Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL ROLE PLAY RONDE KEPERAWATAN

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG MELATI RSUD DR. M YUNUS BENGKULU

OLEH :
KELOMPOK 1

ASRA YETTI, S. Kep


DWI MELIA, S. Kep
ELSA DETARIA, S. Kep
FENTA ISKORIAT, S. Kep
JUHAIDI GUSTIAWAN, S. Kep
LINA OKTARINA, S. Kep
MARLINA, S. Kep
RISNA MELIANA, S. Kep
SILA, S. Kep

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2018
HALAMAN PERSETUJUAN
ROLE PLAY RONDE KEPERAWATAN
STASE MANAJEMEN KEPERWATAN
DI RUANG MELATI RSUD DR M YUNUS BENGKULU

PRESEPTOR
1. Ns. Lusyyefrida Yanti, M.Kep ( )

2. Ns. Rahmaniah, MM ( )

3. Ns. Haifa Wahyu, M.Biomed ( )

CO PRESEPTOR
1. Ns. Dadang Supriadi, M.Kep ( )

2. Ns. Resdi Budaya, M.Kep ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan
keperawatan. Melihat fenomena tersebut mendorong perawat untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan belajar banyak
tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem pemberian
pelayanan keperawatan profesional (SP2KP) mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan dan
perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien ini dapat dimulai
dengan upaya menggali kebutuhan pasien demi tercapainya keberhasilan asuhan
keperawatan. Metode yang dipilih untuk menggali secara mendalam tentang kebutuhan
pasien adalah dengan melaksanakan ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde
keperawatan diharapkan dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara
berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas masalah
keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan,
serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik). Selain menyelesaikan masalah
keperawatan pasien, ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan
dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan
dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan
ronde keperawatan yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
perawat ruangan untuk berpikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara
professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam
melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan
yang terjadi pada klien (Nursalam,2007).
Di Ruang Melati RSUD dr M Yunus Bengkulu, ronde keperawatan belum pernah
dilaksanakan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pendorong untuk proses
tindak lanjut pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan Melati secara berkesinambungan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kami mahasiswa Co Ners Universitas
Muhammadiyah Bengkulu akan mengadakan kegiatan ronde keperawatan di Ruang Melati
selama Praktik Profesi Manajemen Keperawatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu:
1). Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2). Meningkatkan kemampuan validasi data klien
3). Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4). Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
5). Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien.
6). Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7). Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

1.3 Manfaat
1. Bagi Pasien
1). Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
2). Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
3). Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi Perawat
1). Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
2). Meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan.
3). Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3. Bagi rumah sakit
1). Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2). Menurunkan lama hari perawatan pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2. Ronde Keperawatan
2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat
primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat assosiate serta melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011)
2.1.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
2.1.3 Kriteria klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang memiliki
kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka
2.1.4 Peran masing-masing anggota tim
1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji

2. Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional
tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

TAHAP PRA PP
2 RONDE

Penetapan Pasien
Pasien

Persiapan Pasien :
 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

3  Apa masalah & diagnosis


TAHAP keperawatan?
4 PELAKSANAAN Penyajian  Data apa yang mendukung?
5 DI NURSE Masalah  Bagaimana intervensi yang sudah
STATION dilakukan?
6  Apa hambatan yang ditemukan?

7 TAHAP RONDE
Validasi data
DI BED KLIEN
8

Diskusi PP, Konselor,


KARU, Dokter,
Gizi,FisioThe

9
TAHAP PASCA
10 RONDE Lanjutan diskusi
di Nurse Station

Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah

Aplikasi Hasil
analisis
dan diskusi

Masalah teratasi
2.2 Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis DM tipe II
plus multiple abses di abdomen scrotum dengan masalah keperawatan
utama potensial infeksi

