Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN MASALAH NEUROLOGI

PROSEDURE PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN

Dosen Pengampu :

Ns. Tatiana Siregar, S.Kep, MM, M.Kep


Disusun Oleh :

1. Raihan Parahita Fuji N 1910701002


2. Chandra kirana 1910701005
3. Mira santia 1910701011
4. Mutya Ayu Septia 1910701017
5. Adinda Ara Difa 1910701024
6. Nia Dewi Saputri 1910701029
7. Sapna Santika (1910701020)
8. Ade Rahmawati (1910701037)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

Jl. Limo Raya No. 1, Limo, Sawangan, Limo, Kota Depok, Jawa Barat 16514

Telp. (021) 75332884, website: www.upnvj.ac.id

2021
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis
2. Tujuan Khusus (Nursalam, 2011).
1. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
3. Manfaat
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar.
4. Kebijakan
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat
atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan
dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs dengan anggota stafnya atau siswa
untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk
setiap pasien (Kinchay, A, 2012).
5. Melibatkan tim kesehatan lain

Kolaborasi perawat dan dokter dipandang sebagai faktor penting dalam


pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas (Nelson, King & Brodine,
2008). Kolaborasi dapat berjalan baik jika setiap anggota saling memahami
peran dan tanggung jawab masingmasing profesi memiliki tujuan yang sama,
mengakui keahlian masingmasing profesi, saling bertukar informasi dengan
terbuka, memiliki kemampuan untuk mengelola dan melaksanakan tugas baik
secara individu maupun bersama kelompok. Terwujudnya suatu kolaborasi
tergantung pada beberapa kriteria, yaitu adanya saling percaya dan
menghormati, saling memahami dan menerima keilmuan masingmasing,
memiliki citra diri positif, memiliki kematangan professional yang setara yang
timbul dari pendidikan dan pengalaman, mengakui sebagai mitra kerja bukan
bawahan, keinginan untuk bernegoisasi. Apapun bentuk dan tempatnya,
kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan
perspektif kepada seluruh kolaborator. Kolaborasi tidak dapat didefinisikan
atau dijelaskan dengan mudah. Kolaborasi adalah dimana dokter dan perawat
merencanakan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batasanbatasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan
saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi
untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat. Praktik kolaboratif
menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien,
dengan proses embuatan keputusan bilateral didasarkan pada pendidikan dan
kemampuan praktisi (Shortridge, 1986 dalam Paryanto, 2006).

Pelaksanaan kolaborasi tidak hanya bermanfaat bagi pasien tetapi juga akan
memberikan kepuasan kepada tenaga kesehatan karena kolaborasi akan
meningkatkan dan mengoptimalkan peran serta aktif antara perawat dan
dokter dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan dan perawatan
berfokus pada kebutuhan pasien secara komprehensif dengan memperhatikan
kontribusi masing-masing (Herbert, 2005 & Ushiro, 2009).

Kerjasama interprofesi dokter dan perawat yang efektif memerlukan adanya


pemahaman yang benar tentang kolaborasi interprofesi dan penguasaan
kompetensi adalah inti praktek kolaborasi. Elemen dalam koloaborasi efektif
meliputi saling menghargai, komunikasi, assertive, tanggung jawab,
kerjasama, tanggung jawab dan otonomi, Melalui kolaborasi efektif perawat-
dokter dalam tim,adanya pengetahuan dan skill atau keahlian dari dokter dan
perawat akan saling melengkapi. Pasien akan mendapat keuntungan dari
koordinasi yang lebih baik melalui kolaborasi interprofesi. Kerja sama tim
dalam kolaborasi adalah proses yang dinamis yang melibatkan dua atau lebih
profesi kesehatan yang masing-masing memiliki pengetahuan dan keahlian
yang berbeda, membuat penilaian dan perencanaan bersama, serta
mengevaluasi bersama perawatan yang diberikan kepada pasien. Hal tersebut
dapat dicapai melalui kolaborasi yang independen, komunikasi yang terbuka,
dan berbagi dalam pengambilan keputusan (Xyrinchis& Ream, 2008 : WHO,
2010) .
Pendekatan kolaborasi yang masih berkembang saat ini yaitu interprofessional
collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya mewujudkan praktik
kolaborasi yang efektif antar profesi. Terkait hal itu maka perlu diadakannya
praktik kolaborasi sejak dini dengan melalui proses pembelajaran yaitu dengan
melatih mahasiswa Pendidikan kesehatan. Sebuah grand design tentang
pembentukan karakter kolaborasi dalam praktik sebuah bentuk pendidikan
yaitu interprofessional education (IPE) (WHO, 2010, Department of Human
Resources for Health).

IPC merupakan wadah kolaborasi efektif untuk meningkatkan pelayanan


kesehatan kepada pasien yang didalamnya terdapat profesi tenaga kesehatan
meliputi dokter, perawat, farmasi, ahli gizi, dan fisioterapi (Health
Professional Education Quality (HPEQ), 2011). Hambatan dalam kolaborasi
antar petugas kesehatan terutama antara dokter dan perawat menjadi penyebab
kejadian yang akan menimbulkan kerugian dan bahaya, bahkan dapat
mengancam jiwa pasien. Hambatan dalam kolaborasi dapat menjadi penyebab
utama terjadinya medical error, nursing error atau kejadian tidak diharapkan
(KTD).

