang dari jam
6. Perawatan luka bakar
7. Perawatan kolostomi
8. Menggunakan alat Bantu pernapasan ( respirator)
9. Menggunakan WSD
10. Irigasi kandung kemih secara terus menerus
11. Menggunakan alat traksi ( skeletal traksi)
12. Faktur dan atau pasca operasi tulang belakang / leher
13. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi

2.5 BOR ( Bed Occupation Rate)

Penghitungan jumlah tempat tidur dan BOR :


Rumus Perhitungan BOR :
BOR = Jumlah Pasien X 100 %
Jumlah TT

BAB 3
KEGIATAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL PRIMER

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dilaksanakan selama 5
minggu (tgl 23 April 2009– 23 Mei 2009) praktik klinik manajemen keperawatan
di Ruang Bedah D RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dilaksanakan sesuai
jadwal dinas, yang terdiri atas :

1. Uji coba :
Hari : Kamis – Sabtu
Tanggal : 23 – 25 Mei 2009
2. Pelaksanaan : Mulai minggu ke 2 sampai minggu ke 5 (tanggal

27 Mei – 23 Mei 2009)

4. Tempat : Ruang Bedah D RSU DR SOETOMO SURABAYA


5. Pelaksana :
Wikan Purwihantoro, S.Kep.
Dini Asih Dwi W. S.Kep.
Dhina Widayati, S.Kep.
Yunita Ike Kristanti, S.Kep.
Effita Piscesiana, S.Kep.
Rinneke Anggia P.S. , S.Kep.
M.Alfiansyah , S.Kep.
Richa Nuraini E., S.Kep.
Dinna Mardiana, S.Kep.
Nuris Anita Nuzulia., S.Kep.
Aprillia C.N. , S.Kep.

3.2 Pengorganisasian
1. Penanggung jawab : Yunita Ike K, S.Kep
2. Pembimbing (Tim manajemen) :
a) Retno Indarwati, S.Kep.,Ns
b) Sukma Randani, S.Kep., Ns
c) Lilik Suliati, SST
d) Jumadi, SST
3. Supervisor ( Team Manajemen) :
a) Dr. Nursalam, M.Nurs ( Hons)
b) Nuzul Quraniati., S.Kep., Ns
c) Hanik Endang., S.Kep., Ns
d) Hj. Siti Guntarlin, SKM.
e) Sumiatun, ETN, SST, SPd
f) Ari Sunarno, S.Kep.,Ns., M.Kes
g) Kusnanto, Skp. M.Kes.
h) Obet Sugiono, SKM
i) Purwaningsih, S.Kp., MARS

3.3 Metode
1. Melakukan penghitungan tenaga perawat
2. Melakukan penghitungan jumlah kebutuhan perawat
3. Melakukan penghitungan BOR
4. Melakukan pembagian kriteria ketergantungan pasien : minimal care,
partial care dan total care
3.5 Penerapan
3.5.1. Persiapan
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menerapakan model asuhan
keperawatan primer. Adapun bagan model asuhan keperawatan adalah sebagai
berikut:

TEAM MEDIS DAN KEPALA SARANA RS


TEAM LAIN RUANGAN

PERAWAT PERAWAT
PRIMER PRIMER
PERAWAT PERAWAT
ASSOCIATE ASSOCIATE

Pasien Pasien
1,2,3,4, 1,2,3,4,
Bagan 3.5 Bagan Pengembangan MAKP : Keperawatan Primer (Nursalam, 2002)

3.5.2. Pelaksanaan
Uji coba penerapan model asuhan keperawatan profesional dilaksanakan
pada minggu pertama pada tanggal 20 – 23 Mei 2009. Masing-masing anggota
kelompok berperan sebagai kepala ruangan, PP, PA namun baru terbatas pada
dinas pagi.
Begitu juga pada minggu kedua pelaksanaan MAKP dilaksanakan oleh
kelompok masih terbatas pada shift pagi. Pada minggu ketiga dan keempat,
kelompok mulai dibagi menjadi 3 shift (pagi, sore, malam) dengan peran yang
terjadwal sebagai Kepala Ruangan, PP dan PA. (Jadwal peran, uraian tugas
dan jadwal dinas terlampir). Pada minggu kelima dilakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan MAKP dengan hasil seluruh pasien yang kami kelola menyatakan
puas terhadap pelayanan keperawatan yang kami berikan.

3.4 Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
a) Melakukan penghitungan tenaga perawat
b) Melakukan penghitungan jumlah kebutuhan perawat
c) Melakukan penghitungan BOR
d) Melakukan pembagian kriteria ketergantungan pasien : minimal care,
partial care dan total care
2. Evaluasi Proses
a) Terbentuk struktur organisasi perawat primer di ruang Bedah D
b) Terdapat deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat primer
3. Evaluasi Hasil
a) Dapat diterapkan model asuhan keperawatan profesional primer
b) Klien puas dengan pelaksanaan primary nursing
4. Dukungan
a) Kepala ruang dan Staf mendukung pelaksanaan model asuhan keperawatan
profesional primer
b) Adanya SDM yang dapat diandalkan
c) Adanya sarana dan prasarana yang mendukung
d) Tersedianya dana
e) Adanya kepercayaan pasien terhadap perawat
5. Hambatan
a) Belum adanya jaringan komunikasi dengan profesi lain
b) Tingkat ketergantungan pasien bervariasi
c) Tingkat adaptasi mahasiwa terhadap peran bervariasi
d) Kasus kelolaan yang cukup variatif.

Anda mungkin juga menyukai