2.2.1 Konsep Penyakit


a. Definisi
Menurut Greenspan et.al dalam Meydani (2011), Diabetes Melitus (DM)
adalah suatu sindrom gangguan metabolisme dan ditandai dengan
hiperglikemia yang disebabkan oleh defisisensi absout atau relatif dari sekresi
insulin dan atau gangguan kerja insulin. Menurut kriteria diagnostik
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKINI) tahun 2006, seseorang
didiagnosis menderita DM jika mempunyai kadar glukosa darah sewaktu > 200
mg/dl dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Pada tahun 1997, Expert
Comitte on the Diagnosis and Clasification of Diabetes Mellitus of the
American Diabetes Association menerbitkan klasifikasi baru diabetes mellitus,
yaitu DM tipe I dan DM tipe II. DM tipe II atau non insulin dependent diabetes
mellitus (NIDDM) adalah pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang
normal, tetapi insulinnya tidak efektif (Baradero, 2009). Hal ini dapat diebut
insulin relatif atau resisten insulin. Menurut Meydani (2011), penyakit DM
adalah penyakit seumur hidup yang tidak bisa disembuhkan namun kadar gula
darah dapat dikendalikan sedemikian rupa sehingga selalu sama dengan kadar
glukosa orang normal atau dalam batas normal.

a. Penyebab
Menurut Ndraha (2014), pada penderita DM tipe II atau Insulin Non-
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin
tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi
insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Oleh karena terjadi resistensi insulin (reseptor insulin sudah
tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan
mengakibatkan defisiensi relatif imun. Menurut Depkes dalam Fitriyani
(2012), DM tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekeresi insulin, namun
karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara
normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi
insulin banyak terjadi akibat dari obesitas, kurang aktifitas fisik, dan penuaan.