6. Tahap Persiapan Ronde Keperawatan

Tahapan ronde keperawatan adalah

a. pre-ounds Preparation (persiapan), planning (perencanaan), orientasion


(orientass)
b. traduction (pendahuluan), interaction (interaksi), dermation (pengamatan),
instruction (pengajaran), sammarizing (kesimpulan):
c. past-roamin ; debriefing (tanya jawab), fudback (saran), reflection
(refleksi). preparation (persiapan).
Cara menyiapkan ronde keperawatan yaitu:

a. Before runde meliputi:


1) Persiapan, terdiri dari membuat tujuan kegiatan ronde keperawatan dan
membaca status pasien dengan jelas sebelum melakukan rmde
keperawatan
2) Orientasi perawat dan bidant, terdiri dari membuat menyadari tujuan
demonstrasi temuan klinis, komunikasi dengan pasien, pemeddelan
perilaku professional
3) Orientasi pasien.
b. During runde meliputi:
1) Menetapkan lingkungan membuat lingkungan yang nyaman serta dorong
untuk mengajukan pertanyaan
2) Inerghommati: Perawat atau bidan hormati mereka sebagai pemberi
layanan pada pasien dan pasiamo perlakukan sebagai manusia, bukan
hanya objek dari latihan mengajar, peka terhadap bagaimana penyakit
mempengaruhi kehidupan pasien
3) Libatkan semua perawat atau bidan.bertujuan untuk mengajar semue
tingkat peserta didik dan mendorong semua untuk berpartisipasi
4) Libatkan pasien: dorong pasien untuk berkontribusi mengenai masalah
penyakitnya, dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan tentang
masalahnya, gunakan kata-kata yang dapat dimengerti pasien, dib.
c. After rounde waktu untuk pertanyaan dan memberikan umpan balik
Langkah-langkah ronde keperawatan dibagi menjadi :

a. Pra Ronde
1. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka)
2. Menentukan tim ronde
3. Mencari sumber atau literatur
4. Membuat proposal
5. Mempersiapican pasien: informed consent dan pengkajian
6. Diskusi Apa diagnosis keperawatan! Data apa yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Dan hambatan apa yang
ditemukan selama pemberian asuhan.
b. Pelaksanaan Ronde
1. Penjelasan tentang pasien oleh kepala perawat atau kepala bidan yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan kebidanan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta
memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3. Pemberian justifikasi oleh kepala keperawatan dan kepala kebidanan atau
konselor atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
c. Pasca Ronde
1. Evaluasi, revist, dan perbaikan.
2. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis intervensi
keperawatan dan kebidanan selanjutnya.
7. Prosedur pelaksanaan :
1. Menentukan topic karena kasus yang akan di bahas dalam ronde
keperawatan harus di tetapkan paling lambat satu hari sebelum
pelaksanaan.
2. Menentukan tugas dan peran
a. Peran ketua tim dqn perawat pelaksana
 Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
 Menjelaskan masalah keperawatan utama
 Menjelaskan intervensi yang di lakukan
 Menjelaskan hasil yang di dapat
 Menentukan tindakan selanjutnya
 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang di ambil

b. Peran kepala ruangan


 Memberikan justifikasi
 Memberikan reinforcement
 Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
 Mengarahkan dan koreksi
 Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah di pelajari
1. Langkah langkah kegiatan
a. Tahap Pra Interaksi
 Cek catatan keperawatan dan medis pasien
 Tetapkan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
keperawatan
 Berikan inform consent pada keluarga dan pasien
 Membuka kegiatan ronde dengan mengucap salam
 Menjelaskan tentang hasil yang di harapkan dari hasil ronde
 Menjelaskan tentang pasien oleh perawat primer yang di fokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan di laksanakan
atau telah di laksanakan serta memilih prioritas yang perlu di lakukan
 Memberi kesempatan anggota untuk diskusi dan mengajukan pendapat
dan pertanyaan
 Mengajak peserta menuju ruang pasien
b. Tahap Orientasi
 Lakukan five moment
 Lakukan 4S (senyum, salam, sapa, sopan) dengan sikap 4SGRT dan
memperkenalkan diri
 Salam dan panggil klien dengan namanya
 Menjelaskan tentang kegiatan yang di lakukan oleh ketua tim atau
perawat primer
c. Tahap Kerja
 Memberi kesempatan klien untuk bertanya sebelum kegiatan di lakukan
 Mulai dengan cara yang baik dan sopan
 Jaga privasi klien
 Mempersilahkan tim untuk validasi, intervensi, dan edukasi sesuai
dengan kebutuhan klien
 Memberi kesempatan pasien dan keluarga untuk menyampaikan
permasalahannya
d. Tahap Terminasi
Evaluasi perasan klien
 Simpulkan kegiatan ronde keperawatan tidak di depan pasien
 Beri reinforcement positif pada tim
 Buat rencana tindak lanjut setelah kegiatan ronde keperawatan
 Kontrak pertemuan selanjutnya
 Menutup kegiatan ronde keperawatan
 Doa
 Dokumentasi
 Catat dalam notulen ronde keperawatan
Daftar Pustaka
Jayanti, Ira. 2021. Metodik Khusus dalam Ilmu Kebidanan. Yogyakarta :
Deepublis
Muninjaya, A.G. (2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG.

Noprianty,Richa.(2018). Modul Praktikum Nursing


Management.Yogyakarta:Deepublish
Nursalam dan Ferry Efendi. 2009. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Salemba Medika
Simamora R. H (2019) Documentation of Patients Identification into the
Electronic System to Improve the Quality of Nursing service. International
Journal Of Scientific & Technology Research. Vol. 8 NO. 09. Hal 1884-1886.

Anda mungkin juga menyukai