b. Patofisiologi
Diabetes mellitus tipe II atau dikenal dengan diabetes mellitus non
dependen-insulin (NIDDM), ditandai oleh resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Diabetes tipe 2 merupakan bentuk yang palineg sering dari
penderita DM. Penyakit ini biasanya timbul setelahusia 40 tahun dan tidak
berkaitan dengan hilangnya seluruh kemampuan mensekresi insulin. Sebagian
besar penderitanya mengalami kegemukan dan toleransi glukosanya membaik
apabila mereka menurunkan berat badan. Diabetes melitus tipe-2 adalah
kelompok DM akibat kurangnya sensitifitas jaringan sasaran (otot, jaringan
adiposa dan hepar) berespon terhadap insulin. Penurunan sensitifitas respon
jaringan otot, jaringan adiposa dan hepar terhadap insulin ini, selanjutnya
dikenal dengan resistensi insulin dengan atau tanpa hiperinsulinemia. Faktor
yang diduga menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia
ini adalah adanya kombinasi antara kelainan genetik, obesitas, inaktifitas,
Faktor lingkungan dan makanan (Ganong, 2003). Secara patofisiologi, DM tipe
2 ini bisa disebabkan karena dua hal yaitu (1) penurunan respon jaringan
perifer terhadap insulin. Peristiwa tersebut dinamakan resistensi insulin, dan
(2) Penurunan kemampuan sel β pankreas untuk mensekresi insulin sebagai
respon terhadap beban glukosa. Sebagian besar DM tipe 2 diawali dengan
kegemukan. Sebagai kompensasi, sel β pankreas merespon dengan mensekresi
insulin lebih banyak sehingga kadar insulin meningkat (hiperinsulinemia).
Konsentrasi insulin yang tinggi mengakibatkan reseptor insulin berupaya
melakukan pengaturan sendiri ( self regulation ) dengan menurunkan jumlah
reseptor atau down regulation. Hal ini membawa dampak pada penurunan
respon reseptornya dan lebih lanjut mengakibatkan terjadinya resistensi insulin.
Di lain pihak, kondisi hiperinsulinemia juga dapat mengakibatkan desensitisasi
reseptor insulin pada tahap postreseptor, yaitu penurunan aktivasi kinase
reseptor, translokasi pengangkut glukosa dan aktivasi glikogen sintase.
Kejadian ini mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Dua kejadian tersebut
terjadi pada permulaan proses terjadinya DM tipe 2. Hal tersebut
mengindikasikan telah terjadi defek pada reseptor maupun postreseptor insulin.
Pada resistensi insulin, terjadi peningkatan produksi glukosa dan penurunan
penggunaan glukosa sehingga mengakibatkan peningkatan kadar gula darah
(hiperglikemik) (Nugroho,2006). Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena
lemahnya kemampuan pankreas dalam mensekresikan insulin yang
dikombinasikan dengan lemahnya aksi insulin,sehingga menyebabkan
penurunan sensitivitas insulin. Penurunan sensitivitas insulin terjadi pada
permukaan sel tubuh yang dinamakan reseptor insulin, reseptor insulin akan
memberikan sinyal pada pengangkut glukosa untuk memungkinkan lewatnya
glukosa yang dibawa oleh hormon insulin masuk ke dalam sel. Di dalam
mitokondria, glukosa tersebut akan digunakan untuk menghasilkan energi yang
diperlukan dalam pelaksanaan fungsi setiap sel tubuh (Hartono dalam
Fachreza, 2009). Insulin yang diproduksi pada sel β pankreas akan menempati
reseptornya, yang kemudian memberikan sinyal transduksi pada pengangkut
glukosa untuk dapat melakukan penyerapan glukosa, sehingga glukosa yang
beredar dalam darah akan masuk ke dalam sel. penurunan sensitivitas insulin
pada penderita DM tipe 2 dapat disebabkan oleh kerusakan sinyal transduksi.
Sinyal transduksi atau disebut juga sinyal sel (sell signalling ) merupakan suatu
proses komunikasi yang meliputi konsep tentang tanggapan sel terhadap
rangsangan dari sekelilingnya yang disusul dengan timbulnya reaksi didalam
sel. Kerusakan sinyal transduksi pada DM tipe 2 dapat dimulai dari insulin
abnormal sampai kerusakan pada reseptor insulin pengangkut glukosa.
c. Tanda dan gejala
Menurut Baughman (2000), tanda gejala DM tipe 2 adalah :
1) Progerssife lambat (selama setahun)
2) Gejala seringkali ringan dan dapat mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang sembuhnya lambat,
pengelihatan kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi)
3) Komplikasi jangka panjang jika diabetes tidak terdeksi dalam waktu
selama beberapa tahun (mis., penyakit mata, neuropati perifer, penyakit
vaskular perifer), yang mungkin telah terjadi sebelum diagnosa aktual
ditetapkan.
d. Penanganan
1) Penatalaksanaan umum
Menurut Baughman (2000), tujuan utama dari pengobatan adalah mencoba
menormalisasi aktivitas insulin dan kadar gula darah untuk menurunkan
perkembangan komplikasi neuropati dan vaskular. Tujuan teraupetik pada
masing-masing tipe diabetes adalah utnuk mencapai kadar glukosa darah
(euglikemia) tanpa mengalami hipoglikemia dan tanpa mengganggu
aktivitas sehari-hari pasien dengan serius. Terdapat lima komponen
pelaksanaan untuk diabetes, yaitu latihan (olahraga), pemantauan, obat-
obatan,diit, dan penyuluhan.
(1) Pengobatan utama dari diabetes tipe II adalah penurunan berat badan
(2) Olahraga penting dalam peningkatan keefektifan insulin
(3) Gunakan agen hipoglikemia oral jika diit dan olahraga tidak berhasil
mengontrol kadar glukosa darah.
(4) Karena pengobatan akan berfariasi sepanjang perjalanan penyakit
akibat perubahan dalam gaya hidup, status fisik dan emosional, juga
kemajuan terapi, secara konstan dikaji dan modifikasi rencana
pengobatan juga penyesuaian sehari-hari dalam pengobatan.
Penyuluhan baik bagi pasien maupun keluarga juga penting.
2) Penatalaksanaan diit
(1) Kelompokkan semua unsur makanan yang penting
(2) Pencapaian dan pemeliharaan berat badan yang ideal, pemenuhan
kebutuhan energi.
(3) Pencegahan fluktuasi kadar gula darah sehari-hari yang luas,
pertahankan gulla darah normal.
(4) Kurangi kadar lemak darah jika terjadi peningkatan kadar gula
(5) Untuk pasien obesitas (terutama diabetes tipe II) penurunan berat
badan merupakan kunci keberhasilan pengobatan dan faktor
pencegahan utama untuk perkembangan diabetes.
(6) Tetapka kebutuhan kalori berdasarkan pertimbangan usia, jenis
kelamin, berat badan, dan tingkat aktivitas.
(7) Penurunan berat badan jangka panjang dapat dicapai dengan diit
kalori antara 1000 dan 1200 kalori, rekomendasi yang lebih realistis
mungkin berkisar 1200 sampai 1500
(8) The American Diabetes and American Dietetic Association
menganjurkan bahwa untuk semua tingkat masukan kalori, 50 %
sampai 60 % kalori didapat dari karbohidrat, 20% sampai 30 % dari
lemak, dan 12 % sampai 20 % dari protein.
3) Farmakoterapi untuk pasien diabtes mellitus tipe II
(1) Metrofirmin, mengakibatkan penurunan glukosa hepatik
(2) Triglitazon, mengakibatkan pemakaian glukosa oleh otot
meningkat.
(3) Sulfanylureas mengakibatkan sekresi insulin meningkat dan
produksi glukosa hepatik menurun
(4) Acarbose mengakibatkan inhibisi alfa-glukosidase serta pencernaan
dan absorbsi karbohidrat menurun.
1. a. Pohon masalah
Faktor
resiko

Kelainan genetik obesi Kurang Penuaan


tas aktifitas

Kerusakan sel β Penurunan sensitifitas


respon jaringan
terhadap insulin
Sekresi insulin

Resistensi
Kadar insulin insulin
Glukosa
hiperinsulinemia Penggunaan
glukosa
Self regulation Gula dalam darah
tidak mampu
diabawa masuk ke
Menurunkan dalam sel
jmlh. reseptor
hiperglikemia
Down regulation
Melebihi
Anabolisme protein ambang batas
menurun ginjal

Glukosauria
Kerusakan
antibosi
Dieresis osmotik
Kekebalan tubuh

poliuri
Neuropati Resiko
sensori perifer infeksi
Dehidrasi

Mati rasa Nerosis


luka Resiko syok
Kerusakan
Gangre
integritas Gangguan citra
n
jaringan tubuh
Kehilangan Viskosit Syok
kalori as darah hiperglikemi
meningk Koma
Sel kekurangan bahan
at diabetik
untuk metabolisme Aliran
darah
Prtotein dan lambat
lemak dibakar Iskemik

secare jaringan
Ketidakefektif
berlebih
BB menurun an perfusi
jaringan
Kebutuhan nutrisi
Energi
kurang dari kebutuhan
tubuh
vatigue
Intoleransi
aktifitas
Merangsang
hipotalamaus

Pusat lapar
dan haus

Polidipsi
polifagia

a. Masalah keperawatan

1) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan gangguan


metabolisme
2) Vatigue berhubungan dengan penurunan energi
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik jaringan
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka gangren
6) Resiko infeksi berhubungan dengan kekebalan tubuh menurun
7) Resiko syok berhubungan dengan dehidrasi a
8) Gangguan citra tubuh berhubungan luka gangren

b. Data yang Perlu dikaji


Menurut Brunner & Suddath (2007), masalah yang perlu dikaji pada pasien
DM yaitu,
1) Fokuskan pada tanda dan gejala-gejaa hiperglikemia yang berkepanjangan
dan faktor-faktor fisik, sosial, dan emosional yang mempengaruhi
kemampuan untuk belajar serta melakukan aktivitasperawatn diri
sehubungan dengan diabetes
2) Minta pasien untuk mendeskripsikan gejala-gejala yang mendahului
diagnosa, mis. Poliuri, polidipsi, polifagi, kulit kering, pengelihatan kabur,
penurunan berat badan, gatal pada vagina, dan luka tidak sembuh-sembuh
3) Keji terhadap tanda-tanda DKA termasuk ketonuria, pernapasan kussmaul,
hipotensi ortostatik, dan latergi.
4) Ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai gejala-gejala DKA meliputi mual,
muntah, nyeri abdoemn
5) Pantau hasil pemeriksaan laboratorium terhadap tanda-tanda asidosis
metaboik (penurunan pH, penururnan bikarbonat) dan terhdap tanda-tanda
ketidakseimbangan elektrolit.
6) Kaji adanya diabetes tipe II terhadap tanda-tanda HHNK : hipotensi,
perubahan sensorium, kejang, penurunan turgor kulit, hiperosmolaritas, dan
ketidakseimbangan elektrolit.
7) Kaji faktor-faltor fisik yang merusak kemampuan untuk belajar atau
melakukan keterampialn perawatan diri, mis. Kelainan pengelihatan,
kelaiann koordinasi motorik, kelaianan neurologis
8) Evalusi situasi sosial pasien terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
pengobatan diabetik dan pendidikan pasien seperti kurang kemampuan
membaca, keterbatasan sumber finansial, kurangnya asuransi kesehatan,
ada / tidaknya dukungan keluarga,jadwal sehari-hari, mis. Bekerja, makan,
olahraga.

9) Kaji status emosional melalui pengamatan cara bertindak yang umum.

10) Kaji kemampuan koping dengan cara menanyakan bagaimanya pasien


menanganisituasi sulit pada masa lalu.
2. Rencana asuhan keperawatan (5 diagnosa prioritas)

N Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


o
1. Nutrisi a. Nutritional status : Nutririon
kurang dari food and fluid intake management
kebutuhan b. Nutrtiona status : a. Kaji apakah
tubuh nutrient intake ada alergi
Berhubungan c. Wieght control makanan
dengan Kriteria hasil : b. Kolaborasi
gangguan a. Adanya peningkatan dengan tim
metabolisme berat badan sesuai gizi untuk
tujuan menentukan
b. Berat badan ideal jumlah kalori
sesuai dengan tinggi dan nutrisi
badan yang
c. Tidak ada tanda- dibutuhkan
tanda malnutrisi c. Ajarkan
d. Tidak adanya pasien
penurunan berat membuat
bdan yang berarti catatan
maknaan
harian untu
pasien DM
Nutrittion
monitoring
a. BB pasien
dalam batas
normal
b. Monitor
adanya
penurunan
berat badan
c. Menganjurkan
makanan
sedikit tapi
sering
2. Vatigue a. Endurance Energy
berhubungan b. ‘concentration management
dengan c. Energy conservation a. kaji adanya
penurunan d. Nutritional status faktor yang
energi energy menyebabkan
Kriteria hasil : kelelahan
a. Memverbalisasikan b. monitor
peningkatan energy nutrisi dan
dan merasa lebih sumber
baik energy yang
b. glukosa darah adekuat
terkontrol c. bantu
c. mempertahankan aktivitas
kemampuan untuk sehari-hari
konsentrasi sesuai dengan
kebutuhan
d. tingkatkan
tirah baring,
pembatasan
aktivitas
e. konsultasikan
dengan ahli
gizi untuk
konsultasi
makanan
berenergi
tinggi
3. Intoleransi a. Energy conservation Activity therapy
aktifitas b. Activity tolerance a. Kolaborasi
berhubungan c. Self care : ADL dengan tim
dengan Kriteria Hasil : rehabilitasi
kelelahan a. Berpartisipasi dalam medik untuk
aktivitas fisik tanpa merencanakan
diikuti dengan program terai
peningkatan nadi, yang tepat
tekanan darah, RR b. Observasi
b. Mampu melakukan TTV sebelum
aktivitas sehari-hari : dan sesudah
ADL melakukan
c. Tanda-tanda vital aktivitas
normal c. Bantu klien
d. Mampu berpindah untuk
dengan atau tanpa mengidentifik
alat bantuan asi aktifitas
e. Sirkulasi status baik yang mampu
dilakukan
d. Bantu klien
membuat
jadwal latihan
di waktu
luang
Bantu untuk
mendapatkan alat
bantu aktiivitas
seperti kursi roda
e.
4. Ketidakefektif a. Circulation status Periphera
an perfusi Kriteria hasill : sensation
jaringan a. Mendemonstasikan management
berhubungan kemampuan status a. Monitor
dengan sirkulasi yang adanya daerah
iskemik ditandai dengan tertentu yang
jaringan tekanan sistol dan mengalami
diastole dalam rentan mati rasa
yang diharapkan b. Observasi
apakah ada
1) Tidak ada ortostatik
luka pada
hipertensi
kulit
2) Tidak ada tanda- c. Berikan terapi
tanda peningkatan aktifitas untuk
tekanan intrakrania meningkatkan
sirkulasi
b. Mendemonstrasikan
d. Observasi
kemmapuan kognitif
TTv
ditandai dengan
sebelumdan
1) Berkomunikasi sesudah
dengan jelas melakukan
kegiatan
2) Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi

3) Membuat
kepututsan
dengan benar

c. Menunjukkan fungsi
sensori yang utuh

5. Kerusakan Tissue integrity : scin and Pressure


integritas mucous membran management
kulit Kriteria hasil : a. Anjurkan
berhubunga a. Dapat pasien
n dengan mempertahanakan menggunakan
luka integritas kulit yang pakaian
gangren baik (elastis, longgar
temperatur, hidrasi, b. Hindari
pigmentasi) kerutan pada
tempat tidur
b. Tidaka da luka
c. Jaga
c. Perfusi jaringan baik
kebersihan
d. Mampu melindungi
kulit agar
kulit agar tetap
tetap bersih
lembab
dan kering
d. Monitoring
kulit adanya
kemerahan
pada kulit
e. Oleskan
lotion pada
daerah yang
tertekan
BAB III
RENCANA
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Topik : Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis
DM tipe II plus multiple abses di abdomen dan scrotum dengan masalah
keperawatan utama potensial infeksi
Sasaran : Tn. S dengan diagnose Medis tipe II plus multiple abses
di abdomen scrotum
Hari/Tanggal : Jum‘at, 13 juli 2018
Waktu : 09.00 Wib
Tempat : Ruang Melati RSUD dr M Yunus Bengkulu
3.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Juhaidi Gustiawan, S.Kep
Konselor : Tim Gizi dan Tim Farmasi
PP 1 : Lina Oktarina, S.Kep
PP 2 : Sila, S.Kep
PA 1 : Asra Yeti, S.Kep
Dokter : dr. Mulya Sundari, Sp.PD / Dwi Melia, S.Kep

Co Preseptor :
1. Ns. Dadang Supriadi, M.Kep
2. Ns. Resdi Budaya, M.Kep
Preseptor :
1. Ns. Lussyefrida Yanti, M.Kep
2. Ns. Rahmaniah, MM
3. Ns. Haifa Wahyu, M.Biomed
3.3 Materi :
Paparan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis
DM tipe II plus multiple abses di abdomen dan scrotum dengan masalah
keperawatan utama potensial infeksi
3.4 Metode
1. Ronde Keperawatan
2. Diskusi dan tanya jawab
3.5 Media
1. Dokumentasi klien (status)
2. Sarana diskusi :
a. Literatur mengenai
b. Alat tulis : kertas dan bollpoin
3.6 Mekanisme kegiatan
KEGIATAN
TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA WAKTU
KLIEN
Pra Pra Ronde Ruang PP 1, PA1 - Dua hari
Ronde a) Menetapkan kasus dan Melati sebelum
topik pelaksan
b) Menentukan tim ronde. aan
c) Mencari sumber dan ronde
literatur.
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan klien
f) Informed consent
kepada keluarga
Ronde Ronde
I. Pembukaan: Nurse Kepala Mendengarkan 5 Menit
a) Salam pembukaan Station Ruangan
b) Memperkenalkan
klien dan tim ronde
c) Menjelaskan tujuan
kegiatan ronde
d) Mempersilahkan PP1
menyampaikan
kasusnya

II. Penyajian data/masalah Nurse PP1 20 Menit


a) Menyampaikan dasar Station
pertimbangan
dilakukan ronde
b) Menjelaskan riwayat
penyakit
c) Menjelaskan masalah
klien yang belum
terselesaikan dan
tindakan yang telah
dilaksanakan
e) Menyampaikan
evaluasi keberhasilan
intervensi
f) Klarifikasi data yang PP2
telah disampaikan

II. Validasi Data


a) Memberi salam dan Bed Klien Karu Memberi 20 Menit
memperkenalkan tim respon dan
ronde kepada klien menjawab
dan keluarga. pertanyaan
b) Memvalidasi data PP2, PA
yang telah
disampaikan dengan
melibatkan keluarga .
c) Karu membuka dan Nurse
memimpin diskusi. Station
d) Diskusi antar anggota
tim dan klien tentang Karu
masalah keperawatan PP2, PA,
yang belum Tim ronde
terselesaikan dari
validasi data antar tim
ronde
e) Pemberian justifikasi
oleh konselor tentang
masalah pasien serta
rencana tindakan
yang akan dilakukan

Pasca Pasca Ronde


Ronde a) Menyimpulkan hasil Nurse Karu - 10 menit
diskusi dan Station
merekomendasikan solusi Tim ronde
yang dilakukan dalam
mengatasi masalah.
b) Reward dan Salam Karu
penutup

3.7 Kriteria Evaluasi


a. Evaluasi Struktur
1) Persiapan dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan
2) Penyusunan proposal ronde keperawatan
3) Koordinasi dengan co preseptor dan preseptor
4) Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum
pelaksanaan ronde keperawatan
5) Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan ronde
6) Membuat informed consent dengan pasien dan keluarga
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan ronde keperawatan berjalan dengan lancar. Masing-masing
dapat menjalankan perannya dengan baik.
c. Evaluasi Hasil
Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan
permasalahan pasien.
BAB IV
RESUME KEPERAWATAN

Data Umum
Nama Pasien : Tn S
Usia : 56 tahun
No RM : 775453
Alamat : Jln. Perum Nirwana estate
Tgl MRS : 08 Juli 2018

Keluhan Utama : BAB berdarah 2 kali dan badan terasa panas.


Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluarga mengatakan klien menderita DM dr beberapa tahun silam dan terdapat
abses di bagian sisi perut dan kelamin,
Riwayat penyakit dahulu : sebelumnya pernah dirawat karena penyakit yang
sama.
Riwayat penyakit keluarga : saudara kandung klien juga menderia penyakit yg
sama yaitu DM.
Perkembangan vital sign
Rata-rata tensi pasien dari tanggal 09 Juli sampai 11 Juli 2018, sistole 120
mmHg dan diastole 80 mmHg. Nadi antara 80-86 x/menit. Selama perawatan
suhu pasien rata rata (36.5°-37,°C), dan respiratory rate rata-rata 24x/menit
Daftar Masalah Keperawatan :
1. potensial infeksi
2. Gangguan perfusi jaringan

Masalah keperawatan yang muncul


1. Potensial infeksi behubungan dengan abses dibagian abdomen dan scrotum
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik jaringan
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 7 13.2-17.3 g/dL
Eritrosit 4.20-4.87 106/mm3
Leukosit 11.7 4.5-11.0 103/mm3
Hematrokit 20 43-49 %
Trombosit 202 150-450 103/µL
SGOT 176 <40 U/L
SGPT 66 <41 U/L
Anti HCV -
Protein Total 3.5 6.5-7.8 gr/dL
Globulin 2.3 2.4-4.6gr/dL
Albumin 1.2 3.5-6.0 gr/dL
Kimia Klinik
Metabolisme karbohidrat
Glukosa sewaktu 82 <200 mg/dL
BAB 5
PELAKSANAAN KEGIATAN

5.1 Pelaksanaan Kegiatan


Hari : jum.at
Tanggal : 13 Juli 2018
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB
Pelaksana : Kepala ruangan, Perawat Primer, Perawat Associate, Dokter
dan Konselor
Tempat : Ruang Melati RSUD dr. M Yunus Bengkulu
Preseptor : 1. Ns. Lusyyefrida Yanti, M.Kep
2. Ns. Rahmaniah, MM
3. Ns. Haifa Wahyu, M.Biomed
Co Preseptor : 1. Ns. Dadang Supriadi, M.Kep
2. Ns. Resdi Budaya, M.Kep
Acara dihadiri oleh :
1. Preceptor sebanyak 3 orang.
2. Co Ners sebanyak 2 orang.
3. Mahasiswa Co Ners UMB sebanyak 9 orang.
5.2 Struktur Pengorganisasian
Kepala ruangan : Juhaidi Gustiawan, S.Kep
PP1 : Lina Oktarina, S.Kep
PA1 : Sila, S.Kep
PP2 : Asra Yetti, S.Kep

5.3 Materi :
Paparan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis DM tipe
II plus multiple abses di abdomen dan scrotum dengan masalah keperawatan
utama potensial infeksi
5.4 Metode
1. Presentasi
2. Diskusi dan tanya jawab
5.5 Media
1. Dokumentasi klien (status)
2. Sarana diskusi :
a. Leaflet
b. Alat tulis: kertas dan bollpoint
5.6 Persiapan
Persiapan ronde keperawatan dilakukan oleh kelompok pada minggu ketiga
Persiapan kasus dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan, dengan uraian sebagai
berikut:
a. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan dengan menetapkan pasien
yang akan dilakukan ronde keperawatan.
b. Penanggung jawab kegiatan menyusun resume kasus ronde keperawatan
c. Menyiapkan resume keperawatan pasien selama dirawat
d. Konsultasi pada pembimbing ruangan mengenai resume kasus ronde
keperawatan.
5.7 Pelaksanaan
Topik : Ronde Keperawatan
Sasaran :Pasien dan keluarga pasien Tn.S dengan diagnosa medis
medis DM tipe II plus multiple abses di abdomen dan
scrotum dengan masalah keperawatan utama potensial
infeksi
Hari/tanggal : jum’at 13 Juli 2018
Waktu : 09.00- 09.30 WIB
Tempat : Ruang Melati RSUD dr M Yunus Bengkulu
Acara dihadiri oleh :
1. Preseptor sebanyak 3 orang
2. Co Preseptor sebanyak 2 orang
Pengorganisaasian :
Penanggung jawab :
Kepala Ruangan :
Konselor :
PP 1 :
PA 1 :
PP 2 :
PA 2 :
Dokter :
Masalah keperawatan yang belum dapat diatasi dan dibahas dalam ronde
keperawatan adalah nyeri

5.8 Hambatan dan Dukungan


Selama pelaksanaan role play, semua kegiatan berjalan sesuai dengan alur
yang sudah direncanakan, ruangan sangat mendukung dilakukannya ronde
keperawatan, karena sampai saat ini belum bisa dilakukan ronde keperawatan di
ruangan. Dukungan diberikan oleh CI Ruang Aster A untuk membimbing
mahasiswa ketika melakukan praktek ronde keperawatan di ruang Aster A.
5.9 Hasil Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan Role Play Ronde Keperawatan yang dilakukan
kelompok, telah dipersiapkan sebelumnya yang meliputi penetapan kasus
ronde keperawatan, pembuatan proposal kegiatan, pembagian peran sebagai
PP1, PA1, PP2, PA2, Karu. Pasien yang diangkat sebagai kasus ronde
keperawatan adalah pasien yang telah menjalani perawatan di Ruang Aster
Adengan kasus yang unik dan jarang ditemukan di ruang rawat inap Aster
A. Sebelum pelaksanaan, pasien dan keluarganya telah diberitahukan dan
bersedia untuk menjadi pasien ronde keperawatan.
b. Evaluasi Proses Ronde Keperawatan
No WAKTU KEGIATAN
1 01.20 – 01.40 WIB Proses pelaksanaan Role Play

c. Evaluasi Hasil Ronde Keperawatan


1) Kegiatan ronde dihadiri oleh 1 orang pembimbing klinik, 1 orang
supervisor.
2) Selama kegiatan setiap mahasiswa yang berperan bekerja sesuai
tugasnya masing – masing.
3) Acara dimulai tepat dengan jadwal yang telah ditentukan, acara
berlangsung selama 30 menit.
4) Kegiatan berjalan lancar dan mahasiswa dapat mencapai tujuan yang
diharapkan, antara lain PP1 yang aktif dalam mengklarifikasi data, karu
bisa mengontrol fase klarifikasi sehingga terdapat solusi dari perawat
konselor, dan kerja yang terkoordinasi pada tim ronde sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai